Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA

BERBASIS PROFESI
DI
APOTEK BUDI FARMA

NAMA / NIM :
1. NUR IFFAH PUJIYANTI /E0015022
2. ELVA ROSALINA /E0015044
3. IMANIA RAHMAWATI /E0015047
4. DENIS PARASDINATA /E0015042
5. NUR MA’RIFATUL AZIZAH /E0015057

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dhien No. 16 Slawi-52416
T.A. 2018/2019
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA
BERBASIS PROFESI
DI
APOTEK BUDI FARMA

NAMA / NIM :
1. NUR IFFAH PUJIYANTI / E0015022
2. ELVA ROSALINA / E0015044
3. IMANIA RAHMAWATI / E0015047
4. DENIS PARASDINATA / E0015041
5. NUR MA’RIFATUL AZIZAH / E001557

Slawi, Desember 2017


Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

Yogi Nur Cakhyo, S.Farm., Apt Oktariani Pramiastuti,M.sc.,Apt


NIPY : 1987.10.09.11.065

Mengetahui
Ketua Prodi S1 Farmasi

Endang Istriningsih, M.Clin.Pharm., Apt


NIPY : 1983.02.09.11.066
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah kepada semua umatnya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan KKN yang berjudul “Laporan Kuliah Kerja Nyata
Berbasis Profesi Di Apotek Budi Farma”. Laporan ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi di STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberikan motivasi dan bantuan, baik moral maupun spiritual.
Oleh karena itu dengan tersusunnya laporani ini, penyusun mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Yogi Nur Cakhyo, S.Farm., Apt selaku pemilik sarana Apotek
dan pembimbing lahan Apotek Budi Farma.
2. Ibu Endang Istriningsih, M.Clin.Pharm., Apt selaku Ketua Prodi S1
Farmasi STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
3. Oktariani Pramiastuti, M.sc., Apt selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, serta saran-saran
sejak awal hingga terselesaikan laporan ini.
4. Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan program studi S1 Farmasi
STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
5. Karyawan Apotek Budi Farma yang senantiasa memberi nasehat dan
masukan kepada kami.
6. Kedua Orang Tua kami serta segenap keluarga yang senantiasa selalu
memberikan do’a dan restu, serta support yang luar biasa I Love All.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan kami yang telah memberikan
dukungan dan semangat kepada kami.
8. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu yang
telah membantu hingga laporan ini terselesaikan.
Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Harapan lain penyusun adalah
semoga laporan ini bermanfaat bagi rekan farmasi khususnya dan para
pengembang ilmu pengetahuan bagi umumnya. Seperti halnya
perumpamaan tak ada gading yang tak retak, maka dalam penulisan ini
pun banyak sekali terdapat kesalahan. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Slawi, Novemvber 2018

Penyusun
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Resep dan Copy resep................................................. 36


Lampiran 2: Surat pesanan.............................................................. 37
Lampiran 3: Etiket............................................................................ 38
Lampiran 4: Nota Apotek Budi Farma.............................................. 39
Lampiran 5: Faktur Pembelian di PBF.............................................. 40
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul................................................................................. i
Lembar Pengesahan........................................................................ ii
Kata Pengantar................................................................................ iii
Daftar Lampiran............................................................................... v
Daftar Isi.......................................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................ 2
BAB II: TINJAUAN UMUM (APOTEK)
2.1 Pengertian Apotek........................................................ 4
2.2 Sejarah ......................................................................... 4
2.3 Visi Misi........................................................................ 7
2.4 Wilayah Kerja................................................................ 8
2.5 Tugas dan Fungsi Apotek............................................. 8
2.6 Organisasi dan personalia............................................ 9
2.7 Tinjauan Khusus Apotek Budi Farma............................ 14
BAB III :TINJAUAN KASUS
1.1 Kasus 1.......................................................................... 16
1.2 Kasus 2.......................................................................... 18
1.3 Kasus 3..........................................................................
1.4 Kasus 4..........................................................................
1.5 Kasus 5..........................................................................
BAB IV :PEMBAHASAN
4.1 Waktu, Tempat, dan Teknis Pelaksanaan....................... 20
4.2 Sejarah Apotik Budi Farma............................................. 20
4.3 Tujuan Pendirian Apotek................................................. 22
4.4 Pengelolaan.................................................................... 23
4.5 Pelayanan....................................................................... 26
4.6 Perpajakan..................................................................... 30
4.7 Evaluasi Mutu Pelayanan............................................... 30
4.8 Strategi Pengembangan................................................. 30
4.9 Layout Apotek Budi Farma.............................................. 31
BAB V :PENUTUP
5.1 KESIMPULAN................................................................. 32
5.2 SARAN........................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah salah satu kegiatan dalam perguruan
tinggi yang diselenggarakan berdasarkan UUD 1945 dan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan
pada dasarnya merupakan proses pendewasaan dan pemandirian manusia
secara sistematis, agar siap menjalani kehidupan secara bertanggung
jawab. Menjalani kehidupan secara bertanggung jawab berarti berani
mengambil keputusan yang bijaksana sekaligus berani menanggung segala
konsekuensi yang ditimbulkannya.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu wujud Tri Dharma
Perguruan Tinggi dengan pemberian pengalaman belajar dan bekerja
kepada para mahasiswa tentang penerapan dan pengembangan ilmu dan
teknologi di luar kampus. Mahasiswa sebagai elemen perguruan tinggi
sekaligus generasi muda yang dibekali intelektualitas, memiliki tanggung
jawab melaksanakan hal tersebut. Sehingga mahasiswa dijuluki sebagai
“agent of change” dalam KKN mahasiswa belajar mengkaitkan antara dunia
akademik-teoritik dengan dunia empirik-praktis bagi pemecahan
permasalahan masyarakat agar masyarakat mampu memberdayakan
dirinya untuk menolong diri mereka sendiri.
Proses pembelajaran yang terjadi tidak terbatas di dalam kelas saja.
Pengajaran yang berlangsung pada pendidikan ini lebih ditekankan pada
pengajaran yang menerobos di luar kelas, bahkan di luar institusi
pendidikan seperti lingkungan kerja atau kehidupan masyarakat. Dalam hal
ini KKN merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem program
pengajaran serta merupakan wadah yang tepat untuk mengaplikasikan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh pada Proses Belajar
Mengajar (PBM). Menurut Undang Undang RI No.36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Praktek
kefarmasian, maka pekerjaan apoteker dan atau teknisi kefarmasian/asisten
apoteker meliputi, industri farmasi, (industri obat, obat tradisional, makanan
dan minuman, kosmetika dan alat kesehatan), Pedagang Besar Farmasi,
Apotek, Toko Obat, Rumah Sakit, Puskesmas, dan Instalasi Farmasi
Kabupaten.
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata S1 Farmasi STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi telah diperkenalkan salah satu bentuk Kuliah Kerja Nyata
yang untuk pertama kalinya dilaksanakan oleh mahasiswa STIKes Bhakti
Mandala Husada Slawi yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) berbasis profesi
yang orientasi program kegiatannya terfokus pada bidang tertentu sesuai
dengan permasalahan. Kuliah Kerja Nyata berbasis profesi merupakan
program yang menghantarkan mahasiswa dalam beradaptasi untuk
menerima pendelegasian kewenangan secara bertahap dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian, memberikan pendidikan kesehatan, menjalankan
fungsi advokasi pada klien, membuat keputusan legal dan etik. Pendidikan
Strata bertujuan menghasilkan sarjana farmasi yang berkualitas, baik dari
pengetahuan dan sikap sesuai dengan standar tenaga teknis kefarmasian.
1.2.Tujuan Kuliah Kerja Nyata
Kuliah Kerja Nyata (KKN) berbasis profesi bertujuan agar mahasiswa
dapat mengaplikasikan kompetensi yang telah diperoleh selama mengikuti
pendidikan pada dunia kerja sesuai dengan kondisi sebenarnya di tempat
kerja. Disamping itu melalui pendekatan pembelajaran ini Mahasiswa
peserta KKN diharapkan:
1. Mampu mengenal dan memahami tentang pelayanan, manajeman dan
administrasi di apotek, sehingga muncul jiwa entrepreneur dan
profesional serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia
kerja yang sesungguhnya.
2. Mampu menerapkan konsep, teori dan prinsip ilmu sosial, perilaku dan
ilmu kefarmasian dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian kepada
pasien secara profesional dan bertanggung jawab.
3. Memiliki tingkat kompetensi standart sesuai yang dipersyaratkan oleh
dunia kerja sehingga dapat menjadi tenaga kerja yang berwawasan
mutu, ekonomi, bisnis, kewirausahaan dan produktif. Dapat menyerap
perkembangan teknologi dan budaya kerja untuk kepentingan
pengembangan diri.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Apotek


Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan No.9 tahun 2007 tentang
apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker.
Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan
kefarmasian juga meliputi pengadaan sediaan farmasi, produksi sediaan
farmasi, distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, dan pelayanan dalam
sediaan farmasi.

2.2 Sejarah Apotek


Apotek (berasal dari bahasa Belanda: Apotheek, apotek /apotek/ /apoték
/toko tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep dokter serta
memperdagangkan barang medis; rumah obat (KBBI, 2014) adalah tempat
menjual dan kadang membuat atau meramu obat.
Istilah Apoteke atau Apotek mulai diperkenalkan oleh
seorang dokter atau tabib Romawi bernama Galen (131-201CE), yang
menamakan tempatnya memeriksa pasien sebagai "latron" dan tempatnya
menyimpan obat disebut "apotheca", yang secara harfiah berarti gudang.
Nama Galen saat ini diabadikan sebagai sebutan ilmu meracik obat
secara mekanis (dengan mortar misalnya), yaitu Galenicals. Meskipun
apotek sebagai nama gudang obat sudah sejak abad ke-2, namun apotek
sebagai tempat pembuatan dan penyaluran obat baru ada pada
tahun 750 CE, 500 tahun setelah zaman Galen, dan tempatnya di Baghdad,
bukan di Romawi. Citra dan status apotek di Baghdad ketika itu amat tinggi
dan terkenal, sehingga tidak sedikit orang yang melengkapi namanya
dengan atribut "Ibn-al-attar" yang artinya "anak apoteker". Salah satu tokoh
farmasi ternama adalah Avicennaalias Ibnu Sina, seorang dokter-farmasi
dari Persia yg hidup pada tahun 930-1037 CE.
Kefarmasian di Indonesia mencatat 2 peristiwa bersejarah yang sangat
berarti, pada masa perang kemerdekaan yakni:
1. 27 September 1946 dibuka Perguruan Tinggi Ahli Obat di Klaten,
Jawa Tengah, yang kemudian menjadi Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada (UGM).
2. 1 Agustus 1947 di Bandung diresmikan jurusan Farmasi dari
Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universiteit Van Indonesia (UVI) yang
kemudian menjadi Departemen Farmasi Institut Teknologi Bandung
(ITB) sekarang ini.
Pemenuhan kebutuhan akan tenaga madya di bidang farmasi, pada
tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker negeri yang pertama,
untuk mempercepat dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun.
Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30
orang. Pada tanggal 5 September 1953 Bagian Farmasi Fakultas
Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Farmasi UGM untuk pertama kali
menghasilkan 2 orang apoteker. Sekitar satu setengah tahun kemudian
Bagian Farmasi Institut Teknologi Bandung menghasilkan apoteker pertama
pada tanggal 2 April1955.
Dikarenakan masih kekurangan tenaga apoteker, pada tahun 1953
dikeluarkan Undang Undang nomor 3 tentang Pembukaan Apotek. Sebelum
dikeluarkannya UU tersebut untuk membuka apotek boleh dilakukan di mana
saja dan tidak diperlukan izin dari Pemerintah. Dengan adanya UU tersebut
maka Pemerintah dapat menutup kota tertentu untuk mendirikan apotek baru
karena jumlahnya sudah dianggap cukup memadai. Izin pembukaan apotek
hanya diberikan untuk daerah-daerah yang belum ada atau belum memadai
jumlah apoteknya.
Undang - Undang nomor 3 tersebut kemudian diikuti keluarnya UU
nomor 4 tahun 1953 tentang Apotek Darurat yang membenarkan seorang
asisten apoteker untuk memimpin sebuah apotek. UU Apotek Darurat ini
sebenarnya harus berakhir pada tahun 1958 karena ada klausul yang
termaktub dalam UU tersebut yang menyebutkan bahwa UU tersebut tidak
berlaku lagi 5 tahun setelah apoteker pertama dihasilkan oleh Perguruan
Tinggi Farmasi di Indonesia. Tetapi karena lulusan apoteker ternyata sangat
sedikit, UU Apotek Darurat tersebut diperpanjang sampai tahun 1963 dan
perpanjangan tersebut berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan
tanggal 29 Oktober 1963 nomor 770/Ph/63/b.
Sampai tahun 1963, apotek-apotek di Indonesia masih ada yang
bercampur dengan praktik dokter, atau disebut "apotek-dokter", selain ada
yang namanya "apotek darurat" atau apotek yg dipimpin seorang asisten
apoteker. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang
Apotek, maka berakhir pula izin - izin apotek dokter dan apotek darurat.
Sebelumnya SK Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8
Juni 1962, antara lain menetapkan pelarangan izin baru untuk pembukaan
apotek-dokter, dan semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi
sejak tanggal 1 Januari 1963. Sedangkan berakhirnya apotek darurat
ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b
tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya antara lain: pelarangan penerbitan izin
baru untuk pembukaan apotek darurat, dan semua izin apotek darurat
Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1
Februari 1964, dan semua izin apotek darurat di ibu kota Daerah Tingkat II
dan kota-kota lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.

2.3 Wilayah Kerja


Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia,sarana dan
prasaran (Permenkes, 2014).

2.4 Tugas dan Fungsi Apotek

Apotek adalah suatu tempat atau terminal distribusi obat dan perbekalan
farmasi yang dikelola oleh apoteker dan menjadi tempat pengabdian profesi
apoteker sesuai dengan standar dan etika kefarmasian.Berdasarkan PP No.
51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan


sumpah jabatan Apoteker.
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional.
Pengelolaan dan tugas apotek berdasarkan pada Permenkes
No.889/MENKES/PER/V/2011, meliputi pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Fungsi dari apotek ditinjau dari tujuannya, Apotek
mempunyai dua fungsi, yakni fungsi sosial dan ekonomi.
a. Fungsi Sosial
Adalah untuk pemerataan distribusi obat dan salah satu tempat
pelayanan informasi, apotek merupakan sarana pelayanan kesehatan
yang berkewajiban untuk menyediakan dan menyalurkan obat dan
perbekalan farmasi lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apotek
merupakan salah satu sarana kesehatan penjunjungan sehingga
dalam penyelenggaraan kegiatannya tetap memperhatikan fungsi
sosialnya, Misalnya : memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan
golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak semata-mata
mencari keuntungan.
b. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi apotek juga perlu dilaksanakan agar dapat
memperoleh laba demi menjaga kelangsungan usaha. Tetapi antara
fungsi ekonomi dengan fungsi sosial harus sejajar sehingga tidak
akan terlihat sebuah usaha itu hanya mencari keuntungan saja
2.5 Persyaratan Berdirinya Apotek
Menurut KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa
persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut:
Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang
bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan
harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan
perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak
lain.
Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan
pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. Apotek dapat
melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian apotek
adalah:
a. Lokasi dan Tempat.
Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap
mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan,
jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi
apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat
dengan kendaraan.
b. Bangunan dan Kelengkapan.
Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan
yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu
perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek sekurang-
kurangnya terdiri dari : ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja
apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat,
tempat pencucian obat, kamar mandi dan toilet. Bangunan apotek juga harus
dilengkapi dengan : Sumber air yang memenuhi syarat kesehatan,
penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang befungsi baik,
Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis, Papan
nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek,
nomor telepon apotek.
Perlengkapan Apotek, Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain:
a. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir,
gelas ukur dll.
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti
lemari obat dan lemari pendingin.
c. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.
d. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun.
e. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan
peraturan per-UU yang berhubungan dengan apotek.
f. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan
resep dan lain-lain.

2.6 Prosedur Perizinan Apotek


Untuk mendapatkan izin apotek, APA atau apoteker pengelola apotek
yang bekerjasama dengan pemilik sarana harus siap dengan tempat,
perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya. Surat izin
apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada
apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk membuka
apotek di suatu tempat tertentu.

Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan
izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada
Menteri Kesehatan dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi. Sesuai dengan keputusan MenKes RI
No.1332/MenKes/SK/X/2001 Pasal 7 dan 9 tentang Keputusan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek, yaitu :

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Kantor Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari
setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada
Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap
kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-
lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan.

Dalam hal pemerikasaan dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan,
apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan
kegiatan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan setempat dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi.

Dalam jangka 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan


sebagaimana ayat (3) atau persyaratan ayat (4), Kepala Dinas Kesehatan
setempat mengeluarkan surat izin apotek. Dalam hasil pemerikasaan tim
Dinas Kesehatan setempat atau Kepala Balai POM dimaksud (3) masih
belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam waktu 12
hari kerja mengeluarkan surat penundaan.

Terhadap surat penundaan sesuai dengan ayat (6), apoteker diberikan


kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-
lambatnya dalam waktu satu bulan sejak tanggal surat penundaan. Terhadap
permohonan izin apotek bila tidak memenuhi persyaratan sesuai pasal (5)
dan atau pasal (6), atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan,
maka Kepala Dinas Kesehatan Dinas setempat dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan
disertai dengan alasan-alasannya.

2.7 Organisasi dan Personalia


1. Organisasi
Struktur organisasi dalam apotek menunjukan bahwa setiap pegawai
memiliki tugas. Struktur organisasi di apotek diperlukan untuk
mengoptimalkan kinerja apotek dalam pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat dan adanya tangung jawab masing-masing, sesuai dengan
jabatan yang diberikan, serta untuk mencegah tumpang tindih kewajiban
serta wewenang maka dengan adanya suatu struktur organisasi sebuah
Apotek akan memperjelas posisi hubungan antar elemen orang.
a. Personalia
Sikap karyawan yang baik, ramah dan cepat melayani pembeli,
mengenal pasien di daerah sekeliling apotek sebanyak mungkin dapat
membangkitkan kesan baik, sehingga peran karyawan sangat penting dalam
laba yang diinginkan atau direncanakan.
Untuk mendapatkan karyawan yang baik di dalam apotek, perlu
dilakukan kegiatan-kegiatan :
1. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan
2. Mendorong para karyawan untuk bekerja lebih giat
3. Memberi dan menempatkan mereka sesuai dengan pendidikannya
4. Merekrut calon karyawan dan mendidik sebagai calon pengganti yang
tua.
b. Pembagian Tugas
1. Apoteker / APA (Asisten Pendamping Apoteker)
Tugas apoteker :
a) Memimpin seluruh kegiatan apotek.
b) Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi yang
meliputi : Administrasi kefarmasian, Administrasi keuangan,
Administrasi penjualan, Administrasi barang dagangan atau
inventaris, Administrasi personalia , Administrasi bidang umum.
c) Membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan.
d) Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat
memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja.
Tanggung jawab Apoteker: apoteker bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya dan bertanggung jawab
kepada pemilik modal (Anief,2003).

2. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)


Tugas tenaga teknis kefarmasian adalah :
1) Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya, yaitu :
a) Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari menerima
resep dari pasien sampai menyerahkan obat yang diperlukan)
b) Menyusun buku defecta setiap pagi (membantu bagian pembeli),
memelihara buku harga sehingga selalu benar dan rapi
c) Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat.
d) Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal, digulung
kemudian disimpan
e) Memelihara kebersihan ruang peracikan, lemari obat, gudang dan
rak obat
2) Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai kasir,
penjual obat bebas dan juru resep.
Tenaga teknis kefarmasian bertanggung jawab kepada asisten kepala
sesuai dengan tugasnya, artinya bertanggung jawab atas kebenaran segala
tugas yang diselesaikannya, tidak boleh ada kesalahan, kekeliruan,
kekurangan, kehilangan dan kerusakan (Anief,2000).

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus 1
NAMA : Nur Ma’rifatul Azizah
NIM : E0015057
Kasus : Dermatitis Kontak
Seorang pasien laki-laki Tn. X datang ke apotik budi farma untuk
membeli obat racikan dengan keluhan gatal, ruam kemerahan, bersisik, dan
bengkak. Selain itu pasien juga mengalami demam.

Metode SOAP :

Subjek : Gatal, ruam kemerahan, bersisik, dan bengkak, demam.

Objek :-

Assesment : Pasien diperkirakan menderita Dermatitis Kontak

1. Pasien diperkirakan menderita dermatitis kontak karena tanda-


tanda yang dialami pasien yaitu gatal dengan ruam kemerahan,
bersisik, dan bengkak.
2. Pasien dinyatakan febris / demam berdasarkan pernyataan
pasien.

Planning :

1. Terapi farmakologi
 Dexametason 4mg (2x sehari 1 tablet sesudah makan)
Untuk mengobati gejala bengkak atau peradangan pada
pasien.
 CTM 4mg (3x sehari 1 tablet sesudah makan)
Untuk mengobati gejala dermatitis/ gejala alergi pasien.
 Kalsium Laktat 500mg (3x sehari 1 tablet sesudah
makan)
Untuk mempercepat proses penyembuhan alergi, karena
kalsium laktat memiliki peranan dalam mengganti
jaringan kulit yang rusak atau mati.
 Vitamin B1 50mg (2 x sehari 1 tablet sesudah makan)
Untuk terapi penunjang, mempercepat pemulihan tubuh
dan meningkatkan daya tahan tubuh.
 Parasetamol 500mg (2x sehari sesudah makan)
Untuk mengobati demam / menurunkan suhu tubuh.
2. Terapi non farmakologi
 Mandi dengan menggunakan air hangat
 Hindari makanan yang amis seperti ikan dan telur.
 Menjaga kebersihan tangan, tubuh, dan pakaian.
 Hindari menggaruk kulit yang gatal.
 Perbanyak konsumsi air putih
 Hindari produk perawatan kulit yang bisa menyebabkan
iritasi.
3. Monitoring
 Kontrol rutin ruam diarea leher.
 Kontrol suhu tubuh.
4. Konseling
 Konsumsi Dexametason 2 x sehari 1 tablet sesudah
makan.
 Konsumsi CTM 3 x sehari 1 tablet sesudah makan.
 Konsumsi Kalsium Laktat 3 x sehari 1 tablet sesudah
makan.
 Konsumsi Vitamin B1 2 x sehari 1 tablet sesudah makan
 Konsumsi Parasetamol 2x sehari sesudah makan (Jika
perlu).

3.2 Kasus II
NAMA : Denis Paras Dinata
NIM : E0015041
Ny. X berusia 50 tahun datang ke Apotek Budi Farma dengan keluhan
perut terasa sakit, nyeri di ulu hati, mual dan muntah.
Metode SOAP :

Subjektif : Mual, muntah, perut terasa sakit, nyeri di ulu hati.

Obejektif :-

Assesment : Pasien di perkirakan mengalami penyakit tukak lambung.

Planning:

1. Rencana terapi
 Parasetamol 500 mg (3 x sehari 1 tablet).
Parasetamol digunakan untuk mengurangi rasa nyeri,
parasetamol merupakan analgetik paling aman untuk
penderita asam lambung karena tidak membuat iritasi
lambung).
 Vitamin B1 50 mg (2 x sehari 1 tablet).
Vitamin B1 digunakan untuk memulihkan kondisi tubuh).
 Ranitidine 150 mg (2 x sehari 1 tablet)
Ranitidine digunakan untuk menghambat sekresi asam
lambung).
 Antasida (3 x sehari 1 tablet).
Antasida digunakan untuk menetralkan keasaman
lambung).
 Domperidone 10 mg (3 x sehari 1 tablet)
Domperidone digunakan untuk meredakan rasa mual dan
muntah).
2. Terapi Non Farmakologi
 Mengurangi makanan yang pedas.
 Mengurasi makanan yang asam.
 Makan yang teratur.
 Hindari stress.
3. Monitoring
 Nyeri pada lambung.
 Efek samping obat (obat-obat lambung dapat
menyebabkan konstipasi).
4. Konseling
 Antasida diminum satu jam sebelum atau sesudah
makan.
 Parasetamol diminum jika terasa nyeri.
 Domperidone dikonsumsi 30 menit atau satu jam
sebelum makan.

3.3 Kasus III

NAMA : Imania Rahmawati


NIM : E0015047
Ny. X berusia 60th datang ke Apotek dengan keluhan sering berkemih,
mata kunang-kunang dan setelah dicek gula darah mendapatkan hasil gula
darah pasien 203 mg/dl. Sehingga dapat disimpulkan ny.X diperkirakani
penyakit DM.

Metode SOAP :

Subjek : Gula darah tinggi, mata kunang-kunang, sering berkemih

Objektit : GDS (Gula Darah Sewaktu) 203 mg/dl

Assasment : Pasien diperkirakan terkena RM tipe 2


Planning :

1. Rencana terapi
 Glibenclamide 5 mg diberikan sebelum makan karena
glibenclamide bekerja pada pankreas untuk
mengendalikan kadar gula darah yang tinggi, sehingga
bertujuan agar tubuh mengeluarkan insulin lebih banyak
dari biasanya untuk mengikat glukosa dalam darah atau
dapat mengontrol kadar gula dalam darah.
 Metformin 500mg diminum pada saat makan atau setelah
makan. Bertujuan untuk menurunkan kadar gula darah
dan tidak meningkatkan sekresi insulin bekerja pada hati
mengubah gula menjadi energi.
2. Terapi Non Farmakologi :
 Kurangi makanan tinggi gula
 Diet
 Olahraga
 Banyak minum air putih
 Tidak boleh Stress
3. Konseling :
 Glibenclamid diminum sebelum makan 1x sehari pada
pagi hari.
 Metformin diminum pada saat atau sesudah makan 2x
sehari.

3.4 Kasus IV

NAMA : Elva Rosalina


NIM : E0015044
Tn. X berusia 40 tahun datang ke Apotek dengan keluhan pusing dan
pasien meminta untuk diperiksa tekanan darahnya setelah diperiksa ternyata
tekanan darah pasien tinggi yaitu 150/100mmHg. Pasien meminta obat
swamedikasi.
Metode SOAP :
Subjek : Pusing
Objek : Tekanan Darah Tinggi yaitu 150/100mmHg
Assesment : Hipertensi tipe I
Planning :
1. Rencana terapi
 Amlodipine 5mg 1x 1 sehari pada pagi hari
Amlodipine digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi
dengan cara merelaksasi secara langsung pada otot jantung dan
otot polos vaskular sehingga darah mengalir lebih mudah.
 Paracetamol 500 gram 3x sehari.
Paracetamol sebagai analgetik digunakan untuk mengurangi
pusing akibat naiknya tekanan darah.
2. Terapi Non Farmakologi
 Mengurangi asupan garam didalam tubuh.
 Menghindari stres.
 Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat.
 Olahraga

3. Konseling
 Memberitahukan pasien untuk selalu rutin melakukan kontrol
tekanan darah
 Menganjurkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan asin
dan makanan berlemak.
 Manganjurkan pasien mengkonsumsi buah- buahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh,
 Menginformasikan penggunaan amplodipine 1 kali sehari secara
rutin pada pagi hari.
 Menginformasikan kepada pasien penggunaan parasetamol
pada saat pusing saja.

3.5 Kasus V

NAMA : Nur Iffah Pujiyanti


NIM : E0015022
Pasien X datang ke apotek mengeluh badan pegal pegal, nyeri pada
lutut dan telapak kaki saat berjalan, rasa kebas pada telapak kaki, dan
pasien mempunyai riwayat asam urat 8,3 mg/dL, pasien meminta obat terapi
yang tepat.
Metode SOAP
Subjek : Pegel- pegel, nyeri pada lutut dan telapak kaki saat
berjalan.
Objek : Kadar asam urat 8,3(normal perempuan 2,4-6 mg/dL
laki- laki 3,4-7 mg/dL)
Assesment : Diperkirakan Hiperuresemia
Planning :
1. Rencana Terapi
 Allupurinol ( 1 × sehari 100 mg)
(Allupurinol digunakan untuk menurunkan kadar asam urat).
 Piroxicam (Piroxicam digunakan untuk rasa nyeri, pembekakan
dan peradangan pada sendi).
 Dexamethasone (Dexamethasone digunakan untuk mengobati
peradangan pada sendi).
 Antasida (3-4 × sehari 1-2 tablet)
(Antasida merupakaan obat yang digunakan untuk menetralkan
atau menurunkan keasaman pada lambung. Pada kasus ini
penggunaaan antasida diberikan untuk melindungi lambung
akibat efek samping yang dihasilkan oleh piroxicam dan
Dexamethasone.
2. Terapi Non Farmakologi
 Menghindari makanan yang banyak memiliki kandungan purin
seperti jeroan, makanan amis amis, dan sayuran yang memiliki
kandungan purin cukup tinggi.
 Menghindari konsumsi alcohol
 Olahraga dengan teratur
3. Monitoring
 Monitoring efek samping obat
 Monitoring untuk mengatur kadar asam urat
4. Konseling
 Alupurinol di konsumsi 1 × sehari setelah makan
 Antasida dikonsumsi sebelum makan
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Waktu, Tempat, Dan Teknis Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan kuliah kerja nyata berbasis profesi dilaksanakan
pada tanggal 4 Desember sampai dengan tanggal 16 Desember 2017.
Tempat pelaksanaan kuliah kerja nyata berbasis profesi ini di Apotek “Budi
Farma” yang beralamatkan di Jalan Raya Pasar Pangkah RT 08 RW 06
Kecamatan Pangkah-Kabupaten Tegal.

4.2 Sejarah Apotek Budi Farma


Sejarah Apotek Budi Farma didirikan pada tanggal 1 juni 2013
berdasarkan PP No. 51 tahun 2009 tentang cara pendirian apotek, dimana
untuk saat ini Surat Izin Apotek diberikan oleh Dinas Kesehatan atas
rekomendasi Ikatan Apoteker Indonesia Kabupaten Tegal.

Apotek Budi Farma terletak dijalan Pasar Pangkah RT 08 RW 06


Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Kepemimpinan Apotek ini terdiri dari
satu orang yaitu Yogi Nur Cakhyo, S.Farm.,Apt dengan nomor SIA
006/SIA/Dinkes/2015, dimana Surat Izin Apotek akan diperpanjang oleh
Apoteker pengelola apotek setiap lima tahun.

Struktur Organisasi Apotek Budi Farma


PSA & APA

Yogi Nur Cakhyo,


S.Farm.,Apt.
Asisten Apoteker Kasir
& Adminidtrasi

1. Nisa
Anita Nur Malasari
2. Nilam Saras Wati
3. Khusnul Khotimah
4. Fathuli ilmi
5. Aditia Aji Pratama
6. Hanif Bachtiar
Tugas dari masing-masing struktur organisasi :
Apoteker :
1. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non
teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan
yang berlaku.
2. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi.
3. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan
hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara
meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan
penekanan biaya serendah mungkin.
4. Melakukan pengembangan usaha apotek.
Asisten apoteker :
1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggungjawab dan standar
profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta
melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter.
2. Memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan atau
pemakaian obat yang akan diserahkan pada pasien dan juga
memberikan informasi mengenai penggunaan secara tepat, benar,
rasional, serta mudah dimengerti pasien atau masyarakat.
Kasir :
Sebagai loket pembayaran, melakukan pelayanan terkait tentang
pembayaran.
Administrasi :
Sebagai pengurus mengenai seluruh administrasi di apotek seperti :
1. Membuat laporan realisasi data dan anggaran setiap bulan
2. Membuat laporan penutupan buku
3. Melakukan rekapitulasi buku penjualan tunai dihitung berdasarkan
jumlah resep dan rekaptulasi buku pembelian
4.3 Tujuan Pendirian Apotek
Tujuan :
1. Sebagai tempat pengabdian profesi apoteker.
2. Melayani kebutuhan obat, bahan obat, alat kesehatan, serta perbekalan
farmasi lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan
berorientasi kepada kepentingan dan kepuasan pasien sebagai
implementasi kompetensi profesi Apoteker.
3. Memberikan dan menyediakan informasi, edukasi dan informasi
kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, dengan cara pengobatan
yang tepat.
Visi :
Apotek Budi Farma menjadi apotek yang menerapkan pelayanan
kefarmasian yang bermutu, berkualitas, dan terpercaya serta
menguntungkan bagi konsumen dan karyawan.
Misi :
1. Menyediakan obat, alat kesehatan, serta perbekalan farmasi lainnya
yang bermutu, berkualitas dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
2. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang tepat, cepat, ramah,
informatif dengan menerapkan konsep Pharmaceutical Care secara
professional
3. Meningkatkan kesejahteraan taraf hidup seluruh karyawan.
4.4 Pengelolaan
4.4.1 Sumber Daya Manusia
Tenaga kesehatan diapotek Budi Farma hanya ada 1 apoteker dan
6 asisten apoteker yang menangani masalah kebutuhan pasien yang
ingin berkonsultasi mengenai masalah penyakit yang dialami oleh
pasien. Pasien pun juga dapat leluasa berkonsultasi atas keluhan-
keluhannya pada apoteker. Untuk saat ini apotek Budi Farma belum
ada tenaga medis ataupun dokter spesialis. Karena diapotek Budi
Farma berfokus pada swamedikasi atau pengobatan sendiri
berdasarkan keluhan yang dialami oleh pasien. Sehingga semua
kegiatan kefarmasian masih dibawah tanggung jawab apoteker. Setiap
hari Apoteker datang atau berada di apotek pada pukul 07.00-12.00
dan 17.00-20.00 WIB.
4.4.2 Sarana dan Prasarana
Apotek Budi Farma didirikan diatas bangunan dengan status
bangunan milik sendiri. Bangunan tersebut terdiri dari beberapa bagian
antara lain :
a. Ruang tunggu
b. Ruangan pelayanan obat
c. Ruang peracikan dan pelayanan obat
d. Tempat shalat
e. Kamar mandi
f. Area parkir diapotek
1. Kelengkapan Bangunan
Sebagai penunjang kegiatan di apotek, maka apotek dilengkapi
dengan :
 Sumber air bersih
 Penerang yang cukup
 Ventilasi yang memadai
2. Identitas apotek
Apotek Budi Farma mempunyai dua macam identitas yaitu :
 Identitas diluar ruangan, berupa neon box dan papan ijin praktek
apoteker.
 Identitas didalam ruangan, berupa papan berwarna putih dan
tulisan warna hitam dengan ukuran 60 x 40 cm yang memuat
nama apotek, alamat, nama apoteker, nomor SIPA, dan nomor
SIA.
3. Perlengkapan dan peralatan apotek
Perlengkapan yang disediakan sebagai penunjang kegiatan di
apotek antara lain :
a. Perlengkapan dan alat untuk perbekalan farmasi, terdiri dari:
 Lemari kaca untuk obat bebas / OTC (over the counter)
 Lemari kayu untuk penyimpanan obat-obatan generik dan
generik bermerk (obat tidak beriklan di media elektronik).
 Kulkas untuk penyimpanan obat yang suhunya harus terjaga
seperti suppositoria.
 Buku defecta untuk mencatat sediaan apa yang habis dan
akan habis.
 Buku penjualan untuk mencatat barang yang terjual
b. Perlengkapandan alat peracikan
 Meja peracikan obat
 Mortir dan stamper
 Alat pengepres puyer
 Kaca pengaduk
c. Wadah pengemas dan pembungkus
 Etiket
 Kertas perkamen
 Plastik pengemas dan pembungkus
 Pot salep
d. Buku-buku penunjang
 Farmakope Indonesia III
 ISO
 MIMS
 Peraturan Perundang-undangan Pemerintah tentang Apotek.
4.4.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan lainnya
4.4.3.1 Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi diapotek Budi Farma
dengan melihat stok obat dibuku defecta yaitu buku yang
digunakan untuk mencatat perbekalan farmasi yang akan
habis atau hampir habis. Perbekalan yang habis atau hampir
habis, semua ditulis dibuku defecta, dan akan masuk rencana
pembelian semua tergantung pada apoteker dengan
pertimbangan dana yang tersedia dan kecepatan barang
(Slow moving dan Fast moving).
Dalam melakukan perencanaan Apotek Budi Farma
menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Metode Konsumsi
Metode konsumsi dilihat dari buku defecta atau berdasarkan
jenis obat yang sering dipakai atau digunakan oleh
konsumen.
2. Metode Epidemiologi
Metode ini berdasarkan pada penyakit yang melanda pada
musim itu.
3. Metode Kombinasi
Metode yang menggabungkan antara kondisi defecta
dengan kebutuhan yang ada.
4.4.3.2 Pengadaan
Hal yang perlu dilakukan dalam pengadaan obat adalah :
1. Pengadaan obat dilakukan dengan menggunakan SP
Apotek yang ditanda tangani oleh APA.
2. Pengadaan obat ditujukan kepada distributor yang resmi
atau sarana yang berhak dan sah.
3. Dilakukan pemeriksaan atas fisik dan mutu obat pada
saat penerimaan obat.
4. Pengadaan obat dicatat pada buku pembelian

Pada saat pengadaan sediaan, Apotek Budi Farma


menggunakan beberapa sistem yaitu :
1. Sistem Tempo
Yaitu melakukan order barang ke distributor resmi dengan
sistem jatuh tempo.
2. Sistem COD
Yaitu pembeli secara langsung atau cash.
3. Konsinyasi
Yaitu membayar sejumlah barang titipan dari sales yang
sudah laku terjual.
4.4.3.3 Penyimpanan
a. Berdasarkan Kecepatan Keluarnya obat
b. Berdasarkan Suhu
c. Bentuk Sediaan
d. Jenis barang
e. Alphabetis
f. Golongan Obat
4.4.3.4 Pendistribusian
a. Berdasarkan resep
b. Berdasarkan indikasi (Swamedikasi)
c. Berdasarkan daya beli
4.4.3.5 Pemusnahan
Apotek Budi Farma belum melakukan pemusnahan resep
karena belum ada resep yang berusia 5 tahun dan Apotek
Budi Farma baru 4 tahun.
4.5 Pelayanan
Pelayanan diapotek Budi Farma lebih mementingkan swamedikasi yang
sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) seperti :
1. SOP Pelayanan OTC
a. Pasien datang
b. Menyapa pasien dengan ramah dan menanyakan kepada pasien
obat apa yang dibutuhkan.
c. Tanyakan lebih dahulu keluhan atau penyakit yang diderita oleh
pasien, kemudian bantu pasien untuk mendapatkan obat yang tepat.
d. Menghitung harga dan meminta persetujuan terhadap nominal harga.
e. Bila sudah ada persetujuan, ambilkan obat yang diminta pasien
sesuai dengan permintaan meliputi : nama obat dan jumlah obat
f. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi tentang obat
meliputi dosis, frekuensi pemakaian sehari, waktu penggunaan obat,
cara penggunaan dan efek samping obat yang mungkin timbul
setelah penggunaan obat.
2. SOP Pelayanan OWA
a. Pasien datang
b. Menyapa pasien dengan ramah dan menanyakan kepada pasien
obat apa yang dibutuhkan
c. Tanyakan pada pasien apa keluhan yang dialaminya dan gejala
penyakitnya
d. Tanyakan pada pasien apakah pernah menggunakan obat tertentu
dan bagaimana hasilnya (kondisi membaik atau tambah parah).
e. Bila pasien telah menggunakan obat sebelumnya dan hasilnya
tidak memuaskan maka pilihkan obat lain yang sesuai dengan
kondisi pasien, begitu juga untuk pasien yang sama sekali belum
pernah minum obat
f. Menghitung harga dan meminta persetujuan terhadap nominal
harga
g. Setelah pasien setuju dengan harga obat,ambilkan obat tersebut.
h. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi tentang
obat meliputi dosis, frekuensi pemakaian sehari, waktu
penggunaan obat, cara penggunaan dan efek samping obat yang
mungkin timbul setelah penggunaan obat dan jika peru
pengatasan pertama terhadap efek samping yang ditimbulkan.
i. Tanyaan dan catat nama pasien, alamat, dan nomor telefon
pasien.
j. Buat catatan khusus tentang pasien yang nantinya sebagai patien
data record
3. SOP Pelayanan Resep
a. Menerima resep pasien
b. Lakukan skrining resep meliputi administrasi, pharmaceutical dan
klinik.
c. Mengecek ketersediaan obat.
d. Menghitung harga dan meminta persetujuan terhadap nominal harga
e. Siapkan obat sesuai resep.
f. Jika obat racikan maka patuh SOP meracik.
g. Buat etiket dan cocokkan dengan resep.
h. Teliti kembali resep sebelum diserahkan pada pasien termasuk
salinan resep dan kuitansi (jika diminta oleh pasien).
i. Pembayaran obat.
j. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi tentang obat
meliputi dosis, frekuensi pemakaian sehari, waktu penggunaan obat,
cara penggunaan dan efek samping obat yang mungkin timbul
setelah penggunaan obat dan jika peru pengatasan pertama
terhadap efek samping yang ditimbulkan.
k. Tanyaan dan catat nama pasien, alamat, dan nomor telefon pasien.

4.6 Perpajakan
Perpajakan dihitung dan dibayarkan sebulan sekali dengan sistem
online, kemudian dilaporkan setahun sekali di Kantor Pajak Tegal.

4.7 Evaluasi Mutu Pelayanan


Di Apotek Budi Farma Pelayanan dan pengelolaan obat menganut dan
sudah sesuai SOP yang ada dengan evaluasi secara rutin setiap harinya
dengan melihat buku swamedikasi.

4.8 Strategis Pengembangan


Strategis pengembangan di Apotek Budi Farma menggunakan :
 Promosi Mouth To Mouth (Mulut ke Mulut)
 Dengan meningkatkan pelayanan
 Dengan memperlengkap perbekalan farmasi.
 Dengan menekan harga
4.9 Layout Apotek Budi Farma

Keterangan Denah:

A = Area Parkir G= Meja Racik

B = Ruang Tunggu 1. Sediaan Tablet

C = Etalase Obat 2. Sediaan Salep & Puyer


3. Sediaan Racikan
1. Kosmetik
H= Kulkas
2. Cek kesehatan & Konsultasi
3. Parfum 1. Kulkas Minuman
4. Minyak Angin 2. Kulkas Penyimpanan
5. Obat Bebas Obat / Suppo
6. Balsem I = Wastafel
7. Tetes Mata dan salep
J= Toilet
8. Sirup anak
9. Sirup dewasa K= Dapur
10. Spray
D = Meja M= Gudang

1. Meja Kasir N = Tangga ke lantai 2


2. Meja Apoteker

E = Lemari Kaca Obat Herbal dan Lantai 2 sejauh ini sekedar


Multivitamin sirup. digunakan untuk penyimpanan

F = Lemari Kayu faktur dan tempat breafing.

1. Susu Bubuk
2. Obat Keras
3. Stok Obat
4. Stok tisu dan minuman
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
2.1 KESIMPULAN
A. Fungsi apotek adalah menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dari fungsi
yang pertama ini seorang farmasis harus hadir dengan wajah yang
sangat sosial penuh etika dan moral.
B. Apotek Budi Farma sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan
peraturan yang ada terkait tentang penyimpanan, pelayanan dan sarana
prasarananya.
C. Karyawan Apotek melakukan pelayanan dengan penuh tanggung jawab
dan sopan sehingga membuat kesan nyaman terhadap pembeli.
D. Strategi harga barang di Apotek Budi Farma disesuaikan dengan faktur
pembelian dengan persentase keuntungan yang berbeda tergantung jenis
barang.
E. Apotek Budi Farma tidak menyediakan obat Psikotropik & Narkotika
karena lebih berfokus pada swamedikasinya sehingga kebutuhan obat
tersebut sangat terbatas.
2.2 SARAN
A. Untuk Institusi agar pelaksanaan KKN dilaksanakan pada waktu yang
lebih lama agar lebih dapat memahami perannya di bidang kefarmasian
sebagai seorang asisten apoteker dan apoteker pada akhirnya nanti.
B. Diharapkan kegiatan seperti ini dapat berlangsung seterusnya guna dapat
memberikan bekal tambahan bagi Mahasiswa Farmasi STIKes Bhamada
Slawi agar mampu bersaing dalam dunia kerja dan mampu mencetak
lulusan yang profesional di bidang kefarmasian.
C. Untuk lahan Apotek Budi Farma diharapkan di tambahkan terkait kursi
untuk ruang tunggu. Lantai 2 bisa dimanfaatkan sebagai gudang (Stok)
sehingga di lantai 1 bisa ada ruang tambahan untuk ruang tunggu.
D. Pembuatan kartu stok untuk mengetahui jumlah sediaan. Penerapan
sistem komputerisasi sehingga pelayanan terkait perhitunganya dan bukti
bayar bisa pasien dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I.,Sukandar, E. Y. 2008.


ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta

Anonim.(2014). ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 48. Jakarta:


Penerbit PT.ISFI

Anonim. (2009) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun


2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: MenKes RI.

Anonim. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35


Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
Jakarta: MenKes RI.

Anief, Moh. (2000). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press

Atikah Proverawati, MPH. 2010. Menopause dan Sindrom Pre Menopause.


Yogyakarta: Muha Medika

Aulakh, R and Surijit Singh. (2008). Srategies for Minimizing Corticosteroid


Toxicity: A Review. Indian Journal of Pediatrics,75.1067-1073.

Feighner, S. D., And M. P. Dashkevicz. 1987.Subtherapeutic Levels Of


Antibiotics In Poultry Feeds And Their Effects On Weight Gain,
Feedefficiency, And Bacterial Cholyltaurine Hydrolase Activity. Appl.
Environ. Microbiol.53:331-336.

Levy, S.B. 1998. The Challenge Of Antibiotic Resistance. Scientific


American:46-53.

Neal, J. 2006. At a glance Farmakologi Medis. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sastrawinata RS. 1985. Teknologi KB Masa Kini dan Masa Depan.


Lokakarya Sukabumi.

Susan Maphilindawati Noor & Masniari Poeloengan. Pemakaian Antibiotika


Pada Ternak Dan Dampaknya Pada Kesehatan Manusia. Bogor:
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan

Anda mungkin juga menyukai