Anda di halaman 1dari 12

TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN WILAYAH

(TEORI EKONOMI DASAR EKSPOR)

MATA KULIAH: PERENCANAAN WILAYAH

DOSEN PENGAJAR: NANA NOVITA PRATIWI, ST. M, Eng

NAMA KELOMPOK:

1. SYARIF MUHAMMAD RIZAL (D1091181005)


2. AYU YULIANTI (D1091181006)
3. TANIA PUTRI ZAMZANI (D1091181034)
4. GUSTIJAN AMINULLAH (D1091181037)

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2019
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pertanyaan mendasar yang sering terdengar dalam kaitannya dengan
teori pengembangan wilayah adalah “Bagaimana daerah tumbuh?”
“Mengapa beberapa daerah tumbuh lebih cepat dari yang lain? “” Mengapa
perbedaan dalam tingkat kesejahteraan sosial di daerah begitu gigih?”
Pertanyaan sentral ini telah menarik perhatian seorang berbagai kelompok
sarjana selama lima puluh tahun. Topik yang awalnya hanya untuk
kepentingan ekonomi dan geografi sekarang sedang diselidiki oleh sosiolog,
ilmuwan politik, dan peneliti dari berbagai disiplin ilmu sosial.
Penelaahan lebih lanjut terkait studi pengembangan wilayah ada pada
penekanan tiga tema utama yang dibahas dalam berbagai literatur
pembangunan daerah. Mempelajari dari beberapa referensi pustaka pada
beberapa artikel dalam pembangunan ekonomi daerah, kebijakan serta teori
yang dibahas untuk menentukan teori tentang peran kebijakan dan
perencanaan dalam mencapai tujuan kesejahteraan sosial efisiensi dan
ekuitas.
Christaller (1933) dan Losch (1954) mendefinisikan daerah sebagai
hierarkis sistem tempat atau pusat kota. Urutan sebuah kota ditentukan oleh
keragaman barang yang ditawarkan di kota, yang pada gilirannya ditentukan
oleh ukuran relatif daerah pasar untuk barang-barang yang berbeda. Kota
diasumsikan untuk mengimpor barang dari desa, barang-barang ekspor
urutan yang lebih rendah kota, dan tidak berinteraksi dengan kota-kota lain.
definisi ini berguna sebagai cara untuk menentukan tata ruang daerah yang
berorientasi pasar. Pendekatan yang lebih populer di kalangan teoritisi yang
terkini adalah untuk menentukan wilayah dalam bentuk spasial saling
terkait, atau “sentral,” pasar tenaga kerja. Kemudian di pembahasan kali ini
kita akan mengetahui bagaimana peran ekspor dalam membangun suatu
daerah.
2. LANDASAN TEORI
Sederhanya, teori basis ekspor menjelaskan bahwa suatu wilayah tumbuh
atau berkembang sebagai akibat dari adanya spesialisasi komoditas dalam
kegiatan ekspor yaitu mengandalkan pada kekuatan permintaan eksternal
(outward looking) dimana wilayah dengan tingkat permintaan tinggi akan
menarik investasi (modal) dan tenaga kerja.

Jika dilihat dari definisi, ekspor diartikan sebagai sebuah kegiatan untuk
memperoleh pendapatan dari luar wilayah bersangkutan, dan kegiatan ini dapat
meningkatkan kekayaan serta kemampuan suatu wilayah untuk melaksanakan
pembangunan.

Definisi ekspor yang digunakan dalam konsep pengembangan ini dibagi ke


dalam dua definisi:

1. Menghasilkan produk yang bisa melayani kebutuhan lokal, dan juga dapat
diekspor ke luar wilayah asal.

2. Selain itu, istilah ekspor yang dimaksud dapat juga seperti mendatangkan

orang dari luar wilayah.

Gambar 1. Teori Basis Ekonomi


Sumber : Faizal, 2018
Teori basis ekspor berorientasi kepada kegiatan ekspor untuk memajukan
perekonomian wilayahnya. Aktivitas dalam perekonomian yang diterangkan oleh
North digolongkan dalam dua sektor kegiatan yaitu aktivitas basis (industri
ekspor) dan non basis (industri setempat). Industri setempat adalah industri yang
khusus melayani kebutuhan penduduk lokal.

1) Kegiatan Basis (industri ekspor)


 merupakan kegiatan yang mengekspor barang-barang dan pelayanan ke
luar wilayah ekonominya atau memasarkan barang-barang dan pelayanan
kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan wilayah ekonominya
 Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous, artinya tidak
terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah tersebut dan sekaligus
berfungsi untuk mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.
 Memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam
pertumbuhan suatu wilayah.
 Ekspor termasuk juga barang/jasa yang dibeli/dimanfaatkan oleh
penduduk luar wilayah, meskipun transaksi dilakukan di dlm wilayah.
 Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju
pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya.
 Adanya sektor basis ini akan menimbulkan efek pengganda (multiplier
effect) sebagai hasil interaksi antara sektor ekonomi basis kepada sektor
ekonomi non–basis. Efek pengganda adalah angka yang menunjukkan
banyaknya tenaga kerja (atau bisa juga PDRB) di seluruh sektor ekonomi
yang terbentuk karena adanya kegiatan industri basis. Dengan demikian
maka wilayah yang tidak memiliki basis ekspor atau pada wilayah
belakang (hiterland) pun akan dapat berkembang akibat adanya efek
pengganda ini.
 Sebuah wilayah yang akan dikembangkan dengan menggunakan teori ini
harus memiliki sektor yang dapat diandalkan dan wilayah tersebut harus
disiapkan sehingga multiplier effect akan benar-benar jatuh ke wilayah
yang tidak memiliki basis ekspor atau pada wilayah belakang (hiterland),
bukan ke wilayah yang sudah berkembang.
 Semakin bertambahnya kegiatan basis dalam satu wilayah akan
meningkatkan arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan yang
akan berdampak nantinya pada penambahan permintaan barang dan jasa
dan volume kegiatan non-basis pun akan bertambah, begitu pun
sebaliknya.

2) Kegiatan Non-Basis (industri setempat)

 Kegiatan non–basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan


masyarakat dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang berada di dalam daerah itu sendiri dan luas lingkup
produksi serta pemasarannya bersifat lokal saja.
 merupakan sektor sekunder (city folowing) artinya tergantung
perkembangan yang terjadi dari pembangunan yang menyeluruh.
Akibat dari perkembangan wilayah yang semakin kompleks, tidak mudah
membedakan antara aktivitas basis dan aktivitas non-basis. Untuk itu, North
memakai metode kuisien lokasi (Location quotient) atau singkat LQ. LQ ini
menunjukkan besarnya konsentrasi industri di wilayah studi. Teknik yang
membantu dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah. Secara
formal sebagaimana yang dituliskan Richardson LQ dinyatakan dengan rumus
berikut :

Dari rumus tersebut, industri digolongkan sebagai industri basis dan industri
non-basis.
LQ > 1 : ekonomi basis (industri ekspor) , misalnya pendidikan, pertanian

LQ < 1 : ekonomi non-basis (industri setempat), misalnya pelayanan

Dengan mengetahui industri basis dan non-basis, maka multiplier effect dapat
diketahui.

3. PEMBAHASAN
a. Tokoh Ekonomi Dasar (Ekspor)
1) Harry W. Richardson
Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973)
yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan
barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam penjelasan
selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-industri yang
menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku
untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan
peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa
suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut
dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain
2) Douglas C. North
Douglas C. North. Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa ekspor
merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk itu
perekonomian daerah dibagi menjadi dua sektor, yaitu sektor basis (sektor
ekspor) dan sektor nonbasis (sektor lokaI). Untuk mengetahui suatu sektor
itu termasuk sektor basis stau sektor nonbasis digunakan metode Location
Quotient (LQ). Dari metode LQ diketahui bahwa yang terus-menerus
menjadi sektor basis (LQ > 1) selama peri ode 1986-1997 adalah sektor
pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik. gas dan air bersih,
sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Sedangkan
sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan komunikasi menjadi sektor
basis hanya pada tahun 1987-1989.
Dalam konsep North, komoditas ini tidak perlu selamanya industri
ekstraktif, akan tetapi produk dari industri sekunder bahkan tersier pun,
dapat menjadi komoditas ekspor tersebut. Oleh karena itu, North tidak
mempergunakan istilah export staples seperti Innis, akan tetapi exportable
commodities. Akan tetapi, di wilayah yang perkembangannya masih pada
tahap awal yang masih bergantung pada industri ekstraktif, istilah export
staples dari Innis ini sama dengan exportable commodities dari North
(North, 1955). Agar export staples atau exportable commodities ini dapat
bersaing dengan komoditas yang sama dari wilayah serta negara lain,
maka ongkos produksi komoditas tersebut harus ditekan. Sesuai dengan
teori lokasi, untuk menekan ongkos produksi ini, biaya transport dan
prasarana lainnya harus ditekan. Oleh sebab itu, semua wilayah yang baru
berkembang, berusaha keras untuk membangun prasarananya, baik jalan
raya, energi, pelabuhan, maupun yang lebih lunak seperti tenaga kerja
yang terampil (North, 1955).
Bagaimana exportable commodities ini dapat mengembangkan wilayah,
diterangkan oleh North dengan membagi aktivitas ekonomi dalam dua
golongan, yaitu industri ekspor (export industries) dan industri setempat
(residentiary industries). Industri setempat adalah industri yang khusus
melayani kebutuhan penduduk lokal. Apabila wilayahnya betul-betul
merupakan wilayah baru maka hal ini mudah terlihat, seperti Pacific
Northwest atau Kanada dari Innis, yang memiliki industri kayu, gandum
dan terigu. Persoalan menjadi lain apabila perkembangan wilayah telah
kompleks. Dengan makin kompleksnya struktur ekonomi, tidak mudah
untuk memisahkan antara industri ekspor dan industri setempat. Untuk itu,
North memakai metode yang diperkenalkan oleh Hilderbrand dan Mace,
yaitu dengan memakai kuosien lokasi atau location quotient atau biasa
disingkat l.q. Location quotient ini menunjukkan besarnya konsentrasi
industri di wilayah studi, dengan besarnya konsentrasi industri di wilayah
yang menjadi benchmark, misalnya di seluruh negara (North,1964)
3) Innes
Menurut Innes data perekonomian China mengingatkan akan dampak
negatif dari perang dagang terhadap China dan ekonomi global. Selain
kekhawatiran terhadap proyeksi ekonomi, sinyal pelemahan permintaan
minyak China masih sedikit. Kemudian selain ekonomi cina Sebenarnya
gagasan teori Basis Ekspor dari North dilhami oleh karya-karya Innis
mengenai ekonomi Kanada. Dalam karya-karyanya, Innis menyampaikan
bahwa ekonomi Kanada berkembang dari apa yang disebutnya sebagai
export staples, yaitu komoditas utama yang dihasilkan oleh wilayah
tersebut. Dalam gagasan Innis, komoditas ini berupa hasil dari kegiatan
ekstraktif (pertambangan, kayu, berbagai hasil pertanian seperti gandum,
dan lain-lain) yang merupakan sektor ekonomi yang dominan di wilayah
tersebut.
b. Klebihan dan Kekurangan ekonomi basic (sektor)

Kelebihan dari ekonomi basic (sektor) antara lain: Kontribusi yang


besar dalam pengembangan wilayah, Mengandalkan kegiatan ekspor
sebagai dasar pertahanan dan pertumbuhan wilayah, Menjadi peranan
penting dalam sector dasar atau sector basis pertumbuhan Wilayah,
Ketimpangan antar daerah tetap sangat besar dipengaruhi oleh variasi
potensi masing-masing daerah., Ekspansi dari ekspor akan membawa
perkembangan lebih lanjut, yaitu adanya Multiplier.

Kekurangan dari ekonomi basic (sektor) Namun, ekspor base ini


masih memiliki beberapa kekurangan. Harry W. Richardson dalam
bukunya Elements of Regional Economics menjelaskan beberapa
kelemahan dari teori yang sederhana ini yaitu: Besarnya basis ekspor
merupakan suatu fungsi terbalik dari besarnya suatu daerah. Artinya, jika
semakin besar suatu daerah maka ekspornya akan semakin kecil apabila
dibandingkan dengan total pendapatan, Ekspor jelas bukan satu – satunya
faktor yang dapat meningkatkan pendapatan suatu daerah. Terdapat unsur
– unsur lain yang dapat meningkatkan pendapatan suatu daerah seperti
pengeluaran atau bantuan pemerintah pusat, investasi, atau peningkatan
dari produktivitas tenaga kerja, Pada beberapa wilayah, terdapat kasus
dimana suatu daerah dapat tetap berkembang pesat meski ekspornya relatif
kecil. Namun hal ini biasanya dapat terjadi pada daerah yang terdapat
banyak kegiatan dan satu kegiatan saling membutuhkan dari produk
kegiatan lainnya, Mengandalkan terhadap satu sektor saja akan
menyebabkan kerawanan dimana akan terjadi berkurangnya kegiatan
ekonomi, Homogenitas dalam sektor ekspor, Pengembangan wilayah
dengan teori basis ekspor ini harus sesuai dengan karakter wilayah, tidak
semua wilayah mengalami pengembangan dengan teori ini, Tidak adanya
cross hauling, yaitu ekspor dan impor komoditas yang sama sekaligus,
Tidak terdapat inter regional feedback, yaitu pertambahan ekspor karena
suatu wilayah mengekspor, Produktivitas pekerja wilayah sama dengan
Negara, Negara adalah ekonomi tertutup, Pola konsumsi identik antara
wilayah dan negara.
c. Studi Kasus

Pemerintah indonesia sampai dengan pertengahan tahun 1980an


telah menerapkan strategi didalam pengembangan ekonominya. Strategi
yang dimaksud yaitu strategi pembangunan yang lebih menekankan pada
pembangunan industri domestik pengganti produk impor. Strategi ini
dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dapat dicapai dengan mengembangkan industri didalam negeri yang
memproduksi barang-barang pengganti impor.

Strategi tersebut dapat diterapkan dengan cara proteksi industri


domestik melalui penurunan tarif dan berbagai restriksi impor, yang
kemudian dapat bermanfaat dalam jangka panjang melalui pengembangan
industri menuju ekspor pemenuh kebutuhan wilayah. Selain itu,
pemerintah indonesia juga melakukan strategi kebijakan pembangunan
ekonomi seperti lebih menekankan kepada upaya mendorong terciptanya
perdagangan bebas regional melalui strategi majunya ekspor.

Dalam penerapan strrategi tersebut, impor barang harus dikurangi atau


bahkan ditiadakan sama sekali.

Pelaksanaan strategi yang telah dilakukan pemerintah Indonesia adalah :

1. Industri yang dikembangkan adalah industri hulu dan industri hilir,


yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi bahan
setengah jadi. Yang kemudian akan diolah lagi oleh industri
barang-barang konsumsi
2. Pengembangan industri didukung oleh usaha pendalaman dan
pemantapan struktur industri, kemudian dilanjutkan peningkatan
infrastruktur antara industri dan pasar.

d. Pendekatan Kewilayahan

Pendekatan basis ekonomi sebenarnya dilandasi pada pendapat


bahwa yang perlu dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan
berproduksi dan menjual hasil produksi tersebut secara efisien dan efektif.
Secara umum, analisis ini digunakan untuk menentukan sektor
basis/pemusatan dan non basis, dengan tujuan untuk melihat keunggulan
komparatif suatu daerah dalam menentukan sector andalannya. Pentingnya
ditetapkan komoditas unggulan di suatu wilayah (nasional, provinsi dan
kabupaten) dengan metode LQ, didasarkan pada pertimbangan bahwa
ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan manusia) untuk
menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat diproduksi di
suatu wilayah secara simultan relatif terbatas. Selain itu hanya komoditas-
komoditas yang diusahakan secara efisien yang mampu bersaing secara
berkelanjutan, sehingga penetapan komoditas unggulan menjadi keharusan
agar sumberdaya pembangunan disuatu wilayah lebih efisien dan terfokus.

Teori pertumbuhan regional berbasis ekspor menerangkan bahwa


beberapa aktivitas di suatu daerah adalah basic dalam arti bahwa
pertumbuhannya menimbulkan dan menentukan pembangunan
menyeluruh daerah itu, sedangkan aktivitas-aktivitas lain (non-basic)
merupakan konsekuensi dari pembangunan menyeluruh tersebut. Menurut
teori ini, semua pertumbuhan regional ditentukan oleh sektor basic,
sedangkan sektor nonbasic, yang mencakup aktivitas-aktivitas pendukung,
seperti perdagangan, jasa-jasa perseorangan, produksi untuk pasar lokal
dan produksi input untuk produk-produk di sektor basic, melayani industri-
industri di sektor basic maupun pekerja-pekerja beserta keluarganya di
sektor basic.
Studi basis ekonomi regional umumnya berupaya untuk menemu-
kenali aktivitas-aktivitas ekspor wilayah, untuk meramalkan pertumbuhan
di aktivitas-aktivitas itu dan untuk mengevaluasi dampak dari kenaikan
aktivitas ekspor atas aktivitas-aktivitas lain. Basis ekonomi dari sebuah
komunitas terdiri atas aktivitas-aktivitas yang menciptakan pendapatan dan
kesempatan kerja utama (basic) pada man yang menjadi tumpuan
perekonomian. Studi basis ekonomi menemukenali sumber-sumber utama
(basic) dari pendapatan dan kesempatan kerja sebagai suatu basis ekonomi
dari suatu wilayah. Semua pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh sektor
dasar (basic sector). Pendapatan dan kesempatan kerja basic berasal dari
ekspor. Industri-industri ekspor merupakan basis ekonomi atau sektor
basic dari wilayah. Pendapatan dan kesempatan kerja non-basic ditentukan
oleh pendapatan dan kesempatan kerja basic.

Untuk mendorong pertumbuhan suatu wilayah, perlu didorong


pertumbuhan sector basis karena akan mendorong pertumbuhan sektor
nonbasis. Dalam suatu wilayah, sektor basis adalah sektor yang menjual
produknya ke luar wilayah atau ada kegiatan yang mendatangkan uang
dari luar wilayah.

4. PENUTUP
a. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Ismail. 2013. ECONOMIC BASE THEORY (TEORI BASIS EKONOMI).


https://www.academia.edu/8748213/Economic_Base

Soepono, Prasetyo.2001. TEORI PERTUMBUHAN BERBASIS EKONOMI


(EKSPOR). https://media.neliti.com/media/publications/70968-ID-teori-
pertumbuhan-berbasis-ekonomi-ekspo.pdf

Nurcholid, Idham. 2016. Analisis Pengaruh Sektor Basis Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi. http://repository.unair.ac.id/47504/

CNN Indonesia. 2019. Pelemahan Ekspor dan Impor China Tekan Harga Minyak.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190115071522-85-
360824/pelemahan-ekspor-dan-impor-china-tekan-harga-minyak

Sutriah, Siti Nurzaman. 2008. Teori Basis Ekspor Masa Kini di Arab Saudi,
file:///C:/Users/User/Downloads/4200-14502-1-SM.pdf

Anda mungkin juga menyukai