Anda di halaman 1dari 3

Hipertermia

Hipertermia adalah suhu tubuh lebih dari 39°c. Peningkatan suhu dapat terjadi pada pasien yang
dianestesi sekunder akibat insulasi termal dari duk bedah dan pemberian anestetik inhalasi. Obat
antikonergik juga dapat menyebabkan kehilangan kemampuan termoregulasi femakologis. Sebagian
besar pasien yang mengalami kenaikan suhu tiba di kamar bedah dengan demam atau memberikan
respon pirogenik akibat septikemia. Kemungkinan penyebab hipertermia pascaoeratif lainnya adalah
reaksi alergi terhadap daarah atau obat, gangguan pada sistem saraf pusat, dan infeksi.

Hipertermia malignan

Salah satu peristiwa yang paling menimbulkan bencana yang dapat terjadi pada periode segera
setelah operasi adalah hipertermia maglinan. Meskipun sebagian besar kasus hipertermia maglinan
terjadi di kamar operasi selama pemberian anestetik umum, periode 12-jam segera setelah
pemberian anestesia umum juga merupakan waktu kritis. Hipertermia maglinan adalah sindrom
hipertermia bolik yang dapat di picu pada individu yang rentan melalui penggunaan agens anestetik
yang biasa dipakai, termasuk suksinilkolin dan agens inhalasi halotan. Agens anestetik lalu aman
untuk digunakan, meliputi nitrogen oksida, anestetik lokal, oploid, propofol, natrium tiopental, dan
relaksan otot nondepolarisasi.

Mekanisme pasti terjadinya hipertermia maglinan belum sepenuhnya dpahami. Penelitian


ditekankan pada kekacauan kontraksi otot. Agens pemicu yang dikenal menyebabkan pelepasan
kalsium dari tempat penyimpanan otot, yangmenyebabkan peningkatan kontraksi kalsium. Kadar
kalsium yang tinggi ini meningkatkan metabolisme dan menyebabkan otot berkontraksi dan menjadi
kaku (kekuatan otot maseter). Proses ini menyebabkan hipertermia, ketidakseimbangan asam basa,
dan kerusakan sel otot

Hipertermia maglinan adalah gangguan, kelainan otot rangka autosom dominan yang diwariskan
dan jarang terjadi gangguan ini lebih sering terjadi pada mereka yang mengalami abnormalitas
muskular. Hipertermia maglinan dihubungkan dengan beberapa gangguan otot lain, termasuk
beberapa bentuk distrofi muskular, namun apakah hal ini benar hipertermia maglinan masih belum
jelas. Sebagian ahli tentang hipertermia maglinan tidak menyakini bahwa kafien atau stres akan
memicu terjadinya hipertermia maglinan. Insiden pasti hipertermia maglinan tidak diketahui. Angka
jejadianya diperkirakan antara 1 dalam 5.000 dan paling jarang yaitu 1 dalam 65.000. Negara bagian
dengan insiden tertinggi adalah Michingan, West Virginia, dan Wisconsin.

Manifestasi klinis meliputi peningkatan suhu 0.5°c atau lebih setiap 15 menit dari waktu induksi
anestesia hingga mencapai 46°c, kaku otot masseter setelah pemberian suksinilkolin adalah tanda-
tanda peringatan awal terjadinya hipertermia maglinan. Peningkatan suhu terjadi cukup dramatis,
tetapi bukan merupakan tanda pertama hipertermia maglinan. Apabila suhu pasien meningkat
dengan cepat dan anestetik tidak dihentikan dan terapi diberikan dengan cepat, kematian dapat
terjadi.

Hipertermia maglinan diterapi secara aktif dengan dantrolen natrium (Dantrium), pemberian
oksigen 100%, koreksi ketidakseimbangan asam basa, dan menghilangkan agens pemicu. Tindakan
mendinginkan, seperti mendinginkan pasien dan cairan dingin, digunakan, Dantrolen natrium 2,5
mg/kg IV diberikan dan dapat diberikan berulang sampai mencapai 10 mg/kg jika perlu untuk
mengontrol tanda gejala. Dontrolen natrium diencerkan dengan air steril bebas pengawet.
Pemberian dantrolen adalah upaya intensif, sehingga membutuhkan bantuan. Sebagian besar
lembaga yang memberikan anestesia mempunyai kit hipertermia maglinan dikamar operasinya.
Kotak 14-9 mencantumkan keterangan umum mengenai kit hipertermia malignan.
Setelah fase akut krisis hipertermia maglinan, perawatan yang diberikan mencakup pengamatan di
unit perawatan kritis selama menimbul 24 jam dan pemberian dantrolen natrium 1 mg/kg setiap 6
jam selama 24 hingga 48 jam. Dantro

Isi kit hipertermia maglina

• metilprednisolon

• natrium bikarbonat

• dekstrosa (50%)

• air steril

• insulin

•manitol

• cairan intravena yang didinginkan

• dantrolen natrium

• tabung dan alat pemberian oksigen baru

• baki kateter foley

• slang nasogastrik

• tabung spesimen darah

• kit gas darah arteri

len oral dapat digunakan kemudian dengan pemantauan gas darah arteri, kreatinin kinase, kalium,
kalsium, urine, mio- globulin serum, dan studi pembekuan setiap 6 jam. Pasier sebaiknya dirujuk lke
Malignant Hyperthermia Association of the United States (MHAUS) guna mendapatkan dukungam
dan edukasi kontinu mengenai kelainan ini.

Mual dan Muntah

Mual dan muntah sering terjadi pada periode segera se- telah operasi dan dapat disebabkabkan oleh
pilihan anes- tetik. Mual adalah pengalaman tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan
biasanya menyebabkan muntah Meskipun biasanya tidak membahayakan jiwa, mual dan muntah
pascaoperatif meninggalkan ingatan tidak me- nyenangkan yang bertahan lama pada pasien dan
dapat berdampak pada keputusan pembedahan dan pemberian anestetik di masa operatif adalah
komplikasi utama yang terkait dengan kebutuhan perawatan setelah pembedahan rawat jalan.
Penyebab seringnya adalah pemakaian opioid praoperatif dan intraoperatif; peningkatan sekresi
lambung: teknik anestetik tertentu, khususnya anestesia spinal; dan prose- dur pembedahan yang
melibatkan manipulasi otot mata, otot abdomen, dan otot genitourinaria. Teknik dan pro- sedur
laparoskopik yang melibatkan payudara juga dikait- kan dengan peningkatan mual dan muntah
pascaoperatif. Muntah dikendalikan oleh pusat muntah yang terletak di medula. Ketika dirangsang,
impuls eferen dikirim oleh saraf kranial ke-5, ke-7, ke-9, ke-10, dan ke-12, saraf spinal, dan saraf
frenik menuju diafragma, esofagus, dan lambung. Pusat muntah mendapatkan input secara langsung
dari saluran gastrointestinai, zona pemicu kemoreseptot, aparatus labírin (mabuk gerakan), dan
berbagai stimul kortikal dan visual. Perawat perawatan kritis harus mengenali kemung kinan
regurgitasi dan aspirasi pada semua pasien yang mendapat anestetik. Muntah adalah proses aktif,
sementa regurgitasi adalah proses pasif. Pemberian posisi yang adekuat pada pasien yang tidak
sadar amatlah penting. Posisi ideal adalah miring dengan kepala dan leher ek tensi. Apabila prosedur
pembedahan tidak memungkin kan untuk memiringkan pasien atau pasien tidak danat
melakukannya, pasien tidak boleh ditinggalkan sendirian sampai sadar kembali. Antiemetik sering
diprogramkan pada periode segera setelah operasi. Perawat perawatan kritis harus mengenali
bahwa banyak antiemetik menguatkan efek obat lain, khu susnya opioid. Oleh karena itu, penurunan
dosis opioid untuk peredaan nyeri dapat diindikasikan. Sering kali, mual dan muntah dapat
diredakan dengan mengidentifikasi faktor penyebabnya (mis., distensi lam- bung, hipotensi,
pemberian opiold) dan memberikan intervensi yang tepat.

Nyeri Pascaoperatif

Normalnya, pasien memperkirakan akan merasakan nyeri saat prosedur pembedahan selesai
dilakukan. Insiden nyeri dan keparahannya bergantung pada individu. Semua pengkajian nyeri pada
periode segera setelah operasi harus tersendiri. Beberapa faktor memengaruhi keparahan nyeri,
yaitu letak operasi, keadaan psikologis pasien, dan teknik anestetik yang digunakan. Apabila pilihan
anestetik yang digunakan adalah agens inhalasi tanpa penggunaan opioid atau anestetik lo- kal,
pasien bisa mengalami nyeri yang lebih hebat daripada pasien yang mendapatkan beberapa bentuk
analgesia selama pembedahan. Pasien yang mendapatkan obat anal- gesik selama prosedur dan
yang kemudian mendapatkan nalokson di akhir prosedur juga bisa mengalami nyern hebat karena
nalokson memulihkan efek analgesik dan obat yang sebelumnya diberikan. Karena pasien ini dapat
dipengaruhi narkotik kembali, perawat harus menunggu selama 15 sampai 45 menit setelah
pemberian nalokson sebelum memberikan obat analgesik pada pasien. Kolak 14-10 menguraikan
beberapa faktor yang dapat memengaruhi respons pasien terhadap nyeri.

OBAT INTRAVENA

Titrasi opioid IV pada periode segera setelah operas menawarkan metode pereda nyeri tercepat dan
terefektif. Karena laju metabolisme basal pasien menurun selama

Anda mungkin juga menyukai