ABSTRAK PENDAHULUAN
Patogen tular tanah seperti Rhizoctonia solani dan Fusarium spp.
dapat menyebabkan penyakit pada tanaman jagung. Kedua patogen
tersebut dapat menimbulkan kerugian ekonomis antara 20100%.
H ama dan penyakit merupakan kendala utama dalam
budi daya tanaman. Patogen penyebab penyakit
menginfeksi tanaman melalui berbagai perantara, yakni
Untuk menekan perkembangan patogen tersebut dapat diterapkan
pengendalian yang ramah lingkungan, antara lain dengan angin, udara, air, tanah, dan serangga. Sebagian patogen
memanfaatkan mikroba antagonis yang dapat mengkoloni daerah yang menginfeksi tanaman merupakan patogen tular
perakaran tanaman. Bacillus subtilis merupakan salah satu bakteri tanah yang mampu hidup, menyebar, dan bertahan dalam
antagonis yang banyak digunakan dalam pengendalian patogen tular jangka waktu lama di dalam tanah (Soesanto et al. 2011).
tanah. Efektivitas B. subtilis dalam pengendalian patogen tular Ciri utama patogen tular tanah ialah mempunyai daya
tanah pada tanaman jagung telah dibuktikan oleh beberapa peneliti. pemencaran yang terbatas dari satu lokasi ke lokasi lain,
B. subtilis CEI mampu menghambat perkembangan F. verticillioides namun beberapa patogen tular tanah dapat menghasilkan
hingga 98,5% pada level rhizoplane dan 99,86% pada endorhizosfer spora udara sehingga mudah memencar ke area yang lebih
jagung. B. subtilis juga mampu menekan perkembangan F. solani
luas (Nurul dan Djajadi 2009).
hingga 82,1%. Oleh karena itu, B. subtilis berpotensi dikembangkan
Beberapa patogen tular tanah yang sering dijumpai
secara komersial sebagai biopestisida. Formulasi biopestisida
berbahan aktif B. subtilis telah dikembangkan secara komersial
dan menyebabkan kehilangan hasil pada tanaman jagung
khusus untuk mengendalikan patogen tular tanah.
adalah Rhizoctonia solani dan Fusarium spp. Wakman et
al. (1998) dalam Talanca (2007) melaporkan bahwa
Kata kunci: Jagung, Bacillus subtilis, pengendalian penyakit,
patogen tular tanah
Fusarium spp. yang menyerang pertanaman jagung di
Bontobili dan Bajeng, Sulawesi Selatan menyebabkan
kerusakan masing-masing 20% dan 65%. Sementara itu, R.
solani dapat mengakibatkan kehilangan hasil hingga
ABSTRACT
100%. R. solani menginfeksi pelepah bagian bawah dan
selanjutnya menjalar ke tongkol sehingga menyebabkan
Soil borne pathogens such as Rhizoctonia solani and Fusarium spp.
cause disease on maize. Both pathogens can induce high
kerugian hasil yang cukup tinggi (Soenartiningsih 2013).
economic losses ranging from 20 to 100%. Therefore, the disease Pengendalian penyakit tanaman jagung umumnya
needs to be controlled through environmentally friendly control masih menggunakan pestisida. Namun, penggunaan
technique such as use of microbial antagonists that can colonize pestisida yang kurang bijaksana dapat menimbulkan
the root zone. Bacillus subtilis is one of the antagonistic bacteria dampak negatif terhadap lingkungan maupun makhluk
widely used to control soil-borne pathogens. Effectiveness of B. hidup. Pemanfaatan mikroba antagonis yang hidup di
subtilis in controlling soil borne pathogens on maize has been sekitar akar tanaman seperti Bacillus spp., Pseudomonas
demonstrated by several researchers. B. subtilis CEI was able to sp., Gliocladium sp., dan Trichoderma spp. merupakan
inhibit the development of F. verticillioides by 98.5% in rhizoplane salah satu cara pengendalian patogen tular tanah yang
level and 99.86% at endhorhizosper of maize. B. subtilis was also
ramah lingkungan. Mikroba antagonis secara langsung
able to suppress the development of F. solani by 82.1%. Therefore,
atau tidak langsung dapat mengontrol perkembangan
B. subtilis is potential to be commercially dveloped as biopesticide.
Commercial products of biopesticide containing B. subtilis has been
patogen tular tanah (Soenartiningsih et al. 2011). B. subtilis
available to control soil-borne pathogens. menghambat perkembangan patogen melalui mekanisme
persaingan, antibiosis, dan pemacuan pertumbuhan.
Keywords: Maize, Bacillus subtilis, biocontrol, soil borne pathogens
Zongzheng et al. (2009) menyatakan bahwa B. subtilis
38 J. Litbang Pert. Vol. 35 No. 1 Maret 2016: 37-45
b c
Gambar 3. Bentuk makrokonidia (a) dan mikrokonidia dari Fusarium moniliforme (b) serta gejala
serangan F. moniliforme pada benih jagung (c) (Suriani et al. 2015; Koleksi Pribadi. 2015).
40 J. Litbang Pert. Vol. 35 No. 1 Maret 2016: 37-45
(2015) mengemukakan bahwa B. subtilis secara signifikan kombinasikan dengan Pseudomonas fluorescens dalam
mengurangi indeks penyakit embun tepung pada tanam- formulasi emulsi dapat mengendalikan F. oxysporum f. sp.
an gandum. Bakteri ini tidak saja menghambat dianthi pada anyelir hingga 63,63%. Hastopo et al (2008)
perkecambahan konidia dan pembentukan apresoria melaporkan bahwa perendaman bibit tomat dalam
patogen, tetapi juga menghambat perkembangan suspensi B. subtilis selama 10 menit dapat menekan
haustoria dan pemanjangan miselia. Ashwini dan Srividya perkembangan patogen F. oxysporum hingga 24,38%.
(2014) melaporkan bahwa B. subtilis mampu meng- Penggunaan B. subtilis pada tanaman tomat juga mampu
hambat perkembangan penyakit antraknosa pada cabai menekan perkembangan F. solani hingga 82,1% (Ajilogba
yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum et al. 2013).
gloeosporioides. B. subtilis juga mampu mengendalikan Pemanfaatan B. subtilis dalam pengendalian patogen
penyakit layu pada tanaman tomat yang disebabkan oleh tular tanah pada tanaman jagung telah banyak diteliti.
bakteri Ralstonia solanacearum (Chen et al. 2013). Cavaglieri et al. (2005) melaporkan bahwa B. subtilis CE1
Laporan lainnya menyebutkan bahwa B. subtilis konsentrasi 108 sel/ml dapat menghambat perkembangan
menghasilkan antibiotik yang disebut iturin. Antibiotik ini Fusarium verticillioides hingga 98,55% pada level
efektif menekan pertumbuhan cendawan patogen seperti rhizoplane dan 99,86% pada endorhizosfer jagung (Tabel
Sclerotina fruticola, penyebab penyakit busuk cokelat 1). Efektivitas B. subtilis dalam menekan jumlah koloni
pada buah picked stone. B. subtilis juga telah diuji patogen di perakaran dapat mendukung pertumbuhan dan
terhadap cendawan patogen Verticillium dan perkembangan tanaman, terutama dalam penyerapan
Streptomyces gramicifaciens untuk mengendalikan unsur hara. Hal ini juga terkait dengan peranan B. subtilis
penyakit busuk akar mentimun dan layu carnation pada sebagai bakteri PGPR. Dengan mengaplikasikannya pada
tomat. Strain B. subtilis lainnya yakni QST 713 telah benih/biji, bakteri ini dapat berasosiasi dengan akar
digunakan secara luas pada berbagai jenis tanaman tanaman dan meningkatkan hasil panen melalui
pangan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan mekanisme meningkatkan serapan hara, menekan infeksi
oleh cendawan dan bakteri, di antaranya penyakit scab, penyakit, atau memproduksi hormon (Kloepper et al.
embun tepung, busuk buah, bulai, hawar, dan bercak 1991). Canaday dan Ownley (1999) mengemukakan bahwa
bakteri (EPA 2003c). populasi B. subtilis pada akar kecambah snap bean
berbanding lurus dengan jumlah B. subtilis yang
diaplikasikan.
Efektivitas B. subtilis dalam Mengendalikan Uji efektivitas B. subtilis dalam mengendalikan F.
Patogen Tular Tanah pada Jagung verticillioides melalui mekanisme antibiosis dilaporkan
oleh Hu et al. (2007). Senyawa aktif yang bersifat
B. subtilis dikategorikan sebagai bakteri PGPR, yakni antijamur (antifungal active compound/AAC) dari B.
bakteri yang aktif mengkoloni akar tanaman dan memiliki subtilis strain B-FS01 yang diisolasi dari tanaman
tiga peran utama bagi tanaman, yaitu sebagai biofertilizer, Brassica napus mampu menekan infeksi F. verticillioides.
biostimulan, dan bioprotektan (Rai 2006). PGPR dapat Perendaman benih jagung dalam AAC tersebut dapat
memengaruhi tanaman secara langsung maupun tidak menghambat infeksi F. verticillioides hingga 62% pada
langsung. Pengaruh secara langsung yaitu dengan satu minggu setelah inokulasi (Gambar 4).
memfiksasi nitrogen, melarutkan fosfat, serta mem- Antibiotik berupa fegisin yang terkandung dalam B.
produksi siderofor dan hormon pertumbuhan. Secara subtilis strain B-FS01 memegang peranan penting sebagai
tidak langsung B. subtilis dapat memperbaiki kondisi antijamur F. verticillioides. Antibiotik ini mampu
pertumbuhan tanaman melalui beberapa mekanisme. menghambat pertumbuhan miselia dan spora F.
Efektivitas B. subtilis dalam mengendalikan patogen verticillioides (Hu et al. 2007). Selain antibiotik, B.
tular tanah telah banyak dibuktikan. Hanudin et al. (2004) subtilis juga menghasilkan enzim protease, amilase, dan
menyatakan bahwa aplikasi B. subtilis yang di- kutinase yang dapat mengurai dinding sel patogen.
Tabel 1. Jumlah koloni Fusarium verticillioides dalam jaringan akar jagung pada level
rhizoplane dan endorizosfer pada 20 HST.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan benih dengan B. subtilis BR23 terhadap daya tumbuh
benih dan persentase serangan R. solani pada tanaman jagung varietas IPB
Superseet yang ditanam pada plot yang diinfestasi dengan R. solani.
diformulasi dalam berbagai produk. Hasil observasi Sifat saprofitik B. subtilis memudahkan bakteri ini
lapangan menunjukkan bahwa B. subtilis dapat meng- dibiakkan secara massal pada limbah organik cair seperti
kolonisasi berbagai spesies tanaman. Muis et al. (2015) air kelapa dan limbah cair pembuatan tahu. Dengan
menyatakan bahwa inert carrier terbaik untuk formulasi menambahkan sumber karbon, sumber nitrogen, dan
B. subtilis ialah talk kemudian tepung jagung. Talk unsur mikro diharapkan media tersebut dapat digunakan
memiliki ukuran partikel yang sangat kecil, mudah untuk pembiakan massal dengan biaya yang jauh lebih
menyebar, dan di dalam air membentuk suspensi yang murah dibanding pembiakan pada media standar
kental dan mudah berikatan dengan larutan bakteri. Selain laboratorium (Luria Broth, Kings B, dan Trypticasein Soy
sebagai pengendali patogen tanaman, B. subtilis Agar).
merupakan bakteri PGPR yang dapat meningkatkan Dengan beberapa sifat khusus yang dimiliki, produksi
persentase perkecambahan benih, vigor tanaman, B. subtilis sebagai agen hayati secara komersial bakteri
pertumbuhan akar, dan biomassa tanaman (Muis et al. banyak dilirik oleh para investor. Tabel 3 menyajikan
2014).
Tabel 3. Daftar formulasi Bacillus subtilis yang telah dikomersialkan di beberapa negara.
B. subtilis GB03 Companion Rhizoctonia, Pythium, Tanaman di rumah kaca Growth Products, AS Gardener dan
Fusarium, Phytopthora dan kebun bibit Fravel (2002)
B. subtilis Hi Stick N/T Fusarium, Rhizoctonia, Kedelai, alfalfa, Becker Underwood Inc, Gardener dan
MBI600 Aspergillus kacang-kacangan MicroBio Group, Ltd. Fravel (2002)
US
B. subtilis GB03 Kodiak Rhizoctonia solani, Kapas, legum Gustafson, Inc. AS Gardener dan
Fusarium spp., Aspergillus Fravel (2002)
spp., dan penyakit akar
lainnya
B. subtilis Serenade Bulai, embun tepung, Cucurbits, anggur, AgraQuets, Inc AS Gardener dan
QST716 bercak Cercospora, hawar sayuran, kacang Fravel (2002)
awal, busuk daun, busuk tanah
cokelat, hawar api
B. subtilis GB34 GB34 Rhizoctonia, Fusarium Kedelai Gustafon, AS Junaid et al.
(2013)
B. subtilis BHN4 Prima-BAPF Penyakit akar bengkak, Anyelir Balai Penelitian Badan Litbang
rebah kecambah, layu Tanaman Hias Pertanian (2015)
fusarium, layu bakteri,
busuk daun, Rhizoctonia,
karat
B. subtilis BD170 Biopro Bio-Protech GmbH, Kinsella (2009)
Jerman
B. subtilis FZB24 FZB24 Busuk akar (Alternaria, Beberapa tanaman ABiTEp GmbH, Kinsella (2009);
®WG, Li dan Curvularia radicola, Jerman Cawoy et al.
TB Curvularia inequalis, (2011)
Fusarium spp., Rhizoctonia
solani, Verticillium spp.)
B. subtilis Nemaxxion Nematoda GreenCorp, Meksiko Trainer et al.
Biol (2014)
B. subtilis Avogreen Colletotrichum Alpukat Ocean Cawoy et al.
gleosporioides, Agriculture, (2011)
bercak Cescospora Afrika Selatan
B. subtilis Biosubtilin Fusarium verticillium, Kapas, serealia, Biotech International Cawoy et al.
Phytium, Cescospora, tanaman sayuran Ltd, India (2011)
Colletotrichum, Alternaria,
Ascochyta, Macrophomina,
Myrothecium, Rmularia,
Xanthomonas,
Erysthepolyoni
B. subtilis Cease Patogen tular tanah Beberapa tanaman Bioworks Inc, AS Cawoy et al.
(Rhizoctonia, Phytium, (2011)
Fusarium, Phytopthora)
dan patogen daun (Botrytis,
Erwinia, Xanthomonas)
B. subtilis Ecoshot Penyakit bercak abu-abu Anggur, jeruk, sayuran, Kumiai Chemical Cawoy et al.
(B. cinera) tanaman legum Industry, Jepang (2011)
Prospek Bacillus subtilis sebagai agen pengendali hayati.... (Suriani dan Amran Muis) 43
Tabel 4. Viabilitas koloni Bacillus subtilis pada dua kondisi simpan selama 11 bulan.
beberapa formulasi B. subtilis yang telah diproduksi oleh kandungan nutrisi dalam media ialah aerasi, agitasi, pH,
beberapa industri besar di seluruh dunia. suhu, dan lama penyimpanan. Perbedaan suhu dan lama
penyimpanan suatu formulasi dapat memengaruhi
konsentrasi nutrisi sehingga berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba.
KENDALA PENGEMBANGAN DAN
PEMANFAATAN B. subtilis
KESIMPULAN
Pengembangan dan pemanfaatan agen hayati meng-
hadapi beberapa kendala sehingga pengendalian kimiawi Bacillus subtilis merupakan agen hayati yang efektif
masih banyak diterapkan petani. Droby et al. (2009) dan mengendalikan berbagai jenis patogen tanaman, termasuk
Orbera et al. (2014) mengemukakan beberapa kendala patogen tular tanah pada jagung. Beberapa strain B.
pengembangan dan pemanfaatan agen hayati, yaitu: subtilis mampu menekan perkembangan R. solani dan
1) Umumnya perusahaan pengembang agen hayati Fusarium spp., di antaranya B. subtilis CE1, B. subtilis B-
merupakan perusahaan kecil dan menengah yang FS01, B. subtilis BR23, dan BS100. Untuk mempermudah
terkadang terkendala dalam hal keuangan dan jaringan aplikasi, B. subtilis dapat diformulasi dengan media cair
pemasaran. berupa limbah organik dan media padat tepung talk.
2) Biopestisida yang mengandung B. subtilis difokuskan Produk B. subtilis komersial cukup efektif mengendalikan
pada patogen. Biasanya pengujian biopestisida R. solani dan Fusarium spp. Selain sebagai agen hayati,
dilakukan secara in vitro sehingga mengabaikan aspek B. subtilis juga mampu memacu pertumbuhan dan
lingkungan dan tanaman inang. Akibatnya pada waktu perkembangan tanaman.
pengujian di lapangan, terkadang organisme sasaran Untuk memperluas kegunaan B. subtilis sebagai agen
tidak tepat. pengendali hayati, perlu dilakukan penelitian yang lebih
3) Proses pendaftaran produk sebelum dikomersialkan intensif pada penyakit penting selain yang disebabkan
cukup sulit. oleh cendawan tular tanah. Penyakit yang disebabkan
4) Penentuan formulasi harus tepat untuk kelangsungan oleh cendawan tular udara seperti penyakit bulai yang
hidup agen hayati dan mengurangi kontaminan. disebabkan oleh Peronosclerospora spp. dan penyakit
Reproduksi agen hayati dalam formulasi sangat penting hawar daun yang disebabkan oleh Bipolaris maydis,
untuk mempertahankan efektivitas di lapangan. merupakan penyakit penting pada tanaman jagung.
B. subtilis yang sudah diformulasi dan disimpan
dalam beberapa waktu akan mengalami penurunan daya
viabilitas. Perbedaan suhu penyimpanan berpengaruh DAFTAR PUSTAKA
nyata terhadap viabilitas formulasi B. subtilis. Muis et al.
Ajilogba, C.F., O.O. Babalola, and F. Ahmad. 2013. Antagonistic
(2014) membuktikan bahwa formulasi B. subtilis yang
effect of Bacillus species in biocontrol of tomato Fusarium
disimpan pada suhu dingin (16oC) memiliki viabilitas yang
wilt. Ethno Med. 7(3): 205–216.
lebih tinggi dibanding yang disimpan pada suhu ruang Ashwini, N. and S. Srividya. 2014. Potentiality of Bacillus subtilis
(30oC). Secara detail pengaruh lama waktu dan suhu as biocontrol agent for management of anthracnose disease of
penyimpanan terhadap viabilitas bakteri dapat dilihat chilli caused by Colletotrichum gloeosporioides OGC1.
pada Tabel 4. Biotechnology 4: 127–136.
Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa dalam kondisi Bacon, C.W., I.E. Yates, D.M. Hinton, and F. Meredith. 2001.
penyimpanan yang berbeda, formulasi B. subtilis masih Biological control of Fusarium moniliforme in maize. J. Environ.
memiliki viabilitas yang baik hingga akhir pengamatan (11 Health Perspectives 109: 325–332.
bulan), yakni pada suhu 16oC sekitar 11,95 x 104 cfu/ml dan Badan Litbang Pertanian. 2015. Produk Prima BAPF. http://
pada suhu 30oC sekitar 2,93 x 104 cfu/ml. Faktor penting bpatp.litbang.pertanian.go.id [2 Oktober 2015].
Bais, H.P., R. Fall, and J.M. Vivanco. 2004. Biocontrol of Bacillus
yang memengaruhi pertumbuhan bakteri selain
subtilis against infection of Arabidopsis roots by Pseudomonas
44 J. Litbang Pert. Vol. 35 No. 1 Maret 2016: 37-45
syringae is facilitated by biofilm formation and surfactin action in the management of plant pathogens. Int'l. J. Modern
production. Plant Physiol. 134: 307–319. Plant Anim. Sci. 1(2): 39–57.
Berger, F., Li Hong, D. White, R. Frazer, and C. Leifert. 1996. Khaeruni, A., Asrianti, dan A. Rahman. 2013. Efektivitas limbah
Effect of pathogen inoculum, antagonist density and plant cair pertanian sebagai media perbanyakan dan formulasi Bacillus
species on biological control of Phytophthora and Pythium subtilis sebagai agens hayati patogen tanaman. Agroteknos 3(3):
damping off by Bacillus subtilis Cot 1 in high humidity fogging 144–151.
glasshouses. Phytopathology 86: 428–433. Kilian, M., U. Steiner, B. Krebs, H. Junge, G. Schmiedeknecht,
Canaday, C.H. and B.H. Ownley. 1999. Effects of seed treatment and R. Hain. 2000. FZB24® Bacillus subtilis–mode of action
chemicals and Bacillus subtilis on snap bean seedling diseases, of a microbial agent enhancing plant vitality. Pflanzenschutz–
growth, and yield. The University of Tennessee. http:// Nachrichten Bayer 1/00 1: 72–93.
www.bioengr.ag.utk.edu. [2 October 2015]. Kinsella, K. 2009. Production of two lipopeptide antibiotic by
Cavaglieri, L., J. Orlando, M.I. Rodriquez, S. Chulze, and M. Bacillus subtilis in the rhizosphere. Disertation. University of
Etcheverry. 2005. Biocontrol of Bacillus subtilis against Connecticut. http://books.google.co.id [25 September 2015].
Fusarium verticillioides in vitro and at the maize root level. Kloepper, J.W., R.M. Zablotowick, E.M. Tipping, and R.
Res. Microbiol. 156: 748–754. Lifshitz.1991. Plant growth promotion mediated by bacterial
Cawoy, H., W. Bettiol, P. Fickers, and M. Ongena. 2011. Bacillus- rhizosphere colonizers. In D.L. Kliester, and P.G. Cregan (Eds),
based biological control of plant disease. Pesticides in the Modern The Rhizosphere and Plant Growth. Kluwer Academic Press,
World - Pesticide Use and Management. pp. 273–302. http:// Dordrecht, The Netherlands. pp. 315–326.
www.intechopen.com [2 October 2015]. Korsten, L., E.E. de Villiers, F.C. Wehner, and J.M. Kotzé. 1997.
Chen, Y., F. Yan, Y. Chai, H. Liu, R. Kolter, R. Losick, and J.H. Field sprays of Bacillus subtilis and fungicides for control of
Guo. 2013. Biocontrol of tomato wilt disease by Bacillus subtilis preharvest fruit diseases of avocado in South Africa. Plant Dis.
isolates from natural environments depends on conserved genes 81: 455–459.
mediating biofilm formation. Environ. Microbiol. 15(3): 848– Leibinger, W., B. Breuker, M. Hahn, and K. Mendgen. 1997.
86 4. Control of postharvest pathogens and colonization of the apple
Compant, S., R. Birgit, S. Angela, N. Jerzi, C. Christope, and A.B. surface by antagonistic microorganisms in the field.
Essaid. 2005. Endophytic colonization of Vitis vinifera L. by Phytopathology 87: 1103–1110.
plant growth-promoting bacterium Burkholderia sp. strain PsJN. Muis, A. and A.J. Quimio. 2006a. Effectiveness of Bacillus subtilis
Appl. Environ. Microbiol. 71(4): 1685–1693. (Ehrenberg) Cohn against Rhizoctonia solani Kuhn in vitro.
Droby, S., M. Wisniewski, D. Macorisin, and C. Wilson. 2009. Agroland 13(3): 234–239.
Twenty years of post harvest biocontrol research: is it time Muis, A. and A.J. Quimio. 2006b. Biological control of banded
for a new paradigm?. Postharvest Biol. Technol. 52: 137–145. leaf and sheath blight disease (Rhizoctonia solani Kuhn) in
EPA (US Environmental Protection Agency). 2003a. Bacillus corn with formulated Bacillus subtilis BR23. Indones. J. Agric.
substilis TSCA Section 5(h)(4) Exemption: Final Decision Sci. 7(1): 1–7.
Document. http://www.epa.gov. [5 Juli 2015]. Muis, A. 2006. Biomass production and formulation of Bacillus
EPA (US Environmental Protection Agency). 2003b. Bacillus subtilis for biological control. Indones. J. Agric. Sci. 7(2): 51–
subtilis GB03 (129068). http://www.epa.gov. [5 Juli 2015]. 56.
EPA (US Environmental Protection Agency). 2003c. Bacillus Muis, A. 2007. Pengelolaan penyakit busuk pelepah (Rhizoctonia
subtilis QST713 (006479). http://www.epa.gov. [5 Juli 2015]. solani Kuhn.) pada tanaman jagung. J. Litbang Pert. 26(3):
Elizabeth, A.B.E. and J. Handelsman. 1998. Biocontrol of plant 100–103
disease: a (gram-) positive perspective. Fems Microbiol. Lett. Muis, A., N. Nonci, dan N. Djaenuddin. 2014. Viabilitas dan uji
171: 1–9. formulasi bakteri antagonis sebagai biopestisida pengendalian
Gao, X., Y. Gong, Y. Huo, Q. Han, Z. Kang, and L. Huang. 2015. penyakit hawar upih daun Rhizoctonia solani dan bercak daun
Endophytic Bacillus subtilis strain E1R-J is a promising Bipolaris maydis. Disampaikan pada seminar dua mingguan
biocontrol agent for wheat powdery mildew. BioMed Res. Balitsereal 3 November 2014.
International volume 2015: 1-8. Muis, A., N. Nonci, dan N. Djaenuddin. 2015. Evaluasi lima jenis
Gardener, B.B.S. and D.R. Fravel. 2002. Biological control of inert carrier dan formulasi Bacilus subtilis untuk pengendalian
plant pathogens: Research, commercialization and application hawar pelepah jagung (Rhizoctonia solani Kuhn). J. HPT
in the USA. http://www.apsnet.org [20 September 2015]. Tropika 15(2): 164–169.
Hanudin, Silvai, E. Marwoto, B. Saefuloh, A. Mulya, dan Mahmud. Nurul, H. dan Djajadi. 2009. Sifat-sifat tanah yang memengaruhi
2004. Formulasi cair Pseudomonas flourescens untuk perkembangan patogen tular tanah pada tanaman tembakau. J.
pengendalian Fusarium oxysporum f.sp. dianthi pada anyelir. Perspektif 8(2): 74–83.
Holtikultura (14): 403–409. Orbera, T.D.L.M., M.D.J. Serrat, and E. Ortega. 2014. Potential
Hastopo, K., L. Soesanto, dan E. Mugiastuti. 2008. Penyehatan applications of Bacillus subtilis strain SR/B-16 for the control
tanah secara hayati di tanah tanaman tomat terkontaminasi of phytopthogenic fungi in economically relevant crop.
Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. J. Akta Agrosia 11(2): Biotecnological Aplicada 31(1): 13–17.
180–187 Rai, M.K. 2006. Hand Book of Microbial Biofertilizers. Food
Hu, L.B., Z.Q. Shi, T. Zhang, and Z.M. Yang. 2007. Fegycin Products Press, An Imprint of the Haworth Press, Inc., New
antibiotic isolated from B-FS01 culture inhibit the growth of York. pp. 137–182.
Fusarium moniliforme Sheldon ATCC 38932. FEMS Microb. Ryu, H., H. Park, D.S. Suh, G.H. Jung, K. Park, and B. D. Lee.
Lett. 272: 91–98. 2014. Biological control of Colletotrichum panacicola on Panax
Junaid, J.M., N.A. Dar, T.A. Bhat, A.H. Bhat, and M.A. Bhat. ginseng by Bacillus subtilis HK-CSM-1. J. Ginseng Res. (38):
2013. Commercial biocontrol agents and their mechanism of 215–219.
Prospek Bacillus subtilis sebagai agen pengendali hayati.... (Suriani dan Amran Muis) 45
Schisler, D.A., N.I. Khan, M.J. Boehm, and P.J. Slininger. 2002. Suriani, N. Amin, dan L. Daha. 2014. Pemanfaatan ekstrak kompos
Greenhouse and field evaluation of biological control of sampah rumah tangga dan Bacillus spp. dalam mengendalikan
Fusarium head blight on durum wheat. Plant Dis. 86: 1350– penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora Butler) pada
1356. kakao di Kabupaten Soppeng. Disampaikan pada seminar dua
Soenartiningsih, M.S. Pabbage, dan N. Djaenuddin. 2011. mingguan Balitsereal, Malang.
Penggunaan inokulum antagonis (Trichoderma dan Gliocladium) Talanca, A.H. 2007. Penyakit busuk batang jagung (Fusarium
dalam menekan penyakit busuk pelepah pada jagung. Prosiding sp.) dan pengendaliannya. Prosiding Seminar Ilmiah dan
Seminar Nasional Serealia 2011: 478–484. Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda SulSel.
Soenartiningsih. 2013. Potensi cendawan mikoriza arbuskular Trainer, M.S., J.P. Gros, R.D.L.C. Quiroz, C.N.A. Gonzales, T.
sebagai media pengendalian penyakit busuk pelepah pada jagung. Mateille, and S. Roussos. 2014. Commercial biological control
Iptek Tanaman Pangan 8(1): 48–53. agents targeted against plant-parasitic root-knot nematodes.
Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Brazillian Archives of Biology and Technology 57(6): 831–
Tanaman. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 574 hlm. 84 1.
Soesanto, L., E. Mugiastuti, dan R.F. Rahayuniati. 2011. Zongzheng, Y., L. Xin, L. Zhong, P. Jinzhao, Q. Jin, and Y.
Inventarisasi dan identifikasi patogen tular tanah pada Wenyan. 2009. Effect of Bacillus subtilis SYS on antifungal
pertanaman kentang di Kabupaten Purbalingga. J. Hortikultura activity and plant growth. Int'l. J. Agric. Biol. Engin. 2(4): 55–
21(3): 254–264. 61.