Anda di halaman 1dari 20

PAKAN FORMULA PADA PENGGLONDONGAN KERAPU MACAN

((Epinephelus fuscoguttatus)
DENGAN PENAMBAHAN METHIONINE YANG BERBEDA

Oleh:
Silfester Basi Dhoe
Safei
Yuwana Puja

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA LAUT (BBPBL)
LAMPUNG
2018
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Usaha pembesaran ikan laut khususnya keramba jaring apung (KJA) pada tahun
tahun ini sudah mengalami perkembangan dengan baik, seiring dengan tingginya
permintaan produk ikan laut baik untuk kepentingan lokal ataupun kepentingan ekspor.
Salah satu komoditas ikan yang memiliki nilai jual yang tinggi adalah ikan kerapu
macan (Epinephelus fuscogutatus). Teknik pembenihan kerapu macan telah dapat
dikembangkan dengan baik dan masih terus disempurnakan untuk meningkatkan
produksi benih secara massal.
Ikan kerapu macan pada tahun ini mengalami masa
kebangkitan kembali dengan banyaknya permintaan produk ikan kerapu hidup, sehingga
permintaan benih semakin meningkat. Namun hal ini tidak seiring dengan ketersediaan
pakan kerapu yang memiliki nutrisi yang efesien untuk usaha budidaya ikan kerapu.
Selain kebutuhan nutrisi harga pakan yang terus meningkat mengakibatkan petani ikan
kurang bersemangat untuk mengembangkan ikan kerapu macan.
Keberhasilan budidaya ikan ini masih perlu ditingkatkan dari
mulai pembenihan, pendederan/penggelondongan sampai ke pembesarannya. Berbagai
inovasi, terutama dalam penggunaan pakan formula terus dilakukan khususnya untuk
memperoleh formulasi pakan yang efisien dan mampu meningkatkan produksi
budidayanya.
Permasalahan yang saat ini dihadapi para pembudidaya adalah harga pakan
yang terus meningkat, Sehingga perlu dilakukan terobosan pembuatan pakan mandiri
yang mencukupi kebutuhan nutrisi ikan untuk pertumbuhan dan dengan harga jual pellet
yang masih terjangkau oleh pembudidaya dengan memanfaatkan bahan baku local
berkualitas baik, serta tersusunnya formulasi pakan yang sesuai dan mampu mendukung
pertumbuhan ikan.
Secara umum pengembangan pakan buatan ikan kerapu macan
mengalami kendala karena terbatasnya informasi tentang kebutuhan nutrisi pakannya.
Formula pakan untuk ikan kerapu macan harus mengandung sumber energi dan asam
amino esensial yang cukup, asam lemak esensial, spesifik vitamin dan mineral untuk
memacu pertumbuhannya. Beberapa peneliti melaporkan kebutuhan protein untuk
pertumbuhan beberapa spesies kerpau berkisar antara 47,8% - 60 % bervariasi menurut
spesiesnya.( Giri at al.,1999).
Selain protein unsur yang tak kalah penting dalam pembuatan formula
pakan untuk ikan kerapu adalah unsur asam amino esensial. Keseimbangan asam amino
dalam pakan menentukan efektivitas penggunaan protein pakan untuk pertumbuhan ikan.
Untuk menyusun formula pakan yang efektif secara ekonomi untuk ikan kerapu macan
maka kebutuhan asam amino esensialnya perlu diketahui secara lengkap. Methionine
merupakan salah satu asam amaino eselsial yang dibituhkan oleh ikan untuk
pertumbuhan.

1.2.TUJUAN

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah:


- Mengetahui pengaruh kadar metionin berbeda pada pakan terhadap performa
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
pada fase penggelondongan
- Mendapatkan formulasi pakan terbaik dalam penggelondongan kerapu macan
- Mengetahui sintasan (SR), laju pertumbuhan (SGR), dan rasio konversi pakan pada
fase penggelondongan kerapu macan

1.3. WAKTU DAN TEMPAT


Tempat dan Waktu
Kegiatan uji pakan formula ini dilakukan di bangsal Pendederan/penggelondongan
Modul 1 BBPBL Lampung pada Juli sampai dengan September 2018..

II. BAHAN DAN METODA

2.1. Bahan dan Alat


Bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan perekayasaan ini adalah bahan baku
pakan (tabel 2.), pakan komersil, dan ikan Kerapu Macan. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini disajikan dalam Tabel 1. sebagai berikut:

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian


No Alat Spesifikasi Kegunaan
1 Bak Fiber Ukuran 2,5m x1m Wadah pemeliharaan ikan
x1m
2 Timbangan digital Ketelitian 1 gram Alat ukur berat ikan
3 Penggaris Ketelitian 1 cm Alat ukur panjang ikan
4 pH-Meter - Alat ukur pH
5 DO-meter Ketelitian 0,01 ppm Alat ukur oksigen terlarut
6 Thermometer Ketelitian 1oC Alat ukur suhu
7 Mesin mixer pakan - Alat pengaduk pakan
8 Mesin pencetak pelet - Alat pencetak pakan
9 Scoop net - Alat penangkap ikan
10. Mesin Oven - Alat pengeringan pakan

Ikan Uji
Penelitian ini menggunakan benih ikan Kerapu Macan berukuran bobot awal rata-rata
60-62 gram sebanyak 900 ekor yang diperoleh dari Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung. Masing-masing bak fiber volume 1,5 m3 dimasukan ikan sebanyak 75
ekor.

Formulasi Pakan
Formulasi pakan yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini disajikan
pada Tabel 2. sebagai berikut.

Tabel 2. Komposisi Pakan Formula Penggelondongan Ikan kerapu macan

k1 (0,15) P2 (0,35) P3 (0,5)


% Bahan % Bahan % Bahan
Tepung Ikan 25,4 25,4 25,4

Tepung MBM* 11 11 11

Tepung PMM* 17 17 17

Tepung SBM* 18,3 18,3 18,3

Tepung CGM* 5 5 5

Tepung tapioka 5 5 5

Tepung terigu 3,3 3,1 2,9

Tepung polard 3,5 3,5 3,5

Minyak Ikan 9 9 9

Lechitin 0,4 0,4 0,4

Vit c 0,05 0,05 0,05

Vit Pre-mix 0,5 0,5 0,5

Taurin 0,1 0,1 0,1

Imunostimulan 0,03 0,03 0,03


Anti mold 0,05 0,05 0,05

Anti oksidan 0,07 0,07 0,07

mineral mix 0,4 0,4 0,4

Enzim 0,05 0,05 0,05

Garam 0,35 0,35 0,35

methionin 0,1 0,3 0,5

lisin 0,4 0,4 0,4


Analisa Proksimat

Karbohidrat
Sampel *) Kadar Air Protein Lemak Kadar Abu
Serat Kasar BETN

Pelet penggelondongan (P1) 10,78 44,93 8,37 17,06 1,52 17,34

Pelet penggelondongan (P2) 9,78 44,90 8,10 17,41 1,33 18,48

Pelet komersil penggelondongan (stella) 5,45 44,08 13,15 13,66 1,78 21,88
Keterangan:*MBM (Meat Bone Meal), *PMM (Poultry Meat Meal), *SBM (Soy Bean
Meal),*CGM (Corn Gluten Meal). **BETN (Bahan Ekstak Tanpa Nitrogen).

2.2. METODA

Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan pemberian dosis penambahan metionin
pada pakan formulasi. Masing –masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan:
K1 : Kontrol (Pakan Komersial )
P1 : Pakan formulasi dengan penambahan metionin 0,15%
P2 : Pakan formulasi dengan penambahan metionin 0,35%

Pembuatan Pakan Ikan


Semua bahan baku pakan dicampurkan dan diaduk dengan menggunakan bantuan
mesin mixer. Kemudian kedalam adonan pakan ditambahkan air sebanyak 15% dari berat
bahan dan dikukus selama 15 menit. Bahan yang telah dikukus kemudian dimasukkan
kedalam mesin pencetak pelet lalu dicampurkan dengan vitamin dan minyak ikan. Setelah
tercampur bahan kemudian dicetak, pelet yang telah terbentuk kemudian dikeringkan dengan
oven pada suhu 600C selama 12 jam. Pakan buatan yang siap digunakan, sebelumnya
dilakukan uji proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien dalam pakan tersebut.

Sebelum dimulai, ikan terlebih dahulu diadaptasikan selama 7 hari meliputi adaptasi
lingkungan dan pakan
- Pengujian dilakukan dalam bak fibererglas kotak dengan volume air 1,5 m3 dengan
kepadatan sebanyak 75 ekor/perlakuan dengan berat awal 61-62 gram
- Sampling awal dan akhir perekayasaan dilakukan penimbangan biomassa total ikan uji
- Pakan Pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pada pukul 07.00, 09.00 dan 13.00 WIB
secara ad satiation
- Pengambilan data dilakukan sebulan sekali.
- Data yang diambil setiap kolamnya berupa bobot ikan (20%), panjang tubuh ikan (10%),
jumlah ikan dan jumlah konsumsi pakan
- Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 75 hari.
- Setelah pemeliharaan berakhir, ikan diambil untuk dianalisis proksimat dan asam amino
- Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan melakukan pergantian jaring sebulan sekali.
- Perendaman dengan air tawar, agar parasit yang menempel terlepas, dilakukan sebulan
sekali
- Pengambilan parameter kualitas air seperti Suhu, pH, DO, salinitas dan dilakukan sepekan
sekali
- Rancangan perekayasaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 3 ulangan
- Perlakuan berupa perbedaan asam amino metionin, P1 0,15%, P2 0,35%, dan sebagai
pembanding digunakan pakan komersil dengan kadar protein 44%.
- Data yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan nilai laju pertumbuhan harian
(SGR), pertumbuhan relatif (WG), konversi pakan (FCR), kelangsungan hidup (SR),
retensi protein (RP) dan retesnsi asam amino (RAA).
- Analisa data diolah menggunakan perangkat lunak (soft ware) Ms. Excel dan SPSS v24.0
- Parameter dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan selang kepercayaan
95%. Jika terdapat perbedaan dilakukan uji lanjut menggunakan uji tukey
- Data kualitas air dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.

Rumus yang digunakan dalam perekayasaan ini sebagai berikut ini:

* Laju Pertumbuhan Harian (SGR):


𝑡 𝑊𝑡
𝛼 = [√ − 1] 𝑥 100
𝑊𝑜

Keterangan: α = Laju pertumbuhan harian (%)


t = Waktu pemeliharaan (hari)
Wt = Rerata bobot individu pada akhir pemeliharaan (g)
W0 = Rerata bobot individu pada awal pemeliharaan (g)

* Pertumbuhan Relatif (WG):


Wt - W0
WG (%) = x 100
W0

Keterangan: WG = weight gain/pertumbuhan relatif (%)


Wt = bobot rata-rata ikan pada waktu akhir (g)
W0 = bobot rata-rata ikan pada waktu awal (g)
* Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
𝑁𝑡
𝑆𝑅 = 𝑥100
𝑁0

Keterangan: SR = Kelangsungan hidup ikan (%)


Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

* Rasio Konversi Pakan (FCR)


∑F
FCR = ---------------------
(Wt-Wo) + (Wd )

Keterangan: ∑F = Total pakan yang dikonsumsi (gram)


Wt = Total Bobot ikan akhir (gr)
Wo = Total bobot ikan awal (gr)
Wd = Total bobot ikan mati (gr)

* Retensi protein (RP)


(F – I)
RP (%) = x 100
P
Keterangan: F = jumlah protein tubuh ikan pada waktu akhir pemeliharaan (g)
I = jumlah protein tubuh ikan pada waktu awal pemeliharaan (g)
P = jumlah protein yang dikonsumsi ikan selama pemeliharaan (g)

* Retensi Asam Amino (RAA)


(F – I)
RAA (%) = x 100
AA
Keterangan: F = jumlah asam amino tubuh ikan pada waktu akhir pemeliharaan (g)
I = jumlah asam amino tubuh ikan pada waktu awal pemeliharaan (g)
AA = jumlah asam amino yang dikonsumsi ikan selama pemeliharaan (g)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Hasil penelitian yang meliputi parameter, nilai petumbuhan bobot dan panjang
mutlak, jumlah konsumsi pakan, pertumbuhan relatif, survival rate, FCR benih ikan kerapu
macan disajikan pada Tabel 4.1. dan kualitas air selama pemeliharaan pada Tabel 4.2 :

Tabel 3. Nilai petumbuhan bobot dan panjang mutlak, jumlah konsumsi pakan, pertumbuhan
relatif, survival rate, dan FCR selama pemeliharaan.

Keterangan : Notasi superskrip pada baris yang sama menunjukkan terdapat perbedaan (p<0,05)

Tabel 4. Nilai rerata kualitas air selama pemeliharaan


Perlakuan
Parameter Satuan
K P1 P2 Standar
pH - 8,01 ± 0,04 8,00 ± 0,03 8,04 ± 0,03 7-8,5*
DO mg/l 5,38 ± 0,24 5,51 ± 0,27 5,39 ± 0,28 >4
Suhu °C 28,95 ± 0,1 28,9 ± 0,1 29,0 ± 0,1 Alami
Salinitas psu 32,00 ± 0,0 32,0 ± 0,0 32,0 ± 0,0 30-34*
Nitrit mg/l 0,34 ± 0,15 0,288 ± 0,06 0,327 ± 0,13 0,05**
Amoniak mg/l 0,12 ± 0,04 0,202 ± 0,13 0,159 ± 0,07 0,3*

Keterangan: *Kepmen Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004


** SNI 6488.3:2011 Tahun 2011
3.2. Pembahasan
3.2.1. Pertumbuhan Bobot Mutlak
Hasil penelitian menunjukkan nilai bobot mutlak benih ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) selama pemeliharaan yaitu berkisar
42,16 gram – 44,50 gram. Hasil analisa statistik ANOVA menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai bobot mutlak ikan Kerapu Macan. Nilai nilai bobot
mutlak terendah terdapat pada perlakuan P2(42,16 gram), sedangkan nilai bobot mutlak
tertinggi terdapat pada perlakuan K(44,5)..Dari data tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan kandungan metionin pada pakan formula tidak berpengaruh terhadap
peningkatan pertumbuhan bobot mutlak yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol.
Disinyalir dosis metionin yang diberikan terlalu rendah sehingga tidak berpengaruh. Hal ini
sejalan berdasarkan penelitian Luo et al (2005), meningkatnya kadar metionin pakan dari
0,55% hingga 1,34% dapat meningkatkan pula pertumbuhan bobot pada ikan kerapu
(Epinephelus coioides).
Perlakuan k1 atau kontrol mendapat pertambahan bobot berat yang lebih baik yaitu 44,5 gran
diikuti perlakuan P1 yaitu 43,8gram dan kemudian perlakuan P2 (42,16gram). Hal ini
menunjukan bahwa perlakuan PO atau pellet komersil masih memperoleh pertambahan bobot
lebih baik dibandingkan perlakuan. Pertumbuhan yang lambat pada perlakuan yang diberi
methionin mungkin berhubungan dengan ketidakseimbangan komposisi asam amino dalam
pakan percobaan. Kekurangan asam amino esensial menyebabkan 5 penurunan pertumbuhan.
Selain itu jumlah asam amino yang akan digunakan untuk pertumbuhan juga semakin
menurun seiring dengan penurunan tingkat pertumbuhan.

Pertambahan bobot (gr)


120
berat rata-rata ikan

100
80
60 P1
40
20 P2
0 P0

Gambar 1. Penambahan Bobot Kerapu Macan


3.2.2. Pertumbuhan Panjang Mutlak
Hasil penelitian menunjukkan nilai panjang mutlak benih ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) selama pemeliharaan yaitu berkisar 3,27 cm – 4,42 cm. Hasil
analisa statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai panjang
mutlak ikan Kerapu Macan sama halnya dengan nilai bobot mutlak. Berdasarkan data
sekalipun lebih tinggi diketahui bahwa nilai panjang mutlak perlakuan P2(3,42 cm) tidak
berbeda nyata terhadap perlakuan K(3,3 cm) dan P1(3,27 cm).

Pertambahan panjang (cm)


18
17.5
17
panjang benih (cm)

16.5
16 P1
15.5
P2
15
14.5 P0
14
13.5
13
11-Jul-18 18-Jul-18 25-Jul-18 1-Aug-18 8-Aug-18 15-Aug-18 22-Aug-18

Gambar 2. Penambahan panjang benih kerapu macan


3.2.3. Jumlah Konsumsi Pakan
Hasil penelitian menunjukkan nilai jumlah konsumsi pakan benih ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) selama pemeliharaan yaitu berkisar 0,92 (gram/hari/ekor) – 1,10
(gram/hari/ekor).Hasil analisa statistik ANOVA menunjukkan hasil yang berbeda nyata
(p<0,05) terhadap nilai jumlah konsumsi pakan ikan Kerapu Macan. Berdasarkan uji BNT
(Beda Nyata Terkecil) dengan selang kepercayaan 95% diketahui bahwa jumlah konsumsi
pakan perlakuan k1(0,92 gram/hari/ekor) dan P2(0,99 gram/hari/ekor) berbeda nyata
terhadap perlakuan P1(1,10 gram/hari/ekor). Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan konsumsi pakan seiring dengan meningkatnya kandungan metionin pada pakan.
Berdasarkan penelitian Luo et al (2005) dan bahwa penambahan metionin pada pakan ikan
memiliki pengaruh terhadap konsumsi pakan benih ikan kerapu (Epinephelus coioides) dan
ikan kerapu macan. Namun Giri (2006) melaporkan bahwa penambahan metionin pada
pakan tidak mempengaruhi konsumsi pakan ikan kerapu bebek, akan tetapi berpengaruh
terhadap efesiensi pakan.
Jumlah Konsumsi Pakan
1.15
1,1 ± 0,04
1.1
Jumlah kosumsi Pakan
(gram/hari/ekor)
1.05
0,99 ± 0,06
1
0.95 0,92 ± 0,0
0.9
0.85
0.8
K1 P1 P2
Perlakuan

Gambar 3. Konsumsi pakan perhari


3.2.4. Pertumbuhan Relatif
Hasil penelitian menunjukkan nilai pertumbuhan relatif benih ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) selama pemeliharaan yaitu berkisar 54,39 %– 65,50 %. Hasil
analisa statistik ANOVA menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai
pertumbuhan relatif ikan Kerapu Macan. Berdasarkan data diketahui bahwa nilai
pertumbuhan relative antar perlakuan tidak menunjukkan hasil berbeda nyata dimana
perlakuan k1 ( 65,50 %) menghasilkan nilai pertumbuhan relatif yang lebih baik kemudian
diikuti perlakuan P1 (61,02 %) dan P2 (54,39 %). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan
metionin pada pakan penggelondongan dengan dosis yang diujikan belum dapat
meningkatkan nilai pertumbuhan relatif ikan kerapu macan.. Luo et al (2005) menyatakan
dengan seiring meningkatnya kadar metionin pakan dari 0,55%- 1,34% maka akan meningkat
pula pertumbuhan relatif pada juvenil ikan kerapu (Epinephelus coioides). Hal serupa juga
dilaporkan oleh Giri (2006) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan
nilai pertumbuhan relatif seiring dengan bertambahnya metionin 0,86%-1,76% pada pakan
ikan kerapu bebek.
Pertumbuhan Relatif
100
90
Pertumbuhan Relatif (%) 80
70 65,5 ± 1,57
61,02 ± 6,52
60 54,39 ± 6,16
50
40
30
20
10
0
K1 P1 P2
Perlakuan

Gambar 4. Pertumbuhan relatif benih kerapu macan

3.2.5. Survival Rate (SR)


Hasil penelitian menunjukkan nilai SR benih ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) selama pemeliharaan yaitu berkisar 91,56% - 96%. Hasil analisa statistik
ANOVA menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai survival rate
ikan Kerapu Macan. Berdasarkan analisa data diketahui bahwa nilai survival rate antar
perlakuan tidak menunjukkan berbeda nyata, dimana K1 (96 %) menghasilkan nilai survival
rate yang lebih baik. kemudian diikuti P1(94,67%) dan P2(91,56%). Secara umum SR ikan
kerapu macan yang dihasilkan dari pengujian ini lebih tinggi atau cukup baik jika
dibandingkan dengan penelitiaan sebelumnya yang hanya sebesar 41,6% -75,0% . Hal ini
berarti pemberian methionin tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih
kerapu macan khususnya pada tahap pengglondongan.Berdasarkan pengamatan selama
pengujian ,penurunan nilai SR dikarenakan beberapa sebab diantaranyan karena faktor
kanibalisme dan penyakit. Berkenaan dengan penyakit, selama penelitian ditemukan
beberapa jenis agen penyakit yang menyerang benih ikan kerapu macan antara lain,
golongan monogenia (Benedenia sp.), golongan protozoa (Tricodina sp.). Menurut Badrudin
(2010), gejala yang ditimbulkan oleh serangan golongan monogenia dan golongan protozoa,
antara lain ikan kehilangan nafsu makan, gerak ikan lambat berenang di permukaan air
dengan megap-megap, dan tutup insang terbuka. Akibat yang ditimbulkan oleh serangan
parasit tersebut yaitu terjadi kematian dalam jangka waktu yang lama.
Kelangsungan Hidup

100
Kelangsungan Hidup (%)
96 ± 1,33
98 94,67 ± 267
96
91,56 ± 3,08
94
92
90
88
86
K1 P1 P2
Perlakuan

Gambar 5. Survival Rate benih kerapu Macan

3.2.6. Laju Pertumbuhan Harian (LPH)


Hasil penelitian menunjukkan nilai LPH benih ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) selama pemeliharaan yaitu berkisar 0,87 %/hari – 0,91 %/hari. Hasil analisa
statistik ANOVA menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai LPH
ikan Kerapu Macan. Berdasarkan analisa data pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata.
Namun Nilai LPH tertinggi terdapat pada perlakuan K1(0,91 %/hari), sedangkan nilai LPH
terendah terdapat pada perlakuan P2(0,87 %/hari). Penambahan metionin pada pakan selama
penelitian belum mampu meningkatkan nilai LPH ikan kerapu macan. Pernyataan tersebut
sesuai dengan penelitian Giri (2006) kebutuhan metionin pada level 1,16%-2,36% tidak
mempengaruhi nilai LPH pada ikan kerapu bebek.
Laju Pertumbuhan Harian
0.92
0,91 ± 0,01
Laju Pertumbuhan Harian 0.91
0.9
0,89 ± 0,02
0.89
0.88
0,87 ± 0,02
0.87
0.86
0.85
K1 P1 P2
Perlakuan

Gambar 6. Laju pertumbuhan harian benih kerapu macan

3.2.7. Feed Convertion Ratio (FCR)


Hasil penelitian menunjukkan nilai FCR benih ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) selama pemeliharaan yaitu berkisar 1,23-1,51. Hasil analisa
statistik ANOVA menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p>0,05) terhadap nilai FCR ikan
Kerapu Macan. Berdasarkan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan selang kepercayaan 95%
diketahui bahwa nilai FCR perlakuan P2(1,52) berbeda nyata terhadap perlakuan K(1,39) dan
P1(1,23). Nilai FCR terendah terdapat pada perlakuan P1(1,23), sedangkan nilai FCR
tertinggi terdapat pada perlakuan P2(1,51). Penelitian Luo et al (2005) melaporkan bahwa
penambahan metionin pada pakan ikan kerapu (Epinephelus coioides) menghasilkan nilai
FCR 1,20-2,38. Menurut penelitian Shapawi (2016) penambahan metionin dan lisin pada
pakan ikan kerapu macan menghasilkan nilai FCR 1,43-1,84. Sementara itu, Badrudin
(2010) nilai FCR ikan kerapu macan fase pendederan yang diberi pakan pelet menghasilkan
nilai FCR 1,5-3,1.
Konversi Pakan
1,52 0,59
1,39 ± 0,07
1.6 1,23 ± 0,66
1.4
1.2
1
FCR

0.8
0.6
0.4
0.2
0
K1 P1 P2
Perlakuan

Gambar 8. Food Coversion Ratio benih kerapu macan

3.2.8. Retensi Protein

Hasil uji menunjukkan nilai Retensi Protein benih ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) selama pemeliharaan yaitu berkisar 20,47-26,50. Hasil analisa statistik
ANOVA menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai Retensi Ikan
Kerapu Macan. Berdasarkan analisa data pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata. Namun
Nilai retensi protein tertinggi terdapat pada perlakuan K1(26,50 %/hari), sedangkan nilai
retensi protein terendah terdapat pada perlakuan P120,47 %/hari). Penambahan metionin pada
pakan selama penelitian belum mampu berpengaruh terhadap nilai retensi protein ikan kerapu
macan. Artinya ikan yang diberi pakan komersial lebih mampu daripada ikan yang diberi
pakan perlakuan untuk mengkonversi protein dalam pakan menjadi protein yang tersimpan
dalam tubuhnya. Adapun yang mempengaruhi perbedaan nilai retensi pada pakan antara lain,
adanya perbedaan pada sifat-sifat makanan yang diproses, termasuk kesesuaiannya untuk
dihidrolisis oleh enzim dan aktivitas substansi-substansi yang terdapat di dalam pakan. Hal
ini sesuai pendapat Maynard, et al. (1979) bahwa kecernaan adalah bagian pakan yang
dikonsumsi dan tidak dikeluarkan menjadi feses dan retensi protein merupakan salah satu
contoh kecernaan protein.
Retensi Protein
26,5 ± 2,54
30 23,34 ± 3,84
20,47 ± 3,1
Retensi Protein 25
20
15
10
5
0
K1 P1 P2
Perlakuan

Gambar 7. Retensi Protein benih kerapu macan

3.2.9. Kualitas Air

Dari kegiatan pemeliharaan kerapu macan diatas menunjukan bahwa kualitas air
masih ada dalam kisaran yang optimal untuk pemeliharaan benih kerapu macan. Pada
parameter suhu, pH, DO dan amoniak masih dalam kisaran yang optimal sehingga pada
setiap perlakuan benih dapat tumbuh dengan baik. Untuk Nitrit sedikit tinggi dari baku
mutu, namun nitrit jarang sekali menjadi masalah dalam budidaya hewan akuatik baik di
tawar, payau maupun laut. Efek nitrat pada hewan akuatik hampir sama dengan nitrit yaitu
pada transportasi oksigen dan proses osmoregulasi. Kadar nitrat dalam air yang berbahaya
bagi ikan maupun invertebrata berkisar antara 1000 – 3000 mg/L. Oleh karena itu, keracunan
nitrat pada hewan akuatik sangat jarang terjadi.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kebutuhan metionin
yang berbeda pada pakan formula kerapu macan fase penggelondongan memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai pertumbuhan bobot dan panjang
mutlak, pertumbuhan relatif, survival rate, laju pertumbuhan harian dan retensi protein.
Namun berbeda nyata (p>0,05) terhadap nilai Jumlah Kosumsi Pakan dan Konversi pakan.
Perlakuan P1 merupakan perlakuan yang menghasilkan nilai pertumbuhan jumlah konsumsi
pakan serta FCR terbaik masing-masing yaitu 1,10 g/hari/ikan dan 1,23. Penambahan
metionin pakan formula kerapu macan fase penggelondongan belum dapat meningkatkan
nilai pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan relatif, survival
rate, dan laju pertumbuhan harian. Hal ini kemungkinan disebabkan pemberian dosis
metionin masih terlalu rendah.

5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk peningkatan dosis kebutuhan metionin pada
pembuatan formula pakan ikan kerapu macan fase penggelondongan dan formula pakan
dalam perekayasaan ini dilanjutkan menjadi pakan fungsional dengan menambahkan imuno
stimulant sehingga dapat diaplikasikan hingga fase pembesran di laut (KJA).
REFERENSI

Agustina, Alfiyandi dan Tyas Rini S. Pemberian Suplemen Asam Amino Triptopan sebagai
Upaya menurunkan Kanibalisme Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutatus ).
UNDIP. Semarang. Jurnal Pemberian Suplemen Asam Amino Triptophan . Alfiyanti
A, Tyas Rini S, 14 -20)
Buwono ID. 2000. Kebutuhan asam amino esensial dalam ransum ikan. Kanisius,
Yogyakarta. 52 pp.
Giri, N.A., Suwirya, K., & Marzuqi, M. 1999. Kebutuhan protein, lemak, dsn vitamin C
untuk Juvenil ikan kerapu tikus ( Cromnileptes altivelis). J. Pen. Perik.Indonesia, 5
:38 - 46.
Hepher B. 1990. Nutrition of pond fishes. Cambridge University Press. Cambridge New
York. 388 pp
Maynard, L.A., J.K. Loosli, H.F. Hintz, and R.G.Warner. 1979. Animal Nutrition. New
Delhi: Seventh Edition McGraw-Hill Book Company.
Marzuqi, M., Giri, N.A. , & Suwirya , K. 2007. Kebutuhan protein optimal dan kecernaan
nutrient pakan untuk benih ikan kerapu sunu ( Plectropomus leopardus ).
Aquacultura Indonesia, 8 (2): 113 - 119
Millamena OM, Coloso RM, Pascual FP. 2002. Nutrition in tropical aquaculture. SEAFDEC.
Tigbauan lloilo, Philippines. 221 pp
[NRC] National Research Council. 1983. Nutrien Requirement of Warmwater Fishes and
Shellfish. National Academy Press. Washington D.C
ABSTRAK

Kebutuhan protein ikan kerapu macan relatif tinggi, sehingga perlu


mengefesiensikan pemanfaatan protein guna mendukung pertumbuhan dan retensi protein,
nilai gizi protein pada ikan tergantung pada komposisi asam-asam amino pada pakan. Salah
satu asam amino yang berperan dalam pertumbuhan ikan kerapu macan adalah metionin.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui pengaruh kadar
metionin berbeda pada pakan terhadap performa pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) pada fase penggelondongan, mendapatkan
formulasi pakan terbaik dalam penggelondongan kerapu macan, mengetahui sintasan (SR),
laju pertumbuhan (SGR), dan rasio konversi pakan pada fase penggelondongan kerapu macan
Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan
tiga ulangan terdiri dari K1 (Kontrol), P1(0,15), dan P2(0,35). Pakan K1 menggunakan pellet
komersil Parameter yang diamati terdiri dari nilai pertumbuhan bobot dan panjang mutlak,
jumlah konsumsi pakan, pertumbuhan relatif, survival rate, laju pertumbuhan harian, FCR,
retensi protein dan kualitas air. Analisa data menggunakan Analisys of Varian (ANOVA)
dan dilanjutkan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT). Analisa data menggunakan aplikasi
SPSS 17 dan Minitab 17. Data kualitas air yang diperoleh diolah secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan metionin yang berbeda pada pakan formula
kerapu macan fase penggelondongan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
(p<0,05) terhadap nilai pertumbuhan bobot dan panjang mutlak, pertumbuhan relatif, survival
rate, laju pertumbuhan harian dan retensi protein. Namun berbeda nyata (p>0,05) terhadap
nilai Jumlah Kosumsi Pakan dan Konversi pakan. Perlakuan P1 merupakan perlakuan yang
menghasilkan nilai pertumbuhan jumlah konsumsi pakan serta FCR terbaik masing-masing
yaitu 1,10 g/hari/ikan dan 1,23.

Kata Kunci:
Pakan formula, Kerapu Macan, Penggelondongan, Metionin, Sintasan, FCR, SGR.

PAKAN FORMULA PADA PENGGLONDONGAN KERAPU MACAN ((Epinephelus


fuscoguttatus)
DENGAN PENAMBAHAN METHIONINE YANG BERBEDA
The protein requirements of tiger grouper are relatively high, so it is necessary to make
efficient use of proteins to support growth and retention of proteins, the nutritional value of
proteins in fish depends on the composition of amino acids in the feed. One of the amino
acids that play a role in the growth of tiger grouper is methionine.

The purpose of this study are to determine the effect of different methionine levels on feed on
growth performance and survival of tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus) in the logging
phase, get the best feed formulation in tiger grouper flushing, know survival (SR), growth
rate (SGR) ), and feed conversion ratio in the tiger grouper flushing phase The research
method used Completely Randomized Design (CRD) with three treatments and three
replications consisting of K1 (Control), P1 (0.15), and P2 (0.35). Feed K1 uses commercial
pellets The parameters observed consisted of absolute growth of weight and length, amount
of feed consumption, relative growth, survival rate, daily growth rate, FCR, protein retention
and water quality. Data analysis using Analysis of Variants (ANOVA) and continued with the
smallest real difference test (LSD). Data analysis using SPSS 17 and Minitab 17 applications.
Water quality data obtained were processed descriptively.

The results showed that the different methionine requirements in the tiger phase grouper
formula feed had a significant effect (p <0.05) on the value of absolute weight and length
growth, relative growth, survival rate, daily growth rate and protein retention. However, it
was significantly different (p> 0.05) to the value of the amount of feed consumption and feed
conversion. The treatment of P1 is a treatment that produces the growth value of the amount
of feed consumption and the best FCR, namely 1.10 g / day / fish and 1.23 respectively.

Keywords:
nd
Feed formula, Tiger grouper, NURSERY 2 , Methionine, Survival rate, FCR, SGR.

nd
FORMULATION FEED FOR NURSERY 2 PHASE of tiger grouper
(Epinephelus fuscoguttatus)
WITH DIFFERENT METHIONINE ADDITIONS

Anda mungkin juga menyukai