Pembimbing:
Hasrini Rowawi, dr., MHA., Sp.KJ (K-AR)
BAGIAN PSIKIATRI
RS DUSTIRA / FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI
CIMAHI
2017
LAPORAN KASUS (LK)
Identitas Pasien
Nama : Sdr. VL
Agama : Islam
Nama : Ny. IP
Alamat : Bandung
Nama : Ny. IP
Hubungan : Ibu
1
HETEROANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Pasien datang diantar oleh ibu dengan keluhan percobaan bunuh diri. Keluhan saat ini
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu yang diawali dengan keluhan pasien merasa kurang
focus, susah diajak berkomunikasi , malas melakukan aktivitas dan sulit tidur. ±2 bulan
yang lalu, pasien tampak menjadi murung, menarik diri dan semakin tertutup. Sejak 1
bulan yang lalu keluhan semakin memberat, pasien terkadang menyalahkan diri
sendiri sehingga pasien terkadang membenturkan kepala atau memukul mukul
tembok. Sejak 2 minggu yang lalu pasien merasa ada yang berbisik untuk menyuruh
untuk bunuh diri dan terkadang suka melihat bayangan hitam. Pasien pernah
mencoba melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan pisau namun dapat
di cegah oleh ibu pasien.
Sejak ± 6 bulan yang lalu sebelum pasien masuk RS pasien sedang mengemban
pendidikan militer, pasien sempat cerita kepada ibunya bahwa selama pendidikan
militer pasien merasakan tertekan hingga stress karena sering di bully oleh seniornya.
Namun, belakangan ini pasien menjadi lebih tertutup sehingga sudah tidak pernah
lagi cerita mengenai senoirnya.
Sebelumnya pasien pernah berobat ± 2 bulan yang lalu dan di beri obat 2 macam obat
oleh psikiater namun obat tersebut tidak di minum oleh pasien karena obat tersebut
membuat pasien menjadi lemas dan mengantuk sehingga pasien tidak melanjutkan
pengobatan.
2
Pribadi pasien saat ini berubah menjadi lebih pendiam, senang menyendiri di
kamarnya, menjadi lebih tertutup dan berkomunikasi dengan orang tua menjadi
terbatas. Pasien menjadi kehilangan minat dan putus asa sampai pasien berkeinginan
untuk berhenti dari Pendidikan militer. Pasien jarang bercerita pada kedua orang
tuanya, dan pasien tidak ingin pulang ke rumah karena takut dengan kakaknya yang
sama seorang TNI sehingga pasien lebih suka berkunjung ke pacarnya dibandingkan
pulang ke rumah nya.
Menurut penjelasan Ny. IP baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini
Sdr. VL memang seorang yang pendiam dan tertutup kecuali kepada orang terdekatnya, jujur saat
sebelum sakit pasien tidak cepat putus asa saat tidak diterima Pendidikan AKMIL pasien terus
RIWAYAT PERNIKAHAN
Kehidupan fantasi
Kehidupan seksual
Kehidupan sosial
Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa pasien pribadi yang pendiam dan agak
tertutup, namun pasien mudah untuk bersosialisasi dengan orang, dan pantang
3
menyerah. Setelah pasien mengalami gangguan jiwa pasien menjadi pribadi yang lebih
pendiam, tertutup, menarik diri dan pasien enggan untuk berkomunikasi banyak
dengan orang lain. Pasien juga menjadi lebih sering mengurung diri di kamarnya.
AUTOANAMNESIS
Keluhan Utama:
Pasien dibawa ke rumah sakit Dustira karena pasien merasa sedih dan putus asa. Pasin
berpikir bahwa diri pasien tidak berguna, dan pasien merasa tertekan dengan
lingkunganya yang sekarang. Keluhan ini dirasakan pasien ketuka pasien mulai
memasuki Pendidikan militer. Pasien merasa tidak mampu dan tidak berguna karena
pasien sering dibully oleh atasan dan seniornya. Beberapa waktu belakangan ini pasien
pasien sudah tidak tahan dengan suara yang ada di otaknya, pasien merasa ada suara
suara yang menyuruhnya untuk mati dan terkadang melihat bayangan hitam besar yang
sering muncul dimana saja. Karena hal tersebut pasien menjadi gelisah dan sulit tidur.
Pasien pun pernah mencoba percobaan bunuh diri dengan mengunakan pisau.
Gangguan Orientasi
4
Orientasi pasien terhadap tempat, waktu, orang lain, dan diri sendiri dalam keadaan
baik.
Gangguan Persepsi
Pasien mengalami halusinasi visual dan halusinasi auditorik yang berupa bayangan
hitam besar yang terkadang muncul dimana saja, serta suara-suara yang menyuruhnya
untuk mati.
Gangguan Ingatan
Kemampuan pasien dalam mengingat dalam keadaan baik. Pasien bisa menceritakan
masa kecilnya, menceritakan dari awal mula sakit hingga pasien di bawa berobat ke
rumah sakit.
Gangguan Pikiran
Pikiran pasien ada yang tidak wajar, yaitu pasien meyakini bahwa ada seseorang yang
bebisik yang menuruhnya untuk mati. Kemampuan abstraksi pasien dalam keadaan
baik, ketika ditanya arti dari peribahasa Panjang tangan pasien menjawab bahwa orang
Gangguan Emosi
Pasien menjadi gampang sedih dan merasa bahwa dirinya tidak berguna.
5
Perubahan Tingkah Laku
Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa kepribadian pasien yaitu pendiam, agak
tertutup, dan pasien tidak menyukai tindakan kekerasan. Namun pasien mudah bergaul
menjadi pribadi yang lebih pendiam, tertutup menarik diri dan pasien enggan untuk
bergaul dengan temannya dan orang lain. Pasien juga menjadi sering mengurung diri
Riwayat Hidup
Pasien lahir secara normal. Pasien merupakan anak yang diinginkan. Pasien disayangi
oleh kedua orang tuanya. Ketika bayi pasien dalam keadaan sehat dan normal. Masa
kecil pasien pendiam dan tertutup dengan orang lain. Hubungan pasien dengan orang
tua baik. Pasien merupakan anak terakhir, memiliki 6 orang kakak dan 5 laki-laki dan
Riwayat Perkawinan
6
Kepribadian Sebelum Sakit
Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa pasien pribadi yang pendiam dan tertutup,
Kehidupan Fantasi
Kehidupan Psikososial
Ketika keluar PKL teman-teman pasien mengancam pasien untuk menyelesaikan PKL-
nya dan guru pasien pun berbicara bahwa guru pasien kecewa dengan pasien karena
Hubungan Sosial
Dalam keluarga : cukup baik, hubungan dengan orang tuanya baik. Pasien merupakan
anak paling kecil, dan hanya tinggal pasien dan kakak yang 5 yang tinggal serumah
Semenjak sakit pasien menjadi sulit tidur, tidak mau makan, dan senang merokok. Saat
sebelum sakit pasien sengan bermain volley dan mendaki gunung namun saat sedang
7
Keluarga pasien
Status Fisikus
Keadaan Umum
Tanda Vital:
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 ⁰C
8
Keadaan Gizi : Baik
9
Keadaan susunan saraf : Tidak ada kelainan
Sensibilitas : 7/7
Motorik : 5 5
55
10
Status Psikikus
Kontak: Kurang
Sikap : kooperatif
Kebersihan : baik
Intonasi : Rendah
Kecepatan : Lambat
Artikulasi : Dimengerti
Afek: menyempit
Jalan : koheren
11
Fungsi kognisi
Konsentrasi : Kurang
Memori : Baik
Kalkulasi : Baik
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin:
Leukosit : 7.200/ml
Trombosit : 266.000/ml
HJL : 0/1/63/25/5
Fungsi Hati :
SGOT : 22 U/L
SGPT : 13U/L
12
Fungsi Ginjal :
Ureum : 16 mg/dl
Pemeriksaan Psikologis
Pemeriksaan EEG
Psikodinamika
Premorbid
Pasien merupakan orang yang pendiam dan memiliki sifat tertutup, bila ada masalah
pasien lebih sering memendamnya dan tidak menceritakan masalahnya kepada orang
Pendidikan militer pasien merasa tertekan hingga stress dengan senior dan atasannya
sehingga pasien menjadi lebih menarik diri, selalu sedih, merasa bersalah, sering
melamun.
Durante morbid
13
Mental mekanisme yang digunakan sudah tidak efektif, maka dari itu timbul gejala-
bayangan hitam .
Status present
Kesadaran pasien baik ketika diperiksa, pasien memiliki waham curiga dan waham
kejar, Ingatan pasien masih baik, kecerdasan pasien dalam batas normal. Pasien terlihat
sedih.
Diagnosis Multiaksial
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
14
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
Skizoafektif
Penatalaksanaan
Prognosis
15
Autoanamesa
Anamnesa tanggal 17/09/2019 pukul 06.30 WIB (pasien sudah duduk di tempat tidur di
J: iya pagi
J: Iya, boleh
T: Terima kasih Genta, perkenalkan kami dokter muda . vega aslinya dari mana?
J: subang
J: 21 tahun
J: udah,baru beres
J: belum
J: RS Dustira
J: saya akhir akhir ini sering gelisah jadi susah untuk tidur
J: keluarga
16
T: ini siapanya vega? (menunjuk ke mamanya vega)
J: mama saya
T: namanya siapa?
J: ibu ipik
T: engga bias tidur nya itu sering terbangun malam hari terus engga bisa tidur lagi atau terus
terusan terbangun ?
J: saya tuh kadang suka denger yang bisik bisik ke saya jadi ngebuat saya gelisah dan merasa
J: dengan pisau
17
T: selain ngedengerin bisikan bisikan pernah ada ngeliat bayangan bayangan engga yang
J : engga sering juga sih kadang yang lumayan seringnya mah suara bisikan
T: sejak kapan vega suka ngedenger suara bisikan sama liat bayangan hitem itu
J: engga tau sih kayanya kurang lebih 1 bulan yang lalu pas masih Pendidikan
T: kalo boleh tau vega punya masalah dengan teman atau senior selama pendidikan ?
J: yaa gitu sih saya tuh selama Pendidikan merasa tertekan sampe buat saya stress selama
Pendidikan soalnya saya engga biasa dengan hal itu jadi ngerasa kurang nyaman selama
Pendidikan
T: oh gitu yah. Sebelum ada bisikan sama ngeliat bayangan hitam ada keluhan kaya pusing
J: kadang sih engga terlalu sering cuman kalo lagi banyak pikiran aja kayanya
18
J: yaa lumayan sih
J: saya kadang merasa sedih terus Lelah dengan Pendidikan saya ingin keluar saja
J: iya saya tuh suka kepikiran kadang saya engga pantas menjadi TNI
T: berobat kemana ?
J: berobat di kesdam
J: iya soalnya obatnya kan bikin saya lemes sama ngantuk jadi engga saya minum
T: sebelumnya vega kalo ada maslah suka cerita ke keluarga atau ke temen engga ?
J: kalo masalah ini saya engga cerita ke keluarga soalnya saya takut kakak kakak saya kan
tentara jadi takut untuk ceritanya. Jadi saya lebih cerita ke pacar saya
19
T: saat ini vega ngerasa engga kalo ada yang berubah dari kebiasaan yang vega suka lakuin
sehari hari
J: hmm iya sekarang saya jadi malah untuk ketemu sama orang jadi pengennya diem di kamar
J: normal
J: usia 7 tahuan
J: saya suka main bola volley sama naik gunung sama temen temen saya
20
T: vega suka berangan angan engga atau pengen ada keinginan sesuatu
J: kalo minum alcohol mah engga tapi sejak saya Pendidikan saya jadi ngeroko buat penghilang
stress
T: oh gitu yah
T: okay kalau gtu, makasih ya vega udah mau ngobrol , vega istirahat lagi ya
J: iya
21
PEMBAHASAN
2.1 Depresi
2.1.1 Defini Depresi
Depresi adalah penurunan atau merendahnya aktivitas fungsional. Keadaan mental mood
yang menurun yang ditandai dengan perasaan sedih putus asa dan tidak bersemangat.
Seseorang yang mengalami depresi dapat menunjukan rasa rendah diri, rasa bersalah,
menyalahkan diri sendiri, menarik diri, dari lingkungannya dan adanya gangguan somatik
berupa gangguan makan maupun tidur.1 Depresi dapat berjalan kronik ataupun rekuren yang
dapat mempengaruhi pekerjaan, ataupun kegiatan sehari-hari dari individu tersebut.17
Ketika penderita mengalami keadaan depresi sedang maka penderita dapat dilakukan
penatalaksaan tanpa menggunakan obat, namun ketika penderita sudah mengalami depresi
berat maka penderita harus melakukan penatalaksaan dengan menggunakan obat.17
Berdasarkan DSM-V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) gangguan
depresi dapat terjadi tanpa adanya riwayat episode manik, maupun episode campuran
sebelumnya. Depresi dapat ditegakkan sekurang-kurangnya dalam dua minggu.21
2.1.2 Gambaran Klinis Depresi
Penderita gangguan depresi menunjukan tanda dan gejala utama yaitu merasakan
kehilangan energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu
makan sehingga menunjukan penderita mengalami penurunan berat badan, dan pikiran tentang
kematian atau bunuh diri. Beberapa penderita depresi memiliki postur tubuh yang
membungkuk, tidak terdapat pergerakan spontan, dan pandangan mata yang putus asa dan
kadang kalanya memalingkan wajahnya. Retardasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala
yang paling umum khususnya terjadi pada panderita yang sudah lanjut usia. 3
Tanda dan gejala lain adalah konsentrasi maupun perhatian berkurang, kepercayaan pada
dirinya sendiri berkurang, memiliki pemikiran bahwa dirinya tidak berguna, memiliki perasaan
bersalah, memiliki pandangan masa depan yang suram, bersikap pesimis, perubahan tingkat
aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, tidur, dan aktivitas seksual (libido menurun) yang
menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan interpersonal. Adapun terdapatnya
volume dan kecepatan berbicara yang menurun, berespon terhadap pertanyaan tunggal, dan
menunjukan respon yang melambat terhadap pertanyaan. Pasien terdeprsi memiliki pemikiran
negatif tentang dirinya, isi pikiran mereka melibatkan perenungan tentang kehilangan,
22
bersalah, bunuh diri dan kematin. Lebih dari 10% dari semua penderita depresi memiliki gejala
jelas gangguan berfikir.3
Duapertiga dari penderita gangguan depresi merenungkan bunuh diri, dan 10-15%
melakukan bunuh diri. Namun terkadang penderita tidak menyadari akan depresinya dan tidak
mengeluhkan apapun walaupun penderita menunjukan adanya penarikan diri dari keluarga,
teman dan aktivitas yang mereka lakukan sebelumnya.13
1.1.3 Diagnosis Gangguan Depresi
Diperlukan sekurang-kurangnya dua minggu untuk menegakkan diagnosis gangguan
depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut, namun apabila gejala luar biasa berat dan
berlangsung secara cepat maka dibenarkan mendiagnosis gangguan depresi kurang dari dua
minggu.5,6
Gangguan depresi menurut PPDGJ-III memiliki tiga derajat yaitu derajat ringan, derajat
sedang, dan derajat berat. Penderita gangguan depresi derajat ringan biasanya memilik dua
sampai tiga gejala utama ditambah dua gejala lainnya sehingga sukar untuk meneruskan
pekerjaan biasa dan kegiatan sosial, namun penderita tetap bisa melakukannya tidak sampai
berhenti sama sekali. Penderita gangguan depresi sedang biasanya memliki gejala dua sampai
tiga gejala utama dan memiliki tiga gejala lainnya, sehingga mengalami kesulitan untuk
mengikuti kegiatasn sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga. Penderita gangguan depresi
berat memiliki tiga gejala utama ditambah empat gejala lainnya dan berintensitas berat
sehingga penderita sangat tidak mungkin mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga.5
1.1.4 Epidemiologi
Gangguan depresi berat merupakan suatu gangguan yang sering dialami, dengan memiliki
prevalensi seumur hidup kurang lebih 15 persen, dan memiliki kemungkinan yang tinggi pada
wanita yaitu sebanyak 25% atau 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.3 Penelitian
secara universal menyatakan bahwa wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi di sebabkan
adanya keterlibatan dari hormon, efek kelahiran, perbedaan stresor psikososial yang terjadi
pada wanita maupun pada laki-laki, dan perilaku putus asa terhadap menghadapi masalah.3
Diantara anak berumur sekolah terdapat kejadian depresi sebesar 2%.19
Pada umumnya onset untuk gangguan depresi berat terjadi pada umur 40 tahun, dengan
50% dari semua penderita mempunyai onset 20 sampai 50 tahun. Pada lanjut usia tidak
23
menutup kemungkinan untuk terjadinya gangguan depresi, namun angka kejadian pada usia ini
dapat dibilang jarang terjadi. Gangguan depresi berat memiliki kemungkinan meningkat pada
usia kurang dari 20 tahun, hal ini terjadi berhubungan dengan meningkatnya penggunaan
alkohol dan zat-zat terlarang pada usia ini.3
Gangguan depresi meningkat pada daerah perdesaan dibandingkan dengan daerah
perkotaan, namun tidak ditemukan perbedaan angka kejadian pada status sosial ekonomi
rendah maupun status sosial ekonomi yang tinggi.3
Gangguan depresi berat meningkat pada orang yang tidak memiliki hubungan
interpersonal yang erat atau kepada orang-orang yang bercerai maupun yang berpisah.3
Sekitar 23% narapidana negara dan 30% narapidana lokal memiliki tanda dan gejala
depresi. Gangguan depresi terjadi sebanyak 10% pada narapidana laki-laki dan 12% pada
narapidana perempuan.7
1.1.5 Etiologi Depresi
Faktor penyebab depresi disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor biologis, faktor genetika
dan faktor psikososial. Terdapat kemungkinan bahwa ketiga faktor ini dapat berinteraksi satu
sama lainnya, sebagai contoh: faktor biologis dan faktor genetika dapat mempengaruhi
seseorang merespons terhadap stresor psikososial.3
1.1.5.1 Faktor Biologis
Penderita depresi memiliki beberapa kelainan di dalam metabolit amin biogenik seperti 5-
hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), homovanillic acid (HVA) dan 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG) di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinalis. Kelainan
metabolik tersebut berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik.3
Norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang berperan penting dalam
patologis dari depresi. Adanya aktivasi reseptor adregenik-alfa2 pada pasien depresi
menyebabkan adanya penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan. Reseptor adrenergik-
alfa2 juga berlokasi pada neuron serotonergik dan mengatur jumlah serotonin yang
dilepaskan.3
Serotonin merupakan neurotransmiter amin biogenik yang paling sering dihubungkan
dengan depresi. Depresi dapat dicetuskan dengan adanya penurunan serotonin. Konsentrasi
serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah dan konsentrasi serotonin di trombosit
yang rendah sering ditemukan pada pasien bunuh diri.3
24
Dopamin memiliki peranan dalam pasien depresi. Aktivitas dopamin menurun pada pasien
depresi namun meningkat pada mania.3
Neurotransmitter lainnya yang berperan dalam kejadin depresi adalah GABA (Gama
Aminobutyric Acid) dan AcH yang kadanya menurun apabila seseorang mengalami depresi.19
1.1.5.2 Faktor Genetika
Faktor genetika merupakan faktor penting di dalam perkembangan gangguan mood.
Seseorang anak memiliki risiko gangguan mood sebesar 10-25% apabila orang tuanya
memiliki gejala tersebut. Pada anak kembar memiliki peningkatan risiko yaitu sebesar 50%
terutama pada kembar monozigot.3
1.1.5.3 Faktor Psikososial
Faktor psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang, seseorang akan beradaptasi pada perubahan tersebut.3 Peristiwa kehidupan dan stres
lingkungan merupakan penyebab timbulnya depresi pada seseorang, stres yang menyerupai
episode pertama gangguan mood dapat merubah biologi otak yang cukup bertahan lama.3
Perubahan biologi otak yang cukup lama ini dapat menyebabkan perubahan keadaan
fungsional berbagai fungsi neurotransmiter yang termasuk hilangnya neuron dan penurunan
besar dalam kontak sinaptik. Perubahan keadaan fungsional ini menyebabkan seseorang berada
dalam risiko tinggi menderita depresi bahkan tanpa adanya stresor eksternal.3
Peristiwa kehidupan berperan utama dalam depresi. Peristiwa kehidupan yang paling
berhubungan dengan adanya depresi adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun dan
stresor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah
kehilangan pasangan.3
1.1.6 Faktor Resiko Depresi
Terdapat beberapa faktor resiko dalam depresi, yaitu jenis kelamin, usia, ras, status
perkawinan, dan pertimbangan sosioekonomi dan kultural.
Terdapatnya prevalensi gangguan depresi berat pada wanita yang dua kali lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki. Walaupun belum diketahui jelas mengapa terdapatnya
perbedaan tersebut. Namun adanya beberapa alasan yang mengatakan bahwa perbedaan
tersebut melibatkan perbedaan hormonal, efek kelahiran, perbedaan stresor psikososial bagi
wanita maupun laki-laki, dan perilaku wanita maupun laki-laki dalam keputusasaan.9
25
Usia 40 tahun adalah usia rata-rata onset untuk terjadinya gangguan depresi. 50% dari
semua pasien depresi memiliki onset antara usia 20 dan 50 tahun. Depresi berat jarang terjadi
pada usia anak-anak dan lanjut usia.9 Depresi pada lanjut usia dapat berhubungan dengan status
sosialekonomi rendah, kematian pasangan, penyakit fisik dan isolasi sosial.3
Tidak adanya perbedaan prevalensi antara ras, namun terdapat beberapa dokter akan
mendiagnosis gangguan mood kepada pasien yang memiliki latar belakang ras yang berbeda
dengan dirinya.9
Gangguan depresi berat meningkat pada orang yang tidak memiliki hubungan
interpersonal yang erat atau yang bercerai maupun berpisah.9
Sosioekonomi tidak mempunyai hubungan dengan gangguan depresi. Terdapat perbedaan
angka depresi antara perdesaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perkotaan.9
1.1.7 Pengukuran Derajat Depresi
Derajat depresi dapat diukur oleh 2 alat, yaitu Beck Deppresion Inventory (BDI) atau
Hamilton Deppresion Rating Scale (HDRS).19
Beck Deppresion Inventory (BDI) adalah suatu alat ukur depresi yang dibuat oleh Aron T.
Beck yang sudah dikembangkan sejak 1960. BDI merupakan kuesioner yang terdiri dari 21
pertanyaan yang akan di jawab sesuai dengan gambaran perasaan pengisi. Pertanyaan
pertanyaan tersebut menggambarkan perasaan sedih, pesimis, kegagalan, perasaan bersalah,
kekecewaan terhadap diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, pikiran bunuh diri, dan lainnya.19
Nomor Soal Jumlah Soal
Manifestasi 1,4,5,10,11 5
Emosional
Manifestasi Kognitif 2,3,6,7,8,14 6
Manifestasi 9,12,13,15 4
Motivasional
Manifestasi Vegetatid 16,17,18,19,20,21 6
Total 21
26
tidak adanya depresi, nilai total 10-15 menunjukan terdapatnya depresi ringan, nilai total 16-
23 menunjukan terdapatnya depresi sedang, dan nilai total 24-63 menunjukan terdapatnya
depresi berat.18
1.1.8 Penatalaksanaan Depresi
Pengobatan pasien depresi harus diarahkan dengan beberapa tujuan. Pertama, keamanan
dari diri pasien itu sendiri harus dijamin. Kedua, pemeriksaan diagnostik harus dilakukan
dengan lengkap. Ketiga, rencana pengobatan pasien harus dilakukan bukan hanya untuk
menghilangkan gejala sekarang yang diderita pasien, namun harus menyangkut dengan
kesehatan pasien kedepannya.3
Pada saat ini pasien diberi penekanan penatalaksaan berupa farmakologi dan psikoterapi.
Selain itu, faktor psikososial harus juga diperhatikan dengan cara menjaga stresor pada saat
pasien sudah sembuh, karena hal ini sangat berhubungan dengan tingkat kekambuhan.3
1.1.8.1 Terapi Psikososial
Terdapat tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu, terapi kognitif, terapi interpersonal,
dan terapi perilaku. Terdapat terapi psikososial lainnya yaitu terapi psikoterapi berorientasi
psikoanalitis. Terapi piskoterapi berorientasi psikoanalitis ini banyak digunakan oleh klinisi
sebagai metode utama untuk gangguan depresi. Terdapat perbedaan dari teapi psikoterapi
jangka pendek dengan terapi pendekatan berorientasi psikoanalitis yaitu, peranan aktif dan
mengarahkan dari ahli terapi, tujuan langsung, dan titik akhir terapi.3
2.1.8.1.1 Terapi Kognitif
Terapi kognitif mulanya dikembangkan oleh Aaron Beck dengan tujuan menghilangkan
episode depresi dan mencegah terjadinya rekurensi dengan membantu pasien mengidentifikasi
dan uji kognitif negatif. Terapi ini dilakukan dengan cara mengembangkan cara berpikir
alternatif, fleksibel dan positif dan melatih kembali respons kognitif dan perilaku yang baru.3
Terapi kognitif ini merupakan terapi yang efektif dalam mengobati gangguan depresi
berat. Terapi ini memiliki efek samping yang lebih rendah daripada terapi farmakoterapi dan
berhubungan dengan followup yang lebih baik daripada farmakoterapi.3
2.1.8.1.2 Terapi Interpersonal
Terapi ini dikembangkan oleh Gerald Klerman dengan menggunakan dua anggapan
terhadap satu atau dua masalah interpesonal pasien. Pertama, masalah interpesonal sekarang
ini kemungkinan memiliki akar pada hubungan awal yang disfungsional. Kedua, masalah
27
interpersonal sekarang kemungkinan terlibat dalam mencetuskan atau memperberat gejala
depresi yang di derita pasien pada saat ini.3
Program terapi interpersonal biasanya berlangsung dari 12 sampai 16 sesion mingguan.
Terapi dilakuakn dengan pendekatan terapeutik aktif.
2.1.8.1.3 Terapi Perilaku
Pada saat ini dinyatakan bahwa terapi perilaku adalah modalitas pengobatan yang efektif
untuk gangguan depresi berat. Terapi ini didasari oleh adanya pola perilaku maladapatif yang
menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat dan
kemungkinan penolakan yang palsu. Pada terapi ini pasien akan dipusatkan pada perilaku
maladapatif tersebut sehingga pasien akan belajar untuk berfungsi di lingkungan luar dengan
cara tertentu di mana mereka mendapatkan dorongan positif.
Pengobatan yang efektif dan spesifik telah tersedia untuk penderita gejala depresi.
Sekarang telah di perkenalkannya bupropion dan serotonin spesific reuptake inhibitors (SSRI)
contohnya, fluoxetine, paroxetine dan setraline yang memberikan klinisi obat jauh lebih aman
dan jauh lebih baik ditoleransi daripada obat antidepresan sebelumnya.3
Indikasi utama untuk antidepresan adalah depresi episode berat. Beberapa masalah yang
sering dihadapi oleh penderita saat melakukan pengobatan antidepresan adalah: beberapa
pasien tidak berespon terhadap pengobatan pertama, antidepresan pada saat ini memerlukan
waktu tiga sampai empat minggu untuk menunjukan efek terapetik yang bermakna, sampai
saat ini antidepresan masih bersifat toksik pada overdosis yang dapat menimbulkan efek
merugikan pada penderita.3
Alternatif terhadap terapi obat adalah terapi elektrokonvulsif (ECT) biasanya digunakan jika
pasien tidak berespon terhadap pengobatan farmako, pasien tidak dapat mentoleransi dari
farmakoterapi, atau situasi klinis yang sangat parah sehingga diperlukan perbaikan cepat yang
terlihat pada ECT.3
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: EGC; 2007. hal. 578
2. World Health Organitation. Depression,
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs369/en/,
3. Kaplan S. Sadock B. Sinopsis psikiatri, Jilid 1. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2010.
4. Kompasiana. http://www.kompasiana.com/atep_afia/17-4-juta-orang-alami-stres-dan-
depresi_5508e6a2a333112a452e39af ,
5. Badan Penelitian Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia. Laporan Hasil Riset
kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan. Jakarta; 2013.
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF
6. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa (Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DMS-
5). Jakarta: PT Nuh Jaya; 2013. hal. 64-65
7. DEPKES. RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III).
1993. Direktorak Kesehatan Jiwa DEPKES RI. hal. 150-155
8. James RPO. Mental disorders among offenders in correctional settings.. new Oxford
Textbook of Psychiatry: by MG. Gelder, JJ. Lopez-lbor, N Andreasen, JR. Geddes
(Editor). Oxford University Press, 2009. p 1933
9. Kaplan S. Sadock B. Sinopsis psikiatri, Jilid 1. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2010. hal. 814.
10. American Psychiatric Association. Diagnostic statistical manual of mental disorder
(DSM-5). Edisi 5. Washington DC, London, England; 2013. P. 155-7
11. World Healt Organization (WHO). Mental health home disorders management
deppresion. http://www.who.int/mental_health/management/depression/en/
12. Sadock, Benjamin, James, Sadock, Virgina, Alcott. Synopsis of psychiatry. 10 th ed.
Philadephia: Lippincot Williams & Wilkins. 2007
13. Encyclopdia of Mental Disorders Beck Deppresion Inventory.
http://www.minddisorders.com/A-Br/Beck-Deppresion-Inventory.html.
14. Biokimia dibalik depresi wanita dan pria.
http://www.faktailmiah.com/2010/07/01/biokimia-dibalik-depresi-wanita-dan-pria.html.
15. Psychiatric mental health : davis essensial nursing content + practice questions. Hal 222
29
16. Kaplan S. Sadock B. Sinopsis psikiatri, Jilid 1. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2010. hal. 87.
30