Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
di
Oleh :
Arifah Safitri
Harlianto Wahyudi
di
Mengetahui / Menyetujui,
Kaproli Direktur
Teknologi Laboratorium Medik Laboratorium Klinik Fortuna
Kepala Sekolah,
Ilham Purnawansyah, M. Pd
NIP.196909271991011101
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan bayak kesempatan, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan PKL dengan baik.
Laporan ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
PKL (Praktik Kerja Lapangan) bagi siswa jurusan Teknologi Laboratorium Medik.
Penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini disusun dengan sebaik-
baiknya, namun masih terdapat kekurangan didalam penyusunan laporan PKL ini, oleh
karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan,
tidak lupa harapan kami semua laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kami.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman pengesahan
ii
3.3. Pemeriksaan urine.........................................................................................................19
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................................34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.5 Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Manfaat Praktik Kerja Lapangan ini adalah:
1. Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan ini siswa dapat menambah wawasan dan
pengetahuan baik secara teori maupun praktik serta mengetahui Pelayanan
Kesehatan yang dilakukan di Laboratorium Klinik Fortuna.
2. Siswa dapat menjalin kerjasama yang baik dengan petugas Laboratorium Klinik
Fortuna.
3. Siswa dapat mempelajari dan memahami sistem Manajemen Laboratorium dan
Pemantapan Mutu Laboratorium Klinik Fortuna.
2
BAB II
Misi :
3
Fungsi: Memudahkan masyarakat untuk lebih paham tentang kesehatan, dan
untuk mengetahui secara dini penyakit tentang kesehatannya.
2.4 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di Laboratorim Fortuna terdiri dari tenaga kerja medis dan
tenaga kerja non medis yaitu:
2.4.1. Tenaga kerja medis tediri dari:
1. Ruang Sampling: 2 orang
2. Ruang Proses: 11 orang
3. Ruang Rontgen: 3 orang
2.4.2. Tenaga kerja non medis terdiri dari:
1. Resepsionis: 2 orang
2. Cleaning Service: 2 orang
2.5 Kelembagaan
Laboratorium Fortuna bekerja sama dengan beberapa instansi. Diantaranya:
1. BPJS Kesehatan
2. Puskesmas
3. Dokter Keluarga
4. Klinik Anna Medika
4
2.6 Alur pelayanan
Penerimaan pasien
Registrasi
Pengambilan
sampel
Proses
Hasil Keluar
5
d. Keuangan
e. Marketing
f. HRD
6
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
7
3.1.2. Prosedur Pengambilan Spesimen Urine
a. Jenis sampel urine :
1. Urine sewaktu/urine acak (random)
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak
ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau
hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan
epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik
untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
2. Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan
sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam
mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga
unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik
untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes
kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic
gonadothropin) dalam urine.
3. Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam
terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini
biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine,
misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam
suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan
pengawet, misalnya toluene.
b. Wadah Spesimen
Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari
bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung
10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga harus
bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah
komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine.
c. Prosedur Pengumpulan
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri
(kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum
pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata
cara pengambilan yang benar.
8
1. Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah
(midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine
selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan.
Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran
pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari
luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine.
Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus
mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya
dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Pasien juga perlu
membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang
sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum
menampung spesimen.
Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang
lain (mis. keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus
diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel urine; mereka
harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan
sampel; menampung urine midstream dengan baik. Untuk pasien
anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimaotivasi untuk
mengeluarkan urine. Pada pasien bayi dipasang kantung
penampung urine pada genitalia.
2. Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan. Dalam
keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien
gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra.
Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan
trauma uretra dan kandung kemih. Untuk menampung urine dari
kateter, lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter dengan
menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine dengan menggunakan
spuit sebanyak 10 – 12 ml. Masukkan urine ke dalam wadah dan
tutup rapat. Segera kirim sampel urine ke laboratorium.
3. Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam urine
biasanya diperlukan sampel urine 24 jam. Cara pengumpulan urine
24 jam adalah :
9
1.Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi
pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang
dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung.
2.Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus
dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air
seni dan kontaminasi feses pada sampel urin wanita.
3.Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada
wadah, pengumpulan urin dihentikan.
4.Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode
pengumpulan.
4. Biakan Urine
Spesimen urine apabila ditampung secara benar mempunyai
nilai diagnostic yang besar, tetapi bila tercemar oleh kuman yang
bersal dari urethra atau peritoneum dapat menyebabkan salah
penafsiran. Sampel urine acak cukup baik untuk biakan kuman.
Namun, bila specimen urine acak tidak menunjukkan pertumbuhan,
urine pekat atau urine pagi dapat digunakan.
Sampel urine yang dikumpulkan adalah urine midstream
clean-catch. Biakan kuman dengan sampel ini dapat menentukan
diagnosis secara teliti pada 80% penderita wanita dan hampir 100%
penderita pria, apabila lubang uretra dibersihkan sesuai persyaratan.
Urine clean-catch adalah spesimen urin midstream yang
dikumpulkan setelah membersihkan meatus uretra eksternal. Urine
jenis ini biasanya digunakan untuk tes biakan kuman (kultur).
Sebelum mengumpulkan urine, pasien harus membersihkan
daerah genital dengan air bersih atau steril. Jangan gunakan deterjen
atau desinfektan. Tampung urine bagian tengah ke dalam wadah
yang steril. Kumpulkan urin menurut volume direkomendasikan,
yaitu 20 ml untuk orang dewasa dan 5-10 ml untuk anak-anak.
Pada keadaan yang mengharuskan kateter tetap dibiarkan
dalam saluran kemih dengan sistem drainase tertutup, urine untuk
biakan dapat diperoleh dengan cara melepaskan hubungan antara
10
kateter dengan tabung drainase atau mengambil sampel dari kantung
drainase.
Bila tidak memungkinkan memperoleh urine yang
dikemihkan atau bila diduga terjadi infeksi dengan kuman anaerob,
aspirasi suprapubik merupakan cara penampungan yang paling baik.
Spesimen yang menunjukkan pertumbuhan lebih dari satu
jenis kuman, dianggap sebagai tercemar, kecuali pada penderita
dengan kateter yang menetap.
a. Cara pengambilan sampel urine clean-catch (bersih) pada
pasien wanita:
1. Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu
mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau
tissue.
2. Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu
tangan.
3. Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan
arah dari depan ke belakang.
4. Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril
yang lain.
5. Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan
jari tangan jangan menyentuh daerah yang telah dibersihkan.
6. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran
urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah
disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine
habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar
wadah.
7. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
b. Cara pengambilan urine clean-catch (bersih) pada pasien pria :
1. Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun
lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih
atau tissue.
2. Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan
urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine
selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah
11
disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine
habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar
wadah.
3. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
5. Aspirasi suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara
mendapatkan sampel urine yang paling murni. Pengumpulan urine
aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang
penuh.
1. Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan Povidone
iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone iodine dengan
alkohol 70%.
2. Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan menggunakan
spuit.
3. Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara aseptik/suci hama
(dilakukan oleh petugas yang berkompenten).
4. Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan tutup rapat.
5. Segera dikirim ke laboratorium.
12
3.2. Pemeriksaan Hematologi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan
komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan yang berwarna
kekuningan yang disebut plasma.
3.2.1. Macam-macam pemeriksaan hematologi:
a. Darah Lengkap
Suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa
suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap
suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan
untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita
suatu penyakit infeksi.
Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan leukosit, eritrosit,
hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, trombosit, hitung jenis
leukosit, eosinofil, basofil, stab, segmen, limfosit, monosit, LED.
b. Hemoglobin
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya
anemia dan penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat menunjukan
indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagal
jantung kongestif dan lain-lain. Nilai Hb turun mengindikasi adanya
penyakit anemia.
Nilai normal:
L = 13,5 – 18,0 g/dl
P = 11,5 – 16,0 g/dl
c. Leukosit
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam
memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses
metabolik toksin, dll.. Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada
kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll,
sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri,
penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll.
Nilai normal : 4.000 - 11.000/cmm
13
d. Hitung jenis
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai
jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya
memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah
neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis
leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan
proses penyakit. Adapun fungsi dari eosinofil dan basofil adalah untuj
memberikan reaksi alergi pada benda asing atau infeksi, sedangkan
monosit berfungsi sebagai reaksi virus atau imun dan limfosit berfungsi
untuk pembentukan antibodi. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan
jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah
absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan
jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.
Nilai normal :
Eosinofil 0-3%,
Basofil 0-2%,
Neutrofil Stab 2-4%,
Neutrofil Segmen 35-80%,
Limfosit 15-40%,
Monosit 1-10%
e. LED
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum
membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak
spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi
akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen,
rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya
kehamilan).
Nilai normal LED pada metode Westergreen :
Laki-laki : 0 – 10 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam
14
f. Trombosit
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi
membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas
vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit antara lain giant
platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit bergerombol).
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang
biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut
trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD),
Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.
Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 450.000 /cmm
darah.
g. Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah
sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%).
Persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma dimana kadar hematokrit =
3 x kadar hb.
Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar 40% - 54% sedangkan
untuk wanita berkisar 35% - 47%.
h. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang
paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen
dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa
kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru. Eritrosit yang tinggi
bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru
obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll,
sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia,
hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll.
Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,5 juta - 6,5 juta sel/ul
darah, sedangkan pada wanita berkisar 3,0 juta – 6,0 juta sel/ul darah.
i. Eosinofil
Eosinofil merupakan sel darah yang berperan pada proses alergi,
infeksi parasit ≥ pemeriksaan Hitung Eosinofil bertujuan untuk
mengetahui adanya proses alergi/ hipersensitifitas atau infeksi parasit
15
misalnya cacing (penyakit2 tsb tidak selalu disertai peningkatan jumlah
eosinofil).
Nilai normal: 40 – 440/cmm
j. Retikulosit
Retikulosit merupakan eritrosit (sel darah merah) muda.
Peningkatan retikulosit menunjukkan peningkatan pembentukan sel darah
merah, misalnya akibat perdarahan atau ada peningkatan penghancuran
eritrosit.
Nilai normal 0,5 – 1,5 % dari jumlah eritrosit atau 23.000 – 73.000
sel/ul darah.
k. Hapusan darah
Mengetahui adanya kelainan morfologi eritrosit, lekosit dan
trombosit -> mengetahui jenis anemia, kelainan hemoglobin, lekosit dan
trombosit.
l. Gol. Darah
Pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau
tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah
merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan
protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut.
m. Gol. Darah rhesus
Sistem penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya antigen
D di permukaan sel darah merah. Rhesus merupakan suatu protein trans
membran yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Apabila Rh (-)
menandakan bahwa sel darah merah kekurangan protein.
n. Waktu Perdarahan (BT)
Sebagai pemeriksaan penyaring sebelum operasi untuk mengetahui
adanya kelainan trombosit sebagai proses pembekuaan darah. Apabila
trombosit rendah maka BT akan meningkat, jika ini terjadi maka orang
tersebut tidak dapat operasi.
Nilai normal : 0 – 5 menit
o. Waktu Pembekuan (CT)
Sebagai pemeriksaan penyaring sebelum operasi untuk mengetahui
kelainan pembekuan darah (kelainan faktor-faktor pembekuan darah).
Nilai normal: 5 – 14 menit.
16
p. MCV
Merupakan indeks eritrosit, menggambarkan ukuran dan kandungan
Hb dalam eritrosit -> menentukan jenis anemia. Merupakan volume rata-
rata eritrosit disebut juga femtoliter.
Nilai normal: 86 – 110 fL
q. MCH
Hemoglobin eritrosit rata-rata atau banyaknya hemoglobin per
eritrosit disebut juga pikogram.
Nilai normal 26 - 34Pg
r. MCHC
Konsentrasi hb eritrosit rata-rata. Yaitu kadar hb yang di dapat per
eritrosit dinyatakan dengan % (satuan lebih tepat gr hb/ dl erit).
Nilai normal 31 – 36 g/dl
17
9. Alat akan memproses sample selama satu menit dan hasil
pemeriksaan akan tampak pada layar.
10. Lihat dan catat hasilnya.
11. Untuk mematikan alat, tekan stand by maka alat akan mencuci selama
satu menit, setelah layar padam matikan alat dengan menekan
switch utama yang terletak di bagian belakang alat.
18
3. Masukkan darah ke dalam 3 tabung masing-masing tabung 1cc.
4. Tunggu sampai 5 menit kemudian miringkan setiap 30 detik.
5. Bila darah sudah berhenti matikan stopwacth dan catat hasilnya.
a. Urine lengkap
Untuk mengetahui kelainan fungsi ginjal dan salurannya juga
bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan organ tubuh seperti hati,
saluran empedu, pankreas, dan lain-lain. Pemeriksaan urine Lengkap
terdiri dari pemeriksaan Protein, Glukosa, Urobilinogen, Bilirubin, Keton,
Nitrit, Sedimen, pH, Berat Jenis, Warna, dan Kekeruhan.
b. Protein / Urine Alb
Untuk menentukan adanya kelainan pada faal ginjal akibat
kerusakan glomerulus atau gangguan reabsorsi tubuls ginjal, atau kedua-
duanya.
Nilai Normal: Negatif
19
c. Glukosa Urine
Untuk memantau adanya glukosa di dalam urine.
Nilai Normal: Negatif
d. Urobilinogen
Untuk menentukan kerusakan hepar, penyakit hemolitik, dan infeksi
berat.
Nilai Normal: 3,2 – 16 µmol/L
e. Bilirubin
Merupakan suatu indikator adanya kerusakan hepar atau obstruksi
saluran empedu, misalnya oleh batu.
Nilai Normal: Negatif
f. pH
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa,
kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin
normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi
saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi.
Nilai Normal: 4,5 – 8,0
g. Berat Jenis
Untuk mengetahui kepekatan atau pengenceran sampel urine,
biasanya terjadi pada orang yang terkena penyakit ginjal.
Nilai Normal: 1003 - 1030
h. Urobilin
Untuk menentukan kerusakan hepar, penyakit hemolitik, dan infeksi
berat.
Nilai Normal: Negatif
i. Keton
Terjadi pada penderita diabetes militus, bila kebutuhan energi sel
melebihi glukosa maka sel-sel akn mensekresi lemak untuk energi.
Untuk memantau glukosa darah.
Nilai Normal: Negatif
j. Nitrit
Untuk mengetahui adanya infeksi saluran kemih dengan
ditemukannya bakteri.
Nilai Normal: Negatif
20
k. Sedimen
Untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
serta berat ringannya penyakit. Unsur sedimen dibagi atas dua golongan
yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu
organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder,
potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak
berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.
Nilai Normal:
1. Leukosit: 0 – 2 /LP
2. Eritrosit: 0 – 1 /LP
3. Epitel: 0 – 2 /LP
4. Silinder: Negatif
5. Kristal: Negatif
21
3.4. Pemeriksaan Imunoserologi
Pemeriksaan imunoserologi dilakukan untuk mengetahui reaksi imun (antibodi)
seseorang terhadap infeksi benda asing, maupun terhadap benda dari dalam tubuh
orang itu sendiri.
3.4.1 Jenis-Jenis Pemeriksaan Imunoserologi
a. Hepatitis
1. HbsAg
Untuk mengetahui adanya infeksi virus Hepatitis B. Jika HBsAg
positif -> terinfeksi virus hepatitis B. Jika HBsAg positif selama
lebih dari 6 bulan, berarti pasien menderita Hepatitis B kronis ->
disarankan untuk rutin memeriksakan fungsi hati (SGOT, SGPT,
Protein Total, Albumin, AFP) paling tidak 6 bulan – 1 tahun sekali.
b. Imuno-Serologi lain
1. IgG Anti Dengue
Untuk mengetahui adanya riwayatinfeksi virus Dengue
penyebab demam dengue/ demam berdarah.
2. IgM Anti Dengue
Untuk mengetahui adanya infeksi akut virus Dengue penyebab
demam dengue/ demam berdarah.
3. Widal Slide
Untuk mengetahui adanya infeksi terhadap kuman Salmonella
typhi dan paratyphi yang merupakan penyebab demam tifoid/ tifus.
22
Interpretasi hasil : hasil negatif jika hanya muncul strip merah pada
control dan pada blangko ditulis (negatif), jika hasil positif muncul 2
strip merah pada stik dan pada blangko ditulis (positif).
b. Hbs Ag
1. Siapkan rapid test hbsag.
2. Pipet serum secukupnya, letakkan pada kuvet.
3. Celupakan rapid test pada serum sampai tanda batas.
4. Tunggu beberapa detik sampai serum naik sampai batas atas membran
stik.
5. Lihat perubahan yang terjadi pada membran stik
Interpretasi hasil :
(+) bila pada membran stik Hbs Ag terlihat 2 strip = Positif
(-) bila pada membran stik hbsag terlihat 1 strip = Negatif
c. Widal Slide
1. Siapkan alat dan bahan
2. Di teteskan masing-masing 20µL sampel di 4 titik pada objek glass.
3. Teteskan dengan reagen s.parathipy A, s. parathipy B, s. Thipy O, dan
s. Thipy H.
4. Diaduk dan dihomogenkan kemudian di goyang-goyangkan.
5. Perhatikan ada tidaknya aglutinasi pada serum.
Interpretasi hasil :
Negatif: tidak ditemukan aglutinasi.
1/80: adanya sedikit aglutinasi dan halus.
1/160: adanya aglutinasi agak kasar.
1/320: adanya aglutinasi yang banyak.
1/640: adanya aglutinasi yang banyak dan kasar.
23
3.5.1. Jenis-Jenis Pemeriksaan Kimia Klinik
a. Faal Hati
1. SGOT
Untuk mengetahui enzim yang terdapat di dalam sel parenkim
hati. SGOT akan meningkat kadarnya di dalam darah jika terdapat
kerusakan pada hati. Namun SGOT tidak spesifik hanya terdapat di
dalam hati. SGOT juga dapat ditemukan di sel darah, jantung, dan
sel otot. Karena itu peningkatan SGOT tidak selalu menunjukkan
kerusakan pada hati.
Nilai normal: L = 10 - 35 U/L Opt 37 oC
P = 10 – 31 U/L Opt 37 oC
2. SGPT
Untuk mengetahui enzim yang terdapat di dalam sel hati. .
SGPT akan meningkat kadarnya di dalam darah jika terdapat
kerusakan pada hati.
Nilai normal: L = 9 – 43 U/L Opt 37 oC
P = 9 – 36 U/L Opt 37 oC
3. Gamma GT
Merupakan enzim yang dihasilkan oleh hati dan saluran
empedu. Peningkatan kadarnya berarti kemungkinan ada kelainan
(radang, infeksi, batu, tumor) pada hati dan saluran empedu.
Nilai normal: L = 11 - 50 U/L Opt 37 oC
P = 7 - 32 U/L Opt 37 oC
4. Bilirubin
Merupakan zat warna kuning yang dihasilkan oleh empedu.
Bila terjadi peningkatan kadar bilirubin, kulit akan menjadi
kekuningan. Peningkatan kadar bilirubin bisa terjadi karena
penyakit hati dan empedu (karena radang/ infeksi, sumbatan batu,
tumor) atau pemecahan sel darah merah yang berlebihan.
Nilai normal: Bilirubin direk ≤ 0,2
Bilirubin total ≤ 0,1 – 1,2
5. Albumin
Albumin merupakan protein yang berperan penting untuk
menahan cairan supaya tetap berada di dalam pembuluh darah. Bila
24
kadar albumin berkurang, cairan dari dalam pembuluh darah akan
keluar menuju jaringan, mengakibatkan bengkak. Kekurangan
albumin dapat terjadi pada penyakit hati (misalnya sirosis),
kekurangan gizi, kebocoran di ginjal (misalnya sindrom nefrotik).
Nilai normal: 3,5 – 5,3 mg/dL
6. Globulin
Merupakan jenis protein yang dihasilkan oleh sel limfosit,
berfungsi untuk kekebalan. Penurunan kadarnya berarti terdapat
gangguan kekebalan tubuh. Peningkatan kadar globulin terjadi pada
infeksi, penyakit hati dan beberapa jenis keganasan. Globulin terdiri
dari 3 yaitu alfa dan beta globulin yang disintesa di liver dengan
kadar kecil sedangkangamma globulin disintesa di jaringan RE
dengan kadar yang banyak.
Nilai normal:2,6 – 3,1 gr/dl
7. Total Protein
Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita
malnutrisi/ kekurangan protein; untuk mengetahui fungsi hati (hati
merupakan organ yang menghasilkan protein).
Nilai normal: 6,6 – 8,79 gr/dl
8. Gamma Globulin
Merupakan jenis protein yang dihasilkan oleh sel limfosit,
berfungsi untuk kekebalan. Penurunan kadarnya berarti terdapat
gangguan kekebalan tubuh. Peningkatan kadar globulin terjadi pada
infeksi, penyakit hati dan beberapa jenis keganasan. Gamma
globulin disintesa di jaringan RES.
b. Lemak Darah
1. Cholesterol total
Untuk mengetahui kadar kolesterol atau lemak total yang
beredar di seluruh tubuh.
Nilai normal: < 200 mg/dl
2. Trigliserida
Untuk mengetahui kadar salah satu jenis lemak dalam darah
yang dibutuhkan tubuh untuk diubah menjadi energi, tinggi
25
rendahnya trigliserida sangat dipengaruhi oleh makanan yang di
konsumsinya. Oleh karena itu pemeriksaan ini harus puasa 10 – 12
jam.
Nilai normal: < 200 mg/dl
3. HDL- Cholesterol
Untuk mengetahui kadar lemak baik yang mampu
membersihkan atau menghisap cholesterol yang berlebih kemudian
dibawa kembali ke hati dan akan didaur ulang kembali.
Nilai normal: > 35 mg/dl
4. LDL- Cholesterol
Untuk mengetahui kadar lemak jahat karena LDL berfungsi
untuk membawa cholesterol ke berbagai bagian tubuh yang
membutuhkan namun LDL yang terlalu banyak dapat menimbulkan
penimbunan cholesterol di arteri yang menyebabkan serangan
jantung.
Nilai normal: > 130 mg/dl
5. Total lipid
Untuk mengetahui kadar lemak total yang beredar di seluruh
tubuh.
Nilai normal: < 200 mg/dl
c. Faal Ginjal
1. Ureum/ BUN
Untuk mengetahui jumlah nitrogen urea yang ada dalam
darah. Urea merupakan produk limbah yang di bentuk selamaproses
pemecahan protein yang kemudian ditransfer dari hati ke ginjal
(melalui aliran darah) dan dikeluarkan dalam bentuk urin.
Nilai normal: 5 - 17 mg/dl
2. Kreatinin
Untuk mengetahui kadar kreatin dalam darah. Kreatin
merupakan produk penguraian dari kreatinin fosfat dalam
metabolisme otot dan dihasilkan dari kreatin. Biasanya kadar kreatin
dalam darah normal karena massa otot relatif konstan, namun bila
fungsi ginjal terganggu maka kreatinin dalam darah akan meningkat.
Nilai normal:
26
L = 0,7 – 1,4 mg/dl
P = 0,6 – 1,1 mg/dl
3. Asam Urat
Untuk mengetahui adanya penyakit Gout Arthritis (nyeri sendi
karena tingginya kadar asam urat).
Nilai normal:
L = 3,5 – 7,0 mg/dl
P = 2,4 – 5,7 mg/dl
d. Gula Darah
1. Glukosa puasa
Untuk mengetahui kemampuan hormon insulin dalam
memetabolisme glukosa dalam keadaan puasa 8 – 10 jam.
Nilai normal: < 126 mg/dl
2. Glukosa 2 jam PP
Untuk mengetahui kemampuan hormon insulin dalam
memetabolisme glukosa dalm keadaan puasa 2 jam setelah makan
dan membantu menentukan terapi pada pasien diabetes.
Nilai normal: < 140 mg/dl
3. Glukosa Sewaktu
Untuk mengetahui kemampuan hormon insulin dalam
memetabolisme glukosa dalam keadaan tidak puasa.
Nilai normal: < 170 mg/dl
4. HbA 1c
HbA1c merupakan hemoglobin yang mengalami perubahan
struktur kimiawi akibat terpapar dengan kadar glukosa darah yang
tinggi dalam waktu lama (± 120 hari, sesuai umur sel darah merah)-
> kadar HbA1c tinggi menunjukkan bahwa kadar glukosa darah
pasien (selalu) tinggi, meskipun kadar glukosa darah sewaktu/ puasa
dalam batas normal. Pemeriksaan HbA1c merupakan alat ukur
kepatuhan pasien diabetes terhadap diet dan pengobatan serta
memonitor keberhasilan terapi diabetes.
27
3.5.2. Prosedur Pemeriksaan Kimia Klinik
1. Sampel darah dicentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3500 rpm.
2. Masukkan serum sebanyak 500µ kedalam cup yang telah diberi ID
pasien.
3. Letakkan sampel pada alat auto analyzer, pada posisi yang sesuai
dengan nomor yang tertera di layar.
4. Tekan tombol “ID” pada layar.
5. Masukkan nomor ID pasien.
6. Tekan “Enter”, lalu tekan “Page Up”.
7. Pilih jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
8. Tekan “Accept”.
9. Tunggu sampai hasil pemeriksaan keluar.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Studi Kasus
Lipemik
4.1.1. Pengertian
Serum yang keruh, putih/ seperti susu karena
hiperlipidemia (peningkatan kadar lemak dalam darah). Lipemik
disebabkan oleh makanan yang baru dikonsumsi, terutama yang
mengandung lemak dapat menyebabkan lipemia (peningkatan kadar
lemak darah untuk sementara).
4.1.2. Studi Kasus
Pasien yang bernama Ny. Mutmainnah, dengan usia 45 tahun,
berasal Bangkalan. Pasien tersebut melakukan pemeriksaan kimia klinik
yaitu : SGOT, SGPT, BUN, Creatinin, Cholesterol, dan Trigliserida.
Pada ssat darah selesai di centrifuge, ternyata serum pasien tersebut
berwarna putih susu (lipemik). Kami pun penasaran mengapa serum
tersebut berwarna putih susu (lipemik)? Dan kami pun mencari tahu hasil
pemeriksaan apa yang berpengaruh ketika serum tersebut berwarna putih
susu (lipemik).
Setelah pemeriksaan selesai dilakukan dan hasil keluar ternyata
pada pemeriksaan trigliserida hasilnya melebihi batas normal yaitu
809mg/dl.
4.1.3. Pemecahan Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya dari serum pasien
tersebut dilakukan pengenceran sebanyak 2 kali yaitu dengan
pengenceran 3× dan pengenceran 5×. Untuk pengenceran 3×
menggunakan NaCl sebanyak 100µ dan sampel sebanyak 50µ. Dan
untuk pengenceran 5× menggunakan NaCl sebanyak 200µ dan sampel
50µ.
Setelah dilakukan pengenceran didapatkan hasil yaitu:
1. Pada pengenceran pertama dengan pengenceran 3× didapatkan
hasil 684 mg/dl
29
2. Pada pengenceran kedua dengan pengenceran 5× didapatkan
hasil 715 mg/dl
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di Laboratorium
Klinik Fortuna, terdapat pemeriksaan Hematologi, pemeriksaan Kimia Klinik,
pemeriksaan Urinalisa, dan pemeriksaan Imuno-serologi. Semua alat dimasing –
masing pemeriksaan menggunakan alat yang otomatis, semi otomatis dan
manual.
5.2. Saran
Pemeriksaan laboratorium klinik adalah salah satu ilmu yang begitu penting
pada ilmu kesehatan, jadi sangatlah penting untuk diketahui dan dipelajari.
namun yang kami bahas disini hanya sebatas pada pemeriksaan-pemeriksaan
yang dapat kami lakukan selama praktek kerja lapangan berlangsung. Oleh
karena itu, kami berharap agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih di
sekolah, tentang segala pemeriksaan yang ada pada Laboratorium Klinik
Fortuna, serta dengan menggunakan alat yang lebih lengkap di sekolah.
31
BAB VI
PENUTUP
Demikian laporan yang dapat kami selesaikan berdasarkan dengan apa yang kami kerjakan
di Laboratorium Klinik Fortuna selama Praktik Kerja Lapangan (PKL).
32
DAFTAR PUSTAKA
http://www.fortunalab.com/infopemeriksaan.php
http://www.pramita.co.id/index.php/kimiaklinik
http://www.perbidkes.com/2015/11/nilai-normal-hasil-pemeriksaan.html?m=1
http://semar-septi.blogspot.co.id/2016/05/pemeriksaan-iggigm-dengue.html?m=1
https://www.scribd.com/document/318491188/Sop-Pemeriksaan-Hbsag
http://fistarhematologi.blogspot.co.id/2015/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html?m=1
http://infoumumblog.blogspot.co.id/2011/09/?m=1
Gandasoebrata R. 1985.”Penuntun Laboratorium Klinik” Dian rakyat, Jakarta
http://rockapolka.blogspot.co.id/2011/11/pemeriksaan-kimia-darah.html
33
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dapur
Lantai 1 Mushalla
Toilet
Radiologi Rontgen
Toilet Pasien
USG Resepsionis
Ruang ECG
Sampling
Ruang Tunggu Ruang Tunggu
Ruang Tunggu
Tangga
Pintu masuk
ATM BRI
Parkiran
Syariah
34
35
2. Lampiran 2 : Contoh Formulir Pemeriksaan Pasien
36
3. Lampiran 3 : Contoh Hasil Pemeriksaan Pasien
37
4. Lampiran 4 : Foto-Foto Sampling Spesimen
b) Pemeriksaan LED
38
Gambar 5b.1 Proses Pemipetan Sampel Gambar 5b.2 Proses Memasukkan
Sampel Ke Dalam Cup
39
Gambar 6.1 Proses Memasukkan Sampel Kedalam Alat Autoanalyzer
Gambar 5b.1 proses pemipetan sampel
7. Lampiran 7 : Foto-Foto Pemeriksaan Urine
40
Gambar 7.2 Sedimen Eritrosit Dan Gambar 7.3 Sedimen Sel Epitel
Leukosit Tubulus
41
b. Pemeriksaan Widal
42
Gambar 8b.5 Sampel Siap Di Baca Di Gambar 8b.6 Pemeriksaan widal positif 1/160
Mikroskop
43