Anda di halaman 1dari 3

Sumber ajaran Islam ialah Alquran dan Hadits Nabi Muhammad Saw.

Rujukan paling utama dalam


ajaran Islam yaitu kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, untuk disampaikan
kepada umat manusia. Hakikat diturunkannya Alquran adalah menjadi acuan moral secara universal
bagi umat manusia dalam memecahkan problematik sosial yang timbul di tengah-tengah masyarakat.
Itulah sebabnya, metode penafsiran Alquran secara tematik, justru dihadirkan untuk menjawab
perbagai problematik aktual yang dihadapi masyarakat sesuai dengan konteks dan dinamika
sejarahnya1. Dalam pandangan umat Islam, dari sekian banyak agama, ideologi, dan falsafah yang
mengemuka di dunia, hanya Islam yang akan bisa bertahan menghadapi tantangan-tantangan zaman.
Pandangan ini bahkan bagi sebagian dari mereka sudah menjadi keyakinan. Pandangan ini
berdasarkan pada sebuah kenyataan yang tidak dapat terbantahkan bahwa hanya Islam sebagai
sebuah agama yang memiliki sifat universal dan komprehensif. Sifat inilah yang kemudian
meniscayakan sejumlah keistemewaan keistimewaan yang melekat pada Islam dan tidak pada agama-
agama lain2. Islam merupakan ajaran agama yang universal, ajaran islam bukan hanya membahas
tentang ibadah semata namun juga mengajarkan mengenai hidup dan kehidupan, seperti kasih
sayang, tolong menolong, saling mencintai, bersikap adil dan seksama, baik dalam suatu agama
maupun terhadap agama non islam. Sebaliknya tindakan jahat yang desdruktif, kemalasan,
kebodohan dan tindakan yang manusiawi jelas tidak di tolerir bahkan mendapatkan balasan yang lebih
besar jika dilakuakan dalam substansi ajaran agama3. Moderasi dalam kata bahasa arab al-wasathiyah
Sehingga dalam sebutan islam moderasi yang telah di rumuskan oleh Kementrian Agama RI
menyebutkan bahwa kemajemukan di berbagai kondisi yang ada di Indonesia sangat diperlukan suatu
sistem pengajaran agama yang komprehensif yang dapat mewakili setiap orang yang ada melalui
ajaran yang luwes denga tidak meniggalkan teks (Al-Qur’an dan Hadist). Era teknologi informasi dan
komunikasi yang datang tak terelakkan ini telah menyisakan sebuah tantangan uang mesti kita hadapi
bersama. Tantangan tersebut tak lain berupa perubahan dalam sebuah lini dan aspek kehidupan.
semangat globalisasi telah memangkas bola dunia yang luas menjadi sempit dalam wujud desa buana.
Sebagai dampaknya, laju informasi dan komunikasi bukan saja sulit disaring apa lagi dibendung, tetapi
sekaligus mengaburkan nilainilai kemanusiaan dalam pranata kehidupan umat beragama sehari-hari4.

K.H. Abdurrahman Wahid pun merumuskan bahwa moderasi harus senantiasa mendorong upaya
untuk mewujudkan keadilan sosial yang dalam agama dikenal dengan al-maslahah al-‘ammah.
Bagaimanapun hal ini harus dijadikan sebagai fondasi kebijakan publik, karena dengan cara yang

1
Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an, Cet. III (Jakarta: Penamadani, 2005), hal. 22
2
Abd. Rauf Muhammad Amin, Prinsip dan Fenomena Moderasi Islam dalam Tradisi hukum Islam (Makassar:
Universitas Islam Negeri Alauddin), hal. 23
3
Firman Muhammad Arif, Maqasid as Living Law, (Cet. I; CV. Budi Utama; 2018). Hal 21
4
Abu Yasid, Islam Moderat (Jakarta: Erlangga, 2014), hal. 1
demikian itu kita betul-betul menerjemahkan esensi agama dalam ruang publik. Dan setiap pemimpin
mempunyai tanggungjawab moral yang tinggi untuk menerjemahkannya dalam kehidupan nyata yang
benar-benar dirasakan oleh publik. Islam selalu bersikap moderat dalam menyikapi setiap persoalan,
bahkan prinsip moderasi ini menjadi karakteristik Islam dalam merespon segala persoalaan5

Menurut pandangan ulama Mesir, Yusuf al-Qardawi, Umat Islam seharusnya mengambil jalan tengah
(Moderasi). Pandangan yang seperti itu membuat umat Islam menjadi mudah dan menjalankan
agamanya. Karena pada hakikatnya, Islam memang agama yang memudahkan umat dalam
menjalankan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya6.

1. Keadilan (‘Adalah)
Makna al-‘adl dalam beberapa tafsir, antan lain: Menurut At-Tabari, al-‘adl adalah:
Sesungguhnya Allah memerintahkan tentang hal ini dan telah diturunkan kepada Nabi
Muhammad dengan adil, yaitu al-insaf7. Allah SWT menerangkan bahwa Dia menyuruh
hamba-hamba Nya berlaku adil, yaitu bersifat tengah-tengah dan seimbang dalam semua aspek
kehidupan serta melaksanakan perintah Alquran dan berbuat ihsan. Adil berarti mewujudkan
kesamaan dan keseimbangan di antara hak dan kewajiban. Hak asasi tidak boleh dikurangi
disebabkan adanya kewajiban. Sekurang-kurangnya ada empat makna keadilan yang
ditemukan oleh para pakar agama. Pertama, adil dalam arti “sama”. Tetapi harus digarisbawahi
bahwa persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak.
2. Keseimbangan (Tawazun) Tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam
penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli
(bersumber dari Alquran dan Hadits). Menyerasikan sikap khidmat kepada Alloh swt dan
khidmat kepada sesama manusia8.
3. Toleransi (Tasamuh) Dalam kebahasan, tentunya bahasa Arab bahwa tasamuh adalah yang
paling umum digunakan dewasa ini untuk arti toleran. Tasamuh berakar dari kata samhan
yang memiliki arti mudah. kemudahan atau memudahkan, Mu’jam Maqayis Al-Lughat
menyebut bahwa kata tasamuh secara harfiah berasal dari kata samhan yang memiliki arti
kemudahan dan memudahkan. Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia memaknai kata
toleran sebagai berikut: bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,

5
Alif Cahya Setiyadi, Pendidikan Islam Dalam Lingkaran Globalisas, Jurnal University of Darussalam Gontor Vol.
7, No. 2, Desember 2012, hal 252
6
Departemen Agama RI, Moderasi Islam (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf AlQur’an, 2012), hal. 20-22
7
Abd. Rauf Muhammad Amin, Prinsip dan Fenomena Moderasi Islam dalam Tradisi hukum Islam (Makassar:
Universitas Islam Negeri Alauddin),
8
Soeleiman Fadeli, Antologi NU (Sejarah, istilah, amaliyah dan Uswah) (Surabaya: Khalista, 2007), Hal. 53
membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan kebiasaan, kelakuan, dsb.)
yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Anda mungkin juga menyukai