NAMA KELOMPOK:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pertanyaan mendasar yang sering terdengar dalam kaitannya dengan
teori pengembangan wilayah adalah “Bagaimana daerah tumbuh?”
“Mengapa beberapa daerah tumbuh lebih cepat dari yang lain? “” Mengapa
perbedaan dalam tingkat kesejahteraan sosial di daerah begitu gigih?”
Pertanyaan sentral ini telah menarik perhatian seorang berbagai kelompok
sarjana selama lima puluh tahun. Topik yang awalnya hanya untuk
kepentingan ekonomi dan geografi sekarang sedang diselidiki oleh sosiolog,
ilmuwan politik, dan peneliti dari berbagai disiplin ilmu sosial.
Penelaahan lebih lanjut terkait studi pengembangan wilayah ada pada
penekanan tiga tema utama yang dibahas dalam berbagai literatur
pembangunan daerah. Mempelajari dari beberapa referensi pustaka pada
beberapa artikel dalam pembangunan ekonomi daerah, kebijakan serta teori
yang dibahas untuk menentukan teori tentang peran kebijakan dan
perencanaan dalam mencapai tujuan kesejahteraan sosial efisiensi dan
ekuitas.
Christaller (1933) dan Losch (1954) mendefinisikan daerah sebagai
hierarkis sistem tempat atau pusat kota. Urutan sebuah kota ditentukan oleh
keragaman barang yang ditawarkan di kota, yang pada gilirannya ditentukan
oleh ukuran relatif daerah pasar untuk barang-barang yang berbeda. Kota
diasumsikan untuk mengimpor barang dari desa, barang-barang ekspor
urutan yang lebih rendah kota, dan tidak berinteraksi dengan kota-kota lain.
definisi ini berguna sebagai cara untuk menentukan tata ruang daerah yang
berorientasi pasar. Pendekatan yang lebih populer di kalangan teoritisi yang
terkini adalah untuk menentukan wilayah dalam bentuk spasial saling
terkait, atau “sentral,” pasar tenaga kerja. Kemudian di pembahasan kali ini
kita akan mengetahui bagaimana peran ekspor dalam membangun suatu
daerah.
2. LANDASAN TEORI
Sederhanya, teori basis ekspor menjelaskan bahwa suatu wilayah tumbuh
atau berkembang sebagai akibat dari adanya spesialisasi komoditas dalam
kegiatan ekspor yaitu mengandalkan pada kekuatan permintaan eksternal
(outward looking) dimana wilayah dengan tingkat permintaan tinggi akan
menarik investasi (modal) dan tenaga kerja.
Jika dilihat dari definisi, ekspor diartikan sebagai sebuah kegiatan untuk
memperoleh pendapatan dari luar wilayah bersangkutan, dan kegiatan ini dapat
meningkatkan kekayaan serta kemampuan suatu wilayah untuk melaksanakan
pembangunan.
1. Menghasilkan produk yang bisa melayani kebutuhan lokal, dan juga dapat
diekspor ke luar wilayah asal.
2. Selain itu, istilah ekspor yang dimaksud dapat juga seperti mendatangkan
Dari rumus tersebut, industri digolongkan sebagai industri basis dan industri
non-basis.
LQ > 1 : ekonomi basis (industri ekspor) , misalnya pendidikan, pertanian
Dengan mengetahui industri basis dan non-basis, maka multiplier effect dapat
diketahui.
3. PEMBAHASAN
a. Tokoh Ekonomi Dasar (Ekspor)
1) Harry W. Richardson
Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973)
yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan
barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam penjelasan
selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-industri yang
menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku
untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan
peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa
suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut
dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain
2) Douglas C. North
Douglas C. North. Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa ekspor
merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk itu
perekonomian daerah dibagi menjadi dua sektor, yaitu sektor basis (sektor
ekspor) dan sektor nonbasis (sektor lokaI). Untuk mengetahui suatu sektor
itu termasuk sektor basis stau sektor nonbasis digunakan metode Location
Quotient (LQ). Dari metode LQ diketahui bahwa yang terus-menerus
menjadi sektor basis (LQ > 1) selama peri ode 1986-1997 adalah sektor
pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik. gas dan air bersih,
sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Sedangkan
sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan komunikasi menjadi sektor
basis hanya pada tahun 1987-1989.
Dalam konsep North, komoditas ini tidak perlu selamanya industri
ekstraktif, akan tetapi produk dari industri sekunder bahkan tersier pun,
dapat menjadi komoditas ekspor tersebut. Oleh karena itu, North tidak
mempergunakan istilah export staples seperti Innis, akan tetapi exportable
commodities. Akan tetapi, di wilayah yang perkembangannya masih pada
tahap awal yang masih bergantung pada industri ekstraktif, istilah export
staples dari Innis ini sama dengan exportable commodities dari North
(North, 1955). Agar export staples atau exportable commodities ini dapat
bersaing dengan komoditas yang sama dari wilayah serta negara lain,
maka ongkos produksi komoditas tersebut harus ditekan. Sesuai dengan
teori lokasi, untuk menekan ongkos produksi ini, biaya transport dan
prasarana lainnya harus ditekan. Oleh sebab itu, semua wilayah yang baru
berkembang, berusaha keras untuk membangun prasarananya, baik jalan
raya, energi, pelabuhan, maupun yang lebih lunak seperti tenaga kerja
yang terampil (North, 1955).
Bagaimana exportable commodities ini dapat mengembangkan wilayah,
diterangkan oleh North dengan membagi aktivitas ekonomi dalam dua
golongan, yaitu industri ekspor (export industries) dan industri setempat
(residentiary industries). Industri setempat adalah industri yang khusus
melayani kebutuhan penduduk lokal. Apabila wilayahnya betul-betul
merupakan wilayah baru maka hal ini mudah terlihat, seperti Pacific
Northwest atau Kanada dari Innis, yang memiliki industri kayu, gandum
dan terigu. Persoalan menjadi lain apabila perkembangan wilayah telah
kompleks. Dengan makin kompleksnya struktur ekonomi, tidak mudah
untuk memisahkan antara industri ekspor dan industri setempat. Untuk itu,
North memakai metode yang diperkenalkan oleh Hilderbrand dan Mace,
yaitu dengan memakai kuosien lokasi atau location quotient atau biasa
disingkat l.q. Location quotient ini menunjukkan besarnya konsentrasi
industri di wilayah studi, dengan besarnya konsentrasi industri di wilayah
yang menjadi benchmark, misalnya di seluruh negara (North,1964)
3) Innes
Menurut Innes data perekonomian China mengingatkan akan dampak
negatif dari perang dagang terhadap China dan ekonomi global. Selain
kekhawatiran terhadap proyeksi ekonomi, sinyal pelemahan permintaan
minyak China masih sedikit. Kemudian selain ekonomi cina Sebenarnya
gagasan teori Basis Ekspor dari North dilhami oleh karya-karya Innis
mengenai ekonomi Kanada. Dalam karya-karyanya, Innis menyampaikan
bahwa ekonomi Kanada berkembang dari apa yang disebutnya sebagai
export staples, yaitu komoditas utama yang dihasilkan oleh wilayah
tersebut. Dalam gagasan Innis, komoditas ini berupa hasil dari kegiatan
ekstraktif (pertambangan, kayu, berbagai hasil pertanian seperti gandum,
dan lain-lain) yang merupakan sektor ekonomi yang dominan di wilayah
tersebut.
b. Klebihan dan Kekurangan ekonomi basic (sektor)
d. Pendekatan Kewilayahan
4. PENUTUP
a. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Ekonomi. http://repository.unair.ac.id/47504/
CNN Indonesia. 2019. Pelemahan Ekspor dan Impor China Tekan Harga Minyak.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190115071522-85-
360824/pelemahan-ekspor-dan-impor-china-tekan-harga-minyak
Sutriah, Siti Nurzaman. 2008. Teori Basis Ekspor Masa Kini di Arab Saudi,
file:///C:/Users/User/Downloads/4200-14502-1-SM.pdf