Anda di halaman 1dari 2

HAYYU RACHMA ANNISA

041711333224

Metrotvnews.com, Jakarta

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan potensi kerugian negara sebesar


Rp 9,72 triliun dari 12.947 kasus. Kerugian tersebut ialah hasil ketidak patuhan hingga
inefisiensi. Kepala BPK Hadi Poernomo mengungkapkan hal itu di Jakarta, Selasa (2/4). Dia
menyampaikan temuan BPK atas audit kinerja, pemeriksaan dengan tujuan tertentu, dan
pemeriksaan keuangan di pemerintah pusat, daerah, BUMN, BUMD, perusahaan kontraktor
kontrak kerja sama migas (KKKS), BLU, dan sebagainya dimana ditemukan Hadi
mengatakan, sebanyak 3.990 kasus di antaranya merupakan ketidak patuhan yang berpotensi
merugikan negara sebesar Rp5,83 triliun. Sebanyak4.815 kasus ialah kelemahan Sistem
Pengendalian Internal (SPI), 1.901 kasus penyimpangan administrasi, dan sebanyak 2.241
kasus berpotensi merugikan negara senilai Rp3,88 triliun.

“Rekomendasi BPK terhadap kasus tersebut ialah penyerahan aset atas penyetoran uang ke
kas negara/daerah/perusahaan,” kata Hadi menjelaskan ketika melaporkan Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester II-2012 ke DPR kemarin. Sementara untuk temuan yang kedua,
rekomendasinya ialah perbaikan SPI atau tindakana dministratif yang diperlukan. DPR
diminta untuk memantau penyelesaian terhadap kasus-kasus tersebut.

“Tentu kami sepakat nilai temuan tersebut bukan jumlah yang kecil, tetapi sangat besar.
Temuan tersebut terus terjadi secara berulang setiap tahun sehingga jika kita tidak bersama-
sama mendorong penyelesaian tindaklanjutnya dan menanggulangi supaya tidak terus
berulang, maka potensi terjadinya kerugian yang lebih besar dapat terjadi,” lanjut Hadi.

Termasuk dalam pemeriksaan kinerja 154 entitas di pemerintah pusat, daerah,dan


sebagainya, Hadi menceritakan, BPK menemukan kasus inefektivitas sebanyak1.440 kasus
senilai Rp1,22 triliun, 36 kasus ketidahk hematan senilai Rp56,73 miliar,serta 12 kasus
inefisien senilai Rp141,34 miliar.

“Selama proses pemeriksaan, entitas yang diperiksa telah menindak lanjuti temuan
ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan
dengan penyerahan aset dan/atau penyetoran uang ke kas negara / daerah / perusahaan senilai
Rp124,13 miliar,” tutur Hadi.

Sebagai gambaran, pada pemeriksaan semester I-2012, BPK menemukan13.105 kasus


dengan nilai Rp12,48 triliun dengan rincian kasus ketidakpatuhansebanyak 3.976 kasus
senilai Rp8,92 triliun dan 9.129 kasus dengan nilai Rp3,55triliun kelemahan SPI, inefisiensi
dan inefektivitas serta penyimpangan administratif.

Analisis
Seharusnya instansi pemerintah baik itu pusat ataupun daerah meningkatkan sistem
pengendalian intern. Karena dengan kuatnya sistem pengendalian intern maka hal-hal yang
terjadi di atas bisa berkurang bahkan tidak terjadi lagi. Selain itu juga perlu adanya kontrol
dari pihak luar baik itu auditor maupun masyarakat kita untuk ikut serta dalam pengawasan
kinerja dari instansi pemerintahan supaya tidak terjadi penyimpangan, penyelewangan
maupun penyalahgunaan dalam pengelolaan agar tujuan yang direncanakan dan dihasilkan
tercapai.

Anda mungkin juga menyukai