Anda di halaman 1dari 17

PROYEK JALAN DENGAN PERKERASAN LENTUR DAN PROYEK

BANGUNAN GEDUNG

A. Penyebab Masalah Kegagalan proyek

Setiap proyek memiliki risikonya masing-masing, termasuk risiko


untuk gagal. Oleh karena itu, manajer proyek harus berani mengambil
tindakan penyelamatan ketika proyek keluar dari jalur sebelum sampai
di ujung kegagalan. Tidak mudah tentunya, tetapi bukan juga berarti
tidak mungkin. Berbekal pengalaman dan kemampuannya, seorang
proyek manajer pasti bisa mengatasi masalah apapun kondisinya,
dasarnya yaitu mengaplikasikan langkah-langkah yang tepat berikut
ini.

Pertama dan terpenting adalah memperhatikan tanda-tanda


bahwa kemungkinan ada masalah di proyek Anda. Dikutip dari Cio,
setidaknya ada 3 tanda vital yang mengindikasikan bahwa proyek Anda
bermasalah. Pertama, meningkatnya kesenjangan
komunikasi. Antisipasinya, jaga komunikasi dengan semua
stakeholders, sehingga memungkinkan Anda untuk berbicara tentang
semua masalah yang ada sebelum masalah tersebut menggagalkan
proyek Anda. Kedua, konflik yang meningkat. Kesenjangan komunikasi
dapat memicu konflik. Manajer proyek perlu menjaga tim selalu
terbuka untuk terhindar dari konflik-konflik yang seharusnya tidak
perlu. Ketiga, buy-in poyek menurun. Ketika anggota tim dan
stakeholders kehilangan minat atau kepercayaan terhadap suatu
proyek, maka buy in akan berkurang. Pada tahap ini, libatkan para
pemangku kepentingan dan anggota tim dalam dialog untuk
mengetahui sumber masalahnya.

Langkah selanjutnya yang harus kita ambil yaitu membuat daftar


prioritas masalah yang harus segera kita atasi. Kita harus memeriksa
kembali ruang lingkup dan tujuan proyek kita. Setelah identifikasi
selesai dilakukan, kita akan tahu mana kegiatan yang relevan dan
mana yang tidak relevan dengan tujuan kita dan segera melakukan
tindakan yang perlu untuk menghilangkan semua aktivitas yang
berdampak negatif pada proyek.

Untuk selamat dari kegagalan Anda diharuskan bergerak cepat


dan komprehensif. Segera tetapkan sumber daya atau tim yang akan
bertanggungjawab menyelaraskan kembali laju proyek tepat setelah
masalah teridentifikasi. Kemudian setelah masalah teratasi, maka
adalah penting untuk melihat kembali daftar prioritas proyek untuk
memastikan bahwa semua masalah yang ada dalam daftar tersebut
telah benar-benar tuntas terselesaikan dan pastikan area lain tidak
ikut terdampak oleh tindakan korektif yang telah diambil.

Penyebab kegagalan proyek dapat dipetakan dalam fishbone


diagram berikut ini:

1. Scope
Faktor pertama dari penyebab kegagalan proyek adalah
cakupan atau scope proyek yang dilakukan. Terkadang hal ini
dianggap hal sepele bagi sebagian project manager, dimana
mereka membuat scope menjadi fleksibel, tanpa dibatasi secara
jelas dan dibuat mekanisme perubahan (change request) jika
terjadi penambahan scope proyek. Akibatnya terjadi penambahan
scope diluar perencanaan yang berakibat pada pembengkakan
biaya dan molornya waktu pelaksanaan proyek. DImensi ini juga
menentukan baik buruknya sebuah perencanaan proyek yang
dilakukan, dimana hal ini akan sangat menentukan keberhasilan
pelaksanaan proyek.
2. Time
Dimensi berikutnya adalah waktu. Keterlambatan
pelaksanaan suatu proyek dapat berakibat fatal bagi proyek
tersebut. Waktu yang terlambat tentunya akan membutuhkan
biaya ekstra diluar biaya proyek yang telah direncanakan. Selain
itu, keterlambatan juga dapat berakibat pada buruknya image
pengembang di mata pemberi proyek. Keterlambatan
pelaksanaan proyek dapat disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya adalah penambahan scope, pergantian tim proyek di
tengah-tengah pelaksanaan proyek dan atau konflik internal
yang terjadi pada perusahaan pemilik proyek. Sehingga
memanage waktu pelaksanaan proyek dengan baik merupakan
salah satu kunci keberhasilan dalam pelaksanaan proyek.
3. Cost
Dimensi berikutnya adalah biaya proyek. Masih berkaitan
erat dengan scope dan time, biaya proyek pun merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan proyek. Besar kecilnya alokasi
biaya untuk pelaksanaan proyek akan mempengaruhi waktu dan
tentunya kualitas yang diharapkan. Permasalahan pada dimensi
ini biasanya terjadi ketika proyek sudah mengalami
keterlambatan dan atau perkembangan scope proyek diluar
perencanaan.
4. Quality
Hal penting lain dalam pelaksanaan proyek adalah kualitas
proyek tersebut. Untuk proyek pengembangan sistem informasi,
kualitas proyek ditentukan oleh user melalui mekanisme user
acceptance test, dimana user akan melakukan pengujian apakah
sistem yang dibangun telah memenuhi spesifikasi yang
ditentukan sebelumnya. Untuk beberapa kasus tertentu,
terkadang kualitas “dikorbankan” demi menekan kerugian atau
memperbesar keuntungan.
5. Human resource
Mengelola manusia dengan berbagai karakter bukanlah hal
mudah dalam sebuah proyek yang sifatnya sementara dan
berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Konflik antar
anggota tim maupun konflik antara anggota tim dengan project
manager menjadi penghalang yang dapat menggagalkan
tercapainya tujuan proyek sesuai dengan perencanaan awal. Isu
lain adalah rendahnya kompetensi SDM yang dimiliki dapat
mengancam selesainya proyek tepat waktu dengan kualitas yang
telah ditentukan. Permasalahan-permasalahan klasik seperti ini
terkadang menjadi penting untuk dipikirkan dalam suatu
manajemen proyek. Menciptakan iklim kerja yang kondusif
mungkin dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi
permasalahan sumberdaya manusia dalam proyek.
1. Communication
Kesalahpahaman yang terjadi baik antar tim proyek
maupun antara tim proyek dengan project manager dapat
memicu konflik yang berpotensi memperburuk atmosfir kerja
yang dibangun. Dengan load yang tidak menentu,
kesalahpahaman bisa berujung menjadi pertikaian. Untuk itu,
komunikasi yang baik antar sesama anggota tim proyek perlu
dijalin. Selain itu, kegagalan komunikasi biasanya terjadi ketika
mensosialisasikan project task kepada anggota dan atau transfer
knowledge tentang proyek yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat
berakibat fatal dimana masing-masing anggota proyek akan
mempunyai persepsi yang berbeda tentang pekerjaan yang
dilakukan. Bahkan besar kemungkinan apa yang dikerjakan oleh
anggota tim tidak selaras dengan tujuan dan scope proyek
tersebut.
2. Risk
Ada 3 (tiga) hal penting dalam memanage resiko terkait
dengan pelaksanaan proyek, yaitu bagaimana merencanakan
tindakan korektif atas resiko yang kemungkinan muncul
(preventive action), atau mengambil tindakan yang diperlukan
ketika resiko tersebut terjadi dan tidak dapat lagi dicegah dengan
tujuan meminimalisasi dampak yang ditimbulkan akibat resiko
tersebut(corrective action), atau menerima resiko tersebut
(accepted the risk) jika cost of risk yang ditimbulkan lebih besar
daripada mengatasi resiko tersebut.
3. Project Change
Perubahan lingkungan perusahaan pemilik proyek, baik
lingkungan eksternal maupun internal, dapat mengakibatkan
munculnya permintaan-permintaan baru yang secara langsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi scope proyek yang
telah direncanakan. Perubahan tersebut otomatis akan
mempengaruhi waktu pelaksanaan dan biaya yang dibutuhkan.
Jika perubahan terjadi tanpa adannya penambahan biaya yang
sesuai dan atau pemunduran waktu pelaksanaan proyek, maka
masalah ini bisa menjadi salah satu penyebab gagalnya proyek.
Untuk itu penting bagi project manager dalam mengelola
perubahan yang terjadi, salah satunya adalah dengan
mengendalikan perubahan melalui change request form yang
berarti adanya kesepakatan baru dalam kontrak terkait
perubahan yang terjadi.
B. Strategi Mengatasi Keterlambatan Proyek

Proyek konstruksi merupakan proyek yang memiliki kompleksitas


yang tinggi. Proyek konstruksi terdiri atas banyak pekerjaan yang
saling terkait. Proyek ini sering mengalami keterlambatan karena
kompleksitasnya sendiri. Begitu banyaknya item pekerjaan yang ada
pada proyek konstruksi tentu menuntut perencanaan yang detil
terhadap schedule pelaksanaan. Hubungan antar pekerjaan, volume
dan spesifikasi pekerjaan, metode pelaksanaan serta aspek yang lain
harus betul-betul diperhatikan. Terutama keterkaitan antar pekerjaan,
sangat menentukan dalam mendapatkan strategi yang tepat dalam
melakukan percepatan.

Waktu Pelaksanaan Proyek Konstruksi

Pada hampir seluruh proyek konstruksi, seringkali ditarget


dengan masa pelaksanaan yang sangat singkat. Bahkan sering
dikatakan “mustahil” untuk dapat diselesaikan. Pada proyek
pemerintah dimana masa mulai proyek yang umum adalah setelah
bulan Juni. Hal ini disebabkan masalah birokrasi. Sering dijumpai
proyek konstruksi yang harus mengimport alat atau material dari luar
negri (Lift, AC, Pompa, Panel, dll) ditarget pelaksanaannya hanya
selama 4 bulan dimana waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan
material yang diimport sendiri membutuhkan waktu yang sama,
sehingga seringkali kontraktor tidak memiliki waktu yang cukup untuk
melakukan proses procurement yang memadai.

Penyebab Umum Keterlambatan Proyek Konstruksi

Sebelum membahas mengenai strategi percepatan proyek


konstruksi yang terlambat, perlu diidentifikasi mengenai faktor
penyebab keterlambatan proyek ini. Dalam tulisan sebelumnya, telah
diberikan 25 faktor keterlambatan proyek. Daftar tersebut dapat
dipakai dalam mengidentifikasi penyebab yang berkontribusi terhadap
keterlambatan proyek konstruksi. Daftar 25 faktor penyebab
keterlambatan proyek yang terdapat pada tulisan sebelumnya adalah
faktor yang bersifat umum untuk semua jenis proyek.

Strategi Percepatan Proyek Konstruksi

Strategi paling tepat dalam mengantisipasi keterlambatan proyek


konstruksi adalah dengan membuat Risk Management yang berdampak
atas waktu pelaksanaan. Bagian penting atas risk management
tersebut adalah adanya risk response dan tentu monitoringnya.

Pada proyek yang sudah terlanjur mengalami keterlambatan artinya


risiko yang berdampak atas waktu pelaksanaan telah terjadi. Risiko
yang terjadi adalah problem. Ini terjadi karena kurang memadainya
risk management yang dibuat.

Strategi percepatan proyek identik dengan risk respons dalam risk


management. Hanya saja pada risiko yang telah terjadi. Strategi
diterapkan berdasarkan prioritas jika faktor yang menyebabkan
keterlambatan proyek jumlahnya cukup banyak. Dengan melihat
karakteristik khusus proyek konstruksi dan faktor yang menyebabkan
keterlambatan proyek, berdasarkan pengalaman diusulkan
rekomendasi strategi dalam melakukan percepatan proyek konstruksi,
yaitu:

A. Manajerial

 Dalam situasi krisis terhadap waktu, Jalur kritis harus


dikomunikasikan dan disepakati oleh Tim proyek.
 Menjaga kedisiplinan Tim proyek. Kedisiplinan akan
mempengaruhi suasana kerja di proyek.
 Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha
untuk menjaga agar proyek dapat diselesaikan sesuai jadwal
yang telah ditentukan. Rapat harian harus dihadiri oleh Pejabat
proyek yang mampu mengambil keputusan atas suatu masalah.
Jangan pernah mengulur pengambilan keputusan pada rapat
harian saat proyek mengalami krisis. Rapat harian harus dihadiri
oleh Tim proyek terkait, Mandor, dan wakil subkontraktor.
 Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada
subkontraktor dan Mandor. Hal ini agar masalah yang berpotensi
terjadi dapat diantisipasi lebih dini
 Melakukan update yang rutin atas jalur kritis (CPM). Semakin
sering akan semakin baik. Dapat pula membuat simulasi-
simulasi atas rencana-rencana proyek agar didapatkan strategi
yang paling efisien dan efektif.
 Selalu memberikan motivasi yang terbaik kepada karyawan dan
pekerja agar attitude dan mental kerja lebih baik.
 Menambah jam kerja dengan lembur.
 Menambah Personil proyek agar dapat meningkatkan
pengawasan.
 Menjaga kualitas pekerjaan. Kualitas yang tidak baik
menyebabkan pengulangan pekerjaan.
 Memastikan ketersediaan dana dan mengusahakan dana
pendamping untuk hal-hal yang bersifat emergency.
 Membantu mempercepat proses penagihan termijn bagi
subkontraktor
 Aktif berkomunikasi dengan Owner dan Pengawas pekerjaan
mengenai strategi percepatan proyek. Usahakan untuk
mendapatkan dukungan mereka.
 Memberikan reward atas tercapainya setiap tahapan milestone
kepada tim proyek, subkontraktor dan kepada pekerja.
 Tim proyek harus fokus terhadap Safety. Kecelakaan akan
membuat loss time.
 Cek silang. Teknik ini adalah dengan mendatangkan orang lain
yang memahami tentang proyek konstruksi ke proyek yang
mengalami keterlambatan. Adakalanya dikarenakan tekanan
yang terus menerus, Tim proyek menjadi kurang sensitif
terhadap terjadinya masalah keterlambatan proyek. Orang lain
dapat personel manajemen atas atau tim proyek lain.
 Menempatkan personil khusus yang memonitor proses dan
dokumen administrasi vendor. Sering kali pekerjaan di lapangan
terhambat oleh masalah prosedur administrasi.

B. Scope atau Lingkup Pekerjaan

 Membuat checklist daftar sisa pekerjaan (Update WBS) dimana


tingkat detil yang baik dan memadai. Daftar atau checklist ini
akan sangat membantu dalam proses-proses berikutnya.
 Daftar sisa pekerjaan dengan melihat secara keseluruhan
dokumen kontrak yaitu gambar, BQ, dan spesifikasi.
 Meminimalisir adanya perubahan lingkup dan pekerjaan
tambah-kurang. Perubahan lingkup akan membuat pekerjaan
semakin kompleks dan sulit dikelola. Perlu effort yang lebih besar
dengan adanya perubahan lingkup.

C. Critical Path Method

 Membuat schedule sisa pekerjaan dimana target selesainya


pekerjaan dibuat lebih maju untuk mengantisipasi kejadian yang
tak terduga
 Membuat CPM berdasarkan update WBS yang cukup detil dan
schedule sisa pelaksanaan agar dapat diidentifikasi item
pekerjaan yang masuk dalam kategori pekerjaan kritis. CPM
adalah alat yang paling powerfull dalam membantu percepatan
pada saat situasi proyek kritis.
 Memprioritaskan pekerjaan yang masuk dalam jalur pekerjaan
kritis agar pekerjaan kritis tersebut tidak delay dari yang
direncanakan.
 Mengurangi sebanyak mungkin jumlah pekerjaan kritis yang
terdapat dalam rangkaian jalur pekerjaan kritis (CPM). Contoh
untuk teknik percepatan ini adalah pekerjaan finishing lantai
(keramik) dikerjakan tanpa menunggu pekerjaan finishing
plafond selesai.
 Menyebarkan suatu rangkaian pekerjaan kritis menjadi beberapa
jalur pekerjaan kritis atau membuat jalur pekerjaan kritis yang
semula berupa satu rangkaian seri menjadi beberapa rangkaian
yang tersusun paralel. Teknik ini akan membuat total durasi
akan semakin pendek. Biasanya dilakukan dengan membagi
suatu pekerjaan dalam zone yang lebih kecil yang berdiri sendiri
 Menggabungkan dua atau lebih pekerjaan yang berada di jalur
kritis menjadi hanya 1 pekerjaan kritis. Misal dari teknik ini
adalah dengan mengganti bekisting pelat lantai dan tulangannya
dengan material span deck.
 Mengurangi durasi pekerjaan yang berada pada jalur kritis
sehingga total durasi pelaksanaan menjadi lebih singkat. Contoh
dari teknik ini adalah dengan menambah resources.
 Mengurangi kuantitas pekerjaan yang masuk dalam jalur kritis
sehingga kuantitas pekerjaan kritis menjadi lebih kecil.
Contohnya adalah pada pekerjaan plafond yang umumnya dapat
dikerjakan setelah pekerjaan instalasi M/E selesai. Padahal
ruang atau area instalasi M/E hanya menggunakan sebagian
area finishing plafond. Untuk area yang tidak berada pada jalur
M/E, plafond tersebut dapat dikerjakan. Dapat juga dengan
melaksanakan rangka pekerjaan plafond bersamaan dengan
pekerjaan instalasi M/E. Pada saat pekerjaan instalasi M/E
selesai, baru dilakukan penutupan plafond.
 Menentukan target milestone pekerjaan. Hal ini untuk
mengurangi kompleksitas dalam pengendalian dan monitor
waktu pelaksanaan proyek.
 Sesegera mungkin memulai suatu pekerjaan dimana lahan telah
siap. Harus diingat bahwa jalur kritis dapat berpindah-pindah
sesuai perkembangan di lapangan. Suatu pekerjaan yang tidak
kritis, bisa saja menjadi kritis karena terlambat mulai
dilaksanakan.
 Memastikan pekerjaan yang tidak berada di jalur kritis selesai
sesuai target. Melesetnya realisasi waktu pelaksanaan suatu
pekerjaan juga dapat mengubah jalur kritis. Pekerjaan yang
terkait dengan pekerjaan yang terlambat bisa menjadi kritis.

D. Material dan Supplier

 Pengiriman material menggunakan transportasi udara. Ekspedisi


yang menggunakan jalur laut sering terlambat karena faktor
cuaca dan birokrasi. Ini menjadi satu-satunya cara apabila
terjadi larangan berlayar karena cuaca sedang jelek
 Aktif memonitor proses pengiriman dengan meminta bukti
manifest pengiriman material
 Melakukan pengecekan langsung lokasi material yang akan
dikirim ke proyek. Ini untuk memastikan bahwa material dalam
kondisi ready untuk dikirim.
 Jumlah supplier untuk suatu jenis material diusahakan lebih
dari satu.
 Mengganti material import dengan material yang ready stock
dengan spesifikasi yang setara.
 Mengganti material yang langka dengan material lain yang ready
stock dengan tetap memperhatikan kualitas pekerjaan. Contoh
pada saat terjadi kelangkaan semen, pekerjaan lantai kerja
diganti dengan plastic sheet. Contoh lain adalah mengganti
semen biasa PC dengan semen tipe PCC.

E. Alat

 Memastikan alat dirawat sesuai prosedur


 Mengganti alat yang tidak sesuai atau tidak cocok.
 Memastikan tersedianya suku cadang di proyek terutama pada
elemen alat yang bersifat aus
 Menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan
pelaksanaan
 Mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar
 Membuat sumber tenaga listrik cadangan. Kerusakan genset
akan menghentikan hampir seluruh pekerjaan.

F. Subkontraktor

 Mengurangi lingkup pekerjaan subkontraktor yang bermasalah


dan menggantinya dengan subkontraktor yang terpercaya.
 Mengambil alih pekerjaan subkontraktor yang berpotensi
terlambat.
 Jumlah subkontraktor pada suatu pekerjaan diusahakan lebih
dari satu.
 Meminta setiap subkontraktor agar menempatkan wakilnya yang
dapat memutuskan masalah.
 Aktif komunikasi via surat untuk masalah—masalah yang
krusial

G. Tenaga Kerja

 Mengganti tenaga kerja yang kurang produktif dengan yang lebih


produktif. Durasi pekerjaan proyek konstruksi sangat tergantung
pada produktifitas tenaga kerja.
 Menambah jam kerja atau lembur. Lembur yang efektif adalah
sampai dengan jam 24.00. Di atas jam tersebut biasanya
produktifitas menurun.
 Aktif memantau kedisiplinan tenaga kerja. Waktu yang hilang
atas ketidakdisiplinan tenaga kerja berdampak cukup besar.
 Memperhatikan kelayakan tempat tinggal pekerja. Tempat tinggal
yang tidak sehat, akan menyebabkan tingginya angka pekerjaan
yang sakit. Hal tersebut akan menambah loss time di proyek.
 Aktif berkomunikasi dengan pekerja mengenai kesulitan
pelaksanaan dalam event meeting atau safety talk
 Memberikan training secara rutin kepada pekerjan agar keahlian
pekerja meningkat sehingga akhirnya produktifitasnya
bertambah.
 Menyediakan tempat istirahat pekerja pada lokasi yang sedekat
mungkin dengan lokasi pekerjaan
 Meniadakan warung di dalam dan sekitar lokasi proyek. Adanya
warung akan membuat waktu istirahat pekerja lebih panjang.
 Disarankan untuk mengkoordinir pengadaan makan pada saat
istirahat pekerja. Ini akan memangkas waktu hilang yang
menurunkan produktifitas.
 Tenaga kerja harus disebar pada area pekerjaan sedemikian
masih tetap dapat dimonitor dengan baik. Jangan menyebarkan
pekerja pada area yang terlalu luas sehingga menurunkan
tingkat pengawasan.

H. Design dan Metode Pelaksanaan

 Aktif menemukan metode pelaksanaan baru yang lebih efisien


dan efektif daripada metode eksisting.
 Aktif mengevaluasi metode pelaksanaan yang ada sehingga
didapatkan metode pelaksanaan yang paling efisien dan efektif.
 Melakukan review design sedemikian design yang baru
memberikan waktu penyelesaian yang lebih singkat dengan
tanpa mengabaikan kehandalan fungsi design.
 Membuat metode pelaksananaan sedemikian dapat
meminimalisir dampak cuaca buruk. Misalnya mempercepat
pekerjaan struktur agar pekerjaan finishing dapat segera dimulai.
Contoh lain adalah menyediakan atap terpal sehingga pekerjaan
dapat terus dilaksanakan walaupun terjadi hujan.
 Melakukan review design sehingga volume pekerjaan yang kritis
berkurang
I. Kontrak

 Melakukan negosiasi ulang kontrak apabila penyebab


keterlambatan adalah karena kontrak.
 Mencatat secara harian dan mendokumentasikan hal-hal yang
menjadi penyebab keterlambatan serta menyampaikan dengan
surat kepada Owner dimana hal-hal tersebut secara kontraktual
dapat menjadi dasar perpanjangan waktu pelaksanaan proyek /
addendum waktu.
 Kalaupun ada pekerjaan tambah dan kurang, harus didasarkan
pada upaya melakukan percepatan. Usahakan pekerjaan tambah
adalah pekerjaan yang tidak berada di jalur kritis dan memiliki
durasi pekerjaan yang singkat. Demikian pula dengan pekerjaan
kurang haruslah pekerjaan yang berada di jalur kritis dan
memiliki durasi yang panjang dimana aspek fungsi konstruksi
masih dapat dipertahankan.

J. Site

 Mengevaluasi site dan penataannya. Perhatian pada alur proses


pekerjaan dan material. Site harus dievaluasi agar menghasilkan
suatu design site yang menghasilkan alur proses yang efektif
atau jalur alur sependek mungkin
 Mengidentifikasi adanya masalah pada site yang dapat
menghalangi alur proses dan material. Contoh adalah jalan kerja
harus memadai.
 Mengurangi genangan air akibat hujan. Genangan air
berpotensial menghambat laju pergerakan alur proses
pelaksanaan dan material.
 Lokasi site harus diupayakan dalam kondisi bersih dan rapi.
Kondisi ini akan sangat membantu secara psikologis para pekerja
yang bekerja di proyek.
 Memastikan akses masuk proyek sedemikian arus keluar masuk
material tidak terhambat
C. Faktor Pengaruh
1. Keterlambatan Terkait Material
Keterlambatan material pada proyek biasanya di sebabkan oleh
tempat pengambilan material dengan lokasi proyek menempuh
jarak yang jauh sehingga memakan waktu yang cukup lama utntuk
sampai ke lokasi pengerjaan.
2. Keterlambatan Terkait Tenaga Kerja
Keterlambatan ini biasanya di sebabkan oleh kurangnya tenaga
kerja atau SDM pada proyek tersebut yang disebabkan oleh
beberapa hal, jadi harus di lakukan pencarian tenaga kerja untuk
memperlancar jalannya suatu proyek.
3. Keterlambatan Terkait Peralatan
Keterlambatan ini terjadi biasanya pada saat mobilisasi alat yang
lambat dan pada pelaksanaan atau pekerjaan suatu proyek, dimana
alat yang digunakan mengalami kendala seperti tiba-tiba alat
rusak, sehingga mengganggu kelancaran suatu pekerjaan proyek,
jika ini terjadi maka bisa di lakukan dua hal yaitu memperbaiki alat
jika memungkinkan atau melakukan penyewaan alat.
4. Keterlambatan Terkait Perencanaan Tidak sesuai
Keterlambatan karena hal ini di sebabkan karena perencanaan
design yang di lakukan kurang teliti sehingga perencanaan yang
telah di rencanakan tidak sesuai atau adanya kesalahan design,
sehingga perencanaan tersebut harus di buat kembali sesuai yang
diinginkan atau sesuai yang telah direncanakan sebelumnya,
dantentu membutuhkan waktu untuk melakukan hal tersebut.
5. Lemahnya Kontrol Waktu Proyek
Keterlambatan pelaksanaan suatu proyek dapat berakibat fatal
bagi proyek tersebut. Waktu yang terlambat tentunya akan
membutuhkan biaya ekstra diluar biaya proyek yang telah
direncanakan. Selain itu, keterlambatan juga dapat berakibat pada
buruknya image pengembang di mata pemberi proyek.
Keterlambatan pelaksanaan proyek dapat disebabkan oleh berbagai
hal, diantaranya adalah penambahan scope, pergantian tim proyek
di tengah-tengah pelaksanaan proyek dan atau konflik internal
yang terjadi pada perusahaan pemilik proyek. Sehingga memanage
waktu pelaksanaan proyek dengan baik merupakan salah satu
kunci keberhasilan dalam pelaksanaan proyek.

6. Keterlambatan subkontraktor
Keterlambatan ini terjadi biasa di sebabkan oleh orang-orang
proyek tidak disiplin dalam melaksanakan atau tidak mengikuti
waktu kerja yang telah di tetapkan sehingga pengerjaan bisa
tertunda sekitar bebrapa jam.
7. Koordinasi yang lemah
Kordinasi merupakan faktor penting untuk mempercepat progres
pembangunannya. Kepada semua pihak yang terlibat dalam suatu
proyek agar membentuk koordinasi yang kuat agar proggres
pembangunan proyek segera terwujud dengan waktu yang di
tentukan. Jika koordinasi suatu proyek lemah akan menyebabkan
keterlambatan dalam pekerjaan yang tidak segera di tangani.

8. Pengawasan yang tidak memadai


Pengawasan suatu proyek tentunya harus memadai, dimana
setiap pekerjaan harus di lakukan pengawasan agar proyek
tersebut bisa terwujud sesuai dengan spesifikasi,design atau sesuai
dengan gambar rencana agar tidak melenceng dari beberapa kriteria
perencanaan yang telah di tentukan sebelumnya dan tidak menjadi
kendala bila ada yang tidak sesuai kemudian akan di bongkar dan
di kerjakan kembali.
9. Metode Pelaksanaan yang tidak sesuai
Kurva S dibuat untuk dijadikan sebagai jadwal pelaksanaan
sehingga bisa menyelesaikan pelaksanaan proyek sesuai jadwal,
atau metode pelksanaan lebih cepat dan lebih baik.
10. Kurangnya personil secara teknikal
Kurangnya personil secara teknikal tentu berpengaruh untuk
kelancaran suatu proyek, maka dari itu harus segera di lakukan
pencarian SDM untuk menambah jumlah personil pada proyek
tersebut agar memadai.
11. Kurangnya personil secara teknikal
Komunikasi yang lemah dapat berpengaruh terhadap jalannya
suatu proyek dimana seluruh yang terlibat dalam proyek harus
berkomunikasi untuk mengetahui keadaan di masing-masing lokasi
pengerjaan atau untuk mengkoordinasikan mengenai alat, bahan
atau apapun itu yang mencakup pekerjaan dalam proyek.

Anda mungkin juga menyukai