Disusun Oleh :
Irfan Aulia 11180150000058
Khofifah Ayu Salsabilah 11180150000110
Shafira Cindy Arselia 11180150000108
Semester 3
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019M
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ...................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 3
BAB II...................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................4
PENUTUP.............................................................................................................. 30
KESIMPULAN .................................................................................................. 30
SARAN-SARAN ............................................................................................... 30
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah guru yang digunakan dalam pembahasan bab ini tetap menggunakan istilah
guru sesuai dengan acuan undang-undang guru dan dosen. Jadi dalam bab ini seluruhnya
menggunakan istilah guru dan bukan pendidik. Peran guru meliputi (1) Fasilitator
perkembangan peserta didik. Kemampuan dan potensi yang dimiliki peserta didik tidak
mungkin dapat berkembang dengan baik apabila tidak mendapat rangsangan dari
lingkungannya. Dalam suasana sekolah, guru Diharapkan dengan peserta didik secara
individual telah mempunyai kemampuan dan potensi itu.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan, banyak permasalahan yang didapatkan.
Permasalahan tersebut adalah :
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kartadinata, profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang
pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas
kependidikan diperolch setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu, dan
kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak
pernah mengikuti pendidikan keguruan.
Istilah guru yang digunakan dalam pembahasan bab ini tetap menggunakan
istilah guru sesuai dengan acuan undang-undang guru dan dosen. Jadi dalam bab ini
seluruhnya menggunakan istilah guru dan bukan pendidik. Peran guru meliputi (1)
Fasilitator perkembangan peserta didik. Kemampuan dan potensi yang dimiliki
peserta didik tidak mungkin dapat berkembang dengan baik apabila tidak mendapat
rangsangan dari lingkungannya. Dalam suasana sekolah, guru Diharapkan dengan
peserta didik secara individual telah mempunyai kemampuan dan potensi itu. Dengan
kata lain mempunyai peranan sebagai fasilitator dalam mengantarkan peserta didik ke
arah hasil pendidikan yang tinggi mutunya. (2) agen pembaharuan. Kehidupan
manusia merupakan serangkaian perubahan-perubahan yang nyata. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini mengalami kepesatan yang
1
Olivia. profesi keguruan. https://www.scribd.com/doc/307832054/Pengertian-Profesi-Keguruan
4
melangit. Dalam hal ini, guru dituntut untuk tanggap terhadap perubahan dan dituntut
untuk bertugas sebagai agen pembaharuan dan menularkan kreativitas dan kesiapan
mental peserta didik. (3) Pengelola Kegiatan proses belajar mengajar. Guru dalam hal
ini bertugas mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu dalam menyajikan materi pelajaran, berperan dan
bertugas sebagai pengelola proses belajar mengajar. (4) pengganti orang tua di
sekolah. Guru dalam hal ini harus dapat menggantikan orang tua siswa apabila peserta
didik sedang berada di sekolah. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengganti
orang tua, guru guru harus mampu menghayati hubungan kasih sayang seorang bapak
ada seorang ibu terhadap anaknya. Oleh karena itu, guru mampu mengenal suasana
peserta didik di rumah atau dalam keluarganya (Muhtar : 1992)
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang didasarkan pada studi intelektual dan
latihan khusus, Tujuannya adalah untuk menyediakan pelayanan keterampilan
terhadap yang lain dengan bayaran maupun upah tertentu ( Peter Jarvis 1983:21).
Profesi merupakan suatu keterampilan yang terdapat dalam praktik nya dasarkan atas
suatu struktur teoritis tertentu dari beberapa bagian pelajaran ataupun ilmu
pengetahuan (Cogan 1983:21).
Pekerjaan guru adalah sebuah profesi, seperti profesi lainnya yang menuntut
keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu profesi tidak bisa dilakukan oleh
sembarangan orang yang tidak di latih atau dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi
umumnya berkembang dari pekerjaan (vocational), yang kemudian berkembang
semakin baik dan ditunjang oleh 3 hal: (1) keahlian, (2) komitmen, dan (3)
keterampilan. Ketiganya membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di tengahnya
terletak profesionalisme.
Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi kependidikan dan atau keguruan dapat
disebut sebagai profesi yang sedang tumbuh (emerging profession) vang tingkat
kematangannya belum sampai pada apa yang telah dicapai oleh profesi-profesi tua
(old profession) seperti: kedokteran, hukum, notaris, farmakologi, dan arsitektur.
Selama ini, di Indonesia, seorang sarjana pendidikan atau sarjana lainnya yang
bertugas di institusi pendidikan dapat mengajar mata pelajaran apa saja, sesuai
5
kebutuhan atau kekosongan atau kekurangan guru mata pelajaran di sekolah itu,
cukup dengan surat tugas dari pemimpin lembaga pendidikan.
Adapun syarat-syarat profesi keguruan adalah sebagai berikut: ( Jabatan yang
melibatkan kegiatan intelektual; (2) Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu
yang khusus; (3) Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama
(dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka); (4) Jabatan
yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan; (5) Jabatan yang
menjanjikan karie hidup dan keanggotaan yang permanen; (6) Jabatan yang
menentukan baku (standarnya) sendiri; (7) Jabatan yang lebih mementingkan layanan
di atas keuntungan pribadi; (8) Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang
kuat dan terjalin erat.
Kode etik guru di Indonesia meliputi: (1) Guru melaksanakan segala kebijakan
pemerintah dalam bidang pendidikan; (2) Guru berbakti membimbing peserta didik
untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila; (3) Guru memiliki
dan melaksanakan kewjujuran profesional; (4) Guru berusaha memperoleh informasi
tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan; (5) Guru
menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar; (6) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung bersama-sama
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya; (8) Guru
memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan jawab bersama terhadap
pendidikan; (7) Guru secara pribadi dan secara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan dan kesetiakawanan nasional; (9) Guru secara
bersama-sama memelihara pengabdian.2
Ada dua bentuk kualifikasi akademik guru, yaitu kualifikasi guru melalui
pendidikan formal dan kualifikasi guru melalui uji kelayakan dan kesetaraan.
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam
bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di
2
Nurochim, 2016, Administrasi Pendidikan, Bekasi, Gramatha Publishing, hal 189-193
6
perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan
dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahllan tanpa ijazah dilakukan oleh
perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya. Kualifikasi
akademik guru melalui pendidikan formal adalah Kualifikasi akademik guru pada
satuan pendidikan formal.
7
Pada satuan pendidikan SMA/MAK kulifikasi akademiknya adalah harus
emiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) sarjana (S1)
program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang rkan atau diampu, dan
diperoleh dari program studi yang terakreditasi.3
C. Deskripsi Tugas Guru
Di sekolah, guru harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia
harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para peserta didiknya.
Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi peserta
didiknya dalam belajar.Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik,
maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menambahkan benih
pengajarannya itu kepada para peserta didiknya. Para peserta didik akan enggan
menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran itu tidak dapat diserap sehingga
setiap lapisan (homoludens, homopuber, dan hompsapiens) dapat mengerti bila
menghadapi guru.
Masyarakat menempatkan guru sebagai orang amat terhormat
dilingkungannya karena mereka percaya dari seorang gurulah diharapkan mereka
mendapat ilmu pengetahuan dan Teknologi. Hal ini berarti bahwa guru berkewajiban
mencerdaskan kehidupan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Melalui guru pula masyarakat percaya
bahwa empat pilar kebangsaan yaitu: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika
dan NKRI dapat dijaga dan dilestarikan.
3
Ibid, hal 222-223.
8
Semakin tingginya kompetensi guru, maka semakin tercipta dan terbinanya
kesiapan manusia pembangunan Indonesia sesuai dengan cita-cita kemerdekaan.
Dengan kata lain, potret dan wajah suatu bangsa (bangsa Indonesia) di masa depan
tercermin dari potret guru masa kini.Masyarakat menempatkan guru sebagai panutan
seperti diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara yang mengatakan “Ing ngarso sung
tulodho, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani” atau jika berada dibelakang
memberikan dorongan, ditengah membangkitkan semangat, di depan memberikan
contoh-teladan.
Tugas guru tidak hanya sebatas dinding-dinding sekolah, tetapi juga sebagai
penghubung antara sekolah dan masyarakat. Djamarah (2000) dan Purwanto (2009),
mengindikasikan bahwa guru bertugas: (1) Menyerahkan kebudayaan kepada peserta
didik berupa kepandaian kecakapan dan pengalamanpengalaman; (2) Membentuk
kepribadian yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara bangsa Indonesia
Pancasila; (3) Menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik sesuai
Undang-Undang Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. II tahun 1983; (4)
Sebagai perantara belajar bagi peserta didik. 4
4
Hamid Darmadi, “Tugas, Peran, Kompetensi, dan Tanggung Jawab Menjadi Guru Professional”, Jurnal
Edukasi, Vol.13, No.2, Desember 2015, hal.163-165.
9
menentukan kontribusi sejauh mana lingkungan tersebut dapat menciptakan iklim
belajar sebagai lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik bersifat
menantang dan merangsang peserta didik untuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan dalam mencapai tujuan. Kualitas dan kuantitas belajar peserta didik di
dalam kelas amat tergantung pada banyak faktor, antara lain faktor guru, hubungan
pribadi antara peserta didik di dalam kelas, serta suasana di dalam kelas.
10
Peran guru sebagai informator guru harus dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi
yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi
peserta didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan masalah
sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada
peserta didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan peserta
didik dan mengabdi untuk anak didik.
Peran guru sebagai korektor menuntut guru bisa membedakan mana nilai yang
baik, dan mana nilai yang buruk, mana nilai positif dan mana nilai negatif. Kedua
nilai yang berbeda ini harus dipahami dalam kehidupan masyarakat. Kedua nilai ini
mungkin telah dimiliki peserta didik dan mungkin pula telah mempengaruhinya
sebelum peserta didik masuk sekolah. Latar belakang kehidupan peserta didik yang
berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat di mana peserta didik tinggal
cepat atau lambat akan mewarnai kehidupan peserta didik.
Peran guru sebagai inisiator, artinya guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide
kemajuan pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang
harus diperbaiki susuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media
pendidikan dan pengajaran harus diperbarui sesuai kemajuan media komunikasi dan
informasi.
11
Peran guru sebagai evaluator, artinya seseorang guru dituntut untuk menjadi
seorang penilaian yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh
asfek ekstrinsik dan intrinsik, penilaian pada asfek intrinsik lebih diarahkanpada asfek
kepribadian peserta didik, yakni aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini guru harus
bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap kepribadian
peserta didik harus diutamakan daripada penilaian terhadap jawaban siswa ketika
mengerjakan ulangan atau diberikan tes.
5
Hamid Darmadi, “Tugas, Peran, Kompetensi, dan Tanggung Jawab Menjadi Guru Professional”, Jurnal
Edukasi, Vol.13, No.2, Desember 2015, hal.166-169
12
keberadaan tenaga kependidikan sangatlah penting, mulai dari pengelola
perpustakaan, bagian keuangan, sampai padabagian kebersihan sekolah, merupakan
satu kesatuan sinergis yang membawa sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan.
13
merupakan rencana komprehensif yang akan dilakukan untuk kalender tahun
pelajaran yang akan dijalankan. Kegiatan tersebut mencakup rencana kegiatan
praktik dan praktikum, pengelolaan bahan, alat dan metode, serta sumber daya
laboratorium lainnya (seperti infrastruktur, personel, dan anggaran) agar mampu
memfasilitasi/melayani seluruh kegiatan di laboratorium secara efektif.
18
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Istilah guru yang digunakan dalam pembahasan bab ini tetap menggunakan istilah guru sesuai
dengan acuan undang-undang guru dan dosen. Jadi dalam bab ini seluruhnya menggunakan
istilah guru dan bukan pendidik. Peran guru meliputi (1) Fasilitator perkembangan peserta
didik. Kemampuan dan potensi yang dimiliki peserta didik tidak mungkin dapat berkembang
dengan baik apabila tidak mendapat rangsangan dari lingkungannya. Dalam suasana sekolah,
guru Diharapkan dengan peserta didik secara individual telah mempunyai kemampuan dan
potensi itu.
Saran
Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dalam penulisan itu maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran atas segala yang telah penulis sampaikan.
19
Daftar Pustaka
20