AKUNTABILITAS
KINERJA 2016
DIREKTORAT
PELAYANAN
KEFARMASIAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2017
i
DAFTAR ISI
Daftar Gambar........................................................................................................... iv
Daftar Lampiran......................................................................................................... vi
D. Sistematika ..................................................................................................... 4
B. Realisasi Anggaran......................................................................................... 27
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 14. Buku Formularium Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Pelayanan
Kesehatan Haji ..................................................................................... 26
iv
Gambar 15. Jumlah pegawai Direktorat Pelayanan Kefarmasian menurut
Jabatan................................................................................................. 29
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
IKHTISAR EKSEKUTIF
a. memperkuat tata laksana HTA dan pelaksanaannya dalam seleksi obat dan alat
kesehatan untuk program pemerintah maupun manfaat paket JKN. Beberapa
kegiatan terkait antara lain melalui pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN), Formularium Obat Haji dan Formularium Nasional (FORNAS);
vii
Menggunakan Obat, sosialisasi penerapan penggunaan antimikroba/antibiotika
yang bijak, penyusunan NSPK di bidang pelayanan kefarmasian dan POR;
Output merupakan keluaran berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian outcome
program dan/atau outcome fokus prioritas. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) atau
indikator output kegiatan merupakan alat untuk mengukur pencapaian output/kinerja
yang secara akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi K/L setingkat Eselon 2,
dalam laporan kinerja ini dibahas dalam ruang lingkup kegiatan pada Direktorat
Pelayanan Kefarmasian. Output kegiatan dievaluasi berdasarkan periode waktu
tertentu.
Hasil capaian kinerja tahun 2016 menunjukkan bahwa secara umum Direktorat
Pelayanan Kefarmasian telah memenuhi target yang telah ditetapkan. Pencapaian
tersebut diukurdengan menggunakan Indikator Kinerja Kegiatan yang tertuang di
dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 sebagaimana
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Sasaran, Indikator Kinerja, Target, Realisasi dan Persentase Realisasi Direktorat
Pelayanan Kefarmasian pada Tahun 2016
Tahun 2016
Sasaran No Indikator Kinerja Persentase
Target Realisasi
Realisasi
Persentase
Meningkatkan pelayanan 1 45 % 45,39% 100,87%
Puskesmas yang
kefarmasian dan Penggunaan
melaksanakan
Obat Rasional (POR) di Fasilitas
pelayanan
Pelayanan Kesehatan
kefarmasian sesuai
standar
Persentase
2 64% 71,05% 111,01%
Penggunaan Obat
Rasional di
Puskesmas
Tabel 2. Alokasi dan Realisasi Anggaran dalam DIPA Direktorat Pelayanan Kefarmasian
beserta Perubahannya pada Tahun 2016
Persentase
No. Alokasi Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
Realisasi
Direktorat Pelayanan Kefarmasian juga memiliki upaya terobosan dan prestasi dalam
hal peningkatan pelayanan kefarmasian dan penggerakan obat rasional dengan
melibatkan berbagai stakeholder yang telah dicapai pada tahun 2016 sebagai berikut:
1. Direktorat Pelayanan Kefarmasian memperoleh Sertifikat Sistem Manajemen ISO
9001:2015 melalui penerapan sistem manajemen sesuai dengan standar untuk
ruang lingkup Jasa Pelayanan Penyusunan Formularium Nasional. Pelaksanaan
surveilans audit sertifikasi ISO 9001: 2015 diawali dengan pelatihan, audit
internal, rapat tinjauan manajemen dan audit eksternal yang dilaksanakan dalam
2 (dua) tahapan.
Gambar 1. Sistem Manajemen ISO 9001:2015
ix
2. Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) di
Jabodetabek, yang dilaksanakan pada tanggal 6 November 2016 di Stasiun
Tangerang, Stasiun Kranji, Stasiun Bogor dan Stasiun Kebayoran kerjasama
antara Direktorat Pelayanan Kefarmasian dengan Komunitas Pengguna KRL.
Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan lomba foto bersama mock up GeMa
CerMat dan peserta dapat melakukan upload langsung via sosial media.
x
Gambar 3. Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) pada saat
Car Free Day dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ke-52
Gambar 4. Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat yang melibatkan Anggota
Komisi IX DPR-RI di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
xi
5. Pengembanganintegrasi e-Fornas 2016 bertujuan sebagai penyempurnaan dari
aplikasi e-fornas sebelumnya yang dapat meningkatkan kualitas Proses
Penyusunan Formularium Nasional yang akuntabel, transparan dan profesional
serta memberikan informasi yang akurat terkait proses pemilihan obat dalam
Fornas. Tampilan awal pada aplikasi tersebut sebagai berikut:
Pada tahun ini dilakukan penambahan fitur pada e-fornas sebagai bentuk
perbaikan dari sistem penyimpanan data, perbaikan Standar Operasional
Prosedur (SOP) pengusulan obat, penambahan menu dari aplikasi online yaitu
daftar obat WHO, daftar obat DOEN dan obat kombinasi DOEN. Selain itu pada
pengembangan tahun ini telah dibuat Aplikasi Desktop Pembahasan yang akan
berfungsi sebagai Aplikasi pengolah data usulan yang masuk melalui aplikasi
online sehingga data yang tersedia dapat dengan mudah disajikan baik sebagai
bahan pembahasan FORNAS maupun sebagai Laporan FORNAS ke stakeholder
terkait termasukke masyarakat, untuk dapat memberikan kemudahan akses
informasi daftar obat dalam Fornas.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
1) Meningkatnya Kesehatan Masyarakat (SS1);
2) Meningkatkan Pengendalian Penyakit (SS2);
3) Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Kesehatan (SS3);
4) Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas, dan Pemerataan Tenaga
Kesehatan (SS4); dan
5) Meningkatnya Akses, Kemandirian, serta Mutu Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan (SS5).
2
B. Maksud dan Tujuan
D. Sistematika
Ikhtisar Eksekutif
Bab I Pendahuluan
4
Bab II Perencanaan Kinerja
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan
dana dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan
untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen
Perjanjian Kinerja.
Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi
serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi
untuk meningkatkan kinerjanya.
Lampiran
5
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja
6
d. Regulasi penguatan penggunaan dan pembinaan industri alat kesehatan
dalam negeri;
e. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan tenaga
kesehatan tentang pentingnya kemandirian bahan baku obat, obat
tradisional dan alat kesehatan dalam negeri yang berkualitas dan
terjangkau;
f. Mewujudkan Instalasi Farmasi Nasional sebagai center of excellence
manajemen pengelolaan obat, vaksin dan perbekkes di sektor publik;
g. Memperkuat tata laksana HTA dan pelaksanaannya dalam seleksi obat
dan alat kesehatan untuk program pemerintah maupun manfaat paket
JKN;
h. Percepatan tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru habis
masa patennya;
i. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan;
j. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis,
termasuk menyelenggarakan program PTT untuk mendorong pemerataan
distribusinya;
k. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional
melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta sistem monitoring
dan evaluasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, sasaran kinerja kegiatan pada Direktorat
Pelayanan Kefarmasian adalah meningkatnya pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan.
7
untuk program pemerintah maupun manfaat paket JKN, menjadikan tenaga
kefarmasian sebagai tenaga strategis untuk mendorong pemerataan distribusi
tenaga kefarmasian dan meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi dan
sistem monitoring serta evaluasi.
Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan Indikator
Kinerja Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian beserta target yang
harus dicapai sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Indikator Kinerja, Definisi Operasional dan Target Kegiatan Peningkatan Pelayanan
Kefarmasian Tahun 2015-2019
Target
Indikator Kinerja Definisi Operasional
2015 2016 2017 2018 2019
Indikator
Cara Perhitungan
Kinerja
Persentase
Puskesmas % 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑓𝑎𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 =
yang
melaksanakan Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian
× 100%
pelayanan Jumlah Puskesmas yang disampling
kefarmasian
sesuai
standar
8
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2016
Gambar 8. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian pada Tahun 2016
10
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
11
Manfaat
1) Bagi Tenaga Kefarmasian
- Meningkatkan citra tenaga kefarmasian dalam pemberian
pelayanan kesehatan di puskesmas.
- Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga
kefarmasian di puskesmas.
2) Bagi Puskesmas
- Meningkatkan citra puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat
pertama
- Meningkatkan daya saing dalam komitmen peningkatan pelayanan
kesehatan
3) Bagi Dinas Kesehatan Kab/Kota/Provinsi
- Turut berkontribusi dalam mendukung program kefarmasian dan
alat kesehatan.
- Meningkatkan jaminan kualitas pelayanan kesehatan di tingkat
Kab/Kota/Provinsi.
- Meningkatnya jumlah puskesmas yang telah melaksanakan
pelayanan kefarmasian dapat menjadi indikator keberhasilan
pembinaan pelayanan kefarmasian di wilayah setempat.
Perhitungan
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan Pelayanan Kefarmasian
= 𝒙 100%
Jumlah Puskesmas seluruhnya
12
penggunaan yang berlebih (over prescribing), kurang (under
prescribing), boros (extravagant prescribing) maupun tidak tepat
(incorrect prescribing).
2) Bagi perencana obat
Pemantauan penggunaan obat secara teratur dapat digunakan
untuk membuat perencanaan obat dan perkiraan kebutuhan obat
secara lebih rasional. Upaya tersebut tidak dapat berdiri sendiri.
Perencanaan yang didasarkan pada data morbiditas dan pola
konsumsi yang akurat memberikan jaminan kecukupan ketersediaan
obat.
3) Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemantauan obat tidak saja bermanfaat terhadap mutu pelayanan
dan upaya intervensi, tetapi juga sebagai sarana pembinaan bagi
kinerja tenaga kesehatan setempat.
Perhitungan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 − 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝𝑎𝑛
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝𝑎𝑛
atau
Jika a ≤20%, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 100%
2) Penggunaan antibiotika pada Diare non Spesifik maksimal 8%
Persentase penggunaan Antibiotik pada Diare non Spesifik
Jumlah Penggunaan Antibiotik pada Diare Non Spesifik
= × 100%
Jumlah kasus Diare non Spesifik
Jika c ≤ 1%, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 100%
4) Rerata item obat yang diresepkan (untuk 3 penyakit tersebut di atas) adalah
maksimal 2,6
Jumlah item obat
Rerata item obat (d)= Jumlah lembar resep
13
Jika d ≤ 2,6 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah100%
Jika d ≥ 4 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 0%
120,00%
100,00%
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
2015 2016 2017 2018 2019
Target 40,00% 45,00% 50,00% 55,00% 60,00%
Realisasi 40,01% 45,39% 0,00% 0,00% 0,00%
% Capaian 100,02% 100,86% 0,00% 0,00% 0,00%
Permasalahan:
Pemecahan Masalah:
16
Berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan
kesehatan, obat berbiaya tinggi perlu pertimbangan tersendiri.
Mengingat adanya potensi risiko finansial yang tinggi dalam
penggunaan obat berbiaya tinggi tersebut. Hal ini terutama dalam
sistem pembayaran dengan INA-CBGs yang saat ini berlaku.
Dibutuhkan adanya semacam studi untuk memastikan
efektivitas penggunaan obat berbiaya tinggi terutama dalam aspek
value for money. Dirasakan perlu untuk membandingkan harga dan
efek kesehatan dari sebuah pengobatan untuk mengetahui sampai
dimana obat tersebut memberikan value for money. Dengan demikian
didapatkan informasi yang memberikan pandangan tentang
pengalokasian sumberdaya berkaitan dengan obat biaya tinggi.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui cost efektivitas dari
obat berbiaya tinggi, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengobatan serta dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk dimasukkan dalam Formularium
Nasional.
Sasaran dari kegiatan Analisis cost efektivitas obat biaya tinggi
dalam JKN adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan manajemen
rumah sakit secara umum.Tujuan kegiatan adalah tersedianya data
hasil analisis cost efektivitas obat biaya tinggi yang digunakan dalam
JKN.Hasil dari kegiatan ini dibukukan dalam bentuk Pedoman Teknis
Analisis Farmakoekonomi di Fasilitas Kesehatan sebagai berikut:
17
3) Bimbingan Teknis Pelayanan Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan
Bimbingan teknis pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan
diselenggarakan sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu
pelayanan kefarmasian yang dilakukan baik di puskesmas dan rumah
sakit.
Bimbingan teknis ini dilakukan dengan melaksanakan
pertemuan dengan tenaga kefarmasian di faskes dan menyampaikan
hal terkait kebijakan, pengelolaan serta pelayanan kefarmasian klinik
serta membahas masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan tugas
sehari hari.
Bimbingan teknis pelayanan kefarmasian di rumah sakit
dilaksanakan dengan melaksanakan pertemuan di rumah sakit dan
mendatangkan narasumber yang berasal dari Kementerian
Kesehatan, Praktisi dan memberikan materi teknis diikuti dengan
praktek pelayanan farmasi klinik.
Terdapat 7 rumah sakit yang dilaksanakan bimbingan teknis,
dan diutamakan bagi rumah sakit yang akan sedang mempersiapkan
akreditasi rumah sakit. Terlihat banyak perbaikan dari berbagai
masalah yang ditemukan sehari-hari diantaranya masalah dalam
pengelolaan obat, termasuk penyimpanan, penerimaan obat,
pengkajian resep, maupun pemantauan terapi.
Tahapan kegiatan adalah sebagai berikut: a) Perkenalan
kepada manajemen dan penyampaian mengenai maksud dan tujuan
Bimtek terkait dengan kebijakan pelayanan kefarmasian; b)
Penyampaian kondisi umum fasilitas kesehatan terkait pelayanan
kefarmasian; c) Penyampaian materi pengendalian sediaan farmasi
sesuai standar; d) Penyampaian materi terkait pelayanan farmasi
klinik terutama pemantauan terapi; e) Simulasi dan diskusi
Pelaksanaan Bimbingan teknis diselenggarakan dengan baik,
adapun masalah yang ada tidak terlalu bermakna dan terkait dengan
seleksi terhadap fasiltias kesehatan yang akan dilakukan bimtek agar
mencapai hasil optimal. Untuk mencapai hasil optimal, perlu
dilakukan seleksi bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang akan
diberikan bimbingan teknis, sehingga pemberian bimtek akan
meningkatkan pengetahuan maupun kemampuan fasilitas kesehatan
dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian sesuai standar
yang ditandai dengan kesiapan mengikuti akreditasi.
18
4) Pembekalan Tenaga Kefarmasian di Puskesmas dalam Rangka
Akreditasi Puskesmas
Pembekalan tenaga kefarmasian merupakan bagian upaya
peningkatan pelayanan kefarmasian sesuai standar melalui
peningkatan kapasitas SDM yang bertugas di ruang farmasi
puskesmas. Pembekalan telah dilaksanakan pada 3 (tiga) propinsi
terpilih yaitu propinsi Jawa Tengah, Sumatera Selatan, dan
Kalimantan Barat. Adapun total tenaga kefarmasian yang telah
diberikan pembekalan sejumlah 170 orang.
Tenaga kefarmasian tersebut diberikan pembekalan baik berupa
pengelolaan sediaan farmasi maupun pelayanan farmasi klinik agar
mampu melakukan seluruh pelayanan merujuk kepada standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas.
Permasalahan dalam pelaksanaan pembekalan tenaga
kesehatan di puskesmas tidak terlalu bermakna, lebih kepada
ketepatan pemilihan puskesmas yang akan diintervensi serta
pendekatan kepada dinas kesehatan kabupaten atau kota untuk terus
mengawal SDM yang telah dilatih agar dapat mengimplementasikan
hasil pembekalan dalam pekerjaan sehari hari.Pemecahan masalah
lebih kepada pendekatan yang baik kepada dinas kesehatan kab/kota
agar menyeleksi tenaga kesehatan di puskesmas yang memiliki
keinginan untuk komit terhadap pelayanan kefarmasian sesuai
standar serta melakukan pemantauan implementasi pelaksanaan
pelayanan kefarmasian sesuai standar di puskesmas masing masing.
19
Gambar 11. Grafik Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di
Puskesmas pada Tahun 2016
120,00%
100,00%
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
2015 2016 2017 2018 2019
Target 62,00% 64,00% 66,00% 68,00% 70,00%
Realisasi 70,64% 71,05% 0,00% 0,00% 0,00%
% Capaian 113,94% 111,01% 0,00% 0,00% 0,00%
20
penggunaan obat rasional di Puskesmas. Kabupaten/Kota yang
menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas adalah
Kabupaten/Kota yang 20% Puskesmasnya memiliki nilai rerata
Penggunaan Obat Rasional minimal 60%. Target indikator
Penggunaan Obat Rasional tahun 2017 – 2019 secara berurutan
adalah 30%, 35%, dan 40%.
Permasalahan:
Pemecahan Masalah:
21
Penggunaan Obat Rasional dan pemberdayaan masyarakat di tingkat
daerah.
2) Perlu dilakukan koordinasi baik di tingkat pusat maupun daerah
secara kontinu agar pelaksanaan Peningkatan Penggunaan Obat
Rasional dan pemberdayaan masyarakat dapat optimal.
3) Perlu peningkatan sebaran media promosi kepada wilayah yang lebih
luas sehingga sasaran masyarakat yang menerima informasi tentang
Penggunaan Obat Rasional dapat ditingkatkan.
4) Perlu dilakukan koordinasi dengan lintas sektor dan unit kerja lain
yang terkait dengan program Penggunaan Obat Rasional sehingga
dapat terintegrasi dengan program di unit kerja yang lain.
5) Perlu dilaksanakan pelatihan dan bimbingan teknis kepada tenaga
kesehatan di puskesmas dalam pengumpulan data indikator
peresepan sehingga memperlancar terlaksananya pemantauan dan
evaluasi Penggunaan Obat Rasional.
6) Penyusunan kebijakan khusus dan sanksi yang tegas tentang
penggunaan antibiotika, sehingga penggunaan antibiotika secara
tidak rasional oleh tenaga kesehatan, serta pembelian antibiotika
secara bebas oleh masyarakat dapat diturunkan.
7) Perlu disusun pedoman penggunaan obat yang rasional, sehingga
penggunaan obat yang tidak rasional berkurang.
22
Kegiatan ini dilaksanakan di Batam dan Mataram dengan Rumah
Sakit Rujukan Regional, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kab/Kota sebagai sasaran kegiatan.Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas tenaga kefarmasian di RS dalam Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba, terutama dalam pemberian
antimikroba secara bijak kepada pasien, teridentifikasinya masalah
penggunaan antimikroba yang terjadi di RS dan sumber daya yang
tersedia, serta tersusunnya Rencana Aksi dan Rekomendasi dalam
pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba untuk
rumah sakit, Dinas Kesehatan, dan Kementerian Kesehatan. Beberapa
hasil rekomendasi pemecahan masalah dan perbaikan ke depan antara
lain:
Perlu dilakukan review dan revisi Pedoman Penggunaan Antibiotika
Perlu disusun dan implementasi kebijakan yang secara tegas
mengatur penggunaan antimikroba secara bijak.
Perlu dilakukan optimalisasi Tim PPRA di Rumah Sakit Rujukan
Regional.
Perlu peningkatan kesadaran dari tenaga kesehatan tentang
resistensi antimikroba
Perlu peningkatan pengetahuan tenaga kesehatan tentang
pengendalian resistensi antimikroba, terutama penggunaan
antibiotika secara bijak dengan melaksanakan pertemuan
ilmiah/workshop secara berkesinambungan.
Perlu dilakukan evaluasi dan monitoring penggunaan antimikroba di
rumah sakit rujukan regional secara berkala.
Perlu ketersediaan dana yang cukup sehingga dapat melibatkan
seluruh RS Rujukan Regional di Indonesiadalam Workshop
Penggunaan Antimikroba Bijak.
23
Gambar 13. Informasi POR dalam Bentuk Media Cetak
24
Kesehatan Nasional (JKN) untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
Gambar 14. Buku Formularium Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Pelayanan
Kesehatan Haji
26
Penyesuaian jadwal kegiatan dengan Tim Ahli, kadang jadwal yang
telah direncanakan berubah sehingga mempengaruhi jadwal kegiatan
lain.
Dengan adanya kondisi penyakit yang bermacam-macam pada
jemaah haji, maka memerlukan penambahan beberapa obat baru
dalam Formularium Haji.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka disusun usulan
pemecahan masalah sebagai berikut:
Tim sekretariat menghubungi kembali ke seluruh fasilitas kesehatan
yang menanggani kesehatan jemaah haji untuk dapat mengirimkan
usulannya ke tim sekretariat.
Diperlukan data pendukung Bukti Ilmiah pada usulan penambahan
obat yang berdasarkan evidence base medicine.
Diperlukan rencana kegiatan termasuk jadwal, penetapan anggota
Tim Ahli serta konfirmasi sedini mungkin agar tidak terjadi perubahan
secara mendadak.
Diperlukan evaluasi / kajian menyesuaikan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan & teknologi baik di bidang obat, alat kesehatan dan
kedokteran serta kebutuhan medis Jemaah haji.
B. Realisasi Anggaran
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Pelayanan
Kefarmasian didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2016 dengan alokasi sebesar
Rp.27.320.638.000,- (Dua puluh tujuh milyar tiga ratus dua puluh juta enam
ratus tiga puluh delapan ribu Rupiah). Selama pelaksanaan kegiatan tahun
2016, anggaran Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengalami beberapa kali
perubahan, baik perubahan akibat perpindahan anggaran antar Satuan Kerja
maupun akibat efisiensi/penghematan. Kemudian dalam pelaksanaan
anggaran tahun 2016, anggaran Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengalami
2 (dua) kali efisiensi/penghematan. Efisiensi/penghematan yang pertama
melalui Instruksi Presiden No.4 Tahun 2016, yang kemudian ditindaklanjuti
melalui Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI selaku mitra kerja
Kementerian Kesehatan dengan menyetujui pelaksanaan
efisiensi/penghematan sebesar Rp.2.676.132.000,- sehingga alokasi menjadi
Rp.24.644.506.000,- kemudian dilanjutkan dengan penambahan alokasi
melalui refocusing kegiatansebesar Rp.1.199.606.000,- sehingga alokasi
anggaran Direktorat Pelayanan Kefarmasian menjadi Rp.25.844.112.000,-
27
(Dua puluh lima milyar delapan ratus empat puluh empat juta seratus dua
belas ribu Rupiah).
Sesuai dengan Instruksi Presiden No.8 Tahun 2016 tentang Langkah-
langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-
P) Tahun Anggaran 2016, anggaran Kementerian Kesehatan dilakukan
efisiensi/penghematan kembali. Direktorat Pelayanan Kefarmasian
memperoleh penghematan anggaran sebesar Rp.181.500.000,-. Efisiensi
tahap 2 ini dilakukan melalui mekanisme blokir mandiri (Self blocking) pada
DIPA Direktorat Pelayanan Kefarmasian sehingga tidak mempengaruhi jumlah
anggaran secara umum. Alokasi terakhir anggaran Direktorat Pelayanan
Kefarmasian menjadi sebesar Rp.25.662.612.000,- (Dua puluh lima milyar
enam ratus enam puluh dua juta enam ratus dua belas ribu Rupiah). Adapun
realisasi anggaran tahun 2016 adalah sebesar Rp.23.912.279.096,- (Dua
puluh tiga milyarsembilan ratus dua belas juta dua ratus tujuh puluh sembilan
ribu sembilan puluh enam Rupiah)sehingga diperoleh persentase realisasi
sebesar 92,53%. Namun apabila dibandingkan dengan alokasi anggaran
tanpa selfblocking sebesar Rp.25.844.112.000,-(Dua puluh lima milyar
delapan ratus empat puluh empat juta seratus dua belas ribu Rupiah), maka
persentase realisasi sebesar 93,18%.
C. Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
Untuk mencapai kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian diperlukan
dukungan sumber daya manusia. Keadaan pegawai negeri sipil di
lingkungan Direktorat Pelayanan Kefarmasian pada tahun 2016 berjumlah
39 orang PNS dan 11 Orang tenaga non PNS dengan rincian
sebagaimana yang diuraikan pada tabel berikut ini:
Jumlah pegawai Direktorat Pelayanan Kefarmasian menurut jabatan
Menurut jabatan : Jumlah
a. Jabatan Struktural = 14 orang
b. Jabatan Fungsional = - orang
c. Adminkes = 18 orang
d. Bendaharawan = 1 orang
e. Perencana = 2 orang
f. Sekretaris = 1 orang
g. Pengolah data = 2 orang
h. Penata lap. keuangan = 1 orang
28
i. Tenaga pramubakti = 11 orang
28,57
%
71,43 %
5,13 %
Gol II
56,41 %
Gol III
64,10 % Gol IV
29
Gambar 17. Jumlah pegawai Direktorat Pelayanan Kefarmasian menurut Pendidikan
5,13 2,56
7,69 %
%
% 84,62%
s2
s1
d3
sma
Gambar 18. Jumlah Pegawai Direktorat Pelayanan Kefarmasian menurut Jenis Kelamin
34,69%
Pria
Wanita
65,30
%
30
Gambar 19. Jumlah pegawai Direktorat Pelayanan Kefarmasian menurut Umur
32,65 10,20
% %
<30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
51-58 tahun
12,25 44,89
% %
31
BAB IV
PENUTUP
32
Lampiran 1. Data Dukung Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang
melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai standar Tahun 2015
33
Lampiran 2. Data Dukung Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang
melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai standar Tahun 2016
34
Lampiran 3. Data Dukung Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional
di Puskesmas Tahun 2015
% % Skor % Skor %
Rerat Skor
Penggu Penggu % Penggu Penggu Skor %
a Item Rerata %
naan naan Penggu naan naan Penggu
Jumlah Jenis Item Penggu
Antibiot Antibiot naan Antibiot Antibiot naan
Kabupa Obat / Jenis naan
No Provinsi ik pada ik pada Injeksi ik pada ik pada Injeksi
ten/ Lemb Obat / Obat
ISPA Diare pada ISPA Diare pada
Kota *) ar Lembar Rasiona
Non- Non- Myalgia Non- Non- Myalgia
Resep Resep l *)
Pneumo spesifik *) Pneumo spesifik *)
*) *)
nia *) *) nia *) *)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 NAD
2 SUMUT
3 SUMBAR 19/19 12,40 14,61 0,13 2,57 100,00 85,39 100,00 100,00 96,3
4 RIAU
5 KEP. RIAU 7/7 24,65 17,40 2,58 2,49 75,35 82,60 80,00 100,00 84,5
6 JAMBI
7 BENGKULU 9/10
8 SUMSEL
9 BABEL
10 LAMPUNG 48,83 46,17 8,97 2,9 51,17 53,83 30,00 77,80 53,2
11 BANTEN
12 JABAR 12/27 35,75 26,48 3,64 3,61 64,25 73,52 70,00 33,30 60,3
DKI
13 JAKARTA
14 JATENG
DI
JOGJAKAR
15 TA
736,
JATIM 30/38 35,5
16 43,23 44,57 15,20 23 56,77 55,43 30,00 0,00
17 BALI 9/9 44,24 47,68 7,82 2,81 55,76 52,32 30,00 77,80 54,0
18 NTB 10/10 13,75 19,42 6,30 2,89 86,25 80,58 40,00 77,80 71,2
19 NTT
20 KALBAR
21 KALTENG
22 KALSEL 13/13 19,66 3,36 2,44 1,89 80,34 96,64 80,00 100,00 89,2
23 KALTIM
24 KALTARA
GORONTAL
2/6 49,7
25 O 44,78 36,56 2,52 4,09 55,22 63,44 80,00 0,00
26 SULUT - - - - -
27 SULBAR
28 SULSEL
29 SULTENG 12/13 62,75 58,18 11,82 37,25 41,82 30,00 0,00 27,3
30 SULTRA
31 MALUKU
32 MALUT
33 PAPUA
PAPUA
34 BARAT
Persentase
Antibiotik
66,24
pada ISPA
NP
35
Persentase
Antibiotik
68,56
pada Diare
NS
Persentase
Injeksi
57,00
pada
Myalgia
Rerata Item
Obat/Lemb 56,67
ar Resep
Persentase
Penggunaa
62,12
n Obat
Rasional
*) Berdasarkan data pada laporan triwulan Dinkes Provinsi yang dikirim ke Pusat (baru
10 Provinsi), dengan pembagi 4
Keterangan :
: Persentase Penggunaan Antibiotik pada ISPA
A Non-pneumonia
: Persentase Penggunaan Antibiotik pada Diare
B Non-spesifik
: Persentase Penggunaan Injeksi pada
C Myalgia
: Rerata Item Obat per lembar
D resep
: Persentase Penggunaan
E Obat Rasional
36
Lampiran 4. Data Dukung Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional
di Puskesmas Tahun 2016
Skor %
% Capai
% % Skor % Skor
Rerat Pengg Skor an
Penggu Penggu % Penggu Rerat
a Item unaan % Pengg
Jumla naan naan Pengg naan a Item
Jenis Antibi Pengg unaan %
h Antibiot Antibiot unaan Antibiot Jenis
Obat / otik unaan Obat Penggunaan
No. Provinsi Kabup ik pada ik pada Injeks ik pada Obat /
Lemb pada Injeks Rasio Obat
aten/ ISPA Diare i pada Diare Lemb
ar ISPA i pada nal di Rasional **)
Kota *) Non- Non- Myalg Non- ar
Resep Non- Myalg Puske
Pneumo spesifik ia *) spesifik Resep
*) Pneu ia *) smas
nia *) *) *) *)
monia Tahun
*) 2016*)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 NAD
2 SUMUT 21/33 35,34 30,81 4,49 3,00 80,83 75,21 96,47 71,43 80,98
3 SUMBAR 19/19 36,06 29,57 2,25 3,02 36,1 76,55 2,3 70,00 46,22
4 RIAU 12/12 34,11 20,02 3,00 2,41 82,36 86,93 97,98 113,57 95,21
5 KEP. RIAU 3/7 33,52 20,05 3,10 2,00 33,5 20,1 3,1 100,00 39,17
6 JAMBI 11/11 30,80 21,21 3,74 2,22 86,50 85,64 97,23 127,14 99,13
7 BENGKULU 10/10 35,01 28,01 3,75 2,29 81,24 78,25 97,22 122,14 94,71
8 SUMSEL 13/17 38,22 30,23 3,77 3,89 77,23 75,84 97,20 7,86 64,53
9 BABEL 7/7 32,47 30,33 2,40 2,90 84,41 75,73 98,59 78,57 84,32
10 LAMPUNG
11 BANTEN 37,52 28,18 2,54 3,99 78,10 78,07 98,44 0,71 63,83
12 JABAR 15/27 36,15 27,18 2,54 3,23 79,81 79,15 98,44 55,00 78,10
13 DKI JAKARTA 6/6 34,20 21,55 2,25 3,52 34,2 85,27 2,3 34,29 39,00
14 JATENG
15 DI JOGJAKARTA
16 JATIM
17 BALI 9/9 30,55 25,35 3,66 3,99 86,81 81,14 97,31 0,71 66,50
18 NTB 7/10 39,28 23,77 3,75 2,88 39,3 82,86 97,22 80,00 74,84
19 NTT
20 KALBAR 12/14 35,51 30,32 2,42 3,65 80,61 75,74 98,57 25,00 69,98
21 KALTENG
22 KALSEL 13/13 34,57 31,88 2,18 3,65 81,79 74,04 98,81 25,00 69,91
23 KALTIM 13/13 35,57 31,88 2,59 3,77 80,54 74,04 98,39 16,43 67,35
24 KALTARA 5/5 33,66 30,91 1,88 2,98 82,93 75,10 99,11 72,86 82,50
25 GORONTALO 6/6 34,99 27,88 1,12 3,59 81,26 78,39 99,88 29,29 72,20
26 SULUT
27 SULBAR
28 SULSEL
29 SULTENG 10/13 38,11 36,22 2,40 3,45 77,36 69,33 98,59 39,29 71,14
30 SULTRA 13/14 40,72 42,30 1,99 3,33 74,10 62,72 99,00 47,86 70,92
31 MALUKU 11/11 30,96 38,32 2,94 3,78 86,30 67,04 98,04 15,71 66,77
32 MALUT 6/10 40,57 42,55 4,66 3,58 74,29 62,45 96,30 30,00 65,76
33 PAPUA
34 PAPUA BARAT
35,36 29,48 2,88 3,23
Persentase
Antibiotik pada 72,71
ISPA NP
Persentase
Antibiotik pada 73,62
Diare NS
Persentase
Injeksi pada 85,02
Myalgia
37
Rerata Item
Obat/Lembar 52,86
Resep
Persentase
Penggunaan Obat 71,05 #DIV/0!
Rasional
*) Berdasarkan data pada laporan triwulan Dinkes Provinsi yang dikirim ke Pusat (baru 12 Provinsi), dengan
pembagi 4
**) Dengan pembagi 6,21
Keterangan :
: Persentase Penggunaan Antibiotik pada ISPA Non-
A pneumonia
B : Persentase Penggunaan Antibiotik pada Diare Non-spesifik
C : Persentase Penggunaan Injeksi pada Myalgia
38
Lampiran 5. Tabel Realisasi Anggaran Kegiatan Pendukung Indikator
39
Farmasi Klinik
Workshop Akreditasi RS Rp. 374.497.000 Rp. 374.497.000 100
terkait Manajemen
Pengelolaan Obat
Workshop Perencanaan Rp. 1.199.606.000 Rp. 1.198.690.000 99,92
Obat di RS dan BMHP di
RS Rujukan
2 Persentase Sosialisasi Formularium Rp. 1.516.375.627 1.509.945.000 99,58
Penggunaan Obat Nasional
Rasional di
Puskesmas
Koordinasi Lintas Sektor Rp. 109.171.000 Rp. 108.296.000 99,20
dalam Rangka Gema
Cermat
Workshop Penggunaan Rp. 885.777.000 Rp. 884.677.000 99,88
Antimikroba Bijak Untuk RS
Rujukan Regional
Kajian Pelayanan Rp. 269.720.000 Rp. 269.720.000 100
Antibiotika di Apotek
Penyebaran Informasi POR Rp. 889.861.000 Rp. 885.140.000 98,36
Melalui Media Cetak
Bimbingan Teknis Rp. 433.885.000 Rp. 433.885.000 100
Penggunaan Obat dalam
FORNAS di Fasilitas
Kesehatan
Review Obat dalam Fornas Rp. 296.223.000 Rp. 296.223.000 100
dan DOEN
Pengembangan dan Rp. 479.910.000 Rp. 459.843.000 95,82
Integrasi e-Fornas
Analisis Farmakoekonomi Rp. 763.984.000 Rp. 761.269.000 99,64
Obat dan Alkes di Faskes
Modul Pelatihan Pelayanan Rp. 302.615.000 Rp. 302.615.000 100
Kefarmasian
Penyusunan Formularium Rp. 330.403.000 Rp. 329.252.000 99,85
Haji 2016
Sosialisasi dan Bimtek Rp. 3.300.172.287 Rp. 2.070.327.726 62,73
Program dan Kebijakan Dit.
Yanfar
Koordinasi Lintas Sektor Rp. 1.507.034.000 Rp. 1.505.739.400 99,91
dalam Rangka Sosialisasi
NSPK, Program dan
Pendampingan
Peningkatan Kemampuan Rp. 199.500.000 Rp. 199.500.000 100
EBM Bagi Tenaga
Kefarmasian
40