Manajemen Pesisir
Manajemen Pesisir
Oleh:
Theodorus Agustinus H. (14020117140070)
Mala Nurwita (14020117140099)
Novriyaldi (14020118140049)
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, Semarang
A. Pendahuluan
Kekayaan bangsa Indonesia tidak terbatas hanya pada SDA saja, tapi juga
secara geografis. Indonesia dikelilingi oleh dua benua dan dua samudera. Apa
artinya? Indonesia berada di daerah yang sangat strategis. Apabila kita tarik ke
ratusan tahun lalu ketika Belanda dan Portugis serta Jepang datang ke tanah
Indonesia, yang menyebabkan pertama kali mereka datang ke Indonesia tentu
bukan karena adanya SDA yang melimpah.
Pada zaman dahulu, informasi mengenai SDA yang ada di tiap benua
maupun negara belum secanggih saat ini. Belanda, Portugis, dan Jepang berhasil
menginjakkan kaki di Indonesia tidak lain dan tidak bukan karena bangsa Indonesia
mudah dijangkau oleh mereka. Pada zaman dulu, pesawat belum ada, yang dapat
diandalkan oleh para penjelajah dan penjajah hanyalah kapal, dan kapal memiliki
keterbatasan akses, yaitu hanya mampu mencapai daerah-daerah pesisir saja.
Dengan panjang garis pantai yang sangat luas, tidak heran para penjajah jadi mudah
mendatangi Indonesia.
Selain kondisi geografis, SDA bawah laut Indonesia juga sangat melimpah.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Periode 2001-2004, Rokhmin Dahuri,
potensi kelautan Indonesia mencapai 1,2 triliun dolar AS per tahun. Bahkan
menurut Menteri Kelautan dan Perikanan periode selanjutnya, potensi kekayaan
kelautan dan eprikanan mencapai 171 miliar dolar AS per tahun. Berbeda lagi
dengan Indonesia Maritime Institute (IMI), yang menyatakan bahwa potensi
ekonomi maritim Indonesia menacpai Rp 7.200 triliun. Data-data tersebut
merupakan bukti betapa melimpahnya perekonomian maritim milik Indonesia.
Indonesia sebagai negara yang memiliki laut lebih luas dari daratan,
memang harus memaksimalkan potensi kelautannya tersebut. Namun, cara-cara
untuk menangkap ikan pun harus diperhatikan. Hal tersebut akan berdampak
mengenai ketersediaan ikan maupun ekosistem bawah laut lainnya di lain hari,
karena apa yang dilakukan saat ini tentu akan berdampak pada generasi selanjutnya.
Oleh sebab itu, penegakan hukum terhadap penggunaan alat menangkap ikan sudah
seharusnya dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian keseimbangan ekosistem
bawah laut dapat terjaga, dan anak cucu dapat menikmati kekayaan bawah laut
Indonesia pula.
B. Pembahasan
Kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tidak dapat terlepas dari
anugerah Yang Maha Kuasa. Kekayaan SDA baik itu di darat maupun di laut sudah
seharusnya dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik oleh bangsa Indonesia.
Pada pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, dikatakan bahwa : Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan termaktubnya isi tersebut
dalam UUD 1945, sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk melaksankannya.
Dari data tersebut, terjadi peningkatan potensi sumber daya yang cukup
signifikan ketika kebijakan penenggalaman kapal telah dilaksanakan dengan baik.
Perikanan tangkap hanyalah salah satu potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,
khususnya di sektor kelautan. Indonesia masih memiliki banyak sekali sumber daya
kelautan yang belum mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia, salah
satunya di sektor energi listrik.
Keterbatasan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia saat ini masih mengenai
teknologi. Keterbatasan jenis tersebut merupakan hal biasa yang kita temukan di
Indonesia. Masalahnya, penanganan terhadap hal tersebut belum dapat
dimaksimalkan. Sudah seharusnya pemerintah melalui BPPT melakukan kajian
mengenai teknologi-teknologi yang dibutuhkan bangsa Indonesia guna
memaksimalkan potensi sumber daya alam yang dimilikinya.
Padahal dengan jumlah hasil tangkapan ikan yang cukup tinggi seharusnya
nelayan-nelayan dapat hidup sejahtera. Permasalahan kapal yang dimiliki
seringkali menjadi penyebab. Kapal-kapal nelayan Indonesia mayoritas merupakan
kapal berukuran 10 Gross Tonn (GT), sedangkan agar maksimal dan mampu
berlayar lebih jauh, dibutuhkan kapal sebesar 30 GT. Seharusnya pemerintah peka
terhadap hal tersebut dan mampu memberikan kebijakan-kebijakan khususnya di
sektor pengadaan kapal, seperti subsidi maupun keringan DP bagi para nelayan
ketika mereka ingin membeli kapal sebesar 30GT. Dengan demikian nelayan dapat
melaut dengan maksimal. Sehingga, kekayaan SDA laut tidak hanya diperoleh
perusahaan-perusahaan besar saja, melainkan juga masyarakat pesisir merasakan
kekayaan SDA tersebut.
Dari dua permasalahan di atas, pemanfaatan energi listrik sektor laut dan
pendapatan nelayan dari melaut, masih banyak sekali permasalahan dan potensi
yang belum dapat dimaksimalkan dengan baik oleh pemerintah, seperti mineral
hidrotermal, gas biogenik, dan cadangan minyak laut.
C. Penutup
Daftar Pustaka
Musick JA, Berkeley SA, Cailliet GM, Camhi M, Huntsman G, Nammack M, and
Warren ML. 2008. Protection of Marine Fish Stocks at Risk of Extinction.
Fisheries of Jr. Maret 2008.