Anda di halaman 1dari 10

Rina Septiana 15520061

Afiq Chamim Mubaroq 16520120

Selvi Risqi Wulandari 16520139

A. Pengertian Ekuitas

Pengertian ekuitas secara formal yang telah disebutkan dalam kerangka


dasar akuntansi keuangan yang dibentuk dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) Ekuitas merupakan suatu hak residual atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban dalam neraca.

Secara umum ekuitas merupakan besarknya hak atau kepentingan seorang


pemilik sebuah perusahaan pada harta yang ada di dalamnya. Ekuitas berasar dari
kata eqity atau equity of ownership yang berarti adalah kekayaan bersih yang
dimiliki perusahaan. Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan
yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak
merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut.

Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha
perusahaan. Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali
penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan atau karena kerugian. Mengingat
ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban dalam neraca, dengan demikian jumlah (besarnya) ekuitas sama dengan
selisih antara aktiva dan kewajiban perusahaan.

Secara sematik, Ekuitas marupakan hutang atau kewajiban yang harus


dipenuhi perusahaan kepada pemilik.

B. Perbedaan makna kewajiban dan ekuitas, komponen-komponen ekuitas


dan sumber perubahannya

Kewajiban adalah suatu hutang perusahaan / organisasi yang haeus


dipenuhi (dibayar) pada masa dan waktu yang telah ditentukan oleh pihak-pihak
yang memiliki keterkaitan dengan kewajiban tersebut. Kewajiban merupakan
tagiahn para kreditur kepada perusahaan. Penyebab timbulnya kewajiban ini
adalah terjadinya kegiatan di masa lalu yang menimbulkan arus kas keluar (dana
keluar) dari perusahaan. Sehingga dari kewajiban tersebut, muncul hak tagih dari
perorangan atau perusahaan lain kepada perusahaan.

Pada umumnya perusahaan memiliki kewajiban jangka panjang dan


kewajiban jangka pendek. Kewajiban jangka pendek merupakan utang perusahaan
yang harus di penuhi pada jangka waktu yang pendek, yaitu masa kurang dari satu
tahun, atau dalam jangka waktu normal perusahaan, atau pada saat masa waktu
jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Sedangkan
kewajiban jangka panjang adalah utang yang rimbul di masa yang telah berlalu
yang memiliki masa jatuh tempo yang lebih panjang yaitu lebih dari satu tahun.
Oleah karena itu, kewajiban jangka panjang dapat dilunasi/dipenuhi dalam jangka
waktu yang relatif lama. Kewajiban ini akibat dana yang dipinjam perusahaan dari
pihak lain, bank atau lembaga keuangan lainnya.

Ekuitan merupakan hak yang dimiliki perusahaan setelah dikurangi semua


kewajiban. Ekuitas terdiri dari modal disetor, saham, laba ditahan, cadangan laba,
dan modal lainnya. Modal disetor merupakan setoran dana dalam jumlah tertentu
dari pemilik perusahaan biasa disebit ekuitas pemilik dengan tujuan memperoleh
saham, sedangkan laba ditahan adalah laba atau keuntungan perusahaan yang
belum dibagai unutkperiode tertentu, yang berarti keuntungan perusahaan yang
belum dibagikan devidennya dan masih disimpan sampai waktu tertentu.

Godfrey, Hodgson,dan Holmes (1997) membedakan ekuitas dan kewajiban


atas dasar criteria sebagai berikut:

1. Hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim

2. Hak penggunaan aset dalam operasi

3. Substansi ekonomik perjanjian


Komponen-komponen ekuitas yaitu suatu bagian-bagian yang berada
dalam lingkup ekuitas. Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas
pemegang saham diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu

1. modal setoran dan

2. laba ditahan.

Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuiridis dan
modal setoran tambahan dan komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik.

C. Perbedaan modal setoran dan modal bentukan

Modal setoran merupakan suatu bentuk kontrak yuridis yang harus


dipertahankan keutuhannya. Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang
mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam
rangka perlindungan rehadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah
bahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang
dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis.

Modal yuridis merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor


oleh investor sehingga membentuk modal yuridis. Sedangkan modal setoran
tambahan adalah modal yang timbul adanya transfer dari modal setoran ke laba
ditahan tanpa alasan yang kuat adalah penyimpangan dari penalaran yang valid.
Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan sebagao sumber laba ditahan.
Demikian juga, tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat
dimasukkan sebagai modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah
menjadi modal dengan proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena
transaksi modal yang dibahas dibawah ini.

Modal bentukan atau laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari
akumulasi laba yang dipindahkan dari akun ikhtisar Laba-Rugi (income
summary). Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba
tersebut telah lebur menjadi elemen modal modal pemegang saham yang sah.
Seperti juga modal setoran, laba ditahan menunjukkan sejumlah hak atas seluruh
jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis aset tertentu. Dengan demikian untuk
mengukur seluruh hak pemegang saham atas aset, laba ditahan harus digabungkan
(ditambahkan) dengan modal setoran.

D. Penyajian komponen-komponen ekuitas dalam statemen keuangan dan


konsep-konsep yang mendasarinya

Komponen potensial pembentuk statemen L-R

1. Pos operasi (pendapatan dan biaya)

2. Pos operasi tambahan (pendapatan dan biaya lain)

3. Pajak penghasilan

4. Operasi hentian

5. Pos luar biasa

6. Pengaruh perubahan prinsip/metoda akuntansi

7. Pengaruh perubahan estimat

8. Perubahan ekuitas nonpemilik

Komponen 4, 5, 6, 7, dan 8 disebut komponen takregular.Komponen ini


menentukan pendekatan penyajian statemen laba-rugi: kinerja sekarang, semua-
termasuk, atau laba komprehensif.

Komponen antara dalam statemen laba-rugi pendekatan laba komprehensif

1. Laba operasi utama (income from major operation)

2. Laba operasi berlanjut (income from continuing operations)

3. Laba perioda (earnings)

4. Laba perioda bersih (net earnings)

5. Laba komprehensif (comprehensif income)


E. Aspek teoretis sumber-sumber penyebab perubahan ekuitas

Perubahan modal setoran memiliki tujuan utama dari perekayasaan


akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara tegas antara
perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi operasi. Dalam
kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah
memperlakukan kenaikan akibat modal sebagai laba sehingga timbul kesan
adanya jumlah yang tersedia untuk pembagian dividen (Suwardjono 2005).
Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan berbagai masalah
teoretisnya adalah:

1. Pemesanan saham

2. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar.

3. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar,

4. Dividen saham.

5. Hak beli saham.

6. Opsi saham.

7. Waran.

8. Saham treasuri.

Perubahan laba ditahan disebabkan beberapa hal lain yang dapat


menyebabkan laba ditahan dalam satu periode berubah selain karena transaksi
modal tetapi karena transaksi khusus yaitu :

1. Penyesuaian periode-lalu.

2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya.

3. Pengaruh perubahan akuntansi.

4. Kuasi-reorganisasi.
F. Konsep laba komprehensif dan cara penyajiannya

Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yang disajikan
melalui statement laba rugi dan pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui
statement laba ditahan.Dalam hal ini, ada 2 pendekatan yang dapat dianut yaitu :

1. Laba kinerja sekarang.

2. Laba semua-termasuk penuh

Dalam segi teknis tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara
dua pendekatan tersebut, namun perbedaannya sebenarnya terletak pada tujuan
pemerolehan kembali saham tersebut. Jika tujuannya adalah menjual kembali
saham treasuri tersebut kepada karyawan atau pihak khusus lainnya, maka konsep
satu transaksi akan lebih relevan. Namun jika tujuannya adalah untuk membeli
saham para pemegang saham yang tidak setuju dengan kebijakan perusahaan,
maka pendekatan dua transaksi akan lebih mengena. Faktor utama yang
mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu laba rugi periodik dan pembagian
deviden. Tetapi, terdapat faktor khusus lain yang dapat mempengaruhi besarnya
laba ditahan yaitu :

1. Penyusaian periode lalu


Suatu jumlah rupiah baru dapat diperlakukan sebagai penyesuaian
periodelalu apabila jumlah tersebut:
a. Dapat diidentifikasi secara tegas sebagai akibat atau dapat dikaitkan
langsung dengan kegiatan-kegiatan bisnis dalam periode tertentu masa
lalu.
b. Tidak timbul akibat peristiwa ekonomis yang terjadi setelah tanggal
laporan keuangan periode lalu. Artinya, persitiwa yang menimbulkan
jumlah rupiah telah terjadi di masa lalu, hanya tidak pasti jumlah atau
waktu mengikatnya bagi perusahaan.
c. Sangat bergantung pada ketetapan pihak selain manajemen. Artinya,
jumlah dan kepastian mengikatnya tidak berada di bawah pengendalian
atau keputusan manajemen.
d. Tidak dapat ditaksir atau diantisipasi secara layak sebelum adanya
ketetapan tersebut.
2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
a. Koreksi sebagai penyesuaian laba ditahan
b. Koreksi sebagai penyesuai modal setoran lain
c. Koreksi sebagai komponen laporan laba rugi
3. Pengaruh perubahan akuntansi
Terdapat tiga macam perubahan akuntansi, yaitu:
a. Perubahan prinsip atau metode akuntansi
b. Perubahan taksiran akuntansi
c. Perubahan kesatuan pelaporan

Terdapat tiga alternatif atau metode yang diusulkan, yaitu:

a. Penyesuaian retroaktif
b. Penyesuaian sekarang
c. Penyesuaian sekarang dan prospektif
d. Aplikasi dalam standar
4. Kuasi-reorganisasi
Kuasi organisasi adalah reorganisasi, tanpa melalaui reorganisasi secara
hukum yang dilakukan dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan
kewajiban pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit.
Dewan standar akuntansi menetapkan syarat perusahaan yang dapat
melakukan kuasi reorganisasi, yaitu:
a. Perusahaan mengalami deficit dalam jumlah yang material
b. Perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki
prospek yang baik pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan
c. Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan
d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku
e. Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif
Penyajian laba komprehensif
Komponen-Komponen Pembentuk Statemen Laba-Rugi
1. Seksi operasi utama (major operating activities section) :
a. Penjualan atau pendapatan (sales or revenues)
b. Kos barang terjual (cost of goods sold)
c. Biaya penjualan (selling expenses)
d. Biaya administrative atau umum (administrative or general expenses)
2. Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section) :
a. Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)
b. Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)
3. Pajak penghasilan (income taxes)
4. Operasi hentian / taklanjutkanan (discontinued operations)
5. Pos-pos luar biasa / ekstraordiner (extraordinary items)
6. Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi (cumulative effects of
changes in accounting principles)
7. Pengaruh kumulatif perubahan estimate / taksiran (cumulative effects of
changes in accounting estimates)
8. Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya (other nonowner changes in equity)
termasuk pos-pos penerobos
Pada nomor 6 dan 7 dalam Komponen-Komponen Pembentuk Statemen
Laba-Rugi juag dikategori sebagai komponen perubahan ekuitas nonpemilik dan
keduanya disebut pengaruh kumulatif perubahan akuntansi atau penyesuaian
kumulatif akuntansi (cumulative accounting adjustments) sehingga pos-pos selain
yang masuk dalam kategori ini disebut dengan perubahan ekuitas nonpemilik
lainnya (other nonowner changes in equity). Karena pada nomor 1 sampai 8
semuanya masuk dalam statemen laba-rugi, angka bersih yang diperoleh disebut
dengan laba komprehensif (comprehensive income). Tujuan dimasukkan-nya
nomor 8 dalam statemen laba-rugi adalah untuk mencegah penyembunyian atau
penghilangan (omissions) secara diskresioner pos-pos laba atau rugi tertentu dari
statemen laba-rugi. Dengan kata lain, tujuannya adalah mencegah penyalahgunaan
(abuse).
Nomor 6 dan 7 dikeluarkan dari laba bersih dan dilaporkan sebagai
perubahan ekuitas nonpemilik dan angka bersih yang diperoleh dari nomor 1
sampai 5 disebut dengan laba perioda (earnings) dan laba perioda setelah nomor 6
dan 7 disebut laba perioda bersih (net earnings) atau tetap laba bersih. Bila terjadi
rugi, laba komprehensif menjadi rugi komprehensif. Laba komprehensif dapat
disebut pula perubahan ekuitas nonpemilik total (total nonowner changes in
equity).
Terdapat dua pendekatan penyusunan statemen laba-rugi untuk
menyajikan nomor 1 sampai 8. Pendekatan satu-statemen (one-statement
approuch) menyajikan kedelapan komponen tersebut dalam satu statemen yang
diberi judul statemen laba-rugi dan laba-rugi komprehensif (statement of income
and comprehensive income). Pendekatan dua-statemen memisahkan pelaporan
komponen 1 sampai 7 dalam statemen laba-rugi (statement of income) dan
menyajikan pengaruh komponen 8 terhadap laba perioda bersih dalam statemen
laba-rugi komprehensif (statement of comprehensive income).
Biaya bunga (interest expenses) dimasukkan dalam komponen biaya
lainnya dan rugi. Angka bersih setelah biaya lainnya dan rugi serta pajak
penghasilan disebut laba dari operasi berlanjut (income from continuing
operatios). Jadi, komponen 1 sampai 3 disebut komponen operasi (dalam arti luas)
dan membentuk laba dari operasi berlanjut. Hal ini berarti bahwa pos-pos dalam
komponen pendapatan lainnya dan untung atau biaya lainnya dan rugi tidak
dipandang sebagai pos-pos nonoperasi. Oleh karena itu, pos-pos dalam komponen
4 sampai 8 sering disebut pos-pos takregular atau takteratur (irregular items).
Pengertian takregular menjadi masalah bila dikaitkan dengan makna takumum
atau takbiasa (unusual) dan luar biasa atau ekstraordiner (extraordinary).
Persoalannya adalah kapan suatu pos harus dikategori sebagai komponen 2, 5,
atau lainnya. Bila masuk komponen 5, apakah pos tersebut takbiasa atau luar
biasa. Kriteria unutk mengklasifikasi suatu kejadian atau transaksi yang
membentuk pos-pos luar biasa yaitu :
a. ketakbiasaan (unusual nature)
b. ketakseringan keterjadian (infrequency of occurence)
c. materialitas (materiality)

Untuk mengkategori suatu kejadian atau transaksi ke dalam pos luar biasa,
ketiga karakteristik tersebut harus dipenuhi. Ketakbiasaan berarti bahawa kejadian
atau transaksi yang melandasi suatu pos mempunyai tingkat keabnormalan yang
tinggi dan harus jelas-jelas merupakan jenis yang sama sekali tidak berkaitan atau
hanya berkaitan secara insidental dengan kegiatan perusahaan dalam konteks
lingkungan beroperasinya perusahaan. Ketakseringan keterjadian / terjadinya
berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu pos merupakan jenis
yang bukan harapan umum atau yang tidak diantisipasi akan terjadi di masa
datang dalam konteks lingkungan beroperasinya perusahaan.
Materialitas berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu
pos harus diklasifikasi secara terpisah sebagai pos luar biasa hanya kalau iumlah
yang terlibat material dalam kaitannya dengan atau relatif terhadap angka laba
sebelum pos luar biasa, kecenderungan (trend) laba perioda sebelum pos luar
biasa, atau ukuran materialitas yang lain. Bila suatu pos material teapi hanya
memenuhi kriteria a atau b, tidak dapat diklasifikasi sebagai pos luar biasa.
Daftar Pustaka

Suwardjono. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta:


BPFE, 2010 (SWD)

Anda mungkin juga menyukai