Anda di halaman 1dari 7

SKANDIUM

1. PENGERTIAN SKANDIUM
Skandium (Sc) merupakan unsur kimia logam transisi besi. Skandium adalah logam
yang cukup lembut dan berwarna putih keperakan. Skandium cukup stabil di udara, tetapi
perlahan-lahan akan berubah warnanya dari putih keperakan menjadi kekuningan karena
pembentukan Sc2O3 oksida. Skandium perlahan larut dalam asam-kecuali dalam asam
fluorida (HF), yang diencerkan di mana lapisan pelindung trifluorida mencegah reaksi lebih
lanjut.

Setelah ahli kimia Rusia Dmitry Ivanovich Mendeleyev pada tahun 1871 menemukan
keberadaan unsur ini, dan menyebutnya ekaboron, kimiawan Swedia Lars Fredrik Nilson
pada tahun 1879 menemukan oksidanya yaitu scandia, di tanah yang jarang mineral seperti
gadolinit dan euksenit, dan kimiawan Swedia Per Teodor Cleve kemudian pada tahun 1879
mengidentifikasi skandium sebagai ekaboron. Skandium ditemukan dalam proporsi kecil,
umumnya kurang dari 0,2 persen, di banyak bijih lantanida berat dan dalam banyak bijih
timah, uranium, dan tungsten. Thortveitite (silikat skandium) adalah satu-satunya mineral
yang mengandung sejumlah besar skandium, sekitar 34 persen, tapi sayangnya mineral ini
cukup langka dan bukan merupakan sumber penting dari skandium. Kelimpahan kosmik
skandium relatif tinggi. Meskipun hanya menduduki peringkat ke-50 elemen yang paling
berlimpah di Bumi (kelimpahan mirip dengan berilium), Skandium merupakan elemen ke-23
yang paling melimpah di Matahari.

Skandium dipisahkan dari unsur tanah lainnya dengan pengendapan larut kalium
skandium sulfat atau dengan ekstraksi skandium tiosianat dengan dietil eter. Logam
skandium sendiri pertama kali dibuat pada tahun 1938 oleh elektrolisis kalium, lithium, dan
klorida skandium dalam campuran eutektik (yaitu, campuran yang memiliki titik leleh
terendah dengan komponen-komponen lainnya). Skandium sekarang diproduksi sebagian
besar sebagai produk sampingan dari ekstraksi uranium dari davidite mineral, yang berisi
sekitar 0,02 persen skandium oksida. Skandium ada dalam dua bentuk allotropic (struktural).
Hanya beberapa cara penggunaan logam transisi scandium yang telah dikembangkan,
sebagian besar karena skandium yang terbatas ketersediaan dan biaya yang tinggi. Skandium
yang memiliki kepadatan rendah dan titik lebur tinggi menunjukkan kegunaannya sebagai
agen paduan logam ringan untuk aplikasi militer. Kegunaan utama skandium adalah sebagai
aditif paduan paduan berbasis aluminium untuk barang olahraga dan lampu halida logam
intensitas tinggi. Ketika dipadukan dengan aluminium dan paduan berbasis aluminium,
skandium membatasi pertumbuhan butir suhu tinggi.

Properti elemen
nomor atom 21
berat atom 44,95591
titik lebur 1.541 ° C (2806 ° F)
Titik didih 2836 ° C (5137 ° F)
berat jenis 2,989 (24 ° C, atau 75 °
F)
oksidasi +3
konfigurasi [Ar] 3d14s2
elektron

2. GENESA SKANDIUM
Skandium ternyata lebih banyak ditemukan di matahari dan beberapa bintang lainnya
(terbanyak ke-23) dibandingkan di bumi (terbanyak ke-50). Elemen ini tersebar banyak di
bumi, terkandung dalam jumlah yang sedikit di dalam banyak mineral (sekitar 800an spesies
mineral). Warna biru pada beryl (satu jenis makhluk hidup laut) disebutkan karena
mengandung skandium. Ia juga terkandung sebagai komponen utama
mineral thortveitite yang terdapat di Skandinavia dan Malagasi. Unsur ini juga ditemukan
dalam hasil sampingan setelah ekstrasi tungsten dari Zinwald wolframite dan di
dalam wiikite dan bazzite.
3. MINERALOGI SKANDIUM
Kebanyakan skandium sekarang ini diambil dari throtvitite atau diekstrasi sebagai
hasil produksi pemurnian uranium. Skandium metal pertama kali diproses pada tahun 1937
oleh Fischer, Brunger dan Grienelaus yang mengelektrolisis cairan eutectic kalium, litium
dan skandium klorida pata suhu 700 dan 800 derajat Celcius. Kabel tungsten dan genangan
seng cair digunakan sebagai elektroda dalam graphite crucible. Skandium murni sekarang ini
diproduksi dengan cara mereduksi skandium florida dengan kalsium metal.
Produksi pertama 99% skandium metal murni diumumkan pada tahun 1960

4. KEGUNAAN SKANDIUM
Skandium Clorida (ScCl3), dimana senyawa ini dapat ditemukan dalam lampu halide, serat
optic, keramik elektrolit dan laser.

Aplikasi utama dari unsure scandium dalah sebagai alloy alumunium- skandium yang
dimanfaatkan dalam industri aerospace dan untuk perlengkapan olahraga ( sepeda, baseball
bats) yang mempunyai kualitas yang tinggi.
Aplikasi yang lain adalah pengunaan scandium iodida untuk lampu yang memberikan
intensitas yang tinggi. Sc2O3 digunakan sebagai katalis dalam pembuatan Aseton

5. SEBARANNYA DI INDONESIA
6. CARA PENAMBANGAN SKANDIUM

Proses pengolahan tersebut didasari pada kandungan unsur-unsur dalam red


mud.

Tabel 3.10. Kandungan oksida red mud (Berdasarkan hasil riset di India)
Senyawa Oksida Konsentrasi (% berat)
Tabel 3.11. Kandungan Unsur pada Red Mud (Berdasarkan hasil riset di India)

Unsur Konsentrasi (ppm)


Berdasarkan Tabel 3.10 dan Tabel 3.11, kandungan unsur pada red
mud adalah aluminium oksida, besi oksida, silika, titania, kalsium oksida,
natrium oksida, dan beberapa oksida dengan konsentrasi yang sangat kecil.

Sedangkan unsur-unsur yang ada pada red mud yang paling besar adalah
vanadium, chrom serta unsur LTJ.
Unsur LTJ yang ada pada red mud adalah ittrium dan neobium.
Konsentrasi yang ada pada red mud berkisar antara 2 – 12 ppm. Walaupun
konsentrasi yang rendah, tetapi keberadaannya cukup berarti terkait dengan
potensi sumber red mud yang cukup melimpah.

7. POTENSI SKANDIUM
Potensi Unsur LTJ pada Red Mud
Pengolahan bauksit menjadi alumina dengan menggunakan Bayer
Proccess akan menghasilkan red mud. Red mud merupakan hasil samping dari
proses pencucian alumunium dengan menggunakan basa NaOH (natrium
hidroksida). Red mud yang dihasilkan berkisar antara 55% - 65% dari jumlah
bauksit yang diolah. Red mud dikategorikan sebagai limbah B3 karena memiliki
pH yang tinggi, yang dapat membahayakan lingkungan darat, laut dan perairan
sekitar. Selain pH yang sangat tinggi, butiran red mud sangat halus sehingga
mudah diterbangkan oleh angin dan berpotensi menimbulkan bahaya baik
terhadap kesehatan maupun lingkungan, sehingga red mud ini perlu ditangani
secara serius. Beberapa negara yang memiliki pengolahan bauksit alumina telah
melakukan beberapa penelitian yang terkait dengan pengolahan red mud tersebut.
Pengolahan red mud diupayakan agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk
mengurangi biaya pengolahan yang cukup mahal. Penelitian yang terkait
dengan pemanfaatan red mud adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan bangunan 2.
Sebagai bahan baku semen 3. Sebagai bahan baku keramik gelas
4. Pemanfaatan pada pengolahan air 5. Sebagai katalis 6. Pengambilan kembali logam
yang terkandung seperti besi

8. PERKEMBANGAN DAN PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA DARI SKANDIUM


Potensi Unsur LTJ pada Red Mud
Pengolahan bauksit menjadi alumina dengan menggunakan Bayer
Proccess akan menghasilkan red mud. Red mud merupakan hasil samping dari
proses pencucian alumunium dengan menggunakan basa NaOH (natrium
hidroksida). Red mud yang dihasilkan berkisar antara 55% - 65% dari jumlah
bauksit yang diolah. Red mud dikategorikan sebagai limbah B3 karena memiliki
pH yang tinggi, yang dapat membahayakan lingkungan darat, laut dan perairan
sekitar. Selain pH yang sangat tinggi, butiran red mud sangat halus sehingga
mudah diterbangkan oleh angin dan berpotensi menimbulkan bahaya baik
terhadap kesehatan maupun lingkungan, sehingga red mud ini perlu ditangani
secara serius. Beberapa negara yang memiliki pengolahan bauksit alumina telah melakukan
beberapa penelitian yang terkait dengan pengolahan red mud tersebut. Pengolahan red mud
diupayakan agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengurangi biaya
pengolahan yang cukup mahal. Penelitian yang terkait
dengan pemanfaatan red mud adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan bangunan

2. Sebagai bahan baku semen

3. Sebagai bahan baku keramik gelas

4. Pemanfaatan pada pengolahan air

5. Sebagai katalis

6. Pengambilan kembali logam yang terkandung seperti besi

Anda mungkin juga menyukai