ACHMAD HOZIN
&
DAHRUL
Oleh karena itu salah satu kebijakan produksi susu dalam negeri ini adalah
desentralisasi pengembangan sapi perah. Sejak awal pengembangan sapi perah di
Indonesia hanya terpusat di pulau jawa saja. Namun seriring semangat
desentralisasi dan otonomi daerah tersebut, maka pengembangan sapi perah mulai
diarahkan keluar pulau jawa dengan membentuk sentra-sentra baru yang cocok
untuk pengembangan komoditi ini yang berdasarkan kondisi agroklimat wilayah
yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi sapi perah, ketersediaan lahan untuk
mendukung pengembangannya dan ketersediaan pasar.
Secara umum pengelolaan ternak sapi perah oleh petani masih dilakukan
secara tradisional. Sebagai suatu maka usaha ternak sapi perah saat ini adalah
bentuk usaha sapi perah yang sebagian besar usaha kecil masih bersifat sampingan
dengan rata-rata kepemilikan 1-3 ekor. Produktivitas ternak dalam menghasilkan
susu rata-rata 6-8 ltr per ekor per hari, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antar
lain faktor bibit, pakan, tata laksana, dan calving interval yang panjang (diatas 18
bulan) sehingga kualitas produk susu yang dihasilkan rata-rata rendah. Disamping
itu permasalahan lain pada usaha sapi perah juga dapat dilihat dari beberapa aspek
antara lain :
1. Aspek inovasi teknologi
Salah satu kenyataan di tingkat peternak bahwa sampai saat ini peternak
masih bersifat sebagai penerima teknologi belum sebagai pengguna
teknologi peternakan, Misalnya teknologi : pakan, pembibitan, penanganan
panen, pengolahan pasca panen, teknologi pegolahan kompos, pengobatan
ternak, vaksinasi ternak. Peternak baik secara individu maupun sebagai
kelompok, masih melaksanakan pendekatan pemeliharaan ternak secara
tradisional atau cara pendekatan pemeliharaan ternak sebagaimana yang
diperoleh secara turun- menurun serta ketergantungan pada kemurahan
alam. Kalaupun ada sentuhan teknologi hanya dilakukan segelintir peternak
dan itupun alakadarnya.
2. Aspek Usaha
Kondisi peternak sebagian besar ditinjau dari aspek usaha memperlihatkan
pengusahaan ternak masih dalam skala kecil dan bersifat sambilan, sulit
memperoleh informasi, kurang saran dan lokasi tersebar luas, sehingga
manajemen peternak tidak efisien, biaya tinggi, tidak terpola dan kurang
memiliki daya saing. Bidang usaha yang diigeluti peternak dikaitkan dengan
sistem agribisnis umumnya bergerak pada kegiatan budidaya (on-farm)
saja. Sementara kegiatan hulu dan hilir ditangani oleh pedagang dan
segelinitr perusahaan. Peternak kurang mampu menjalin kerjasama atau
kemitraan usaha dengan peternak lain, koperasi atau dengan perusahaan.
3. Aspek permodalan
Peternak sebagaimana cerminan dari usaha sambilan secara umum lemah
dalam permodalan dan akses kepada lembaga keuangan juga kurang. Disisi
lain sering kita lihat bahwa keberpihakan lembaga keuangan terhadap usaha
sambilan tersebut. Peternak tidak memiliki agunan untuk perolehan kredit
sebagaimana yang dipersyaratkan serta nilai usaha ternak beresiko tinggi
oleh lembaga keuangan. Bagi pihak lembaga keuangan mengurusi peternak-
peternak kecil yang tersebar meluas dan kemungkinan kredit kecil-kecilan
akan mengakibatkan kebutuhan tenaga pekerja, kerepotan dan biaya
administrasi dan operasional lembaga keuangan menjadi tinggi.
4. Aspek diversifikasi produk
Hampir keseluruhan peternak tidak memiliki kemampuan untuk melakukan
diversifikasi produk dari usaha ternak yang digelutinya, sehingga tidak
memiliki nilai tambah. Peternak cenderung menjualkan ternak ke pasar jika
kebutuhan mendesak untuk memperoleh uang tunai, sekalipun harga yang
diajukan pembeli tedak sebagaimana kewajarannya.
5. Aspek Pemasaran
Peternak baik secara individu maupun secara kelompok belum mampu
mempengaruhi pasar ternak, bahkan sangat tergantung terhadap peran
pedagang pengumpul atau pedagang perantara. Peternak tidak memiliki
posisi tawar yang tinggi dan rantai pemasaran yang panjang serta fluktuasi
harga yang tidak menentu.
Penutup
Agar pangsa pasar susu yang dihasikan peternak sapi perah di Sulawesi Selatan
dapat ditingkatkan maka masalah-masalah tersebut diatas perlu ditanggulangi
dengan revolusi putih yaitu dengan meningkatkan produksi atau konsumsi susu,
seperti yang di kemukakan oleh daryanto (2007) dengan cara:
Sirajuddin, S.N. 2010 Analisis Biaya Transaksi Pada Usaha Sapi Perah Sistem
Kemitraan Dan Mandiri Serta Strategi Pengembangannya Di Propinsi
Sulawesi Selatan. Disertasi. Institut Pertaian Bogor. Bogor.