Audit kepatuhan dalam audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
IAPI. Atestasi kepatuhan bertujuan untuk:
Atestasi kepatuhan ini tidak diterapkan dalam hal – hal sebagai berikut:
Praktisi dapat melaksanakan suatu perikatan atestasi kepatuhan jika kondisi berikut dipenuhi:
1
informasi akan tetapi dilarang menjadikan prosedur praktisi sebagai satu – satunya
dasar.
c. Manajemen membuat asersi tentang kepatuhan entitas terhadap persyaratan tertentu.
Jika laporan hasil atestasi kepatuhan ditujukan untuk pihak umum, maka asersi
manajemen berbentuk surat representasi kepada praktisi dan dalam laporan terpisah
yang akan melampiri laporan praktisi. Jika laporan hasil atestasi kepatuhan hanya
ditujukan untuk pihak internal atau badan pengatur tertentu, asersi manajemen dapat
hanya berbentuk surat representasi.
Tujuan praktisi dalam perikatan prosedur yang disepakati adalah untuk menyajikan
temuan – temuan yang membantu pemakai dalam mengevaluasi asersi manajemen
tentang kepatuhan entitas. Prosedur yang digunakan praktisi umumnya dapat terbatas
atau luas sebagaimana ditentukan oleh keinginan pemakai sepanjang pemakai setuju
atas prosedur yang telah dilaksanakan atau akan dilaksanakan dan bertanggungjawab
atas memadainya prosedur yang disepakati untuk memakai tujuan.
d. Asersi manajemen dapat dievaluasi, diestimasi dan diukur dengan menggunakan
kriteria yang masuk akal yaitu kriteria yang ditetapkan oleh badan pengatur yang
diakui. Asersi manajemen dinyatakan dalam asersi secara cukup jelas dan
komprehensif bagi pembaca yang berpengetahuan untuk memahaminya.
Laporan praktisi tentang prosedur yang disepakatu harus dalam bentuk prosedur dan
temuan dan praktisi dilarang memberikan keyakinan negatif tentang apakah asersi
manajemen disajikan secara wajar. Laporan praktisi harus memuat unsur – unsur
sebagai berikut:
1) Judul yang berisi kata independen
2) Identifikasi pemakai tertentu
3) Suatu pengacuan ke asersi manajemen tentang kepatuhan entitas termasuk
periode atau titik waktu yang dicakup oleh asersi manajemen dan sifat
perikatan
4) Suatu pernyataan bahwa prosedur yang disepakati yang disebutkan dalam
laporan telah dilaksanakan untuk membantu pemakai dalam mengevaluasi
asersi manajemen terhadap kepatuhan.
5) Pengacuan ke standar yang ditetapkan IAPI.
6) Suatu pernyataan bahwa memadainya prosedur merupakan tanggung jawab
pemakai
7) Daftar prosedur yang telah dilaksanakan.
8) Jika berlaku, suatu penjelasan adanya batas materialitas yang disepakati.
9) Suatu pernyataan bahwa praktisi tidak mengadakan perikatan dan oleh karena
itu tidak melaksanakan pemeriksaan atas asersi kepatuhan, suatu pernyataan
tidak memberikan pendapat atas asersi tersebut dan suatu pernyataan bahwa
jika prktisi telah melaksanakan prosedur tambahan, hal lain mungkin
terungkap dan akan dilaporkan.
10) Suatu pernyataan tentag pembatasan atas penggunaan laporan keuangan
karena laporan hanya diperuntukkan bagi pemakai tertentu. Akan tetapi jika
laporan tersebut untuk kepentingan publik, maka praktisi harus menambahkan
2
kalimat “Namun, laporan ini merupakan catatan publik dan distribusinya tidak
terbatas”
11) Jika berlaku, pembatasan tentang prosedur atau temuan.
Jika berlaku, suatu penjelasan tentang sifat bantuan oleh spesialis.
e. Terdapat bukti yang cukup atau dapat dikembangkan untuk mendukung evaluasi
manajemen.
Tujuan prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan oleh praktisi atas asersi manajemen
tentang kepatuhan entitas adalah untuk menyatakan pendapat tentang apakah asersi
manajemen disajikan secara wajar dalam semua hal yang material berdasarkan kriteria
yang disepakati. Untuk menyatakan pendapat semacam itu, praktisi harus
mengumpulkan bukti dalam jumlah yang memadai dan oleh karena itu membatasi
risiko atestasi ke tingkat yang cukup rendah.
Dalam audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Intitut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI), tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan peraturan
perundang-undangan dan bagaimana dampaknya terhadap audit tersebut dijelaskan dalam SA
Seksi 317 [PSA No. 31] dan SA Seksi 316 [PSA No. 70]. SA Seksi 317 paragraf 05
menyamakan tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang disebabkan oleh
unsur pelanggaran hukum tertentu dengan tanggung jawab atas kekeliruan atau kecurangan
yang lain sebagai berikut:
SA Seksi 316 [PSA No. 70] paragraf 03 menguraikan tanggung jawab auditor untuk
mendeteksi kekeliruan dan kecurangan sebagai berikut:
3
kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah
saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja. Oleh
karena itu, auditor harus mendesain auditnya untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material sebagai akibat dari pelanggaran
peraturan perundang-undangan yang berdampak langsung dan material atas jumlah-
jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan. Tanggung jawab ini berlaku untuk
semua audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia.
Audit kepatuhan berdasarkan standar audit pemerintahan diatur dalam SA Seksi 801 Audit
Kepatuhan Yang Diterapkan Atas Entitas Pemerintah Dan Penerima Lain Bantuan Keuangan
Pemerintah. Entitas pemerintahan umumnya diatur oleh berbagai peraturan perundang-
undangan yang berdampak terhadap laporan keuangannya. Aspek penting prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia yang diterapkan dalam entitas pemerintahan adalah
diakuinya berbagai aturan kontrak dan hukum yang khusus berlaku dalam lingkungan
pemerintahan. Entitas pemerintahan, organisasi nirlaba, atau perusahaan dapat menugasi
auditor untuk mengaudit laporan keuangan entitas tersebut berdasarkan Standar Audit
Pemerintahan. Dalam melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan, auditor
memikul tanggung jawab melampaui tanggung jawab yang dipikulnya dalam audit
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia untuk melaporkan
tentang kepatuhan dengan peraturan perundang-undangan dan tentang pengendalian intern.
Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan entitas pemerintah atau penerima lain
bantuan keuangan pemerintah yang melakukan penawaran efek melalui pasar modal, auditor
wajib mematuhi ketentuan Undang-Undang Pasar Modal.
Entitas Pemerintahan
Pemerintah memberikan bantuan keuangan kepada entitas lain, termasuk organisasi nirlaba
dan perusahaan. Di antara bantuan keuangan pemerintah adalah bantuan (grant) berbentuk
kas atau aktiva lain, pinjaman, jaminan pinjaman, subsidi tariff bunga. Dengan menerima
bantuan tersebut, baik entitas pemerintahan maupun nonpemerintah dapat terkena peraturan
perundang-undangan yang mungkin berdampak langsung dan material terhadap penentuan
5
jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan. Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi
salah saji material laporan keuangan sebagai akibat dari pelanggaran peraturan perundang-
undangan yang berdampak langsung dan material atas penentuan jumlah-jumlah yang
tercantum dalam laporan keuangan. Auditor harus mendokumentasikan prosedur yang
dilaksanakan untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berdampak langsung dan material dalam penentuan jumlah yang tercantum dalam laporan
keuangan.
SA Seksi 333 [PSA No. 17] Representasi Manajemen, mengharuskan auditor untuk
memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Di antara masalah
yang dimasukkan dalam representasi tersebut adalah "pelanggaran atau kemungkinan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang dampaknya harus
dipertimbangkan untuk pengungkapan dalam laporan keuangan atau sebagai dasar untuk
pencatatan kerugian bersyarat."
Entitas pemerintahan, organisasi nirlaba, atau perusahaan dapat menugasi auditor untuk
mengaudit laporan keuangan entitas tersebut berdasarkan Standar Audit Pemerintahan.
Dalam melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan, auditor memikul
tanggung jawab melampaui tanggung jawab yang dipikulnya dalam audit berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia untuk melaporkan tentang kepatuhan
dengan peraturan perundang-undangan dan tentang pengendalian intern. Dalam
melaksanakan audit atas laporan keuangan entitas pemerintah atau penerima lain bantuan
keuangan pemerintah yang melakukan penawaran efek melalui pasar modal, auditor wajib
mematuhi ketentuan Undang-Undang Pasar Modal.
Auditor dapat melaporkan masalah kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan dan
pengendalian intern dalam laporan audit atas laporan keuangan atau dalam suatu laporan
terpisah. Apabila auditor melaporkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
pengendalian intern dalam laporan audit atas laporan keuangan, maka auditor harus
mencantumkan dalam suatu paragraf pengantar yang menjelaskan pokok-pokok temuan
utama dari audit atas laporan keuangan dan dari pengujian atas kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan serta pelaksanaan pengendalian intern.
Konsisten dengan SA Seksi 325 [PSA No. 35] Komunikasi Masalah yang Berhubungan
dengan Pengendalian Intern yang Ditemukan dalam Suatu Audit, auditor harus
mengkomunikasikan setiap kondisi yang dapat dilaporkan yang ditemukan selama auditnya;
namun, pelaporan atas pengendalian intern berdasarkan Standar Audit Pemerintahan berbeda
dengan pelaporan hal yang sama berdasarkan SA Seksi 325. Standar Audit Pemerintahan
mengharuskan auditor membuat laporan tertulis atas pengendalian intern dalam semua audit;
SA Seksi 325 [PSA No. 35] mengharuskan komunikasi—lisan atau tertulis—hanya jika
auditor telah menemukan kondisi yang dapat dilaporkan. Standar Audit Pemerintahan
mengharuskan suatu gambaran setiap kondisi yang dapat dilaporkan yang ditemukan,
termasuk identifikasi kondisi yang dipandang merupakan kelemahan material.