Anda di halaman 1dari 10

Postulat koch.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit tanaman adalah kondisi dimana tanaman mengalami satu atau lebih gangguan
fungsi fisiologis secara terus menerus akibat agen/penyebab penyakit primer dan menimbulkan
gejala. Agen/penyebab penyakit ini lebih familiar kita kenal dengan sebutan patogen. Penyebab
penyakit dapat digolongkan menjadi 2 agen, yaitu agen biotik (bakteri, mikoplasma, virus,
nematoda, jamur, dan mikroorganisme lain yang dapat mengganggu fungsi fisiologis tanaman)
dan agen abiotik (kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman).
Diagnosis penyakit tumbuhan ada yang mudah, karena gejalanya khas, tetapi lebih
banyak yang sulit ditentukan penyebabnya karena gejalanya banyak yang mirip satu sama lain.
Apalagi penyebabnya kebanyakan adalah adanya organisme yang sukar dilihat dengan mata
telanjang.
Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh patogen yang dapat menyebabkan penyakit
pada tanaman telah dirasakan oleh bangsa Indonesia, terlebih oleh para petani. Dapat
dibuktikan dari menurunnya produktivitas pangan dan tanaman hortikultura di Indonesia. Hal
ini tentu saja tidak dapat dibiarkan. Dibutuhkan suatu tindakan pengendalian yang efektif yang
dapat menjadi solusi bagi perbaikan dan perkembangan pertanian Indonesia.
Untuk mengetahui penyebab penyakit suatu tanaman yang disebabkan oleh agen biotik,
dikenal sebuah cara yaitu Postulat Koch. Cara ini dikemukakan oleh Robert Koch. Postulat
Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen
yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa Koch, dikenal beberapa
penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi
semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat mendiagnosis
penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Pada masa itu virus belum dapat
diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan awal dari virologi. Kini, beberapa
penyebab infektif diterima sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi
postulat. Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak diperlukan
pemenuhan keseluruhan postulat.
Koch memberikan rumusan berupa sejumlah kondisi yang harus dipenuhi sebelum
salah satu faktor biotik (organisme) dianggap sebagai penyebab penyakit. Dalam Postulat Koch
disebutkan, untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme
tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, organisme selalu berasosiasi dengan inang
dalam semua kejadian penyakit. Kedua, organisme (patogen) dapat diisolasi dan dikulturkan
menjadi biakan murni. Ketiga, hasil isolasi saat diinokulasikan pada tanman sehat akan
menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit.
Keempat, dari tanaman yang telah diinokulasi didapatkan hasil isolasi yang sama dengan hasil
isolasi yang pertama.
Postulat Koch ini hanya dapat digunakan dalam pembuktian jenis patogen yang bersifat
tidak parasit obligat. Parasit obligat adalah parasit yang tidak dapat hidup tanpa ada inangnya.
Oleh karena inilah, patogen parasit obligat tidak dapat dibiakan dalam laboratorium. Salah satu
contuh parasit obligat adalah virus. Penemuan virus dan bakteri yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit serta adanya penyakit tertentu yang ditimbulkan oleh lebih dari 1
mikroorganisma memerlukan modifikasi dari postulat Koch. Pada tahun 1892 Dimitri
Ivanovski menunjukkan bahwa agen yang menyebabkan penyakit mosaik pada tembakau dapat
ditularkan melalui ekstrak tanaman yang sakit. Ekstrak terebut disaring dengan filter yang
ditemukan oleh kawan-kawan Pasteur dimana filter tersebut diketahui dapat menyaring
bakteri.Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa agen tersebut mempunyai ukuran yang jauh
lebih kecil dari bakteri. Yellow fever merupakan penyakit pertama pada manusia yang
diketahui disebabkan oleh virus.
Antraknosa pada cabai disebabkan oleh genus Colletotrichum, yang digolongkan
menjadi enam spesies utama yaitu C. gloeosporioides, C. acutatum, C. dematium, C. capsici
dan C. coccodes (Kim, et. al. 1999).
Antraknosa merupakan salah satu penyakit penting dalam produksi cabai di daerah
tropis yang panas dan lembab, dan juga dikenal sebagai penyakit busuk buah prapanen dan
pasca panen. Serangan penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum spp, dan dapat
menurunkan produksi sebesar 45-60 % dan kualitas cabai (Hidayat, 2004).
Praktikum ini menggunakan penyakit antraknosa pada cabai. Cendawan yang sudah
diisolasi dari cabai yang berpenyakit antraknosa (cabai I) akan diinokulasikan pada cabai sehat
(cabai II). Pendugaan penyebab penyakit ini menggunakan model Postulat Koch. Dari hasilnya
nanti akan terlihat samakah penyebab penyakit yang ditunjukkan oleh cabai I dengan gejala
penyakit yang ditunjukkan oleh cabai II.

Tujuan

Tujuan dari praktikum postulat koch antara lain


1. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi penyebab penyakit dengan metode
postulat koch
2. Untuk membuktikan bahwa penyakit tersebut sama dengan penyebab penyakit
yang disebabkan patogen yang sama
METODE PERCOBAAN

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum postulat koch antara lain jarum pentul, cawan
petri, pinset, bunsen, laminar air flow, pipet, pisau, nampan, tissue, dan mikroskop. Sedangkan
bahan yang digunakan antara lain tanaman cabai sakit yang terdapat gejala penyakit, kloroks,
aquades, alkohol, media PDA, dan tanaman cabai yang sehat.

Cara Kerja
Adapun langkah-langkah kerja pada praktikum postulat koch antara lain

A. Isolasi patogen
Potong bagian tumbuhan yang terdapat gejala penyakit, dipotong diantara bagian yang
terkena penyakit dan sehat. Rendam potongan tersebut ke dalam larutan aquades selama 1
menit, setelah itu pindahkan ke dalam latan kloroks selama 1 menit lalu pindahkan lagi ke
dalam aquades salama 1 menit. Potongan yang telah direndam kemudian dibawa ke Laminar
Air Flow untuk di isolasi.

B. Inokulasi patogen (tidak dilukai)


Disiapkan alat dan bahan untuk melakukan inokulasi, tanaman cabai yang diambil kemudian
dicuci dengan air hingga bersih lalu dibilas. Tanaman cabai tersebut dicelupkan ke dalam larutan
desinfektan sekitar 1 atau 1,5 menit, kemudian diangin-anginkan hingga kering. Nampan disiapkan
dengan tissue yang sudah dibasahi oleh air ± 100 cc, pipet diletakkan di atas tissue lalu tanaman cabai
tersebut diletakkan di atasnya. Cabai dibiarkan tidak dilukai kemudian petogen dari biakan murni di
letakkan dibagian tengah lalu ditutup menggunakan plastik dan diberi label

C. Reisolasi patogen
Siapkan tanaman cabai sudah di inokulasi sebelumnya yang terdapat gejala penyakit, potong
bagian tumbuhan cabai yang terdapat gejala penyakit. Kemudian potong diantara bagian yang terkena
penyakit dan sehat, rendam potongan tersebut ke dalam larutan aquades selama 1 menit, setelah itu
pindahkan ke dalam latan kloroks selama 1 menit lalu pindahkan lagi ke dalam aquades salama 1
menit. Potongan cabai yang telah direndam kemudian dibawa ke Laminar Air Flow untuk di isolasi
kembali.
METODE PERCOBAAN

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikm ini adalah cabai yang terserang penyakit
antraknosa, media PDA, aquades, klorok, alkohol, dan cabai sehat.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, silet, pinset, pisau, jarum,
tissue, pipet, nampan, bunsen, jarum ose, label, dan plastik.

Cara Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam Postulat Koch ini adalah sebagai berikut.

1. Isolasi
Meja praktikum yang akan digunakan didisinfektan terlebih dahulu. Pengambilan
sampel untuk isolasi dilakukan denga pemotongan pada perbatasan daerah yang sakit dan sehat
pada permukaan bagian tanaman. Potongan tersebut dimasukkan ke dalam 9 ml aquades selama
1 menit. Kemudian dimasukkan ke dalam klorok 1 ml selama 1 menit dan direndam kembali
dengan aquades selama 1 menit. Setelah itu, potongan diletakan di atas tissue lalu digoreskan
pada media dengan jarum ose dalam kondisi steril di Laminar Air Flow. Cawan petri yang
digunakan diberi label, diletakkan di dalam nampan lalu ditutup dengan plastik. Pengamatan
dilakukan setiap hari dengan mencatat mulai tumbuh jamur, warna koloni, gambar bentuk
koloni, dan ada tidaknya kontaminan.

2. Reisolasi
Setelah jamur tersebut diisolasi, jamur tersebut harus dipindahkan ke media baru agar
mendapat kultur murni. Pemindahan ini dilakukan pada hari ke-5 dalam Laminar Air
Flow. Jamur dari media I diambil sedikit dengan jarum ose. Lalu diletakkan ke media baru
dalam kondisi steril. Cawan petri yang digunakan diberi label, diletakkan di dalam nampan lalu
ditutup dengan plastik. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mencatat mulai tumbuh
jamur, warna koloni, gambar bentuk koloni, dan ada tidaknya kontaminan.

3. Inokulasi
Inokulasi merupakan penginfeksian jamur hasil kultur murni ke dalam tubuh inang
(dalam hal ini adalah cabai sehat). Air dimasukkan ke dalam nampan. Lalu diberi tissue hingga
seluruh bagian nampan tertutupi. Di atas tissue yang basah tersebut diberi pipet sebagai tempat
peletakan cabai. Terdapat dua perlakuan cabai dalam praktikum ini, yaitu dilukai dan tidak
dilukai. Cabai sehat lalu diberi jamur hasil reisolasi di atasnya. Cabai yang telah kontak dengan
jamur ini kemudian diletakkan di atas pipet. Cabai tidak boleh terkena air. Pengamatan
dilakukan setiap hari dengan mengamati gejala dan tanda yang timbul pada cabai.

4. Isolasi/Identifikasi
Isolasi dilakukan dengan cara yang sama dengan isolasi di awal. Meja praktikum yang akan
digunakan didisinfektan terlebih dahulu. Pengambilan sampel untuk isolasi dilakukan denga
pemotongan pada perbatasan daerah yang sakit dan sehat pada permukaan bagian tanaman.
Potongan tersebut dimasukkan ke dalam 9 ml aquades selama 1 menit. Kemudian dimasukkan
ke dalam klorok 1 ml selama 1 menit dan direndam kembali dengan aquades selama 1
menit. Setelah itu, potongan diletakan di atas tissue lalu digoreskan pada media dengan jarum
ose dalam kondisi steril di Laminar Air Flow. Cawan petri yang digunakan diberi label,
diletakkan di dalam nampan lalu ditutup dengan plastik. Setelah beberapa hari jamur akan
tumbuh. Lalu diambil sampel dari jamur ini untuk diamati di bawah mikroskop. Kemudian
dilakukan identifikasi, sama atau tidak jamur yang ada sekarang dengan jamur yang ada pada
cabai I (sebelumnya telah diketahui bentuk jamur pada cabai I).

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cawan petri, pisau atau
cutter, kaca preparat, jarum ose, jarum pentul, pinset, bor gabus, nampan, mikroskop, bunsen,
Laminar Air Flow (LAF).
Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan adalah tanaman cabai sakit yang terserang
antraknosa, biakan patogen,media PDA, aquades, larutan NaOCl atau klorok, alkohol, tisu,
sedotan, plastic, label.

B. Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum kali ini adalah terdiri dari empat kegiatan, yaitu:

a. Isolasi

1. Siapkan tanaman cabai dan tomat yang positif atau diduga terserang patogen penyakit
antraknosa
2. Ambil bagian tanaman yang berada di antara bagian sehat dan sakit
3. Kemudian bagian tersebut dipotong dadu kecil-kecil sebanyak yang diperlukan
4. Cuci setiap potongan ke dalam aquades, lalu larutan NaOCl atau klorok selama 1 menit
dan aquades
5. Potongan tersebut dikeringanginkan
6. Kemudian baik potongan tanaman cabai maupun tomat yang telah dicuci, diletakkan di
atas media PDA yang telah disiapkan sebelumnya dengan susunan persegi.
7. Tandai cawan petri tsb. Sesuai dengan kelompok Anda
8. Diamati selama 4 hari berturut-turut

b. Pemurnian dan Identifikasi

1. Dalam pemurnian, siapkan cawan petri hasil dari isolasi awal


2. Ambil hifa patogen tersebut dimulai dari bagian hifa terluar yang berwarna
putih menggunakan jarum ose steril
3. Letakkan pada empat titik penempatan
4. Cawan ditutup, lalu dibiarkan selama beberapa hari sambil diamati
pertumbuhannya
5. Dalam identifikasi patogen, ambil spora dari tanaman sakit cabai atau tomat
6. Lalu diletakkan di atas kaca preparat yang telah diberi setetes air
7. Diamati di bawah mikroskop dengan melihat bentuk dan warna konidia
patogen

c. Inokulasi

1. Siapkan biakan patogen hasil isolasi, kemudian bor hifanya


2. Siapkan tanaman cabai sehat dengan 3 jenis yang berbeda, yaitu cabai merah besar, cabai
hijau besar dan cabai semi rawit dan juga buah tomat segar
3. Cuci masing-masing cabai dan tomat dengan menggunakan aquades, lalu larutan klorok
selama 1-2 menit, aqudes, dikeringanginkan
4. Siapkan nampan yang berisi tisu, air 100 ml dan pipet atau sedotan yang kemudian disusun
sedemikian rupa
5. Letakkan masing-masing tanaman sehat di atasnya, diusahakan agar tidak terkena air di
bawahnya
6. Lukai setiap tanaman cabai dan tomat sehat menggunakan jarum pentul
7. Ambil hasil bor-an hifa, kemudian ditempelkan di atas luka yang telah dibuat dengan
posisi hifanya bersentuhan pada luka
8. Tutup nampan dengan menggunakan plastik agar kedap udara
9. Amati pertumbuhan spora patogen selama 4 hari berturut-turut

d. Re-Isolasi
1. Siapkan tanaman cabai atau tomat yang positif terkena antraknosa hasil dari inokulasi
2. Ambil bagian tanaman yang berada di antara bagian sehat dan sakit
3. Bagian tersebut dipotong kecil-kecil
4. Kemudian dicuci dengan menggunakan aqudes, larutan klorok selama ± 1 menit dan
aquades, dikeringkan
5. Letakkan potongan tersebut di atas media PDA di dalam Laminar Air Flow dengan
menggunakan pinset
6. Cawan petri ditutup, kemudian pinggirannya disegel menggunakan plastic dan diberi
label
7. Lalu dibiarkan dan hanya diamati 1x saja
8. Pada hari yang telah ditentukan, amati koloni dan konidianya di bawah mikroskop untuk
mengetahui apakah patogen yang didapat sama dengan hasil isolasi awal dan identifikasi

METODOLOGI PERCOBAAN

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman.

Alat dan Bahan


Adapun alat-alat dalam praktikum kali ini adalah LAF, silet, jarum ose, pinset,
pembakar bunsen, tisu, mikroskop majemuk, kaca preparat, nampan, sedotan, selotip, plastik
warp, spatula dan jarum pentul. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah media PDA,
alkohol 70%, bagian tanaman yang bergejala, air steril, biakan jamur dan gula.

Prosedur Kerja
Adapun proses kerja pada parktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Postulat Koch I
Meja kerja didisinfeksi dengan alkohol 70%, dilakukan disinfeksi pada permukaan tanaman
yang tebal dengan alkohol 70%. Dilakukan pemotongan pada perbatasan daerah yang sakit dan
sehat. Untuk jaringan tipis disediakan tiga buah cawan petri. Cawan 1 diisi air steril, cawan 2
diisi larutan klorok 0,5%, cawan 3 diisi air steril. Dipotong bagian tanaman pada perbatasan
daerah yang sakit dan yang sehat (± 0,5 cm²), kemudian dimasukkan ke dalam cawan 1 selama
30 detik, cawan 2 selama 2 menit, cawan 3 selama 30 detik. Setelah itu dikeringkan dengan
cara diletakkan diatas tisu. Untuk penyakit yang disebabkan oleh jamur, potongan langsung
dimasukkan ke dalam media PDA. Untuk penyakit yang disebabkan bakteri, potongan tadi
dimasukkan dalam air steril 10 ml, dihomogenkan lalu digoreskan pada PDA. Pengamatan
dilakukan setiap hari dengan mencatat mulai tumbuhnya jamur, warna koloni, gambar/foto
bentuk koloni. Pada pekan depan praktikum, dilakukan pengamatan secara mikroskopis unutk
melihat morfologi jamur.

2. Postulat Koch II
Diambil biakan jamur dari praktikum sebelumnya dengan menggunakan jarum pentul, letakkan
di atas kaca preparat dan diamati bentuk jamur di atas mikroskop. Kemudian disiapkan biakan
patogen dalam cawan petri, media lubangi media dengan bor gabus, disiapkan buah cabai dan
disusun diatas sedotan yang sudah disusun diatas nampan. Diambil cuplikan jamur dengan
jarum ose, lalu ditaruh di permukaan buah cabai yang sudah ditusuk dengan jaru dan yang
tidak. Ditutup dengan selotip dan nampan ditutup dengan plastik warp. Gejala diamati.

3. Postulat Koch III


Meja kerja didisinfeksi dengan alkohol 70%, dilakukan disinfeksi pada permukaan tanaman
yang tebal dengan alkohol 70%. Dilakukan pemotongan pada perbatasan daerah yang sakit dan
sehat. Untuk jaringan tipis disediakan tiga buah cawan petri. Cawan 1 diisi air steril, cawan 2
diisi larutan klorok 0,5%, cawan 3 diisi air steril. Dipotong bagian tanaman pada perbatasan
daerah yang sakit dan yang sehat (± 0,5 cm²), kemudian dimasukkan ke dalam cawan 1 selama
30 detik, cawan 2 selama 2 menit, cawan 3 selama 30 detik. Setelah itu dikeringkan dengan
cara diletakkan diatas tisu. Untuk penyakit yang disebabkan oleh jamur, potongan langsung
dimasukkan ke dalam media PDA. Untuk penyakit yang disebabkan bakteri, potongan tadi
dimasukkan dalam air steril 10 ml, dihomogenkan lalu digoreskan pada PDA. Pengamatan
dilakukan setiap hari dengan mencatat mulai tumbuhnya jamur, warna koloni, gambar/foto
bentuk koloni. Pada pekan depan praktikum, dilakukan pengamatan secara mikroskopis unutk
melihat morfologi jamur.
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum postulat koch antara lain

1. Metode postulat koch digunakan untuk mengidentifikasikan apakah penyakit


yang menyerang tanaman adalah patogen yang sama

2. Teknik yang digunakan pada metode postulat koch ada empat tahapan, yaitu
asosiasi, isolasi, inokulasi, dan reisolasi

3. Saat tahap inokulasi perkembangan patogen lebih cepat pada tanamn cabai
yang dilukai dibandingkan tidak dilukai

4. Penyebab penyakit sesudah di isolasi sama persis dengan penyebab penyakit


sesudah di reisolasi

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Secara sederhana, tahapan Postulat Koch adalah isolasi, reisolasi, inokulasi, dan
isolasi/identifikasi.

2. Postulat Koch hanya dapat dilakukan pada parasit non-obligat.

3. Pada praktikum ini sering ditemukan adanya kontaminan karena adanya ketidaksterilan langkah
kerja praktikan dalam mengisolasi maupun menginokulasi jamur.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Jamur yang dibiakkan bukan jamur Colletotrichum capsici, kerena morfologi dan
gejala yang ditimbulkan tidak sesuai.
2. Percobaan postulat koch berhasil, hanya saja untuk membiakkan jamur
Colletotrichum capsici gagal.
3. Jamur yang terlihat pada mikroskop berbentuk bulat bukan bulan sabit.
4. Jamur lebih cepat tumbuh pada cabai yang sudah ditusuk jarum daripad yang tidak
ditusuk jarum.
5. Jamur yang tumbuh kemungkinan adalah Colletotrichum gloeosporioides.

Anda mungkin juga menyukai