Yeti Nim. A01401994 PDF
Yeti Nim. A01401994 PDF
KaryaTulisIlmiahinidisusunsebagaisalahsatupersyaratanmenyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
YETI
NIM : A01401994
i
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH HAMBATAN
MOBILITAS FISIK DENGAN DIAGNOSA STROKE
NON-HEMORAGIK DIRUANG INAYAH
PKU MUHAMMADIYAH
GOMBONG
KaryaTulisIlmiahinidisusunsebagaisalahsatupersyaratanmenyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
YETI
NIM : A01401994
ii
iii
iv
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
ABSTRAK .................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ............................................................................. 1
B. RumusanMasalah ........................................................................ 4
C. TujuanPenulisan .......................................................................... 4
D. ManfaatPenulisan ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. AsuhanKeperawatan stroke non-hemoragik ............................... 6
1. Pengertian ................................................................................ 6
2. Patofisiologi .......................................................................... ..7
3. Pathway .................................................................................. .7
B. Hambatan mobilitas fisik ........................................................... .8
1. Pengkajian .............................................................................. .8
2. Diagnosa ................................................................................ 10
3. Perencanaan .......................................................................... 11
4. Pelaksanaan ........................................................................... 14
5. Evaluasi ................................................................................. 14
C. Melakukan Latihan ROM.......................................................... 14
1. Pengertian .............................................................................. 14
2. Tujuan.................................................................................... 15
3. Prinsip.................................................................................... 15
4. Manfaat.................................................................................. 16
vi
5. Cara Melakukan ROM .......................................................... 16
BAB III METODE STUDI KASUS
A. JenisStudiKasus ......................................................................... 21
B. SubyekStudiKasus ..................................................................... 21
C. FokusStudiKasus ....................................................................... 22
D. DefinisiOperasional ................................................................... 22
E. InstrumenStudiKasus ................................................................ 22
F. MetodePengumpulan Data ........................................................ 22
G. LokasidanWaktuStudiKasus ..................................................... 23
H. Analisis Data danPenyajian Data .............................................. 24
I. EtikaStudiKasus ........................................................................ 24
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan…………………………………………………26
1. HasilStudiKasus………………………………………26
2. Pembahasan……………………………………………..32
3. KeterbatasanStudiKasus…………………....................39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………40
B. Saran ……………………………………………………….41
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….42
LAMPIRAN ……………………………………………………………44
vii
KATA PENGANTAR
viii
7. Teman - temanseperjuanganpenulisdalammenempuh KTI jenjang DIII
Keperawatan yang ikutsertadalammemberikanbantuan, semangat,
sertado’auntukkelancarantugasakhirini.
8. Adamku yang telah di tuliskan di
laufulmahfusdoadanharapansemogakelakbertemudalamikatanjanjisuci.
Penulismenyadaribahwamasihbanyakkekurangandalampenyusunankaryatu
lisini, olehsebabitu saran dankritik yang
membangunsangatberartibagipenulisuntukmenjadilebihbaik di masamendatang.
Semogalaporaninidapatmembawamanfaatbagipengembangandanpeningkatanilmu
keperawatan.Terimakasih.
Gombong, ............
Penulis
ix
Program Studi DIII Keperawatan
SekolahTinggiIlmuKesehatanMuhammadiyahGombong
KTI, Juli 2017
ABSTRAK
LatarBelakang: MenurutBadanKesehatanDunia,
memprediksibahwakematianakibat stroke
akanmeningkatseriringdengankematianakibatpenyakitjantungdankanker. Di
Indonesia sendiriperyakit stroke merupakanpenyakitketigatersering.
TujuanPenulisan: Tujuanpenulisanini,
mahasiswamampumelakukanasuhankeperawatandenganmasalahhambatanmobilita
sfisikpada Tn. W dengandiagnosa stroke non hemoragik di ruangInayah RSU
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG.
Hasil: Masalahkeperawatan yang
munculyaitugangguanperfusijaringanserebralberhubungandenganpenurunansuplai
darahkeotak,
hambatanmobilitasfisikberhubungandenganpenurunankekuatanototdandefisitpera
wtandiriberhubungandenganpenurunankekuatanotot.
Tindakan: Penulismemberikanlatihan ROM (Range Of Motion)
Evaluasi:
Hasilevaluasimenunjukanketigadiagnosabaikmasalahgangguanperfusijaringansere
bral, hambatanmobilitasfisikdandefisitperawatandiribelumteratasi.
Rekomendasi: Sebaiknyamelakukanlatihan Range Of Motion (ROM)
tidakhanyasekalidalamsehari agar kliendapatmelakukandirumahsecaramandiri.
x
DIII Study Program of Nursing
MuhammadiyahGombong Health Sciences College
KTI, July 2017
ABSTRACT
NURSING CARE OF IMPORED PHYSICAL MOBILITY TO PATIENT
WITH STROKE NON-HAEMORAGIC IN INAYAH WAID, PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG HOSPITAL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Inform consent……………………………………………..43
2. Penjelasanuntukmengikutipenelitian……………………..44
3. AsuhanKeperawatan………………………………………45
4. Jurnal……………………………………………………….46
5. SOP Rom Aktif……………………………………………47
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi yang berkembang dan modern serta seiring
perubahan kemajuan zaman dan teknologi. Pola kehidupan manusiapun
mengalami perubahan. Begitu juga dengan kasus-kasus peryakit yang dialami
manusia. Ketika kasus-kasus dahulu banyak disebabkan oleh faktor yang
kurang hygineis antara lain diare, infeksi dan lain-lain akan tetapi, saat ini
kasus-kasus baru yang berhubungan dengan faktor degenerative antara lain
peryakit osteoatritis, peryakit jantung dan stroke yang dipengaruhi oelh
beberapa faktor antara lain : hipertensi, diabetes mellitus, kebiasaan merokok,
akibat mengkonsumsi alcohol yang berlebihan, jarang olahraga dan
penyalaaan obat-obat lainnya (Suratun dkk, 2008).
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak
yang tidak teraliri oleh darah akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi.
Terkadang stroke juga disebut dengan CVA (cerebrovascular accident ).orang
awam biasanya menggangap stroke sebagai peryakit akan tetapi lain halnya
denga para dokter yang menganggap stroke adalah gejala klinis yang muncul
akibat pembuluh darah jantung yang bermasalah (Auryn, 2009)
Stroke dibedakan menjadi 2 yaitu stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik. Pada stroke non hemoragik adalah suplai darah ke otak terganggu
akibat arterosklerosis atau bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah.
Penyumbatan bisa terjadi disepanjang jalur arteri yang menuju ke otak.
Misalnya sustu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk didalam arteri akrotis
sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Endapan lemak
1
2
juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir didalam darah ,kemudian
menyumbat arteri yang lebih kecil (Muttaqin, 2008).
Organisasi stroke dunia mencatat 85% orang yang mempunyai resiko
dapat terhindar dari stroke apabila menyadari dan mengatasinya sejak dini.
Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan
meningkat seiring dengan kematian akibat peryakit jantung dan kanker kurang
lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta ditahun 2030 (Nabyl, 2012). Di
Indonesia sendiri peryakit stroke merupakan peryakit ketiga tersering setelah
peryakit jantung dan kanker. Profil kesehatan provinsi jawa tengah pada
(2015) jumlah kasus stroke di Jawa Tengah yaitu terdiri dari stroke hemoragik
sebanyak 4.558 dan stroke non hemoragik sebanyak 12.795. Jumlah kasus
stroke hemoragik tahun 2015 tertinggi terdapat di Kota Kebumen sebesar 588
kasus, urutan kedua yaitu di kabupatenDemaksebesar 556 kasus, urutan ketiga
yaitu kota Surakarta sebesar 365 kasus. Keempat yaitu boyolali sebesar 320
kasus. Sedangkan untuk kota sragen sebesar 287 kasus dan menepati urutan
ke lima. Data diatas menunjukan bahwa penyakit stroke merupakan salah satu
penyakit yang dapat membahayakan kesehatan.
Dahulu peryakit stroke seringnya diderita oleh orang yang sudah
berumur 60tahun keatas,karena usia juga merupakan faktor resiko terkena
peryakit jantung dan stroke.namun saat ini ada kecenderungan juga diderita
oleh pasien dibawah usia 40tahun. Hal ini terjadi karena adanya perubahan
gaya hidup terutama pada orang muda modern (Winda Praditya, 2017). Pada
stroke non hemoragik ini, sangat mungkin sekali adanya masalah kesehatan
diantaranya : gangguan perfusi jaringan serebral ,kerusakan mobilitas fisik,
deficit perawatan diri, dan gangguan pemenuhan nutrisi. Problematika pasca
stroke secara umum diantaranya : 1) gangguan sensomotorik, 2) gangguan
kognitif/memori, 3) gangguan psikiatrik atau emosional. Otak memiliki
banyak fungsi sensomotorik yang tidak terpakai (Hesi Oktaviani, 2014).
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pasien stroke non- hemoragik
dalam pemenuhan mobilisasi ?
4
DAFTAR PUSTAKA
Astrid, M., Nurachmah, E, & Budiharto (2011). Pengaruh Latihan Range Of Motion
(ROM) Terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi Dan Kemampuan
Fungsional Pasien Stroke di RS Sint Carolus
Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Salemba Medika. Jakarta:
EGC
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (2011). Keperawatan maternitas :
Kesehatan wanita, bayi & keluarga edisi 18. Jakarta : EGC.
Suratun, S. Heryani, & Manurung, S., 2008, Pelayanan Keluarga Berencana dan
Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: Trans Info Media: 15-16, 19, 87-89.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R.,(2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta:
EGC.
.
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Yeti dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah
Hamabatan Mobilitas Fisik Dengan Diagnosa Stroke Non-hemoragik Diruang
Inayah PKU Muhammadiyah Gombong”.
Saya memutuskan setuju untuk ikiut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa
sanksi apapun.
..................................2017
Yang memberikan persetujuan
Saksi
............................. .............................
..................................2017
Peneliti
.............................
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)
Peneliti
Yeti
TanggalPengkajian :11Juli 2017
NamaPengkaji :Mahasiswa
Ruang : R. Inayah
A. Identitas
1. IdentitasKlien
Nama : Tn. W
TanggalLahir :04Maret 1958
Umur : 59 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat :Buayan, Kebumen
Agama :Islam
Pendidikan :SD
SukuBangsa :jawa, Indonesia
TanggalMasuk : 11 Juli 2017
No. RM :335150
Diagnosa Medik :SNH
2. Identitaspenanggungjawab
Nama : Tn. A
Umur : 37tahun
Jeniskelamin :laki-laki
Alamat :Buayan, Kebumen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
HubungandenganKlien : Anak kandung
B. RiwayatKeperawatan
1. KeluhanUtama :Klien mengatakan kelemahan anggota gerak
pada sebelah kanan.
2. Riwayatkesehatansekarang :Klien datang ke IGD RSU PKU
Muhammadiyah Gombong pada tanggal 11 Juli 2017 jam 12.00 WIB dengan
keluhan mengalami kelemahan anggota gerak pada sebelah kanan, kekuatan
otot kanan bawah:3,kanan atas:3,kiri bawah :5,kiri atas:5, GCS:14 E;4,V;4,M:6
sejak 2 hari sebelum masuk kerumah sakit, pusing, lemah,mual dan pucat.
Klien masuk ke ruang Inayah pada tanggal 11 juli 2017 jam 14.00 WIB
dengan keluhan mengalami kelemahan anggota gerak pada sebelah kanan,
masih pusing,lemas, mual dan terlihat pucat. Setelah dilakukan pengkajian
pada tanggal 11 juli 2017 jam 14.15 WIB didapatkan hasil keadaan umum
lemah , GCS : 14 E:4V:4M:6 , kekuatan otot kanan bawah :3 ,kanan atas:3 kiri
bawah :5dan kiri atas :5, TD : 180/90 N : 68x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,5o.
3. Riwayatkesehatandahulu :Klien belum pernah dirawat dirumah sakit,
sebelumnya klien pernah mengalami keluhan yang sama seperti yang
dirasakan sekarang sekitar 3 bulan yang lalu, akan tetapi setelah diperiksa
dipuskesmas terdekat dan diberi obat klien merasa baikan. Klien mempunyai
riwayat hipertensi.
4. RiwayatkesehatanKeluarga :Keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menurun dan menular.
5. Genogram :
Ket :
= Laki laki
= Perempuan
= Menikah
= Klien
= meninggal
a. Pola fungsional
a. pola oksigenasi
sebelum sakit :Pasien mengatakan dapat bernafas secara normal
saat dikaji :Pasien mengatakan pasien dapat bernafas secara
normal, tanpa keluhan dan tidak memerlukan alat
bantu nafas.
b. Pola nutrisi
sebelum sakit :Pasien mengatakan sebelum sakit makan sehari 3x
sehari dengan nasi dan lauk pauk, jarang
mengkonsumsi sayuran, serta minum air putih +/_ 8
gelas/hari 2500ml serta minum teh dan kopi.
Saat dikaji : Pasien mengatakan menghabiskan 3 sendok makan
yang di sediakan Rumah Sakit dan minum 6 gelas
dan pasien masih merasa mual.
c. Pola kebutuhan istirahat dan tidur
sebelum sakit :Pasien mengatakan dapat beristirahat dengan
nyenyak, tidur +/_ 5-6 jam
saat dikaji :Pasien mengatakan tidur terganggu pada malam
hari sering terbangun karena merasa kekauan pada
tubuh sebelah kanan. Pasien tidur hanya 3 jam .
d. Pola eliminasi
sebelum sakit :Pasien mengatakan BAK 4-5 x/hari urin berwarna
kuning jernih dan BAB 1x/hari feses berwarna
kuning kecoklatan.
Saat dikaji :Pasien mengatakan dari awal masuk Rumah Sakit
belum BAB dan BAK melalui kateter
e. Pola aktivitas
sebelum sakit :Pasien mengatakan dapat beraktivitas secara
mandiri
saat dikaji :Pasien mengatakan seluruh aktivitas pasien
dibantu oleh keluarganya, pasien tampak lemah
pada ekstremitas kanan. Kekuatan otot 3 5
3 5
f. Pola berpakaian
sebelum sakit :Pasien mengatakan dapat berpakaian secara
mandiri
saat dikaji :Pasien mengatakan dalam berpakaian dibantu oleh
keluarganya
g. Pola menjaga suhu tubuh
Sebelum sakit :Pasien mengatakan jika merasa dingin
menggunakan selimut/ pakaian tebal serta minum
air hangat, jika panas memakai pakaian tipis dan
menggunakan kipas angin
Saat dikaji :Pasien mengatakan jika merasa panas minta di
kipasi dan jika merasa dingin pasien minta di
selimuti, suhu : 36,5oC
h. Pola personal hygiene
Sebelum sakit :Pasienmengatakan mandi 2x sehari dan menggosok
gigi 2x sehari secara mandiri
Saat dikaji :Pasien mengatakan personal hygiene dibantu oleh
keluarga
i. Pola Aman dan nyaman
Sebelum sakit :Pasien mengatakan merasa aman dan nyaman
berada diantara keluarganya dan mampu mengindari
dari bahaya sekitar
Saat dikaji :Pasienmengatakan merasa nyaman ditemani
keluarganya dan masih terasa pusing.
j. Pola komunikasi
Sebelum sakit :Pasien mengatakan mampu berkomunikasi dengan
baik di lingkungannya
Saat dikaji :Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi.
k. Pola rekreasi
Sebelum sakit :Pasien mengatakan senang berkumpul dengan
keluarganya untuk berekreasi
Saat dikaji :Pasien mengatakan tidak dapat berekreasi selama
sakit hanya tiduran di tempat tidur
l. Pola kebutuhan bekerja
Sebelum sakit :Pasien mengatakan hanya bekerja dirumah karena
sudah tidak bekerja sebagai tukang proyek .
Saat dikaji :Pasien mengatakan tidak bisa melakukan
pekerjaannya seperti biasa
m. Pola kebutuhan belajar
Sebelum sakit :Pasien mengatakan belum terlalu paham dengan
penyakit yang dideritanya
Saat dikaji :Pasien mengatakanbelum begitu faham dan
mengerti dengan peryakitnya.
n. Pola spiritual
Sebelum sakit :Pasien mengatakan dapat beribadah sholat 5 waktu
dan membaca Al- Quran
Saat dikaji :Pasien mengatakanjarang melakukan ibadah sholat
saat sedang sakit.
b. Data obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : lemah
kesadaran : apatis
TD : 180/90 mmHg
N : 68x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36,5oC
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : simetris tidak ada benjolan tidak ada luka bekas jaitan,
tidak ada nyeri tekan, dan rambut beruban dan sedikit kotor.
2) Leher : simetris tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid jugularis, reflek menelan kurang.
3) Mata : mata kanan dan kiri tidak simetris, ukuran pupil 3 mm
kanan dan 3 mm kiri, sclera nonikterik, konjungtiva anemis
4) Telinga : simetris, terdapat sedikit serumen.
5) Mulut : Gigi kotor, mukos bibir kering,tidak ada lesi, gigi tampak
ompong.
6) Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : terdengar bunyi vesikuler
Jantung
Inspeksi : tidak ada lesi dan tidak tampak ictucordis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi :terdengar bunyi reguler (lubdub) tidak
terdapat bunyi tambahan
7) Abdomen
Inspeksi : perut datar, tidak ada benjolan, tidak ada
oedema
Auskultasi : terdengar bising usus 9x/menit
palpasi : tidak ada nyeri tekan
perkusi : terdengar bunyi timpani
8) Genetalia dan Rektum
Tidak ada kelainan pada daerah genetalia dan rectum. Terpasang DC
kateter
9) Ekstermitas :
o Atas : Mengalami kelemahan, kekuatan otot berkurang ( kanan
atas 3dan kiri atas 5)
o Bawah : Mengalami kelemahan (Kekuatan otot kanan bawah 3 dan
kiri bawah 5)
-
c. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium pada tanggal 11 Juli 2017
MCH 30.1 26 – 34
FAAL GINJAL
Ureum 32 15-39
FAAL LEMAK
FAAL HATI
ELEKTROLIT
d. Terapi obat
- Inj Ranitidine 50 mg 2x1
- Inj Ondansentron 4mg 2x1
- Inj Ceticolin 500mg2x1
- Inj Ceftrianxone 1gr 2x1
- Amlodiphin oral 10 mg 1x1
- Irbesartan oral 150mg 1x1
Penambahan terapi obat pada tanggal 12 Juli 2017
- Aspilet
- Penitoin 100mg
ANALISA DATA
No Data focus Masalah Etiologi
1 DS : Gangguan Penurunan
- Pasien mengatakan sering mengeluh pusing perfusi jaringan suplai darah ke
- Keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai riwayat hipertensi cerebral otak
DO :
- Kesadaran apatis
- GCS 14 E4M6V4,
- TD: 180/90 mmHg, N: 68x/menit, S: 36,5C, RR: 20x/menit
- Terapi yang diberikan untuk :
- Inj. Ceticolin 500mg
- Amlodiphin oral 10mg
- Irbesartan oral 150mg
- Aspilet
- Penitoin oral
2 DS: Hambatan Hambatan
- Pasien mengatakan mengalami kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan mobilitas fisik mobilitas fisik
- Pasien mengatakan seluruh aktivitas dibantu oleh keluarganya
DO:
- Pasien tampak lemah pada ekstremitas kanan.
- Kekuatan otot kanan atas 3, kanan bawah 3, kiri atas 5 dan kiri bawah 5
3 DS: Deficit Penurunan
- Pasien mengatakan tidak dapat berpakaian sendiri perawatan diri kekuatan otot
- Pasien mengatakan tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri
DO:
- Pasien kurang rapi
- Pasien hanya diseka
- Pasien dibantu dalam berpakaian dan personal hygiene oleh keluarga
Ket: 1: parah, 2: berat, 3:sedang, 4: ringan, 5: 7. Kolaborasi medis dalam pemberian terapi
tidak sama sekali
2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitoring peningkatan kekkuatan otot
mobilitas 3x24 jam diharapkan Hambatan mobilitas 2. Lakukan ROM aktif
berhubungan berhubungan dengan penurunan kekuatan otot 3. Bantu dalam pemenuhan kebutuhan
dengan teratasi dengan kriteria hasil : 4. Posisikan pasien senyaman mungkin
penururnan Indikator Saat Tujuan 5. Lakukan miring kanan ,miring kiri secara berkala 2
kekuatan otot dikaji jam sekali
Tidak terjadi kontraktur sendi 2 4
Bertambahnya kekuatan otot 3 4
Klien menunjukan tindakan
2 5
untuk meningkatkan mobilitasi
3 Deficit perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor klien untuk merawat diri
diri berhubungan 3x24 jam diharapkan masalah deficit perawatan 2. Bantu klien dalam personal hygiene
dengan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan otot 3. Bantu klien dalam eliminasi
penurunan dapat teratasi dengan kriteria hasil: 4. Posisikan nyaman bagi klien
kekuatan otot 5. Mengkaji tingkat kemampuan klien merawat diri
6. Merapihkan klien
7. Anjurkan keluarga untuk menyeka klien pagi hari
Indikator Saat Tujuan
dikaji
Klien dapat mandi secara mandiri 1 3
Kebersihan diri 1 3
13 Juli 2017
07.00Wib I,II,III Memberikan terapi obat Obat masuk melalui IV Bolus
Inj ranitidine 50mg
Inj ceticolin 500g
Inj ceftriaxone 1gr
Oral amlodhipin 10mg Obat masuk dengan diminum
Oral Aspiret
Oral Penitoin 100mg TD : 120/90mmHg
08.00Wib Mengobservasi TTV
N : 76x/menit
S: 36,5
RR: 20x/menit
10.00Wib Mengkaji keluhan klien Klien mengatakan sudah membaik dan tidak kambuh
Melakukan ROM aktif
Klien kooperatif
10.45 Wib Mengkaji kekuatan otot klien
Memposisikan yang nyaman Kekeuatan otot klien
Klien kooperatif
Keluarga dan klien kooperatif
Evaluasi keperawatan
ABSTRAK
Pasien stroke membutuhkan latihan ROM akibat kelemahan atau kelumpuhan yang dialami. Dari
survei awal 10 orang keluarga pasien stroke yang di wawancarai di bangsal bedah saraf, (100%)
mengatakan tidak bisa melakukan ROM. Hasil wawancarai 3 dari 5 perawat didapatkan bahwa
perawat mengajarkan keluarga hanya dalam tahap mobilisasi miring kiri dan kanan.Tujuan penelitian
untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang ROM terhadap keterampilan keluarga
dalam melakukan latihan ROM di bangsal saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013. Penelitian
dimulai bulan Mei sampai November 2013 menggunakan desain quasi-eksperimen rancangan one
group pre-post test dengan intervensi pendidikan kesehatan tentang latihan ROM. Populasi seluruh
keluarga pasien stroke. Sampel berjumlah 15 orang. Analisis data secara univariat dan bivariat,
analisis secara bivariat menggunakan uji Wilcoxon.. Hasil penelitian keterampilan rata-rata sebelum
melakukan pendidikan ROM mempunyai skor 16,27. Setelah dilakukan skor menjadi 77,67. Pendidikan
kesehatan tentang latihan ROM berpengaruh terhadap keterampilan keluarga yang dilakukan di RSUP
Dr.M Djamil tahun 2013 ( nilai P = 0,001) . Disarankan kepada kepala ruangan rawat inap bangsal
saraf RSUP Dr.M Djamil Padang dapat menjadikan pendidikan latihan ROM sebagai salah satu
intervensi didalam pemberian pelyanan asuhan keperawatan. dan pendidikan kesehatan tentang ROM
sebagai protap dan standar asuhan keperawatan pasien stroke dan keluarganya.
ABSTRACT
Stroke patients require ROM exercises due to weakness or paralysis experienced. From the initial
survey of 10 family members of stroke patients who are interviewed in the neurosurgery ward, (100%)
said they could not do the ROM. Results interviewed 3 of 5 nurses showed that nurses teach families
just in the stage of mobilization tilt left and right. Purpose research to determine the effect of health
education on the ROM to the family skill in doing ROM exercises in neurological wards Hospital Dr.
M. Djamil Padang 2013. Using a quasi-experimental design of one group pre-post test with health
education interventions on exercise ROM. Population whole families of stroke patients. Samples
numbered 15 people. The analysis of univariate and bivariate data, bivariate analysis using the
Wilcoxon test . The results of the research skills of the average before the education ROM has a score
of 16.27. After the score to 77.67. Health education about ROM exercises influence on family skills
conducted at Dr Dr.M Djamil in 2013 (P = 0.001). It is suggested to the head of the room inpatient
wards nerve Dr.M. Djamil Padang Hospital ROM exercises can make education as one of the
interventions in the provision.
Kopertis Wilayah X 47
Agonwardi, H Budi – Pengaruh Pendidikan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016
Kopertis Wilayah X 48
Agonwardi, H Budi – Pengaruh Pendidikan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016
normal dapat dilakukan oleh sendi yang latihan ROM di bangsal saraf RSUP Dr. M.
bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Djamil Padang tahun 2013.
Menurut Suratun (2008), latihan ROM
pasif adalah latihan ROM yang di lakukan METODE PENELITIAN
pasien pasca stroke dan keluarga. Oleh Penelitian menggunakan desain quasi-
karena itu, sebagai pendidik, perawat perlu eksperimen dengan rancangan one group
membantu kemandirian keluarga dalam pre-post test. Disain Kuasi-Eksperimen
melakukan rehabilitasi awal pasien stroke memfasilitasi pencarian hubungan sebab
berupa latihan ROM pasif sebagai upaya akibat dalam situasi dimana kontrol secara
keluarga untuk meningkatkan kemampuan sempurna tidak memungkinkan untuk
mengatasi masalah kesehatan keluarga dan dilakukan. Disain Kuasi-Eksperimen
berperan dalam meningkatkan kesehatan merupakan disain penelitian yang bertujuan
keluarga yang nantinya dapat digunakan menguji hubungan sebab akibat dengan
oleh keluarga di rumah setelah pasien mengungkapkan hubungan sebab akibat
pulang dari rumah sakit. dengan melibatkan satu kelompok
Berdasarkan hasil penelitian yang subjek/tidak memiliki variabel control
telah dilakukan oleh Harigustian (2009) di (Burns & Grove, 2003).
RSUD Senopati Bantul tentang pengaruh Rancangan penelitian sebagai berikut :
pendidikan kesehatan tentang ROM
terhadap keterampilan ROM keluarga pada Subjek Pre test Perlakuan Post test
pasien stroke di rumah, ditemukan adanya K 01 X 02
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
keterampilan ROM keluarga pada pasien Keterangan :
stroke di rumah. K :Subjek Penelitian (Keluarga
Dari survey awal pada tanggal 23 pada pasien stroke)
Januari 2013 di bangsal Saraf RSUP Dr. M. 01:Keterampilan subjek penelitian
Djamil Padang berdasarkan hasil observasi dalam melaksanakan ROM sebelum
yang peneliti lakukan, Latihan ROM tidak diberikan pendidikan kesehatan
dilakukan pada pasien stroke yang telah tentang latihan ROM
melalui fase akut dan kondisi klinis sudah X: Intervensi (Pendidikan
membaik, padahal keluarga yang menjaga Kesehatan tentang latihan ROM
pasien mencapai tiga atau empat orang. 02:Keterampilan subjek penelitian
Setelah mewawancarai 10 orang keluarga dalam melaksanakan latihan ROM
pasien stroke, peneliti mendapatkan seluruh sesudah diberikan pendidikan
keluarga tersebut (100%) mengatakan tidak kesehatan tentang latihan ROM
bisa melakukan latihan ROM . Setelah Penelitian dilaksanakan di Bangsal Saraf
mewawancarai 3 dari 5 perawat di bangsal RSUP Dr. M. Djamil Padang mulai bulan
saraf, didapatkan data bahwa perawat Mei sampai dengan November 2013.
mengajarkan keluarga hanya dalam tahap Populasi adalah keseluruhan dari objek
mobilisasi miring kiri dan kanan untuk yang di teliti (Notoatmodjo, 2005).
mencegah dekubitus pada pasien stroke. Populasi adalah seluruh keluarga pasien
Latihan ROM tidak dilakukan oleh stroke .yang dirawat di Ruang Rawat Inap
keluarga terhadap pasien dikarenakan Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang. Teknik
kurang terpaparnya informasi dan pengambilan sampel dengan cara
pengetahuan keluarga tentang konsep dan accidental sampling. Sampel berjumlah 15
teknik latihan ROM. Tujuan penelitian orang yang sesuai kriteria sampel antara
untuk mengetahui pengaruh pendidikan lain: Keluarga yang mendampingi pasien
kesehatan tentang latihan ROM terhadap stroke yang dirawat di ruang Saraf RSUP
keterampilan keluarga dalam melakukan Dr. M. Djamil Padang dengan 5 hari masa
rawatan di ruangan rawat inap dan satu
Kopertis Wilayah X 49
Agonwardi, H Budi – Pengaruh Pendidikan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016
Kopertis Wilayah X 50
Agonwardi, H Budi – Pengaruh Pendidikan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016
Kopertis Wilayah X 51
Agonwardi, H Budi – Pengaruh Pendidikan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016
orang lain, bukan seperangkat prosedur yaitu dari 46,67% menjadi 60% tindakan
yang harus dilaksanakan atau suatu produk pencegahan filariasis yang tinggi.
yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya Menurut peneliti dengan
merupakan suatu proses perkembangan diberikannya pendidikan kesehatan kepada
yang berubah secara dinamis, yang keluarga, maka keluarga menjadi tahu dan
didalamnya seseorang menerima atau mampu untuk melakukan latihan ROM
menolak informasi, sikap maupun praktek pada pasien stroke, dimana pada
baru yang berhubungan dengan tujuan pendidikan kesehatan yang dilaksanakan,
hidup sehat (Notoatmodjo, 2007). keluarga mendapatkan pengetahuan baru
Pendidikan kesehatan yang dan mendapatkan pengalaman belajar
diberikan oleh peneliti menyebabkan dalam bentul melakukan latihan ROM pada
terjadinya perubahan tingkat pengetahuan, pasien stroke. Dengan demikian
sikap dan ketrampilan keluarga dalam terbentuklah keterampilan keluarga dalam
melakukan latihan ROM. Hal ini sesuai melakukan latihan ROM tersebut.
dengan teori yang disampaikan oleh Hal ini sesuai dengan yang
(Sunaryo, 2006) bahwa terbentuknya suatu dinyatakan Notoatmodjo (2007) bahwa
perilaku, terutama pada orang dewasa keterampilan melakukan salah satu aspek
dimulai pada domain kognitif, dalam arti dari psikomotor domain yang merupakan
subjek tahu terlebih dahulu terhadap bagian dari perilaku, disamping domain
stimulasi yang berupa materi atau objek kognitif dan afektif. Psychomotor Domain
diluarnya sehingga menimbulkan (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-
pengetahuan baru pada subjek tersebut dan perilaku yang menekankan aspek
selanjutnya menimbulkan respon batin keterampilan motorik seperti .
dalam bentuk sikap si subjek yang Oleh karena itu kegiatan pemberian
diketahuinya itu. Akhirnya rangsangan pendidikan kesehatan tentang latihan ROM
yakni objek yang telah diketahui dan perlu dilaksanakan dan dijadikan suatu
didasari sepenuhnya tersebut akan protap dalam pemberian asuhan
menimbulkan respon yang lebih jauh lagi, keperawatan pada pasien stroke dan
yaitu berupa tindakan (action) sehubungan keluarganya di Ruang Rawat Inap RSUP
dengan stimulus atau objek tersebut. Dr. M. Djamil Padang.
Terjadinya perubahan skor rata-rata
kemampuan keluarga dalam melakukan Keterbatasan Penelitian
latihan ROM tersebut menunjukkan bahwa Keterbatasan penelitian ini
keluarga telah mampu menerima informasi menurut peneliti adalah intervensi
yang diberikan oleh peneliti. Hal ini dapat pendidikan kesehatan tentang latihan ROM
disebabkan oleh tingkat pendidikan yang diberikan kepada keluarga hanya 1
responden dimana pada penelitian ini lebih kali saja. Hal ini disebabkan oleh
banyak (40%) responden berpendidikan terbatasnya kesempatan dan waktu
sarjana, sehingga mampu dengan mudah penelitian yang ada, serta pasien biasanya
menyerap informasi yang diberikan. setelah melewati fase akut sudah dan gejala
Hasil penelitian ini sesuai dengan klini sudah membaik, maka pasien sudah
penelitian yang dilakukan yang dilakukan diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
oleh Yunita (2008) tentang pengaruh Sebaiknya intervensi ini dilakukan
penyuluhan kesehatan terhadap perubahan beberapa kali misalnya 3 kali agar
tindakan pencegahan filariasis oleh ibu – keterampilan keluarga meningkat lebih
ibu di Jorong Koto Bakuruang Nagari maksimal. Namujn demikian walaupun
Mungo Kecamatan Luak 50 Kota Tahun hanya dilakukan satu kali saja pada
2008, didapatkan hasil bahwa adanya penelitian ini sudah terdapat perbedaan
perbedaan tindakan sebelum dengan bermakna antara skor keterampilan
sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan keluarga antara sebelum dan sesudah
Kopertis Wilayah X 52
Agonwardi, H Budi – Pengaruh Pendidikan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016
Ignatavicius, D., D. & Workman, M.L. Rasyid, et al., 2007. Unit Stroke.
2006. Medical-surgical nursing: Manajemen Stroke Secara
Critical thingking for colaborative Komprehensif. Jakarta :Balai
care. St. Louis: Elsevier Inc. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
LeMone, P., & Burke, M. K. 2008.
Medical-surgical nursing: Critical Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian .
thinking in client care. St. Louis: Bandung. CV. Alfabeta.
Cummings Publishing Company
Inc. Smeltzer, C.S., et al. 2008. Brunner &
suddarth’s texbook of medical-
Lewis. 2007. Medical surgical nursing. 7th surgical nursing. (11 th ed).
edition. St. Louis : Missouri. Philadelphia: Lippincott and
Mosby-Year Book, Inc. Wilkins.
Kopertis Wilayah X 53
Agonwardi, H Budi – Pengaruh Pendidikan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016
http://www.yastroki.or.id/read.php?
id=319, diperoleh tanggal 2 Maret
2013.
Kopertis Wilayah X 54
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016
1
Winona Prok
2
Joudy Gessal
3
L.S Angliadi
1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: winonaprok@ymail.com
Abstract: Stroke is the clinical signs are growing rapidly as a result of brain dysfunction focal
(or global), with symptoms lasting for 24 hours or more, can cause death, regardless of the
cause other than vascular. Stroke can cause deficit of hand function. Design of study is quasi
experiment with pre and post test design. Study was done at Public Hospital of Prof.R.D.
Kandou Manado on october until november 2015 with 18 samples of stroke patients and was
selected by using purposive sampling method. The ball handgrip active exercise carried out for
a month. Force of handgrip was measured by using handgrip dynamometer. The result of
study showed mean of force of handgrip before exercise 10,56 Kg, after exercise 14,06 Kg.
There was significant different of mean of muscle power before and after exercise (p =
0.000). Conclusion of study there was significant affect of the ball handgrip active exercise
program to muscle power of hand on stroke patients.
Keywords: stroke, ball handgrip active exercise, muscle power
Abstrak: Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih,
dapat menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain vaskular. Stroke dapat menyebabkan
gangguan pada fungsi tangan. Penelitian menggunakan desain quasi experiment dengan
rancangan pre and post test one group design. Penelitian dilaksanakan di Rumah sakit umum
Prof kandou Manado pada bulan oktoberl sampai dengan november 2015. Sampel berjumlah
18 pasien stroke yang diambil dengan purposive sampling. Perlakukan dalam penelitian ini
yaitu latihan gerak aktif menggenggam bola karet selama 1 bulan. Kekuatan otot diukur
dengan handgrip dynamometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan otot
sebelum latihan sebesar 10,56 Kg dan sesudah latihan 14,06 Kg. Hasil analisis data
menunjukkan ada perbedaan bermakna rata-rata kekuatan otot sebelum dan sesudah latihan
(p= 0,000). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bermakna latihan gerak
aktif menggenggam bola terhadap kekuatan otot tangan pada pasien stroke .
Kata kunci: stroke, latihan gerak aktif menggenggam bola, kekuatan otot
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang setelah penyakit jantung dan kanker dan
berkembang cepat akibat gangguan fungsi penyebab kecacatan nomor 1 bagi
otak fokal (atau global), dengan gejala- penyandangnya.2
gejala yang berlangsung selama 24 jam Pada tahun 2010, Amerika telah
atau lebih, dapat menyebabkan kematian, menghabiskan $ 73,7 juta untuk membiayai
tanpa penyebab lain selain vaskular.1 Stroke tanggungan medis dan rehabilitasi akibat
merupakan penyebab kematian nomor tiga, stroke.3 Hal tersebut menjadi salah satu
71
Prok, Gessal, Angliadi: Pengaruh latihan gerak...
bukti banyaknya angka kejadian stroke mempercepat pemulihan pasien dari cedera
yang terjadi. dan penyakit yang dalam
Prevalensi stroke di Indonesia penatalaksanaannya menggunakan gerakan
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar aktif maupun pasif. Gerak pasif adalah
(Riskesdas) tahun 2013 sebesar 7 per mil gerak yang digerakkan oleh orang lain dan
(perseribu penduduk) dan yang terdiagnosis gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan
tenaga kesehatan sebesar 12,1 per mil.4 Di oleh kontraksi otot sendiri.9
provinsi Sulawesi Utara sendiri, prevalensi Salah satu latihan gerak aktif dapat
stroke sebesar 10,4%. Pada tahun 2010 dilakukan dengan cara latihan
stroke menempati posisi kedua penyakit menggenggam bola. Untuk membantu
terbanyak (kasus baru). Pada tahun 2011 pemulihan bagian lengan atau bagian
stroke kembali menempati posisi pertama ekstremitas atas diperlukan teknik untuk
penyakit terbanyak (kasus baru) dengan merangsang tangan seperti dengan latihan
jumlah kasus sebanyak 228 kasus.5 spherical grip yang merupakan latihan
Kematian jaringan otak akibat stroke fungsional tangan dengan cara
dapat menyebabkan menurunnya bahkan menggenggam sebuah benda berbentuk
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh bulat seperti bola pada telapak tangan.7
jaringan tersebut. Salah satu gejala yang Yulinda menemukan bahwa ada perbedaan
ditimbulkan adalah kelemahan otot pada yang signifikan antara kemampuan motorik
bagian anggota gerak tubuh yang terkena awal dan setelah empat minggu diterapi
seperti jari-jari tangan.6 Fungsi tangan latihan menggenggam bola.6,9
begitu penting dalam melakukan aktivitas Penelitian Kwakkel memperlihatkan
sehari-hari dan merupakan bagian yang bahwa peningkatan intensitas waktu terapi
paling aktif, maka lesi pada bagian otak latihan, khususnya jika penambahannya
yang mengakibatkan kelemahan pada minimal 16 jam dalam enam bulan pertama
ekstremitas akan sangat menghambat dan memiliki pengaruh yang kecil tapi
mengganggu kemampuan dan aktivitas bermakna pada kemampuan fungsional
sehari-hari seseorang.7 penderita stroke, terutama jika dilakukan
Stroke dapat menimbulkan berbagai lebih intensif dan lebih dini. Handgrip
tingkat gangguan, seperti penurunan tonus dinamometer berguna untuk menguji
otot, hilangnya sensibilitas pada sebagian kekuatan genggaman tangan. Dapat juga
anggota tubuh, menurunnya kemampuan digunakan untuk pelacakan perbaikan
untuk menggerakkan anggota tubuh yang dengan latihan kekuatan dan selama
sakit dan ketidakmampuan dalam hal rehabilitasi.10
melakukan aktivitas tertentu. Pasien stroke
yang mengalami kelemahan pada satu sisi METODE PENELITIAN
anggota tubuh disebabkan oleh karena Penelitian ini dilakukan di bagian
penurunan tonus otot, sehingga tidak okupasi terapi Rehabilitasi Medik RSUP
mampu menggerakkan tubuhnya (imobili- Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Desain
sasi). Immobilisasi yang tidak mendapatkan penelitian menggunakan quasi eksperimen-
penanganan yang tepat, akan menimbulkan tal dengan rancangan pretest-postest.
komplikasi berupa abnormalitas tonus, Terdapat 18 sampel yang memenuhi
orthostatic hypotension, deep vein kriteria inklusi yang dipilih berdasarkan
thrombosis dan kontraktur.8 purposive sampling. Hasil penelitian ini
Cara untuk meminimalkan kecacatan diolah menggunakan SPSS 20.
setelah serangan stroke adalah dengan
rehabilitasi. Rehabilitasi penderita stroke HASIL PENELITIAN
salahsatunya adalah dengan terapi latihan. Tabel 1 menunjukkan Karakteristik
Peningkatan intensitas latihan sebanding berdasarkan umur responden terbanyak
dengan perbaikan kualitas hidup. Terapi adalah umur 50-60 tahun yakni sebanyak
latihan adalah salah satu cara untuk 10 responden (55,6%)
72
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016
laki lebih banyak dibandingkan dengan lumbosakral), serta saraf perifer dalam
wanita pada usia muda tapi tidak pada usia perjalanannya ke otot-otot rangka. Impuls
tua. Penelitian lain yang dilakukan oleh dihantarkan ke sel-sel otot melalui motor
Aisya,dkk terhadap 220 sampel, didapatkan end plate taut neuromuscular kemudian
bahwa kejadian stroke lebih banyak pada akan terjadi gerakan otot pada ekstremitas
jenis kelamin laki-laki, yakni 40 pasien atas. Mekanisme ini dinamakan feed-
(52%) dibandingkan dengan jenis kelamin forward control sebagai respon terhadap
perempuan, yakni 37 pasien (48%).12 rangsang tekanan dan sentuhan halus bola
Berdasarkan data pada Tabel 3 karet pada tangan.6
menunjukkan bahwa kekuatan otot sebelum
melakukan latihan menggenggam bola SIMPULAN
adalah 2-24 kg dengan rata-rata 10,56 dan Pada penelitian ini didapatkan bahwa
sesudah dilakukan latihan menggenggam pasien yang mengalami stroke terbanyak
bola menjadi meningkat menjadi 4-29 Kg berada pada usia 50-60 tahun dengan jenis
dengan rata-rata 14.06. Hal ini menguatkan kelamin terbanyak laki-laki. Terdapat
teori bahwa aktivasi jaringan saraf bersifat pengaruh yang sangat bermakna dari
use-dependent, semakin sering digunakan, latihan gerak aktif menggengam bola pada
semakin kuat dan semakin meningkat pasien stroke diukur dengan handgrip
jumlah sinaps yang terbentuk.13 dinamometer.
Berdasarkan data pada tabel 4
menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata SARAN
kekuatan otot antara sebelum dengan Hasil penelitian dari latihan gerak
sesudah latihan menggenggam bola aktif menggenggam bola terbukti
didapatkan -3,500 dengan standar deviasi memberikan peningkatan yang bermakna
sebesar 1,249. Hasil analisis didapatkan terhadap kekuatan otot pasien stroke,
nilai p sebesar 0,000 yang artinya bahwa sehingga latihan gerak aktif menggenggam
pada taraf signifikansi 0,01 H0 ditolak. bola dapat dijadikan sebagai standar
Artinya bahwa ada perbedaan sangat prosedur operasional dan acuan pelayanan
bermakna rata-rata kekuatan otot sebelum di bidang okupasi terapi. Diharapkan pada
dengan sesudah latihan menggenggam bola penelitian selanjutnya bisa ada kelompok
diukur dengan handgrip dinamometer. control dan waktu penelitian yang lebih
Pemberian latihan menggenggam bola lama.
merupakan suatu modalitas rangsang Pengontrolan terhadap variabel
sensorik raba halus dan tekanan pada perancu seperti faktor umur, psikologis,
reseptor ujung organ berkapsul pada serta faktor lingkungan dari responden pun
ekstremitas atas. Respon akan disampaikan belum optimal, sehingga mungkin
ke korteks sensorik di otak jalur sensorik berdampak terhadap hasil penelitian ini.
melalui badan sel pada saraf C7-T1 secara
langsung melaui sistem limbik. Pengolahan DAFTAR PUSTAKA
rangsang yang ada menimbulkan respon 1. Ralph L, Scott EK, Joseph PB, Louis RC,
cepat pada saraf untuk melakukan aksi atas J Connors,Antonio C, et al. An
rangsangan tersebut. Mekanisme ini Updated Definition of Stroke for the
dinamakan feedback.6 21st Century. Stroke. 2013; 44: 2064-
Rangsang sensorik halus dan tekanan 2089.
2. Pinzon Rizaldy. AWAS STROKE. Edisi
akan diolah dalam korteks sensorik yang
ke-1. Yogyakarta: ANDI; 2010. h. 37.
selanjutnya impuls disalurkan dalam 3. Medicastore. Stroke The Silent Killer. 23
korteks motorik. Impuls yang terbentuk di November 2011. [dikutip 16 sep
neuron motorik kedua pada nuclei nervi 2015]. Available from:
kranialis dan kornu anterius medulla http://medicastore.com/stroke.html
spinalis berjalan melewati radiks anterior, 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
pleksus saraf (di region servikal dan Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
74
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016
75