Anda di halaman 1dari 14

1

ASUHAN KEPERAWATAN
KONJUNGTIVITIS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


DOSEN PENGAMPU: BARA MIRADWIYANA, S.Kp, MKM.,
DOSEN PEMBIMBING: ROSPA H, SST, MA.Kes.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

1. EKO HARTONO.

2. ARIS ANDAYANI

3. MASRI WITA DISRA

4. SARNO

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA 1


D3 ILMU KEPERAWATAN
2019
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata dapat terkena berbagai kondisi.beberapa diantaranya bersifat
primer sedang yang lain, sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh
lain. kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat
dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan. (Brunner dan Suddarth, 2001)
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi
metabolisme, toksin, replikasi intraselular/respon antigen antibodi (dr. Difa
Danis, kamus istilah kedokteran , 2002). Sehingga masalah keperawatan yang
biasa terjadi pada pasien konjungtivitis adalah: gangguan rasa nyaman nyeri,
Berdasarkan peran diatas perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
berperan untuk mengatasi masalah tersebut adalah sebagai pelaksana
perawatan, educator terhadap pasien, kolaborasi dengan dokter dst, sehingga
kelompok mendiskusikan judul penyakit tentang konjungtivitis.

Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya


penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup.padahal bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak
maupun ablasi retina. untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan
penata laksanaan infeksi/radang mata terdiri dari konjungtivitis, kerositis dan uveitis
(Barbara C.Long, 1996).

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapat gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan Konjungtivitis.
2. Tujuan Khusus
Dengan pembuatan makalah mahasiswa mampu :
3

a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Konjungtivitis


b. Menentukan diagnosa keperawatan dan merumuskan diagnose
prioritas Konjungtivitis
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Konjungtivitis
d. Melaksanakan implementasi keperawatan konjungtivitis
e. Melakukan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Infeksi system penglihatan merupakan kelainan gangguan system
4

penglihatan, terutama konjungtivitis.Konjungtivitis adalah inflamasi


konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat.Pada
konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
Konjungtivitis dapat menyerang pada semua tingkat usia.
2. Etiologi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :
a. Konjungtivitis akut bacterial, mis: konjungtivitis blenore, konjungtivitis
gonore, konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler, konjungtivitis
kataral.
b. Konjungtivitis akut viral, mis: keratokonjungtivitis epidemik, demam
faringokonjungtiva, keratokonjungtivitis herpetic
c. Konjungtivitis akut jamur
d. Konjungtivitis akut alergik
e. Konjungtivitis kronis, mis: trakoma.

Konjungtivitis sering kali disebabkan oleh infeksi virus. Sebagian besar kasus
konjungtivitis virus disebabkan oleh virus kelompok Adenovirus, yaitu virus yang
sama dengan virus penyebab batuk pilek.
5

Selain itu, konjungtivitis virus juga dapat disebabkan oleh virus herpes, baik virus
Herpes Simplex (virus penyebab herpes mulut dan herpes kelamin) maupun virus
Varicella-Zoster (virus penyebab cacar air).
Konjungtivitis virus mudah menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak
langsung dengan penderita atau kontak dengan benda yang disentuh penderita.
al ini biasanya terjadi karena tangan penderita menyentuh mata yang mengalami
peradangan, kemudian menyentuh suatu benda. Benda tersebut menjadi
terkontaminasi dengan virus penyebab konjungtivitis

3. Pembagian / Klasifikasi Menurut Gambaran Klinik.


1). Konjungtivitis Katarak.
a. Konjungtivitis Katarak Akut.
Disebut juga konjungtivitis mukopurulenta, konjungtivitis akut
simplek, “pink eyes”.
Penyebab:
Koch Weeks, stafilokok aureus, streptokok viridan, pneukok, dan
lain-lain.
Tanda klinik Manifestasi Klinik:
Pada palpebra edema, konjungtiva palpebra merah kasar, seperti
beledru karena ada edema dan infiltrasi. Konjungtiva bulbi injeksi
konjungtival banyak, kemosis dapat ditemukan pseudomembran
pada infeksi pneumokok.

b. Konjungtivitis Katarak Sub Akut.


Penyebab:
Sebagai lanjutan konjungtivitis akut atau oleh virus hemofilus
influenza.
Tanda klinik:
Palpebra edema. Konjungtiva palpebra hiperemi tak begitu
infiltratif.Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva positif, tak ada
blefarospasme dan secret cair.
6

c. Konjungtivitis Katarak Kronik.


Sebagai lanjutan konjungtivitis kataral akut atau disebabkan kuman
koch weeks, stafilokok aureus, morax axenfeld, E. Colli atau
disebabkan juga obstruksi duktus naso lakrimal.
Tanda klinik:
Palpebra tak bengkak, margo palpebra bleparitis dengan segala
akibatnya. Konjungtiva palpebra sedikit merah, licin, kadang-kadang
hypertropis seperti beledru.Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva
ringan.

2). Konjungtivitis Purulen.


Peyebab :
Gonorrhoe dan Nongonorrhoe akibat pneumokok, streptokok,
meningokok, stafilokok, dsb.
Tanda Klinik :
Konjungtivitis akut, disertai dengan sekret yang purulen.
Konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang
disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika.
Dibedakan Atas 3 Stadium, Yaitu :

(1) Stadium Infiltrat.


Berlangsung selama 1-3 hari.Dimana palpebra bengkak,
hiperemi, tegang, bleparospasme.Konjungtiva palpebra hiperemi,
bengkak, infiltrat mungkin terdapat pseudomembran
diatasnya.Pada Konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva
yang hebat, kemotik, sekret sereus kadang-kadang beradarah.
(2) Stadium Supuratif atau Purulenta.
Berlangsung selama 2-3 minggu.Gejala-gejala tak begitu hebat
lagi.Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tak begitu
tegang.Bleparospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar
7

terus menerus apabila palpebra dibuka yang khas adalah sekret


akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat) oleh karena
itu harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai
mengenai mata pemeriksa.
(3) Stadium Konvalesen (Penyembuhan) Hypertropi Papil.
Berlangsung 2-3 minggu.Gejala tak begitu hebat lagi.Palpebra
sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak
infiltrat.Injeksi konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva masih nyata,
tidak kemotik, sekret jauh berkurang.
Gejala / Gambaran Klinis :
Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa
inkubasi dapat terjadi beberapa jam sampai 3 hari.
Keluhan utama : mata merah, bengkak dengan sekret seperti
nanah yang kadang-kadang bercampur darah.

4. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah
bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau
giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada
konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa
akan didapatkan sel-sel eosinofil.

5. Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
laboratorium. Pada pemeriksasan klinik di dapat adanya hiperemia
konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.

6. Pengobatan
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis
karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %)
atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %).
8

Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena


virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin
(antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya
dexametazone 0,1 %).

7. Penatalaksanaan
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada
penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical,
bahan antiinflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata, atau
kompres hangat.Bila konjugtivits disebabkan oleh mikroorganisme, pasien
harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat
atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan instruksipada pasien
untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang
sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang
sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang
terpisah,(MASUKAN KEDALAM PENATALAKSANAAN)
LABORATORIUM, RADIOLOGO,( FARMAKOLOGI),

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS


Pada Asuhan keperawatan pada klien dengan konjungtivitis dilakukan
pengkajian antara lain :

a. Biodata
9

Tanggal wawancara, tanggal MRS, No.RMK.Nama, umur, jenis kelamin,


suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinana, alamat,
penanggung jawab.

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang.


Keluhan Utama : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata),
gatal, panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan
sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen /
Gonoblenorroe. Sifat Keluhan :Keluhan terus menerus; hal yang
dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke
daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu
keluhan timbul.Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus
Gonoblenorroe.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu.


Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi
obat, riwayat operasi mata.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga.


Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis).

c. Pemeriksaan Fisik
Data Fokus :
Objektif : VOS dan VOD kurang dari 6/6. Mata merah, edema konjungtiva,
epipora, sekret banyak keluar terutama pada konjungtivitis purulen
(Gonoblenorroe).
Subjektif : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas.

d. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan
konjungtiva, ditandai dengan :
- Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan.
10

- Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri).

Kriteria hasil :
Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas
dalam dan teratur.
Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.
Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic.

Rasionalisasi :
- Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti.
- Berguna dalam intervensi selanjutnya.
- Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan
mengurangi stressor yang berupa kebisingan.
- Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri.

- Evaluasi :
- Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri.
- Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak
terganggu.
- Menunjukkan perasaan rileks.

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses


penyakitnya, ditandai dengan :
- Klien mengatakan tentang kecemasannya.
- Klien terlihat cemas dan gelisah.
Kriteria hasil :
Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang.
Intervensi :
- Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
- Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
- Beri dukungan moril berupa do’a untuk klien.
Rasionalisasi :
- Bermanfaat dalam penentuan intervensi.
11

- Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya


- Memberikan perasaan tenang kepada klien.

Evaluasi :
- Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi
ansietas.
- Mendemonstrasikan pemahamaan proses penyakit.

3. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan


proses peradangan.
Kriteria hasil :
Penyebaran infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
- Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p lakukan
irigasi).
- Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
- Pertahankan tindakan septik dan aseptik.
Rasionalisasi :
- Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi
bersih.
- Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi.
- Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat
atau perawat ke pasien.
Evaluasi :
Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.

4. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan


adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).
Intervensi :
- Kaji tingkat penerimaan klien.
- Ajak klien mendiskusikan keadaan.
- Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
- Jelaskan perubahan yang terjadi.
- Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan
yang dilakukan.
Evaluasi :
- Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep diri.
12

- Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan


ke arah penerimaan.

5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.


Kriteria hasil :
Cedera tidak terjadi.
Intervensi :
- Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk
mata, membungkuk.
- Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang
dibutuhkan pasien ke tubuhnya.
- Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat
menimbulkan kecelakaan.
- Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.
Rasionalisasi :
- Menurunkan resiko jatuh (cedera).
- Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.
- Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi
pasien.
- Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya
keamanan.
Evaluasi :
- Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan
cedera.
- Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan
faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
13

Mata merupakan bagian yang sangat peka.mata dapat terjadi infeksi


mata/radang mata yang disebabkan oleh virus, bakteri, trauma, penyakit sistemik,
ataupun sensitivitas terhadap suatu zat. seperti halnya konjungstivitis (peradangan
pada konjungtiva), keratitis (peradangan pada kornea) dan uveitis (peradangan pada
uvea yaitu iris, badan siliar, karoid). tanda dan gejala pada infeksi mata biasanya
gatal-gatal, nyeri (ringan–berat) , lakrimasi dan fotofobia. Bila infeksi mata ini tidak
segera diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata dan menimbulkan beberapa
komplikasi, pada konjungstivitis komplikasinya dapat berupa ulkus kornea dan
meninggalkan jaringan perut, komplikasi keratitis dapat berupa hipopion, perforasi
kornea, prognosis sedangkan komplikasi pada uveitis dapat berupa katarak, ablasi
retina maupun katarak. therapi medik untuk infeksi mata dapat diberikan antibiotik
topikal, obat tetes steroid, sulfat atropin, douridin dan kompres basah kortikosteroid.

B. Saran
1. Untuk klien yang terkena penyakit infeksi mata, penulis berharap klien
segera berobat atau infeksi tersebut segera diobati agar tidak terjadi
kerusakan pada mata atau komplikasi-komplikasi yang lain
2. Kita harus menjaga kebersihan mata dan menghindari kosmetik yang
berlebihan, karena kosmetik yang berlebihan merupakan faktor
pendukung terjadinya infeksi mata.
3. Untuk klien yang terkena infeksi mata, disarankan untuk tidak menggosok
mata.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta.


14

2. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Ilmu Penyakit Mata.RSU Sutomo.
1994. Surabaya.

3. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Penerbit: EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai