PENDAHULUAN
1
2
usaha barang adalah suatu produk fisik (berwujud) yang dapat diberikan kepada
seorang pembeli dan melibatkan perpindahan kepemilikan dari penjual kepada
pembeli. Usaha jasa adalah suatu jenis usaha yang lebih menekankan pada sesuatu
yang tidak berwujud, yang dapat diberikan kepada pembeli. Sedangkan usaha
manufaktur adalah kegiatan usaha yang menghasilkan barang dan jasa yang bukan
tergolong produk primer. Dimana yang dimaksud dengan produk primer adalah
produk-produk yang tergolong bahan mentah yang dihasilkan oleh kegiatan
eksploitasi sumber daya alam hasil pertanian, kehutanan, pertambangan, dan
kelautan dengan kemungkinan mencakup produk pengolahan awal sampai dengan
bentuk spesifikasi teknis yang standar dan lazim diperdagangkan sebagai produk
primer.
Seringkali untuk mencapai tujuan perusahaan, banyak dijumpai berbagai
halangan dan permasalahan. Terutama untuk dunia industri manufaktur yang akan
mengalami berbagai macam kesulitan dan tantangan untuk terus bertahan di dunia
perekonomian Indonesia. Kesulitan yang dihadapi oleh sektor industri manufaktur
diantaranya yaitu sulitnya untuk mencari modal yang akan digunakan untuk
membayar berbagai pengeluaran ketika melakukan proses produksi. Susahnya
untuk mendapatkan modal ini menjadi salah satu dari berbagai bentuk kesulitan
yang dihadapi oleh pemilik usaha manufaktur. Untuk membantu mengurangi
masalah kesulitan dari pihak manufaktur tersebut, maka diperlukan suatu bentuk
laporan keuangan yang sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah Indonesia. Untuk sektor industri manufaktur, dapat menggunakan
standar pelaporan keuangan yaitu SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik).
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dan hasil usaha yang dicapai oleh
suatu perusahaan. Salah satu bentuk informasi yang dapat digunakan untuk
mengetahui kinerja dan perkembangan suatu perusahaan adalah laporan keuangan
yang dilaporkan setiap akhir periode sebagai laporan pertanggungjawaban atas
pengelolaan suatu perusahaan.
Selain itu, laporan keuangan juga dapat menjadi tolak ukur bagi pemilik usaha
manufaktur dalam memperhitungkan keuntungan yang diperoleh, mengetahui berapa
tambahan modal yang dicapai, dan dapat mengetahui bagaimana keseimbangan hak
dan kewajiban yang dimiliki. Laporan keuangan juga digunakan untuk proses
3
peminjaman kredit, penggunaan untuk investor dan lain sebagainya dari pihak
perbankan. Oleh karena itu, sebaiknya laporan keuangan disajikan secara benar dan
tepat agar tujuan penggunaanya pun dapat tercapai. Setiap keputusan yang diambil
oleh pemilik usaha ini dalam mengembangkan usahanya akan didasarkan pada
kondisi keuangan yang dilaporkan secara lengkap, bukan hanya didasarkan pada
laba saja.
Banyak hambatan atau masalah yang menyebabkan bisnis menengah kurang
berkembang. Pengelolaan keuangan masih menjadi masalah utama dalam
menjalankan usaha. Hal ini sering diabaikan oleh pemilik usaha, khususnya
berkaitan dengan penerapan standar akuntansi yang benar. Masalah ini timbul
karena pemahaman dan informasi tentang standar akuntansi yang benar masih
sangat minim. Penyebab yang paling banyak ditemukan dari permasalahan ini
adalah kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai SAK ETAP. Karena bagi
UMKM, isilah SAK ETAP masih terasa asing yang mengakibatkan banyaknya
pemilik usaha manufaktur belum menerapkan standar yang lebih memudahkan
mereka dalam menyajikan laporan keuangan.
Banyak juga hambatan yang ditemukan yang menyebabkan perusahaan
manufaktur ini kurang berkembang yaitu karena pemasaran produk yang masih
kurang, kualitas sumber daya manusia yang belum memadai, pengelolaan keuangan
dan sumber daya yang kurang baik. Hal ini banyak diabaikan oleh pemilik usaha,
khususnya yang berkaitan dengan penerapan standar akuntansi yang benar. Sudah
dijelaskan sebelumnya, bahwa yang menyebabkan terjadinya permasalahan intern
dalam perusahaan itu sendiri adalah kurangnya pemahaman terhadap akuntansi
keuangan.
Di Jakarta, kebanyakan pemilik usaha manufaktur hanya mengandalkan
keterampilan mereka dalam berwirausaha. Hal inilah yang menyebabkan laporan
keuangan yang dibuat masih dinilai kurang baik dan tidak memenuhi standar
pemerintah Indonesia dengan adanya peraturan pemerintah mengenai SAK ETAP
ini, seharusnya bagi para pemilik usaha ini sudah memiliki pemahaman mengenai
standar yang tepat dan benar dalam proses pelaporan keuangannya dan sudah
sepatutnya mereka gunakan atau terapkan. Karena hal ini bertujuan agar dapat
memaksimalkan hasil perhitungan laba yang ingin diperoleh.
Kendala pembuatan laporan keuangan ini adalah mereka kurang memahami
bagaimana cara menerapkannya pada laporan keuangan mereka bahkan mereka tidak
4
mengetahui bahwa ada standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia
yang mengatur mengenai pelaporan keuangan mereka. Disamping kurangnya
pemahaman, kendala lain yang biasanya dijumpai adalah sumber daya manusia
yang mereka miliki masih sangat minim baik secara jumlah ataupun kualitas atau
hanya menggunakan metode perhitungan biasa yang terbilang sederhana.
Dengan adanya Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik atau lebih dikenal dengan (SAK ETAP) diharapkan dapat memberikan
kemudahan untuk perusahaan manufaktur berskala menengah dalam menyajikan
laporan keuangan. SAK ETAP juga diharapkan menjadi solusi permasalahan
internal perusahaan, terutama bagi manajemen yang hanya melihat hasil laba yang
diperoleh tanpa melihat kondisi keuangan yang sebenarnya. SAK ETAP telah
menyediakan segala kebutuhan perusahaan untuk pelaporan keuangan. Sehingga,
sudah seharusnya perusahaan mematuhi dan menerapkan SAK ETAP sebagai
standar pelaporan keuangan baku. Sayangnya, sampai saat ini minat pelaku bisnis
untuk mematuhi dan menerapkan SAK ETAP masih minim, bahkan terkadang
mengabaikan standar akuntansi keuangan tersebut.
Tujuan dari SAK ETAP adalah untuk memberikan kemudahan bagi entitas
skala kecil dan menengah. Dan juga untuk mengurangi keluhan dalam penerapan
SAK Umum yang dinilai rumit. SAK yang berbasis IFRS (SAK Umum) ditujukan
bagi entitas yang mempunyai tanggung jawab publik signifikan dan entitas yang
banyak melakukan kegiatan lintas negara. SAK umum tersebut rumit untuk
dipahami serta diterapkan bagi sebagain besar entitas usaha skala kecil dan
menengah di Indonesia.
Pembuatan pelaporan keuangan berdasarkan SAK ETAP diharapkan dapat
membantu mereka (pihak perusahaan) agar memperoleh hasil perhitungan laporan
keuangan secara signifikan.
PT ARB merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan sole sepatu.
Perusahaan ini tergolong perusahaan menengah yang sistem pembukuannya sederhana.
Perusahaan ini tidak menerapkan standar akuntansi yang sepatutnya diterapkan dalam
sistem pembukuannya yaitu SAK ETAP. Oleh karena itu, laporan keuangannya hanya
dapat digunakan oleh pihak internal perusahaan. Alasan tersebut memperlihatkan
bahwa PT ARB sangat tepat untuk menjadi objek penelitian yang berkaitan dengan
penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik agar
penyusunan laporan keuangan dapat disusun lebih tepat
5
sehingga laporan keuangan dapat digunakan oleh pihak internal dan eksternal.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai proses pembuatan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. Oleh karena
itu, peneliti mencoba memahami dan menentukan judul sebagai berikut
Akuntabilitas Publik atau dapat disingkat SAK ETAP. Para pemilik usaha
manufaktur ini dapat meningkatkan laba yang diinginkannya dengan dapat
menggunakan standar akuntansi tersebut.
Akan tetapi, kurangnya sosialisasi dari pemerintah akan penerapan SAK
ETAP ini yang menjadikan hal ini menarik untuk dijadikan bahan penelitian.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan
dijadikan sebagai bahan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana mengimplementasikan SAK ETAP sebagai standar
penyusunan laporan keuangan PT ARB?
2. Bagaimana pengaruh dari penerapan SAK ETAP terhadap laporan
keuangan PT ARB?
Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat tentang latar belakang
masalah yang menjadi topik pembahasan beserta alasan pemilihan judul
skripsi, ruang lingkup penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika pembahasan secara garis besar.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Pada bab ini menguraikan mengenai teori-teori yang sejalan dan relevan
dengan penelitian yang sedang dilakukan yang berasal dari literatur, buku
atau dari hasil penelitian sebelumnya. Digunakan sebagai landasan acuan
terhadap penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Bab ini berisi hasil simpulan yang merupakan rangkuman singkat dari
penelitian serta saran dari hasil pembahasan. Pada bab ini juga dijelaskan
mengenai keterbatasan ataupun hambatan dalam penelitian dan terdapat
pula saran–saran untuk mengatasi keterbatasan yang dihadapi.
9