Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH:
WATI NURSANA WARUWU
00000024386

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
BANTEN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Defenisi
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah
gangguan pada seseorang yang mempersepsikan seseuatu yang pada kenyataannya
tidak terjadi.

B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut :
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien
c) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala orang dengan halusinasi (Budi Anna Keliat, 2005) adalah :
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
c. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
d. Tidak dapat memusatkan perhatian
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
takut
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung

D. Rentang Respon

E. Pohon Masalah
F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut (Yosep, 2009) meliputi :
1. Asertif, cerita dengan orang lain
2. Represi/supresi, diam
3. Sublimasi, menyalahkan orang lain
4. Displacement, mengamuk
5. Konversi, mengalihkan kegiatan yang bermanfaat
6. Rasionalisme , memberikan alasan yang logis
7. Regresi, mundur ke tahap perkembangan sebelumnya
8. Proyeksi dialihkan ke objek lain atau memarahi tanaman atau binatang

III. a. Analisa Masalah


Effect Risiko tinggi perilaku kekerasan

Core Problem perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Cause Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

b. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


Data subjektif :
1. Klien mengatakan mendengar sesuatu
2. Klien mengatakan melihat bayangan putih
3. Klien mengatak dirinya seperti disengat listrik
4. Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses.
5. Klien mengatakan kepalanya melayang di udara
6. Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berebda pada dirinya
Data objektif :
1. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji
2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3. Berhenti bicara di tengah- tengah kalimat unutk menfengarkan sesuatu
4. Disorientasi
5. Kosentrasi rendah
6. Pikiran cepat berubah-ubah
7. Kekacauan alur pikiran

c. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
d. Rencana Tindakan Keperawatan (Rujuk pada Standar Pelaksanaan
Terbaru)
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat Bina Hubungan Saling Percaya
Intevensi:
a. Salam terapeutik - perkenalkan diri - jelaskan tujuan - ciptakan lingkungan
yang tenang - buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, topik)
b. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
c. Empati
d. Ajak membicarakan hal - hal nyata yang ada di lingkungan
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
a. Kontak sering dan singkat
b. Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non
verbal)
c. Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada suara yang
didengar - apa yang dikatakan oleh suara itu Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar suara itu, tetapi perawat tidak mendengamya.
Katakan bahwa perawat akan membantu.
d. Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu, frekuensi
terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi.
3. Dorong untuk mengungkapkan perasaannya
Tindakan:
a. Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika teriadi halusinasi
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru untuk
mengontrol halusinasinya
c. Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi: bicara dengan orang
lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan pada suara
tersebut "saya tidak mau dengar!"
d. Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih / dilakukan
e. Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri pujian jika
berhasil
4. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan:
a. Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang gejala, cara
memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan:
a. Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat
b. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, pasien, obat,
dosis, cara dan waktu)
c. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
d. Beri reinforcement positif bila klien mintun obat yang benar
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

Masalah Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Tindakan Keperawatan Untuk


Keperawatan Keluarga
Gangguan SP I p SP I k
Persepsi 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang
Sensorik: pasien dirasakan keluarga dalam
Halusinasi 2. Mengidentifikasi isi halusinasi merawat pasien
pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi dan gejala halusinasi, dan jenis
pasien halusinasi yang dialami pasien
4. Mengidentifikasi hasil frekuensi beserta proses terjadinya
halusinasi pasien 3. Menjelaskan cara-cara merawat
5. Mengidentifikasi situasi yang pasien halusinasi
menimbulkan halusinasi SP II k
6. Mengidentifikasi respons pasien 1. Melatih keluarga untuk
terhadap halusinasi mempraktekkan cara merawat
7. Melatih pasien cara kontrol pasien dengan halusinasi
halusinasi dengan menghardik 2. Melatih keluarga melakukan
8. Membimbing pasien memasukkan cara merawat langsung
dalam jadwal kegiatan harian. kepada pasien halusinasi

SP II p
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan berbincang
dengan orang lain
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.

Tindakan Keperawatan
SP 1 p
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik
8. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
ORIENTASI
“Perkenalkan nama saya Wati Nursana Waruwu, saya perawat yang dinas pagi ini di Ruang
Tulip. Saya dinas dari jam 13.00–20.00, saya yang akan membantu perawatan Ibu hari ini. Nama
Ibu siapa? senangnya dipanggil apa?” “Apa ada keluhan Ibu Putri hari ini, bosan dan masih suka
menyendiri ya?” ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
Ibu Putri dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
”Apakah Ibu Putri mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?” ”
Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering didengar suara?
Berapa kali sehari Ibu Putri alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri?” ”Apa yang Ibu Putri rasakan pada saat mendengar suara itu?” ”Apa yang Ibu Putri
lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana
kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?” “Ibu Putri, ada empat cara
untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua,
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal, dan yang keempat minum obat dengan teratur.” ”Bagaimana kalau kita belajar satu
cara dulu, yaitu dengan menghardik” ”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul,
langsung Ibu Putri bilang, pergi saya tidak mau dengar, saya tidak mau dengar. Kamu suara
palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba Ibu Putri peragakan! Nah
begitu, bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu Putri sudah bisa”
TERMINASI
”Bagaimana perasaan Ibu Putri setelah peragaan latihan tadi?” “Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya?” “Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa Bu?” “Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa
lama kita akan berlatih? Dimana tempatnya” ”Baiklah, sampai jumpa.”

SP II p
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
ORIENTASI
“Selamat pagi Ibu Putri. Bagaimana perasaan Ibu Putri hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkan suara-suaranya.
Bagus” “Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini
saja?”
KERJA
“Cara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau Ibu Putri mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari
teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan Ibu Putri Contohnya begini;
Tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya!” “Atau kalau ada orang
dirumah misalnya suami,anak Ibu Putri katakan: Pak, ayo ngobrol dengan Ibu. Ibu sedang
dengar suara-suara. Begitu ya Bu” “Coba Ibu Putri lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya,
begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya Bu!”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan Ibu Putri setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau Ibu
Putri mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Ibu Putri . Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih
cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam
10.00? Mau di mana Bu? Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
ORIENTASI
“Selamat pagi Bapak!” “Saya Wati, perawat yang merawat Ibu Putri selama ini” “Bagaimana
perasaan Bapak hari ini? Apa pendapat Bapak tentang Ibu Putri?” “Hari ini kita akan berdiskusi
tentang apa masalah yang Ibu Putri alami dan bantuan apa yang Bapak bisa berikan.” “Kita mau
diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Bapak? Bagaimana kalau
30 menit”
KERJA
“Apa yang Bapak rasakan yang menjadi masalah dalam merawat Ibu Putri? Apa yang Bapak
lakukan?” “Ya, gejala yang dialami oleh Ibu Putri itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar
atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya” “Tanda-tandanya bicara dan tertawa
sendiri,atau marah-marah tanpa sebab” “Jadi kalau Ibu Putri mengatakan mendengar suara-
suara, sebenarnya suara itu tidak ada.” “Kalau Ibu Putri mengatakan melihat bayangan-
bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.” ”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya
dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu Ibu Putri agar bisa mengendalikan
halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan Ibu Putri, jangan membantah
halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapak percaya bahwa Ibu Putri tersebut memang
mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak sendiri tidak mendengar atau melihatnya”
”Kedua, jangan biarkan Ibu Putri melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan
muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Ibu Putri
untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak pantau pelaksanaannya ya dan
berikan pujian jika Ibu Putri lakukan!” ”Ketiga, bantu Ibu Putri minum obat secara teratur.
Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Ibu
Putri untuk minum obat secara teratur. Jadi Bapak dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3
macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau
bayangan. Diminum 3 kali sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih
namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru
namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu
selalu diminum untuk mencegah kekambuhan” ”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai
muncul, putus halusinasi Ibu Putri dengan cara menepuk punggung Ibu Putri. Kemudian
suruhlah Ibu Putri menghardik suara tersebut Ibu Putri sudah saya ajarkan cara menghardik
halusinasi” ”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Ibu Putri. Sambil menepuk
punggung Ibu, katakan: Ibu, sedang apa kamu? Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila
suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, Ibu tutup telinga dan katakan pada suara itu ”saya
tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, Bu” ”Sekarang coba Bapak praktekkan cara yang
barusan saya ajarkan” ”Bagus Pak”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi Ibu
Putri?” “Sekarang coba Bapak sebutkan kembali tiga cara merawat Ibu Putri?” ”Bagus sekali ya
Pak. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan Ibu Putri?” ”Jam berapa kita bertemu?” “Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi”
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi
ORIENTASI
“Selamat pagi. Bagaimana perasaan Bapak pagi ini?” ”Apakah Bapak masih ingat bagaimana
cara memutus halusinasi Ibu Putri yang sedang mengalami halusinasi? Bagus!” ”Sesuai dengan
perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan Ibu Putri” ”Mari kita datangi Ibu Putri”
KERJA
”Selamat pagi Ibu Putri” ”Suami Ibu sangat ingin membantu Ibu Putri mengendalikan suara-
suara yang sering Ibu Putri dengar. Untuk itu pagi ini Suami Ibu datang untuk mempraktekkan
cara memutus suara-suara yang Ibu Putri dengar” “Nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara
atau tersenyum-senyum sendiri, maka Bapak akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba
Bapak peragakan cara memutus halusinasi yang sedang Ibu Putri alami seperti yang sudah kita
pelajari sebelumnya. Tepuk punggung Ibu Putri lalu suruh Ibu Putri mengusir suara dengan
menutup telinga dan menghardik suara tersebut” “Bagus sekali! Bagaimana Bu? Senang dibantu
Bapak?” “Nah Bapak ingin melihat jadwal harian Ibu Putri” “Baiklah, sekarang saya dan suami
Ibu ke ruang perawat dulu”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan Bapak setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan Ibu Putri?” ”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Pak. Bapak dapat melakukan cara
itu bila Ibu Putri mengalami halusinasi” “Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk
membicarakan tentang jadwal kegiatan harian Ibu Putri. Jam berapa Bapak bisa datang?”
“Tempatnya di sini ya saja ya Pak. Sampai jumpa.”

DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, A. (2017). LAPORAN PENDAHULUAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINAS. Retrieved June 2018, from
https://www.academia.edu/7603066/LAPORAN_PENDAHULUAN_I._MASALAH_UT
AMA_Perubahan_persepsi_sensori_halusinasi_II._PROSES_TERJADINYA_MASALA
H.
Putri, R. (2017). LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI. Retrieved June 2018, from
https://www.academia.edu/9797578/LAPORAN_PENDAHULUAN_LP_HALUSINASI
Stuart, G. &. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa(Terjemahan). Edisi 3. Jakarta.: EGC.

Anda mungkin juga menyukai