Anda di halaman 1dari 8

METODE-METODE DALAM FILSAFAT

disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

disusun oleh
Muspita Anjelia 0103519004

Sasmita Sari 0103519006

Lia Titi Prawanti 0103519007

Tinto Wahyu Kisworo 0103519012

Joni Albar 0103519015

Hafidzar Noor Iqbal 0103519016

Tantyo Ary Yuwono 0103519017

Kinanti Andartiani 0103519018

PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
A. Metode Kritis

Metode kritis disebut juga metode dialektik. Dipergunakan oleh Socrates


dan Plato. Socrates menolong orang untuk melahirkan pengetahuan hakekat
tersebut dengan jalan mengajak dialog yang dilakukan secara cermat. Dialog
ini dilakukan dengan menarik, penuh humor, segar dan sederhana. Socrates
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tajam dan terarah. Lawan dialog
giring kearah persoalan, makin lama makin mendalam kearah intinya.
Dengan cara dialog tersebut Socrates menemukan suatu cara berpikir
induksi, maksudnya berdasarkan beberapa pengetahuan mengenai masalah-
masalah khusus memperoleh kesimpulan pengetahuan yang bersifat umum.
Socrates menolong orang untuk melahirkan pengetahuan hakekat tersebut
dengan jalan mengajak dialog yang dilakukan secara cermat. Dialog ini
dilakukan dengan menarik, penuh humor, segar dan sederhana. Socrates
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tajam dan terarah. Lawan dialog
giring kearah persoalan, makin lama makin mendalam kearah intinya.
Lewat proses inilaah orang didorong untuk melahirkan pengetahuan yang
dimiliki. Diteliti konsistensinya, dijernihkan keyakinan-keyakinannya, dibuka
kesadarannya sehingga orang memahami keadaan dirinya. Entah dia memiliki
pengetahuan yang sebenarnya atau dia kurang tahu.
Implementasi metode kritis dalam pendidikan adalah untuk mencari
kesimpulan dari berbagai pendapat/permasalahan yang diberikan.

B. Metode Intuitif

Filsuf yang mengembangkan pemikiran dengan metode ini adalah


Platinos (205-275 M) dan Henri Bergson (1859-1941). Intuisi adalah
percakapan untuk menyimpulkan dan meninjau dengan sadar lepas dari rasio.
Pemikiran intuisi bersifat dinamis dan berfungsi untuk mengenal hakekat
pribadi dan seluruh kenyataan.
Metode filsafat Platinos disebut metode mistik sebab dimaksudkan untuk
menuju pengalaman batin dan persatuan dengan Tuhan. Dengan demikian bisa
kita pahami bahwa tujuan Platinos dengan filsafatnya adalah ingin membawa
manusia kedalam hidup mistis, hidup yang mempertinggi nilai rohani dan
persatuan dengan Yang Maha Esa. Platinos menggunakan metode intuitif atau
mistik dengan membentuk kelompok yang melakukan kontemplasi religious
yang dijiwai oleh sikap kontemplatif.
Implementasi metode intuitif dalam pendidikan adalah seseorang yang
tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku
tersebut ditemukan keterangan yang dicarinya selama bertahun-tahun.
Banyaknya buku-buku mengenai kiat-kiat sukses selalu memasukkan strategi
mempertajam intuisi, karena dipercaya intuisi baik dan tajam adalah syarat
agar seseorang dapat sukses dalam hidup.

C. Metode Skolastik
Istilah skolastik ini berasal dari bahasa latin “Scholacticus” yang berarti
murid, sebagai suatu gerakan filsafat dan keagamaan yang berupaya
mengadakan sintesa antara akal budi manusia dengan keimanan. Terdapat
beberapa pengertian dari corak khas skolastik, yakni sebagai berikut
1. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata
agama.
2. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat
yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat
ada, kejasmanian, dan baik buruk.
3. Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran
pengetahuan alam kodrat, akan dimasukan kedalam bentuk sintesis yang
lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
Berikut tokoh-tokoh pemikiran kaum skolastik
1. Albertus Magnus
Di samping sebagai birawan, Albertus Mangnus juga dikenal sebagai
cendikiawan Abad Pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert Von Bollstadt
yang juga dikenal sebagai “Doktor Universalis” dan “Doktor Magnus”,
kemudian bernama AlbertusMangnus (Albert the Great). Ia mempunyai
kepandaian luar biasa.
2. Thomas Aquinas
Thomas Aquinas (1225, Aquino, Italia–Fossanova, Italia, 7 Maret
1274), kadangkala juga disebut Thomas dari Aquino (bahasa Italia:
Tommaso d’Aquino) adalah seorang filsuf dan ahli teologi ternama dari
Italia.
Faktor yang melatar belakangi munculnya pemikiran skolastik
1. Faktor Religius
2. Faktor Ilmu Pengetahuan
Masa skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
1. Skolastik Awal
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai
merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau.Hal ini
disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga
kerajaan Romawi beserta peradabanya ikut runtuh yang telah dibangun
selama berabad-abad. Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa
Eropa.Hal ini di tandai dengan skolastik yang didalamnya banyak
diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah.Pada
mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di Biar Italia Selatan dan
akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda. Kurikulum
pengajarannya meliputi studi duniawi atau Artes liberals, meliputi tata
bahasa, retorika, dialektika( seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu
perbintangan, dan musik.
2. Skolastik Puncak
Masa ini merupakan masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari
tahun 1200-1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga.Masa itu ditandai
dengan munculnya Universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara
bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan,
disamping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Berikut ini pendapat faktor mengapa masa
skolastik mencapai puncaknya.
a. Adanaya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-
12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan
yang lurus.
b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini
merupakan gabungan dari beberapa sekolah.
c. Beridirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya
perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan
dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad
ke-13.
3. Skolastik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam
pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan
stagnasi( kemandegan)William Ockham(1285-1349) menyatakan bahwa
pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang dan kejadian-
kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan unmum
tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan.
Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan
logika.
Implementasi filsafat skolastik pada pendidikan yaitu dengan penerapan
berbagai sudut pandang pembelajaran dengan pembekalan kepada peserta didik
untuk lebih kepada keagamaan. Dengan penerapan filsafat skolastik kepada
siswa disekolah dengan berbagai pembelajaran agaman diharapkan mampu
berfilsafat mengenai keagamaan.
D. Metode Geometris

Rene Descartes (Latin: Renatus Cartesius) hidup di Perancis (1596-


1650). Dia hidup sejaman dengan Raja Charles I dan Oliver Cromwell, dengan
Kepler, Galileo dan Harvey (Wikipedia Indonesia, 2008:1). Descartes
mendapat pendidikannya bukan di sebuah universitas tetapi di sebuah kolese
Jesuit. Namun ini ternyata bukan kerugian, sebab dia menerima suatu dasar
yang lebih baik dalam matematika daripada yang dapat diterimanya di
kebanyakan universitas pada masa itu.
Dalam bidang filsafat dia merintis rasionalisme yang didahuluinya
dengan kesangsian Cartesian. Dia digelari “Bapak filsafat modern”. Descartes
yang skeptic terhadap kebenaran yang lazim dipercayai saat itu, berhasrat
untuk menemukan “sebuah ilmu yang sama sekali baru pada masyarakat yang
akan memecahkan semua pertanyaan tentang kuantitas secar umum, apakah
bersifat kontinum ataukah terputus”
Visi Descartes adalah menumbuhkan keyakinan yang kuat pada dirinya
tentang kepastian pengetahuan ilmiah, dan tugas dalam kehidupannyaadalah
membedakan kebenaran dan kesalahan dalam semua bidang pelajaran. Aliran
geometris yang dianut Descartes merupakan aliran yang menyatakan bahwa
kebenaran terletak pada diri subyek. Mencari titik pangkal pasti dalam pikiran
dan pengetahuan manusia, khusus dalam ilmu alam. Metode untuk
memperoleh kepastian ialah menyangsikan segala sesuatu. Hanya satu
kenyataan tak dapat disangsikan, yakni aku berpikir, jadi aku ada.
Metode geometris melalui analisis mengenai hal-hal kompleks, dicapai
intuisi akan hakikat ‘sederhana’ (ide terang dan berbeda dari yang lain) dari
hakikat itu dideduksikan secara matematis segala pengertiannya. Menurut
Descartes ada ketersusunan natural dalam kenyataan, berhubungan dengan
pengertian manusia. Ketersusunan itu sesuai dengan cara penemuan, yaitu cara
menghadapi problem baru. Descartes menyebut metodenya dengan geometris
analitis yaitu ilmu yang menyatukan semua disiplin yang dikumpulkan dalam
nama ‘ ilmu pasti’. Metode itu membuat kombinasi dari dua hal :
1. Pemahaman intuitif akan pemecahan soal
2. Uraian analitis, yang mengembalikan soal itu ke hal yang telah diketahui,
dan menghasilkan pengertian baru.
Inti dari filsafat Descartes secara sederhana bisa dikemukakan sebagai
imbauan untuk mencari kebenaran yang menghadirkan kenyataan yang tak
tergoyahkan, yang benar-benar tak bisa diragukan lagi. Dalam metodenya
Descartes mengintegrasikan logika, analisa geometris dan aljabar dengan
menghindari kelemahannya.
Implementasi dari metode geometris adalah berpikir menggunakan logika
dan secara sistematis dan bukan hanya menggunakan pengalaman yang ada
dalam memecahkan suatu masalah supaya meminimalisir kesalahan.

E. Deskripsi Metode Empiris


Empirisme adalah suatu cara atau metode dalam filsafat yang
mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman.
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman
dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Selain itu,
empirisme juga merupakan orientasi filsafat yang berhubungan dengan
kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme
menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang
dapat diamati dan diuji.
Tokoh-tokoh empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan
ThomasHobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh
berikutnya, John Locke dan David Hume.
Manfaat metode empiris dalam dunia pendidikan, antara lain:
1. Lahirnya ilmu pengetahuan modern dan penerapan metode ilmiah untuk
membangun pengetahuan.
2. Fundamen yang mengawali mata rantai evolusi ilmu pengetahuan sosial,
terutama dalam konteks perdebatan apakah ilmu pengetahuan sosial itu
berbeda dengan ilmu alam.
3. Aliran empirisme memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi
dalam membangun dan memperoleh ilmu.
Implementasi metode empiris kedalam pembelajaran. Semua manusia
lahir ke dunia ini tanpa tahu informasi apapun. Dengan metode empiris ini
diharapkan siswa mempelajari sesuatu secara nyata, bisa dilihat oleh mata dan
dirasakan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari bahwa jika siswa menyentuh
api itu panas atau jika kita terkena pisau itu tajam. Jadi siswa bisa
menyimpulkan ilmu yang didapat dengan hasil yang dapat diamati dan diuji
secara langsung.

DAFTAR RUJUKAN

S. Suriasumantri, Jujun. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan
http://indaahwahyuni.blogspot.com/2013/04/metode-filsafat.htmldiakses 10
September 2019
http://abqoriyahabqo.blogspot.com/2016/12/metode-kritis.htmldiakses 10
September 2019
https://www.academia.edu/38021136/MAKALAH_FILSAFAT_KARAKTERIST
IK_DAN_METODE_METODE_FILSAFAT diakses 10 September 2019
https://www.scribd.com/doc/147942200/Metode-Dan-Unsur-Filsafatdiakses 10
September 2019

Anda mungkin juga menyukai