Dalil Zakat
Dalil Zakat
Pengertian Zakat
Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki banyak arti, yaitu al-barakatu yang mempunyai
arti keberkahan, ath-thaharatu yang memiliki arti kesucian, al-namaa yang mempunyai arti
pertumbuhan dan perkembangan, dan ash-shalahu yang memiliki arti keberesan.
Sedangkan zakat ditinjau dari segi istilah terdapat banyak ulama’ yang mengemukakan
dengan redaksi yang
berbeda-beda , akan tetapi pada dasarnya mempunyai maksud yang sama, yaitu bahwa
zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT
mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada seseorang yang berhak
menerimanya, dengan persyaratan
tertentu pula.
a. Al-Qur’an
1. Dasar hukum tentang zakat adalah salah satunya firman Allah SWT an-Nur 56 :
2.Dalam surat lain Allah kembali menegaskan dalam surat al-An’am 141 :
Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanamtanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di
hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebihlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebihlebihan.
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui.42
b. Hadits
Artinya : Ibnu Abbas R.A berkata,” Abu Sufyan R.A telah menceritakan kepadaku (lalu
dia menceritakan hadits Nabi SAW), bahwa Nabi SAW bersabda : Kami diperintahkan
untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyambung tali
persaudaraan, dan menjaga kesucian diri. ( H.R Bukhari).
Dalam KBBI, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu Kata Profesi sendiri berasal dari bahasa
latin “Proffesio” yang mempunyai dua definisi yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila
artinya dibuat dalam definisi yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja”
untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan
dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu
dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
علٍِّ َعن َ قَا َل عنه هللا رضي: سو ُل قَا َل ُ لٍََ َكنَت إذَا وسلم عليه هللا صلى اَلَّل َر
َ َالَحٍَ و ُل عل. َ ففٍيها
َ يٍا َ َو َحا َل درهَ مائتَا َ ُ سة َ ٍَدَ َراهٍَ خ, ٍَيٍكَ َوليَس َ َشٍء عل َ َّلٍََ يكَ ٍُ ونَ َحت
ََارا عشٍُ ون ً دين, اَل َحو ُل َعلَيٍَ ا َو َحا َل, ف فَفي َها َ ذَلٍَ فَبح, س
ُ دينَار نص, ساب زَ ادَ فَ َما َ َولَي
يٍُ و َل َحتَّ زَ كَة َمال ف َ اَل َحو ُل َعلَيه
Dari Ali berkata: Rasululullah bersabda: “Apabila kamu memiliki 200 dirham dan
berlalu satu tahun maka wajib dizakati 5 dirham (perak), dan kamu tidak mempunyai
kewajiban zakat sehingga kamu memiliki 20 dinar (emas) dan telah berlalu satu tahun
maka wajib dizakati setengah dinar, dan setiap kelebihan dari (nishab) tersebut maka
zakatnya disesuaikan dengan hitungannya.” (HR. Abu Dawud, no1573).
Inti pemikiran Al-Qardhawi, bahwa penghasilan atau profesi wajib dikeluarkan zakatnya
pada saat diterima, jika sampai pada nishab setelah dikurangi hutang. Dan zakat profesi
bisa dikeluarkan harian, mingguan, atau bulanan.
Dr. Abdul Wahhab Khalaf dimasukkan di kalangan pendukung zakat profesi dengan
alasan dialah orang yang memberi inspirasi awal kepada Dr. Yusuf Al-Qardhawi tentang
pemikiran dan ide dicetuskannya zakat profesi. Namun anehnya kalau dirujuk langsung
kepada pendapat Dr. Abdul Wahhab Khalaf, sebenarnya lebih tepat didudukkan sebagai
orang yang tidak sejalan dengan zakat profesi. Dalam kuliah yang disampaikan tentang
zakat, disebutkan bahwa profesi itu wajib, namun harus memenuhi syarat haul dan nishab
dulu. Berikut kutipannya :
صبا وبلغ َحول عليه مضى إن زكاة منه يؤخذ فإنه والمهن العمل كسب أما
َ ن
Syeikh Muhammad Abu Zahrah
Muhammad Al-Ghazali
Dr. Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa orang yang penghasilannya di atas petani
yang terkena kewajiban zakat, maka dia pun wajib berzakat. Maka dokter, pengacara,
insinyur, produsen, pegawai dan
sejenisnya diwajibkan untuk mengeluarkan zakat dari harta mereka yang terhitung besar
itu. [ Majalah Jami’atu Al-Malik Suud, jilid 5 hal. 116)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) termasuk ke dalam barisan pendukung zakat profesi.
Dalam fatwa MUI 7 Juni tahun 2003 disebutkan bahwa : Semua bentuk penghasilan halal
wajib dikeluarkan
zakatnya dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas 85
gram.
1. Zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada saat menerima jika sudah cukup nishab.
2. Jika tidak mencapai nishab, maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu tahun;
kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan bersihnya sudah cukup nishab.
TUGAS
DASAR DASAR EKONOMI ISLAM
OLEH :