BANGUNAN GEDUNG
1. Scope
Faktor pertama dari penyebab kegagalan proyek adalah
cakupan atau scope proyek yang dilakukan. Terkadang hal ini
dianggap hal sepele bagi sebagian project manager, dimana
mereka membuat scope menjadi fleksibel, tanpa dibatasi secara
jelas dan dibuat mekanisme perubahan (change request) jika
terjadi penambahan scope proyek. Akibatnya terjadi penambahan
scope diluar perencanaan yang berakibat pada pembengkakan
biaya dan molornya waktu pelaksanaan proyek. DImensi ini juga
menentukan baik buruknya sebuah perencanaan proyek yang
dilakukan, dimana hal ini akan sangat menentukan keberhasilan
pelaksanaan proyek.
2. Time
Dimensi berikutnya adalah waktu. Keterlambatan
pelaksanaan suatu proyek dapat berakibat fatal bagi proyek
tersebut. Waktu yang terlambat tentunya akan membutuhkan
biaya ekstra diluar biaya proyek yang telah direncanakan. Selain
itu, keterlambatan juga dapat berakibat pada buruknya image
pengembang di mata pemberi proyek. Keterlambatan
pelaksanaan proyek dapat disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya adalah penambahan scope, pergantian tim proyek di
tengah-tengah pelaksanaan proyek dan atau konflik internal
yang terjadi pada perusahaan pemilik proyek. Sehingga
memanage waktu pelaksanaan proyek dengan baik merupakan
salah satu kunci keberhasilan dalam pelaksanaan proyek.
3. Cost
Dimensi berikutnya adalah biaya proyek. Masih berkaitan
erat dengan scope dan time, biaya proyek pun merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan proyek. Besar kecilnya alokasi
biaya untuk pelaksanaan proyek akan mempengaruhi waktu dan
tentunya kualitas yang diharapkan. Permasalahan pada dimensi
ini biasanya terjadi ketika proyek sudah mengalami
keterlambatan dan atau perkembangan scope proyek diluar
perencanaan.
4. Quality
Hal penting lain dalam pelaksanaan proyek adalah kualitas
proyek tersebut. Untuk proyek pengembangan sistem informasi,
kualitas proyek ditentukan oleh user melalui mekanisme user
acceptance test, dimana user akan melakukan pengujian apakah
sistem yang dibangun telah memenuhi spesifikasi yang
ditentukan sebelumnya. Untuk beberapa kasus tertentu,
terkadang kualitas “dikorbankan” demi menekan kerugian atau
memperbesar keuntungan.
5. Human resource
Mengelola manusia dengan berbagai karakter bukanlah hal
mudah dalam sebuah proyek yang sifatnya sementara dan
berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Konflik antar
anggota tim maupun konflik antara anggota tim dengan project
manager menjadi penghalang yang dapat menggagalkan
tercapainya tujuan proyek sesuai dengan perencanaan awal. Isu
lain adalah rendahnya kompetensi SDM yang dimiliki dapat
mengancam selesainya proyek tepat waktu dengan kualitas yang
telah ditentukan. Permasalahan-permasalahan klasik seperti ini
terkadang menjadi penting untuk dipikirkan dalam suatu
manajemen proyek. Menciptakan iklim kerja yang kondusif
mungkin dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi
permasalahan sumberdaya manusia dalam proyek.
1. Communication
Kesalahpahaman yang terjadi baik antar tim proyek
maupun antara tim proyek dengan project manager dapat
memicu konflik yang berpotensi memperburuk atmosfir kerja
yang dibangun. Dengan load yang tidak menentu,
kesalahpahaman bisa berujung menjadi pertikaian. Untuk itu,
komunikasi yang baik antar sesama anggota tim proyek perlu
dijalin. Selain itu, kegagalan komunikasi biasanya terjadi ketika
mensosialisasikan project task kepada anggota dan atau transfer
knowledge tentang proyek yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat
berakibat fatal dimana masing-masing anggota proyek akan
mempunyai persepsi yang berbeda tentang pekerjaan yang
dilakukan. Bahkan besar kemungkinan apa yang dikerjakan oleh
anggota tim tidak selaras dengan tujuan dan scope proyek
tersebut.
2. Risk
Ada 3 (tiga) hal penting dalam memanage resiko terkait
dengan pelaksanaan proyek, yaitu bagaimana merencanakan
tindakan korektif atas resiko yang kemungkinan muncul
(preventive action), atau mengambil tindakan yang diperlukan
ketika resiko tersebut terjadi dan tidak dapat lagi dicegah dengan
tujuan meminimalisasi dampak yang ditimbulkan akibat resiko
tersebut(corrective action), atau menerima resiko tersebut
(accepted the risk) jika cost of risk yang ditimbulkan lebih besar
daripada mengatasi resiko tersebut.
3. Project Change
Perubahan lingkungan perusahaan pemilik proyek, baik
lingkungan eksternal maupun internal, dapat mengakibatkan
munculnya permintaan-permintaan baru yang secara langsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi scope proyek yang
telah direncanakan. Perubahan tersebut otomatis akan
mempengaruhi waktu pelaksanaan dan biaya yang dibutuhkan.
Jika perubahan terjadi tanpa adannya penambahan biaya yang
sesuai dan atau pemunduran waktu pelaksanaan proyek, maka
masalah ini bisa menjadi salah satu penyebab gagalnya proyek.
Untuk itu penting bagi project manager dalam mengelola
perubahan yang terjadi, salah satunya adalah dengan
mengendalikan perubahan melalui change request form yang
berarti adanya kesepakatan baru dalam kontrak terkait
perubahan yang terjadi.
B. Strategi Mengatasi Keterlambatan Proyek
A. Manajerial
E. Alat
F. Subkontraktor
G. Tenaga Kerja
J. Site
6. Keterlambatan subkontraktor
Keterlambatan ini terjadi biasa di sebabkan oleh orang-orang
proyek tidak disiplin dalam melaksanakan atau tidak mengikuti
waktu kerja yang telah di tetapkan sehingga pengerjaan bisa
tertunda sekitar bebrapa jam.
7. Koordinasi yang lemah
Kordinasi merupakan faktor penting untuk mempercepat progres
pembangunannya. Kepada semua pihak yang terlibat dalam suatu
proyek agar membentuk koordinasi yang kuat agar proggres
pembangunan proyek segera terwujud dengan waktu yang di
tentukan. Jika koordinasi suatu proyek lemah akan menyebabkan
keterlambatan dalam pekerjaan yang tidak segera di tangani.