Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Bagian Psikiatri

SUB KELOMPOK B-2


Herdian sudiartono 4151171544
Dio ferdiana tambora 4151171546
Ajeng eza yuniar 4151171548

Pembimbing:
Hasrini Rowawi, dr., MHA., Sp.KJ (K-AR)

BAGIAN PSIKIATRI
RS DUSTIRA / FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI
CIMAHI
2017
LAPORAN KASUS (LK)

Identitas Pasien

Nama : Sdr. VL

No rekam medik : 454119

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 15/12/1997

Alamat : Dusun palabuan RT 06/01 sukamelang subang

Status perkawinan : Belum menikah

Pendidikan terakhir : SMA

Agama : Islam

Pekerjaan : belum berkerja

Masuk tanggal : 16/09/ 2019

Penanggung Jawab Pasien

Nama : Ny. IP

Hubungan : Ibu Kandung

Alamat : Bandung

Keterangan didapat dari

Nama : Ny. IP

Hubungan : Ibu

Sifat perkenalan : Akrab

Kebenaran anamnesa : Dapat dipercaya

Lama perkenalan : 21 Tahun

1
HETEROANAMNESIS

KELUHAN UTAMA

Percobaan bunuh diri

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang diantar oleh ibu dengan keluhan percobaan bunuh diri. Keluhan saat ini
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu yang diawali dengan keluhan pasien merasa kurang
focus, susah diajak berkomunikasi , malas melakukan aktivitas dan sulit tidur. ±2 bulan
yang lalu, pasien tampak menjadi murung, menarik diri dan semakin tertutup. Sejak 1
bulan yang lalu keluhan semakin memberat, pasien terkadang menyalahkan diri
sendiri sehingga pasien terkadang membenturkan kepala atau memukul mukul
tembok. Sejak 2 minggu yang lalu pasien merasa ada yang berbisik untuk menyuruh
untuk bunuh diri dan terkadang suka melihat bayangan hitam. Pasien pernah
mencoba melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan pisau namun dapat
di cegah oleh ibu pasien.
Sejak ± 6 bulan yang lalu sebelum pasien masuk RS pasien sedang mengemban
pendidikan militer, pasien sempat cerita kepada ibunya bahwa selama pendidikan
militer pasien merasakan tertekan hingga stress karena sering di bully oleh seniornya.
Namun, belakangan ini pasien menjadi lebih tertutup sehingga sudah tidak pernah
lagi cerita mengenai senoirnya.
Sebelumnya pasien pernah berobat ± 2 bulan yang lalu dan di beri obat 2 macam obat
oleh psikiater namun obat tersebut tidak di minum oleh pasien karena obat tersebut
membuat pasien menjadi lemas dan mengantuk sehingga pasien tidak melanjutkan
pengobatan.

2
Pribadi pasien saat ini berubah menjadi lebih pendiam, senang menyendiri di
kamarnya, menjadi lebih tertutup dan berkomunikasi dengan orang tua menjadi
terbatas. Pasien menjadi kehilangan minat dan putus asa sampai pasien berkeinginan
untuk berhenti dari Pendidikan militer. Pasien jarang bercerita pada kedua orang
tuanya, dan pasien tidak ingin pulang ke rumah karena takut dengan kakaknya yang
sama seorang TNI sehingga pasien lebih suka berkunjung ke pacarnya dibandingkan
pulang ke rumah nya.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Menurut penjelasan Ny. IP baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini

RIWAYAT HIDUP PASIEN

Sdr. VL memang seorang yang pendiam dan tertutup kecuali kepada orang terdekatnya, jujur saat

sebelum sakit pasien tidak cepat putus asa saat tidak diterima Pendidikan AKMIL pasien terus

berlatih hingga diterima di SCABA

RIWAYAT PERNIKAHAN

Pasien belum menikah.

Kehidupan fantasi

Pasien tidak tampak sering berangan angan

Kehidupan seksual

Tidak ada kelainan.

Kehidupan sosial

Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa pasien pribadi yang pendiam dan agak

tertutup, namun pasien mudah untuk bersosialisasi dengan orang, dan pantang

3
menyerah. Setelah pasien mengalami gangguan jiwa pasien menjadi pribadi yang lebih

pendiam, tertutup, menarik diri dan pasien enggan untuk berkomunikasi banyak

dengan orang lain. Pasien juga menjadi lebih sering mengurung diri di kamarnya.

Selain itu, pasien menjadi cepat putus asa

AUTOANAMNESIS

Keluhan Utama:

Percobaan bunuh diri

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien dibawa ke rumah sakit Dustira karena pasien merasa sedih dan putus asa. Pasin

berpikir bahwa diri pasien tidak berguna, dan pasien merasa tertekan dengan

lingkunganya yang sekarang. Keluhan ini dirasakan pasien ketuka pasien mulai

memasuki Pendidikan militer. Pasien merasa tidak mampu dan tidak berguna karena

pasien sering dibully oleh atasan dan seniornya. Beberapa waktu belakangan ini pasien

sering membenturkan kepalanya ke tembok dan memukul mukul tembok, karena

pasien sudah tidak tahan dengan suara yang ada di otaknya, pasien merasa ada suara

suara yang menyuruhnya untuk mati dan terkadang melihat bayangan hitam besar yang

sering muncul dimana saja. Karena hal tersebut pasien menjadi gelisah dan sulit tidur.

Pasien pun pernah mencoba percobaan bunuh diri dengan mengunakan pisau.

Gangguan Orientasi

4
Orientasi pasien terhadap tempat, waktu, orang lain, dan diri sendiri dalam keadaan

baik.

Gangguan Persepsi

Pasien mengalami halusinasi visual dan halusinasi auditorik yang berupa bayangan

hitam besar yang terkadang muncul dimana saja, serta suara-suara yang menyuruhnya

untuk mati.

Gangguan Ingatan

Kemampuan pasien dalam mengingat dalam keadaan baik. Pasien bisa menceritakan

masa kecilnya, menceritakan dari awal mula sakit hingga pasien di bawa berobat ke

rumah sakit.

Gangguan Pikiran

Pikiran pasien ada yang tidak wajar, yaitu pasien meyakini bahwa ada seseorang yang

bebisik yang menuruhnya untuk mati. Kemampuan abstraksi pasien dalam keadaan

baik, ketika ditanya arti dari peribahasa Panjang tangan pasien menjawab bahwa orang

yang suka mencuri.

Gangguan Emosi

Pasien menjadi gampang sedih dan merasa bahwa dirinya tidak berguna.

5
Perubahan Tingkah Laku

Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa kepribadian pasien yaitu pendiam, agak

tertutup, dan pasien tidak menyukai tindakan kekerasan. Namun pasien mudah bergaul

dengan teman dilingkungannya. Setelah pasien mengalami gangguan jiwa pasien

menjadi pribadi yang lebih pendiam, tertutup menarik diri dan pasien enggan untuk

bergaul dengan temannya dan orang lain. Pasien juga menjadi sering mengurung diri

di kamarnya. Selain itu, pasien menjadi mudah untuk putus asa.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya.

Riwayat Hidup

Pasien lahir secara normal. Pasien merupakan anak yang diinginkan. Pasien disayangi

oleh kedua orang tuanya. Ketika bayi pasien dalam keadaan sehat dan normal. Masa

kecil pasien pendiam dan tertutup dengan orang lain. Hubungan pasien dengan orang

tua baik. Pasien merupakan anak terakhir, memiliki 6 orang kakak dan 5 laki-laki dan

semuanya anggota TNI.

Riwayat Perkawinan

Pasien belum menikah.

6
Kepribadian Sebelum Sakit

Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa pasien pribadi yang pendiam dan tertutup,

namun pasien mudah bergaul dengan teman SMK-nya.

Kehidupan Fantasi

Pasien ingin membahagiakan ibunya dengan cara menafkahi ibunya

Kehidupan Psikososial

Ketika keluar PKL teman-teman pasien mengancam pasien untuk menyelesaikan PKL-

nya dan guru pasien pun berbicara bahwa guru pasien kecewa dengan pasien karena

tidak bisa menyelesaikan PKL-nya.

Hubungan Sosial

Dalam keluarga : cukup baik, hubungan dengan orang tuanya baik. Pasien merupakan

anak paling kecil, dan hanya tinggal pasien dan kakak yang 5 yang tinggal serumah

sisanya sudah tidak tinggal serumah dengan pasien.

Dengan kawan : pasien mudah bergaul dengan teman sebayanya

Kebiasaan dan Kesenangan

Semenjak sakit pasien menjadi sulit tidur, tidak mau makan, dan senang merokok. Saat

sebelum sakit pasien sengan bermain volley dan mendaki gunung namun saat sedang

Pendidikan militer pasien sudah jarang melakukan hal tersebut.

7
Keluarga pasien

Perempuan Mengalami gangguan jiwa

Laki-laki Sudah meninggal

Status Fisikus

Keadaan Umum

Kesan sakit : Tidak tampak sakit

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital:

TD : 120/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,5 ⁰C

8
Keadaan Gizi : Baik

Bentuk Tubuh : Atletikus

Kepala : Mata : Conjuntiva : Anemis -/-

Sklera : Ikterik -/-

Funduskopi : Tidak Dilakukan

Pergerakan : Ke segala arah, normal

Pupil : Bulat, isokhor

Refleks cahaya : Direk +/+, Indirek +/+

Hidung : Tidak ada kelainan

Telinga : Tidak ada kelainan

Mulut : Tidak ada kelainan

Leher : KGB tidak teraba

Thoraks : Bentuk dan gerak simetris

Jantung : BJ I/II murni regular

Paru-paru : VBS kanan = kiri normal, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Datar, Soepel, BU (+) normal

Hepar : Tidak ada kelainan

Lien : Tidak ada kelainan

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran

9
Keadaan susunan saraf : Tidak ada kelainan

Sarat otak : Tidak ada kelainan

Sensibilitas : 7/7

Motorik : 5 5

55

Vegetatif : BAB dan BAK tidak ada kelainan

Refleks Fisiologis : KPR +/+. APR +/+

Patologis : Tidak ada kelainan

10
Status Psikikus

Penampilan :Roman muka: Sedih dan curiga

Kontak: Kurang

Rapport: Kurang adekuat

Sikap : kooperatif

Decorum : penampilan : baik

Kebersihan : baik

Sopan santun : baik

Cara bicara : Volume : Rendah

Intonasi : Rendah

Kecepatan : Lambat

Artikulasi : Dimengerti

Tingkah laku : hipoaktif

Ekspresi emosi : Mood: hipotimia

Afek: menyempit

Kesesuaian mood dan afek : Sesuai

Pikiran dan persepsi

Isi pikiran : Waham (-)

Bentuk : tidak realistik

Jalan : koheren

Persepsi : Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+)

11
Fungsi kognisi

Kesadaran : Compos mentis

Orientasi : Baik (tempat, waktu, diri sendiri, orang lain)

Konsentrasi : Kurang

Memori : Baik

Kalkulasi : Baik

Intelegensia : Sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan

Penilaian abstrak : Baik

Tilikan/wawasan (insight of illness): 3

Pemeriksaan Laboratorium

 Darah Rutin:

Hb: 15,4 g/dl

Eritrosit : 5,2 x 106/ml

Leukosit : 7.200/ml

Trombosit : 266.000/ml

HJL : 0/1/63/25/5

 GDS : 102 mg/dl

 Fungsi Hati :

SGOT : 22 U/L

SGPT : 13U/L

12
 Fungsi Ginjal :

Ureum : 16 mg/dl

Kreatinin : 1,0 mg/dl

Pemeriksaan Psikologis

Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan EEG

Tidak dilakukan pemeriksaan

Psikodinamika

 Premorbid

Pasien merupakan orang yang pendiam dan memiliki sifat tertutup, bila ada masalah

pasien lebih sering memendamnya dan tidak menceritakan masalahnya kepada orang

lain, pasien masih mudah bergaul dengan teman-temannya. Namun semenjak

Pendidikan militer pasien merasa tertekan hingga stress dengan senior dan atasannya

sehingga pasien menjadi lebih menarik diri, selalu sedih, merasa bersalah, sering

melamun.

Mental mekanisme yang digunakan adalah : represi, isolasi.

 Durante morbid

13
Mental mekanisme yang digunakan sudah tidak efektif, maka dari itu timbul gejala-

gejala seperti, keinginan untuk bunuh diri, mendengar bisikan-bisikan, melihat

bayangan hitam .

 Status present

Kesadaran pasien baik ketika diperiksa, pasien memiliki waham curiga dan waham

kejar, Ingatan pasien masih baik, kecerdasan pasien dalam batas normal. Pasien terlihat

sedih.

Diagnosis Multiaksial

Aksis I

• Gangguan klinik : Episode Depresi berat dengan gejala psikotik

• Diagnosis banding : Skizoafektif

• Kondisi yang mempengaruhi :

Aksis II

• Gangguan kepribadian : tidak ada

• Retardasi mental : tidak ada

Aksis III

• Kondisi medik umum :Tidak Ada

Aksis IV

• Masalah Pendidikan militer

Aksis V

• GAF Scale: F 51-60 (Gejala sedang, disabilitas sedang)

14
Diagnosis Kerja

Episode depresi berat dengan gejala psikotik

Diagnosis Banding

Skizoafektif

Penatalaksanaan

Anti depresan : Anti prestin 2x20 mg tab (pagi dan malam)

Anti psikotik : Risperidone 2x2 mg tab (pagi dan malam)

Hexymer 2x2 mg tab (pagi dan malam)

Prognosis

QAV : Dubia ad bonam

QAF : dubia ad malam

15
Autoanamesa

Anamnesa tanggal 17/09/2019 pukul 06.30 WIB (pasien sudah duduk di tempat tidur di

ruangan pasien menggunakan kaos merah dan celana panjang hitam.

T: Selamat pagi vega

J: iya pagi

T: Boleh kah kami berkenalan dengan anda?

J: Iya, boleh

T: Terima kasih Genta, perkenalkan kami dokter muda . vega aslinya dari mana?

J: subang

T: Sekarang usianya berapa?

J: 21 tahun

T: Sudah bekerja atau kuliah belum?

J: belum. Saya mah lagi Pendidikan militer

T:udah beres pendidikannya ?

J: udah,baru beres

T: vega sudah menikah?

J: belum

T: Apakah vega tahu sekarang sedang berada dimana?

J: RS Dustira

T: coba ceritakan kenapa genta di Dustira?

J: saya akhir akhir ini sering gelisah jadi susah untuk tidur

T: vega kesini diantar siapa?

J: keluarga

16
T: ini siapanya vega? (menunjuk ke mamanya vega)

J: mama saya

T: namanya siapa?

J: ibu ipik

T: kalau sekarang pagi siang atau malam? pukul berapa ya?

J: masih pagi, kurang tau saya engga pake jam

T: vega datang kesini karena tidak bisa tidur dari kapan?

J: udah sekitar 2 minggu

T: engga bias tidur nya itu sering terbangun malam hari terus engga bisa tidur lagi atau terus

terusan terbangun ?

J: sering terbangun malem terus bisa tidur terus bangun lagi

T: Bisa diceritakan gimana vega bisa jadi ga bisa tidur?

J: saya tuh kadang suka denger yang bisik bisik ke saya jadi ngebuat saya gelisah dan merasa

keganggu dengan suara itu

T: memangnya suka denger suara kaya gimana ?

J: iya kadang suka bisik bisik ( mati aja )

T: terus pernah terpikirkan untuk mati ?

J: iya kadang sih saya suka ngelamun, merenung

T: kalo boleh tau pengen bunuh dirinya dengan menggunakan apa ?

J: dengan pisau

T: pernah untuk coba bunuh diri ?

J: pernah sih cumah di tahan sama mamah saya

17
T: selain ngedengerin bisikan bisikan pernah ada ngeliat bayangan bayangan engga yang

sebelumnya bayangan itu engga pernah ada sebelumnya

J: kadang sih saya ngeliat bayangan item gitu

T: dimana ngeliatnya ? di satu tempat yang sama ?

J: engga tempat yang beda beda

T : seberapa sering bayangan itu muncul ?

J : engga sering juga sih kadang yang lumayan seringnya mah suara bisikan

T : sebelumnya pernah ngalamin seperti ini ?

J : belum pernah baru pertama kali

T: sejak kapan vega suka ngedenger suara bisikan sama liat bayangan hitem itu

J: engga tau sih kayanya kurang lebih 1 bulan yang lalu pas masih Pendidikan

T: kalo boleh tau vega punya masalah dengan teman atau senior selama pendidikan ?

J: yaa gitu sih saya tuh selama Pendidikan merasa tertekan sampe buat saya stress selama

Pendidikan soalnya saya engga biasa dengan hal itu jadi ngerasa kurang nyaman selama

Pendidikan

T: memangnya apa yang ngebuat vega jadi engga nyaman ?

J: kadang perlakuan atasan kurang enak di saya nya

T: oh gitu yah. Sebelum ada bisikan sama ngeliat bayangan hitam ada keluhan kaya pusing

atau sakit kepala engga ?

J: cuman sakit kepala aja sih

T: sering engga sakit kepalanya ?

J: kadang sih engga terlalu sering cuman kalo lagi banyak pikiran aja kayanya

T: terus sekarang gimana keadaan vega ?

18
J: yaa lumayan sih

T: kalo boleh tau apa yang sekarang vega rasain ?

J: saya kadang merasa sedih terus Lelah dengan Pendidikan saya ingin keluar saja

T: apa yang ngebuat vega sedih ?

J: iya saya tuh suka kepikiran kadang saya engga pantas menjadi TNI

T: kenapa kan udah keterima jadi pantes dong jadi TNI

J: ( mengangguk) tapi saya tuh cape

T: sebelumnya masuk TNI ada paksaan dari orang tua engga ?

J: engga ini keinginan saya sendiri engga ada paksaan

T: oh begitu, vega tau engga kenapa vega dibawa kesini ?

J: tau sih saya kan sebelumnya udah pernah berobat

T: berobat kemana ?

J: berobat di kesdam

T: di kasih obat engga ?

J: dikasih sih cuman engga saya minum obatnya

T: kenapa engga di minum ?

J: iya soalnya obatnya kan bikin saya lemes sama ngantuk jadi engga saya minum

T: tau engga di kasih obat apa sebelumnya ?

J: engga tau sih saya engga memperhatihan

T: sebelumnya vega kalo ada maslah suka cerita ke keluarga atau ke temen engga ?

J: kalo masalah ini saya engga cerita ke keluarga soalnya saya takut kakak kakak saya kan

tentara jadi takut untuk ceritanya. Jadi saya lebih cerita ke pacar saya

19
T: saat ini vega ngerasa engga kalo ada yang berubah dari kebiasaan yang vega suka lakuin

sehari hari

J: hmm iya sekarang saya jadi malah untuk ketemu sama orang jadi pengennya diem di kamar

T: makan masih mau engga ?

J: kalo makan sih biasa aja

T: sekarang di rumah tinggal sama siapa aja ?

J: sama orang tua sama kakak saya yang ke 4 sama 5

T: gimana hubungan vega sama orang tua dan kakak vega ?

J: baik sih sebelumnya suka ngobrol

T: vega tau engga waktu lahir dilahirinnya sesar atau normal

J: normal

T: sehat kan yah ? engga pernah sakit berat ?

J: setau saya sih engga pernah

T: dulu masuk sd usia berapa ?

J: usia 7 tahuan

T:masuk 10 besar engga waktu sekolah ?

J: engga sih cuman lumayan lah

T: kalo smp sama sma masuk usia berapa ?

J: usia 13 taun sama 16 tahun

T: vega punya hobby ?

J: saya suka main bola volley sama naik gunung sama temen temen saya

T: sampe sekarang suka main volley sama naik gunung ?

J: udah jarang sih kan lagi Pendidikan

20
T: vega suka berangan angan engga atau pengen ada keinginan sesuatu

J: engga sih saya jarang mikirin yang kaya gitu

T: vega masih inget engga waktu akil baligh ?

J: kapan yah kayanya smp

T: vega kan udah punya pacar, udah lama pacarannya ?

J: lumayan sih 2 tahun lebih dari saya SMA

T: vega sejak adanya keluhan sering minum alhokol atau ngeroko ?

J: kalo minum alcohol mah engga tapi sejak saya Pendidikan saya jadi ngeroko buat penghilang

stress

T: oh gitu yah

T: okay kalau gtu, makasih ya vega udah mau ngobrol , vega istirahat lagi ya

J: iya

21
PEMBAHASAN

2.1 Depresi
2.1.1 Defini Depresi
Depresi adalah penurunan atau merendahnya aktivitas fungsional. Keadaan mental mood
yang menurun yang ditandai dengan perasaan sedih putus asa dan tidak bersemangat.
Seseorang yang mengalami depresi dapat menunjukan rasa rendah diri, rasa bersalah,
menyalahkan diri sendiri, menarik diri, dari lingkungannya dan adanya gangguan somatik
berupa gangguan makan maupun tidur.1 Depresi dapat berjalan kronik ataupun rekuren yang
dapat mempengaruhi pekerjaan, ataupun kegiatan sehari-hari dari individu tersebut.17
Ketika penderita mengalami keadaan depresi sedang maka penderita dapat dilakukan
penatalaksaan tanpa menggunakan obat, namun ketika penderita sudah mengalami depresi
berat maka penderita harus melakukan penatalaksaan dengan menggunakan obat.17
Berdasarkan DSM-V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) gangguan
depresi dapat terjadi tanpa adanya riwayat episode manik, maupun episode campuran
sebelumnya. Depresi dapat ditegakkan sekurang-kurangnya dalam dua minggu.21
2.1.2 Gambaran Klinis Depresi
Penderita gangguan depresi menunjukan tanda dan gejala utama yaitu merasakan
kehilangan energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu
makan sehingga menunjukan penderita mengalami penurunan berat badan, dan pikiran tentang
kematian atau bunuh diri. Beberapa penderita depresi memiliki postur tubuh yang
membungkuk, tidak terdapat pergerakan spontan, dan pandangan mata yang putus asa dan
kadang kalanya memalingkan wajahnya. Retardasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala
yang paling umum khususnya terjadi pada panderita yang sudah lanjut usia. 3
Tanda dan gejala lain adalah konsentrasi maupun perhatian berkurang, kepercayaan pada
dirinya sendiri berkurang, memiliki pemikiran bahwa dirinya tidak berguna, memiliki perasaan
bersalah, memiliki pandangan masa depan yang suram, bersikap pesimis, perubahan tingkat
aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, tidur, dan aktivitas seksual (libido menurun) yang
menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan interpersonal. Adapun terdapatnya
volume dan kecepatan berbicara yang menurun, berespon terhadap pertanyaan tunggal, dan
menunjukan respon yang melambat terhadap pertanyaan. Pasien terdeprsi memiliki pemikiran
negatif tentang dirinya, isi pikiran mereka melibatkan perenungan tentang kehilangan,

22
bersalah, bunuh diri dan kematin. Lebih dari 10% dari semua penderita depresi memiliki gejala
jelas gangguan berfikir.3
Duapertiga dari penderita gangguan depresi merenungkan bunuh diri, dan 10-15%
melakukan bunuh diri. Namun terkadang penderita tidak menyadari akan depresinya dan tidak
mengeluhkan apapun walaupun penderita menunjukan adanya penarikan diri dari keluarga,
teman dan aktivitas yang mereka lakukan sebelumnya.13
1.1.3 Diagnosis Gangguan Depresi
Diperlukan sekurang-kurangnya dua minggu untuk menegakkan diagnosis gangguan
depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut, namun apabila gejala luar biasa berat dan
berlangsung secara cepat maka dibenarkan mendiagnosis gangguan depresi kurang dari dua
minggu.5,6
Gangguan depresi menurut PPDGJ-III memiliki tiga derajat yaitu derajat ringan, derajat
sedang, dan derajat berat. Penderita gangguan depresi derajat ringan biasanya memilik dua
sampai tiga gejala utama ditambah dua gejala lainnya sehingga sukar untuk meneruskan
pekerjaan biasa dan kegiatan sosial, namun penderita tetap bisa melakukannya tidak sampai
berhenti sama sekali. Penderita gangguan depresi sedang biasanya memliki gejala dua sampai
tiga gejala utama dan memiliki tiga gejala lainnya, sehingga mengalami kesulitan untuk
mengikuti kegiatasn sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga. Penderita gangguan depresi
berat memiliki tiga gejala utama ditambah empat gejala lainnya dan berintensitas berat
sehingga penderita sangat tidak mungkin mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga.5
1.1.4 Epidemiologi
Gangguan depresi berat merupakan suatu gangguan yang sering dialami, dengan memiliki
prevalensi seumur hidup kurang lebih 15 persen, dan memiliki kemungkinan yang tinggi pada
wanita yaitu sebanyak 25% atau 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.3 Penelitian
secara universal menyatakan bahwa wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi di sebabkan
adanya keterlibatan dari hormon, efek kelahiran, perbedaan stresor psikososial yang terjadi
pada wanita maupun pada laki-laki, dan perilaku putus asa terhadap menghadapi masalah.3
Diantara anak berumur sekolah terdapat kejadian depresi sebesar 2%.19
Pada umumnya onset untuk gangguan depresi berat terjadi pada umur 40 tahun, dengan
50% dari semua penderita mempunyai onset 20 sampai 50 tahun. Pada lanjut usia tidak

23
menutup kemungkinan untuk terjadinya gangguan depresi, namun angka kejadian pada usia ini
dapat dibilang jarang terjadi. Gangguan depresi berat memiliki kemungkinan meningkat pada
usia kurang dari 20 tahun, hal ini terjadi berhubungan dengan meningkatnya penggunaan
alkohol dan zat-zat terlarang pada usia ini.3
Gangguan depresi meningkat pada daerah perdesaan dibandingkan dengan daerah
perkotaan, namun tidak ditemukan perbedaan angka kejadian pada status sosial ekonomi
rendah maupun status sosial ekonomi yang tinggi.3
Gangguan depresi berat meningkat pada orang yang tidak memiliki hubungan
interpersonal yang erat atau kepada orang-orang yang bercerai maupun yang berpisah.3
Sekitar 23% narapidana negara dan 30% narapidana lokal memiliki tanda dan gejala
depresi. Gangguan depresi terjadi sebanyak 10% pada narapidana laki-laki dan 12% pada
narapidana perempuan.7
1.1.5 Etiologi Depresi
Faktor penyebab depresi disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor biologis, faktor genetika
dan faktor psikososial. Terdapat kemungkinan bahwa ketiga faktor ini dapat berinteraksi satu
sama lainnya, sebagai contoh: faktor biologis dan faktor genetika dapat mempengaruhi
seseorang merespons terhadap stresor psikososial.3
1.1.5.1 Faktor Biologis
Penderita depresi memiliki beberapa kelainan di dalam metabolit amin biogenik seperti 5-
hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), homovanillic acid (HVA) dan 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG) di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinalis. Kelainan
metabolik tersebut berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik.3
Norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang berperan penting dalam
patologis dari depresi. Adanya aktivasi reseptor adregenik-alfa2 pada pasien depresi
menyebabkan adanya penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan. Reseptor adrenergik-
alfa2 juga berlokasi pada neuron serotonergik dan mengatur jumlah serotonin yang
dilepaskan.3
Serotonin merupakan neurotransmiter amin biogenik yang paling sering dihubungkan
dengan depresi. Depresi dapat dicetuskan dengan adanya penurunan serotonin. Konsentrasi
serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah dan konsentrasi serotonin di trombosit
yang rendah sering ditemukan pada pasien bunuh diri.3

24
Dopamin memiliki peranan dalam pasien depresi. Aktivitas dopamin menurun pada pasien
depresi namun meningkat pada mania.3
Neurotransmitter lainnya yang berperan dalam kejadin depresi adalah GABA (Gama
Aminobutyric Acid) dan AcH yang kadanya menurun apabila seseorang mengalami depresi.19
1.1.5.2 Faktor Genetika
Faktor genetika merupakan faktor penting di dalam perkembangan gangguan mood.
Seseorang anak memiliki risiko gangguan mood sebesar 10-25% apabila orang tuanya
memiliki gejala tersebut. Pada anak kembar memiliki peningkatan risiko yaitu sebesar 50%
terutama pada kembar monozigot.3
1.1.5.3 Faktor Psikososial
Faktor psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang, seseorang akan beradaptasi pada perubahan tersebut.3 Peristiwa kehidupan dan stres
lingkungan merupakan penyebab timbulnya depresi pada seseorang, stres yang menyerupai
episode pertama gangguan mood dapat merubah biologi otak yang cukup bertahan lama.3
Perubahan biologi otak yang cukup lama ini dapat menyebabkan perubahan keadaan
fungsional berbagai fungsi neurotransmiter yang termasuk hilangnya neuron dan penurunan
besar dalam kontak sinaptik. Perubahan keadaan fungsional ini menyebabkan seseorang berada
dalam risiko tinggi menderita depresi bahkan tanpa adanya stresor eksternal.3
Peristiwa kehidupan berperan utama dalam depresi. Peristiwa kehidupan yang paling
berhubungan dengan adanya depresi adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun dan
stresor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah
kehilangan pasangan.3
1.1.6 Faktor Resiko Depresi
Terdapat beberapa faktor resiko dalam depresi, yaitu jenis kelamin, usia, ras, status
perkawinan, dan pertimbangan sosioekonomi dan kultural.
Terdapatnya prevalensi gangguan depresi berat pada wanita yang dua kali lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki. Walaupun belum diketahui jelas mengapa terdapatnya
perbedaan tersebut. Namun adanya beberapa alasan yang mengatakan bahwa perbedaan
tersebut melibatkan perbedaan hormonal, efek kelahiran, perbedaan stresor psikososial bagi
wanita maupun laki-laki, dan perilaku wanita maupun laki-laki dalam keputusasaan.9

25
Usia 40 tahun adalah usia rata-rata onset untuk terjadinya gangguan depresi. 50% dari
semua pasien depresi memiliki onset antara usia 20 dan 50 tahun. Depresi berat jarang terjadi
pada usia anak-anak dan lanjut usia.9 Depresi pada lanjut usia dapat berhubungan dengan status
sosialekonomi rendah, kematian pasangan, penyakit fisik dan isolasi sosial.3
Tidak adanya perbedaan prevalensi antara ras, namun terdapat beberapa dokter akan
mendiagnosis gangguan mood kepada pasien yang memiliki latar belakang ras yang berbeda
dengan dirinya.9
Gangguan depresi berat meningkat pada orang yang tidak memiliki hubungan
interpersonal yang erat atau yang bercerai maupun berpisah.9
Sosioekonomi tidak mempunyai hubungan dengan gangguan depresi. Terdapat perbedaan
angka depresi antara perdesaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perkotaan.9
1.1.7 Pengukuran Derajat Depresi
Derajat depresi dapat diukur oleh 2 alat, yaitu Beck Deppresion Inventory (BDI) atau
Hamilton Deppresion Rating Scale (HDRS).19
Beck Deppresion Inventory (BDI) adalah suatu alat ukur depresi yang dibuat oleh Aron T.
Beck yang sudah dikembangkan sejak 1960. BDI merupakan kuesioner yang terdiri dari 21
pertanyaan yang akan di jawab sesuai dengan gambaran perasaan pengisi. Pertanyaan
pertanyaan tersebut menggambarkan perasaan sedih, pesimis, kegagalan, perasaan bersalah,
kekecewaan terhadap diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, pikiran bunuh diri, dan lainnya.19
Nomor Soal Jumlah Soal
Manifestasi 1,4,5,10,11 5
Emosional
Manifestasi Kognitif 2,3,6,7,8,14 6
Manifestasi 9,12,13,15 4
Motivasional
Manifestasi Vegetatid 16,17,18,19,20,21 6
Total 21

Tabel 2.1 Sebaran Pertanyaan BDI 18


BDI akan dihitung dengan cara menjumlahkan nomor-nomor pada jawaban yang dipilih
oleh penderita, nilai total dari BDI ini adalah 0-63. Nilai total 0-9 menunjukan normal atau

26
tidak adanya depresi, nilai total 10-15 menunjukan terdapatnya depresi ringan, nilai total 16-
23 menunjukan terdapatnya depresi sedang, dan nilai total 24-63 menunjukan terdapatnya
depresi berat.18
1.1.8 Penatalaksanaan Depresi
Pengobatan pasien depresi harus diarahkan dengan beberapa tujuan. Pertama, keamanan
dari diri pasien itu sendiri harus dijamin. Kedua, pemeriksaan diagnostik harus dilakukan
dengan lengkap. Ketiga, rencana pengobatan pasien harus dilakukan bukan hanya untuk
menghilangkan gejala sekarang yang diderita pasien, namun harus menyangkut dengan
kesehatan pasien kedepannya.3
Pada saat ini pasien diberi penekanan penatalaksaan berupa farmakologi dan psikoterapi.
Selain itu, faktor psikososial harus juga diperhatikan dengan cara menjaga stresor pada saat
pasien sudah sembuh, karena hal ini sangat berhubungan dengan tingkat kekambuhan.3
1.1.8.1 Terapi Psikososial
Terdapat tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu, terapi kognitif, terapi interpersonal,
dan terapi perilaku. Terdapat terapi psikososial lainnya yaitu terapi psikoterapi berorientasi
psikoanalitis. Terapi piskoterapi berorientasi psikoanalitis ini banyak digunakan oleh klinisi
sebagai metode utama untuk gangguan depresi. Terdapat perbedaan dari teapi psikoterapi
jangka pendek dengan terapi pendekatan berorientasi psikoanalitis yaitu, peranan aktif dan
mengarahkan dari ahli terapi, tujuan langsung, dan titik akhir terapi.3
2.1.8.1.1 Terapi Kognitif
Terapi kognitif mulanya dikembangkan oleh Aaron Beck dengan tujuan menghilangkan
episode depresi dan mencegah terjadinya rekurensi dengan membantu pasien mengidentifikasi
dan uji kognitif negatif. Terapi ini dilakukan dengan cara mengembangkan cara berpikir
alternatif, fleksibel dan positif dan melatih kembali respons kognitif dan perilaku yang baru.3
Terapi kognitif ini merupakan terapi yang efektif dalam mengobati gangguan depresi
berat. Terapi ini memiliki efek samping yang lebih rendah daripada terapi farmakoterapi dan
berhubungan dengan followup yang lebih baik daripada farmakoterapi.3
2.1.8.1.2 Terapi Interpersonal
Terapi ini dikembangkan oleh Gerald Klerman dengan menggunakan dua anggapan
terhadap satu atau dua masalah interpesonal pasien. Pertama, masalah interpesonal sekarang
ini kemungkinan memiliki akar pada hubungan awal yang disfungsional. Kedua, masalah

27
interpersonal sekarang kemungkinan terlibat dalam mencetuskan atau memperberat gejala
depresi yang di derita pasien pada saat ini.3
Program terapi interpersonal biasanya berlangsung dari 12 sampai 16 sesion mingguan.
Terapi dilakuakn dengan pendekatan terapeutik aktif.
2.1.8.1.3 Terapi Perilaku
Pada saat ini dinyatakan bahwa terapi perilaku adalah modalitas pengobatan yang efektif
untuk gangguan depresi berat. Terapi ini didasari oleh adanya pola perilaku maladapatif yang
menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat dan
kemungkinan penolakan yang palsu. Pada terapi ini pasien akan dipusatkan pada perilaku
maladapatif tersebut sehingga pasien akan belajar untuk berfungsi di lingkungan luar dengan
cara tertentu di mana mereka mendapatkan dorongan positif.
Pengobatan yang efektif dan spesifik telah tersedia untuk penderita gejala depresi.
Sekarang telah di perkenalkannya bupropion dan serotonin spesific reuptake inhibitors (SSRI)
contohnya, fluoxetine, paroxetine dan setraline yang memberikan klinisi obat jauh lebih aman
dan jauh lebih baik ditoleransi daripada obat antidepresan sebelumnya.3
Indikasi utama untuk antidepresan adalah depresi episode berat. Beberapa masalah yang
sering dihadapi oleh penderita saat melakukan pengobatan antidepresan adalah: beberapa
pasien tidak berespon terhadap pengobatan pertama, antidepresan pada saat ini memerlukan
waktu tiga sampai empat minggu untuk menunjukan efek terapetik yang bermakna, sampai
saat ini antidepresan masih bersifat toksik pada overdosis yang dapat menimbulkan efek
merugikan pada penderita.3

Alternatif terhadap terapi obat adalah terapi elektrokonvulsif (ECT) biasanya digunakan jika
pasien tidak berespon terhadap pengobatan farmako, pasien tidak dapat mentoleransi dari
farmakoterapi, atau situasi klinis yang sangat parah sehingga diperlukan perbaikan cepat yang
terlihat pada ECT.3

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: EGC; 2007. hal. 578
2. World Health Organitation. Depression,
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs369/en/,
3. Kaplan S. Sadock B. Sinopsis psikiatri, Jilid 1. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2010.
4. Kompasiana. http://www.kompasiana.com/atep_afia/17-4-juta-orang-alami-stres-dan-
depresi_5508e6a2a333112a452e39af ,
5. Badan Penelitian Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia. Laporan Hasil Riset
kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan. Jakarta; 2013.
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF
6. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa (Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DMS-
5). Jakarta: PT Nuh Jaya; 2013. hal. 64-65
7. DEPKES. RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III).
1993. Direktorak Kesehatan Jiwa DEPKES RI. hal. 150-155
8. James RPO. Mental disorders among offenders in correctional settings.. new Oxford
Textbook of Psychiatry: by MG. Gelder, JJ. Lopez-lbor, N Andreasen, JR. Geddes
(Editor). Oxford University Press, 2009. p 1933
9. Kaplan S. Sadock B. Sinopsis psikiatri, Jilid 1. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2010. hal. 814.
10. American Psychiatric Association. Diagnostic statistical manual of mental disorder
(DSM-5). Edisi 5. Washington DC, London, England; 2013. P. 155-7
11. World Healt Organization (WHO). Mental health home disorders management
deppresion. http://www.who.int/mental_health/management/depression/en/
12. Sadock, Benjamin, James, Sadock, Virgina, Alcott. Synopsis of psychiatry. 10 th ed.
Philadephia: Lippincot Williams & Wilkins. 2007
13. Encyclopdia of Mental Disorders Beck Deppresion Inventory.
http://www.minddisorders.com/A-Br/Beck-Deppresion-Inventory.html.
14. Biokimia dibalik depresi wanita dan pria.
http://www.faktailmiah.com/2010/07/01/biokimia-dibalik-depresi-wanita-dan-pria.html.
15. Psychiatric mental health : davis essensial nursing content + practice questions. Hal 222

29
16. Kaplan S. Sadock B. Sinopsis psikiatri, Jilid 1. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2010. hal. 87.

30

Anda mungkin juga menyukai