((Epinephelus fuscoguttatus)
DENGAN PENAMBAHAN METHIONINE YANG BERBEDA
Oleh:
Silfester Basi Dhoe
Safei
Yuwana Puja
1.2.TUJUAN
Ikan Uji
Penelitian ini menggunakan benih ikan Kerapu Macan berukuran bobot awal rata-rata
60-62 gram sebanyak 900 ekor yang diperoleh dari Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung. Masing-masing bak fiber volume 1,5 m3 dimasukan ikan sebanyak 75
ekor.
Formulasi Pakan
Formulasi pakan yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini disajikan
pada Tabel 2. sebagai berikut.
Tepung MBM* 11 11 11
Tepung PMM* 17 17 17
Tepung CGM* 5 5 5
Tepung tapioka 5 5 5
Minyak Ikan 9 9 9
Karbohidrat
Sampel *) Kadar Air Protein Lemak Kadar Abu
Serat Kasar BETN
Pelet komersil penggelondongan (stella) 5,45 44,08 13,15 13,66 1,78 21,88
Keterangan:*MBM (Meat Bone Meal), *PMM (Poultry Meat Meal), *SBM (Soy Bean
Meal),*CGM (Corn Gluten Meal). **BETN (Bahan Ekstak Tanpa Nitrogen).
2.2. METODA
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan pemberian dosis penambahan metionin
pada pakan formulasi. Masing –masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan:
K1 : Kontrol (Pakan Komersial )
P1 : Pakan formulasi dengan penambahan metionin 0,15%
P2 : Pakan formulasi dengan penambahan metionin 0,35%
Sebelum dimulai, ikan terlebih dahulu diadaptasikan selama 7 hari meliputi adaptasi
lingkungan dan pakan
- Pengujian dilakukan dalam bak fibererglas kotak dengan volume air 1,5 m3 dengan
kepadatan sebanyak 75 ekor/perlakuan dengan berat awal 61-62 gram
- Sampling awal dan akhir perekayasaan dilakukan penimbangan biomassa total ikan uji
- Pakan Pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pada pukul 07.00, 09.00 dan 13.00 WIB
secara ad satiation
- Pengambilan data dilakukan sebulan sekali.
- Data yang diambil setiap kolamnya berupa bobot ikan (20%), panjang tubuh ikan (10%),
jumlah ikan dan jumlah konsumsi pakan
- Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 75 hari.
- Setelah pemeliharaan berakhir, ikan diambil untuk dianalisis proksimat dan asam amino
- Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan melakukan pergantian jaring sebulan sekali.
- Perendaman dengan air tawar, agar parasit yang menempel terlepas, dilakukan sebulan
sekali
- Pengambilan parameter kualitas air seperti Suhu, pH, DO, salinitas dan dilakukan sepekan
sekali
- Rancangan perekayasaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 3 ulangan
- Perlakuan berupa perbedaan asam amino metionin, P1 0,15%, P2 0,35%, dan sebagai
pembanding digunakan pakan komersil dengan kadar protein 44%.
- Data yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan nilai laju pertumbuhan harian
(SGR), pertumbuhan relatif (WG), konversi pakan (FCR), kelangsungan hidup (SR),
retensi protein (RP) dan retesnsi asam amino (RAA).
- Analisa data diolah menggunakan perangkat lunak (soft ware) Ms. Excel dan SPSS v24.0
- Parameter dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan selang kepercayaan
95%. Jika terdapat perbedaan dilakukan uji lanjut menggunakan uji tukey
- Data kualitas air dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.
3.1. Hasil
Hasil penelitian yang meliputi parameter, nilai petumbuhan bobot dan panjang
mutlak, jumlah konsumsi pakan, pertumbuhan relatif, survival rate, FCR benih ikan kerapu
macan disajikan pada Tabel 4.1. dan kualitas air selama pemeliharaan pada Tabel 4.2 :
Tabel 3. Nilai petumbuhan bobot dan panjang mutlak, jumlah konsumsi pakan, pertumbuhan
relatif, survival rate, dan FCR selama pemeliharaan.
Keterangan : Notasi superskrip pada baris yang sama menunjukkan terdapat perbedaan (p<0,05)
100
80
60 P1
40
20 P2
0 P0
16.5
16 P1
15.5
P2
15
14.5 P0
14
13.5
13
11-Jul-18 18-Jul-18 25-Jul-18 1-Aug-18 8-Aug-18 15-Aug-18 22-Aug-18
100
Kelangsungan Hidup (%)
96 ± 1,33
98 94,67 ± 267
96
91,56 ± 3,08
94
92
90
88
86
K1 P1 P2
Perlakuan
0.8
0.6
0.4
0.2
0
K1 P1 P2
Perlakuan
Hasil uji menunjukkan nilai Retensi Protein benih ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) selama pemeliharaan yaitu berkisar 20,47-26,50. Hasil analisa statistik
ANOVA menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai Retensi Ikan
Kerapu Macan. Berdasarkan analisa data pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata. Namun
Nilai retensi protein tertinggi terdapat pada perlakuan K1(26,50 %/hari), sedangkan nilai
retensi protein terendah terdapat pada perlakuan P120,47 %/hari). Penambahan metionin pada
pakan selama penelitian belum mampu berpengaruh terhadap nilai retensi protein ikan kerapu
macan. Artinya ikan yang diberi pakan komersial lebih mampu daripada ikan yang diberi
pakan perlakuan untuk mengkonversi protein dalam pakan menjadi protein yang tersimpan
dalam tubuhnya. Adapun yang mempengaruhi perbedaan nilai retensi pada pakan antara lain,
adanya perbedaan pada sifat-sifat makanan yang diproses, termasuk kesesuaiannya untuk
dihidrolisis oleh enzim dan aktivitas substansi-substansi yang terdapat di dalam pakan. Hal
ini sesuai pendapat Maynard, et al. (1979) bahwa kecernaan adalah bagian pakan yang
dikonsumsi dan tidak dikeluarkan menjadi feses dan retensi protein merupakan salah satu
contoh kecernaan protein.
Retensi Protein
26,5 ± 2,54
30 23,34 ± 3,84
20,47 ± 3,1
Retensi Protein 25
20
15
10
5
0
K1 P1 P2
Perlakuan
Dari kegiatan pemeliharaan kerapu macan diatas menunjukan bahwa kualitas air
masih ada dalam kisaran yang optimal untuk pemeliharaan benih kerapu macan. Pada
parameter suhu, pH, DO dan amoniak masih dalam kisaran yang optimal sehingga pada
setiap perlakuan benih dapat tumbuh dengan baik. Untuk Nitrit sedikit tinggi dari baku
mutu, namun nitrit jarang sekali menjadi masalah dalam budidaya hewan akuatik baik di
tawar, payau maupun laut. Efek nitrat pada hewan akuatik hampir sama dengan nitrit yaitu
pada transportasi oksigen dan proses osmoregulasi. Kadar nitrat dalam air yang berbahaya
bagi ikan maupun invertebrata berkisar antara 1000 – 3000 mg/L. Oleh karena itu, keracunan
nitrat pada hewan akuatik sangat jarang terjadi.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kebutuhan metionin
yang berbeda pada pakan formula kerapu macan fase penggelondongan memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai pertumbuhan bobot dan panjang
mutlak, pertumbuhan relatif, survival rate, laju pertumbuhan harian dan retensi protein.
Namun berbeda nyata (p>0,05) terhadap nilai Jumlah Kosumsi Pakan dan Konversi pakan.
Perlakuan P1 merupakan perlakuan yang menghasilkan nilai pertumbuhan jumlah konsumsi
pakan serta FCR terbaik masing-masing yaitu 1,10 g/hari/ikan dan 1,23. Penambahan
metionin pakan formula kerapu macan fase penggelondongan belum dapat meningkatkan
nilai pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan relatif, survival
rate, dan laju pertumbuhan harian. Hal ini kemungkinan disebabkan pemberian dosis
metionin masih terlalu rendah.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk peningkatan dosis kebutuhan metionin pada
pembuatan formula pakan ikan kerapu macan fase penggelondongan dan formula pakan
dalam perekayasaan ini dilanjutkan menjadi pakan fungsional dengan menambahkan imuno
stimulant sehingga dapat diaplikasikan hingga fase pembesran di laut (KJA).
REFERENSI
Agustina, Alfiyandi dan Tyas Rini S. Pemberian Suplemen Asam Amino Triptopan sebagai
Upaya menurunkan Kanibalisme Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutatus ).
UNDIP. Semarang. Jurnal Pemberian Suplemen Asam Amino Triptophan . Alfiyanti
A, Tyas Rini S, 14 -20)
Buwono ID. 2000. Kebutuhan asam amino esensial dalam ransum ikan. Kanisius,
Yogyakarta. 52 pp.
Giri, N.A., Suwirya, K., & Marzuqi, M. 1999. Kebutuhan protein, lemak, dsn vitamin C
untuk Juvenil ikan kerapu tikus ( Cromnileptes altivelis). J. Pen. Perik.Indonesia, 5
:38 - 46.
Hepher B. 1990. Nutrition of pond fishes. Cambridge University Press. Cambridge New
York. 388 pp
Maynard, L.A., J.K. Loosli, H.F. Hintz, and R.G.Warner. 1979. Animal Nutrition. New
Delhi: Seventh Edition McGraw-Hill Book Company.
Marzuqi, M., Giri, N.A. , & Suwirya , K. 2007. Kebutuhan protein optimal dan kecernaan
nutrient pakan untuk benih ikan kerapu sunu ( Plectropomus leopardus ).
Aquacultura Indonesia, 8 (2): 113 - 119
Millamena OM, Coloso RM, Pascual FP. 2002. Nutrition in tropical aquaculture. SEAFDEC.
Tigbauan lloilo, Philippines. 221 pp
[NRC] National Research Council. 1983. Nutrien Requirement of Warmwater Fishes and
Shellfish. National Academy Press. Washington D.C
ABSTRAK
Kata Kunci:
Pakan formula, Kerapu Macan, Penggelondongan, Metionin, Sintasan, FCR, SGR.
The purpose of this study are to determine the effect of different methionine levels on feed on
growth performance and survival of tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus) in the logging
phase, get the best feed formulation in tiger grouper flushing, know survival (SR), growth
rate (SGR) ), and feed conversion ratio in the tiger grouper flushing phase The research
method used Completely Randomized Design (CRD) with three treatments and three
replications consisting of K1 (Control), P1 (0.15), and P2 (0.35). Feed K1 uses commercial
pellets The parameters observed consisted of absolute growth of weight and length, amount
of feed consumption, relative growth, survival rate, daily growth rate, FCR, protein retention
and water quality. Data analysis using Analysis of Variants (ANOVA) and continued with the
smallest real difference test (LSD). Data analysis using SPSS 17 and Minitab 17 applications.
Water quality data obtained were processed descriptively.
The results showed that the different methionine requirements in the tiger phase grouper
formula feed had a significant effect (p <0.05) on the value of absolute weight and length
growth, relative growth, survival rate, daily growth rate and protein retention. However, it
was significantly different (p> 0.05) to the value of the amount of feed consumption and feed
conversion. The treatment of P1 is a treatment that produces the growth value of the amount
of feed consumption and the best FCR, namely 1.10 g / day / fish and 1.23 respectively.
Keywords:
nd
Feed formula, Tiger grouper, NURSERY 2 , Methionine, Survival rate, FCR, SGR.
nd
FORMULATION FEED FOR NURSERY 2 PHASE of tiger grouper
(Epinephelus fuscoguttatus)
WITH DIFFERENT METHIONINE ADDITIONS