Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

ASFIKSIA

Disusun oleh :

1. Isna Iknima 1711020006


2. Novi Yuliati 1711020020
3. Lutfi Amelia 1711020034
4. Khusnul Milenia 1711020050
5. Lulu Agustin 1711020055

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................3

A. LatarBelakang ...................................................................................................3

B. RumusanMasalah ..............................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................5

A. Definisi .............................................................................................................5

B. Patofisiologi ......................................................................................................6

C. Etiologi .............................................................................................................7

D. Pathways ...........................................................................................................9

E. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................9

F. Tanda dan Gejala ..............................................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................12

A.Pengkajian .........................................................................................................12

B. Analisa Data......................................................................................................18

C. Intervensi ..........................................................................................................19

D. Implementasi ....................................................................................................22

E.Evaluasi ..............................................................................................................24

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................25

BAB V PENUTUP ....................................................................................................27

A. Kesimpulan ....................................................................................................27

B. Saran ...............................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menemukan
derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal
mencapai 30% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi
baru lahir meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari
semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan
anatara 25 sampai 45% kematian bayi terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan
bayi. Penyebab utama bayi baru lahir atau neonatal didunia antara lain bayi
lahir premature 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi
lahir dengan asfiksia dan trauma. Asfiksia menempati urutan ketiga sebagai
penyebab kematian bayi didunia dalam periode awal kehidupan (WHO,2012).
Data program kesehatan anak kabupaten/kota tahun 2015 diprovinsi sulawesi
tenggara jumlah kematian neonatal adalah 406 kasus dengan penyebab
kematian diantaranya BBLR 125 kasus (31%), Asfiksia 85 kasus (21%),
kelainan congenital 47 kasus ( 12%), sepsis 6 kasus (1),ikterus 5 kasus (1%) dll
138 kasus (34%).
Berat badan lahir merupakan salah satu faktor risiko yang menjadi
penyebab utama untuk terjadinya asfiksia neonatorum. Hal ini terlihat dari
penelitian yang dilakukan oleh Desfauza dari Universitas Sumatera Utara pada
tahun 2008, menyatakan bahwa berat badan lahir merupakan salah satu faktor
risiko yang berhubungan secara signifikan dan sangat dominan pada kejadian
asfiksia neonatorum di RSU DR. Pirngadi Medan. Bayi yang lahir dengan
berat badan kurang memiliki risiko terjadi asfiksia sebesar 79,5%, sedangkan
bayi dengan berat badan normal berisiko sebesar 20,5%. Di Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika data tahun 2014 dari 404 kelahiran terdapat 33 kasus
BBLR (8,1%), tahun 2015 meningkat dari 771 kelahiran terdapat 103
kasusBBLR (13,3%) dan pada tahun 2016 terdapat BBLR sebesar 139 kasus
(9,3%)

3
dari 1480 kelahiran. Sedangkan untuk kasus asfiksia pada tahun 2014, kasus
asfiksia neonatorum sebesar 61 kasus (15%) dari 404 kelahiran, pada tahun
2015 dari 771 kelahiran terdapat 115 kasus asfiksia neonatorum (14,9%) dan
pada tahun 2016 dari 1480 kelahiran terdapat asfiksia neonatorum 147 kasus
(9,9%) (Buku Register Rumah Sakit Umum Dewi Sartika, 2016)
Asfiksia cukup memegang peranan sebagai penyebab kematian bayi baru
lahir dalam periode awal kehidupan. Bahkan di indonesia juga masalah yang
selalu menjadi penyebab dari kematian bayi baru lahir tidak lepas dari trias
komplikasi pada bayi yaitu asfiksia, berat badan lahir rendah dan infeksi.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian asfiksia neonaturum
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab asfiksia
3. Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada klien dengan masalah
asfiksia neonatorum.
4. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
dengan masalah asfiksia neonatorum.
5. Mahasiswa mampu mengimplementasi pada klien dengan masalah
asfiksia neonatorum.
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi pada klien dengan masalah asfiksia
neonatorum.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Asfiksia adalah hipoksi yang progresif,penimbunan CO2 dan asidosis.
Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak
atau kematian ( Prawihardjo,2006 )Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas
secara sepontan dan teratur setelah lahir.Seringkali bayi yang sebelumnya
mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.Masalah
ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi
selama atau sesudah persalinan. ( Depkes RI,2009).
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara teratur
segera setelah terlahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya
hipoksia,hiperkapneu dan sampai ke asidosis.Keadaan asfiksia ini dapat terjadi
karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti seperti pengembangan
paru-paru. Proses terjadinya asfiksia ini dapat terjadi pada masa
kehamilan,persalinan atau dapat terjadi segera selah lahir,banyak faktor yang
menyebabkan diantaranya adanya penyakit pada sewaktu hamil seprti
hipertensi,gangguan kontraksi uterus pada ibu risiko kehamilan,pernafasan
dapat juga terjadi karena faktor plasenta seperti janin dengan solusio plasenta
atau juga faktor janin itu sendiri seperti terjadi kelainan pada tali pusar dengan
melilit leher atau faktor persalinan itu juga sangat penting dalam menentukan
terjadi asfiksia atau tidak seperti pada patus lama atau partus dengan tindakan
terterntu ini dapat menyebabkan terjadinya asfiksia ( Aziz,2008).
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan. Asfiksia dalam
kehamilan dapat disebabkan oleh penakit ineksi akut atau kronis,keracunan
obat bius,uremia toksimia gravidarum,anemia berat cacat bawaan atau trauma
dan asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh partus yang lama,ruptur
uteri,tekanan terlalu kuat kepala anak pada plasenta.pemberian obt bius yang
terlalu banyak serta plasenta tua ( Nurarif, 2013).

5
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang
mengalamikegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Asfiksiamenyebabkan kematian neonatus baik di negara maju maupun di
negara yangsedang berkembang. Faktor yang menyebabkan asfiksia
neonatorum antara lain faktor ibu, faktor bayi, faktor plasenta dan faktor
persalinan.
Dengan demikian asfiksia merupakan suatu keadaan bayi baru lahir
dimana yang mengalami kegagalan bernafas secara teratur dan spontan setelah
lahir.
B. Patofisologi
Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi
pada saat antepartum , intrapartum dan pascapartum saat tali pusat dipotong.
hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika
asfiksia bertambah berat.
1) Awalnya hanya adasedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk
mengembangkan paru , tetapi bila paru mengembang saat kepala dijalan
lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat
ini akan diikuti oleh henti nafas komplit yang disebut apnea primer.
2) Setelah waktu singkat , asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena
dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai usaha bernafas otomatis dimulai
. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru
tidak mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan
frekuensi pernafasan. Selanjutnya bayi akan memasuki periode apnea
terminak. Kecuali jika dilakukan resusitasi yang tepat ,pemulihan dari
keadaan terminal ini tidak terjadi.
3) Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun
dibawah 100x/menit. frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat saat
bayi bernafas terengah-engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang.
Keadaan asam-basa semakin memburuk, metabolism selular gagal, jantung
pun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama..

6
4) Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersamadengan pelepasan
ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walaupun demikian, tekanan
darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan
tajam selama apnea terminal.
5) Terjadi penurunan PH yang hampir linier sejak asfiksia. Apnea primer dan
apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada umumnya
bradikardi berat dan kondisi syok memburuk apnea terminal.
C. Etiologi
Asfiksia dapat terjadi karena beberapa faktor (Nurarif, 2013).
1. Faktor Ibu
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang. Akibatnya, aliran oksigen ke janin juga berkurang dan
dapat menyebabkan gawat janin dan akhirnya terjadilah asfiksia. Berikut
merupakan keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi
baru lahir (Depkes RI, 2005 dan Nurarif, 2013):
a. Preeklamsia dan eklamsia
b. Demam selama persalinan
c. Kehamilan postmatur
d. Hipoksia ibu
e. Gangguan aliran darah fetus, meliputi :
o gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri
o hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
o hipertensi pada penyakit toksemia
o Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati, dan ketuban pecah dini
2. Faktor Plasenta
Keadaan berikut ini berakibat pada penurunan aliran darah dan oksigen
melalui tali pusat ke bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia
(Depkes RI, 2005 dan Nurarif, 2013):
a. Abruptio plasenta
b. Solutio plasenta

7
c.Plasenta previa
3. Faktor Fetus
Pada keadaan berikut bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa
didahului tanda gawat janin (Depkes RI, 2005 dan Nurarif, 2013):
a. Air ketuban bercampur dengan mekonium
b. Lilitan tali pusat
c. Tali pusat pendek atau layu
d. Prolapsus tali pusat
4. Faktor Persalinan
Keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia yaitu (Nurarif, 2013):
a. Persalinan kala II lama
b. Pemberian analgetik dan anastesi pada operasi caesar yang berlebihan
sehingga menyebabkan depresi pernapasan pada bayi
5. Faktor Neonatus
Berikut merupakan kondisi bayi yang mungkin mengalami asfiksia (Nurarif,
2013):
a. Bayi preterm (belum genap 37 minggu kehamilan) dan bayi posterm
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, forsep)
c. Kelainan konginetal seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran
pernapasan, hipoplasi paru, dll.
d. Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial

8
D.Pathways

E.Pemeriksaan penunjang

Untuk dapat menegakkan gawat janin dapat diterapkan dengan melakukan


pemeriksaan sebagai berikut :
1) Denyut jantung
Frekuensi denyut jantung janin normal antara 120-160 kali permenit.
Selama his frekuensi ini bisa turun , tetapi diluar his kembali kepada
keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak

9
banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100
per menit diluar his,danlebih-lebih tidak teratur, hal itu merupakan tanda
bahaya. Di beberapa klinik elektrokardiograf janin digunakan untuk terus-
menerus mengawasi keadaan denyut jantung dalam persalinan.
2) Mekonium didalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya , akan tetapi
pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan
harus meningkatkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban
pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri
persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah .
3) Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukan lewat servik dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin , dan diambil contoh darah janin.
Darah janin ini diperiksa pH-nya . Adanya asidosis menyebabkan turunnya
pH. Apabila pH itu turun sampai dibawah 7,2 ,hal itu dianggap
sebagaitanda bahaya oleh beberapa orang penulis.
Dengan diagnosis gawat janin sangat penting untuk dapat
menyelamatkan dan dengan membatasi morbiditas dan mortalitas
perinatal. Selain itu kelahiran bayi yang telah meninjaukan tanda-tanda
gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonaturum, sehingga perlu
diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut (Manuaba,2013)
F. Klasifikasi dan tanda gejala
Menurut nany ( 2010), klasifikasi serta tanda dan gejala asfiksia meliputi:
1) Asifiksia Berat ( nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaiakan dan resusitasi aktif dengan segera.
Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat meliputi :
a. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit.
b. Tidak ada usaha nafas.
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d. Bayi tidak dapatmemberikan raksi jika diberikan rangsangan.

10
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut selama atau sesudah
persalinan.
2) Asfiksia Sedang ( APGAR 4-6)
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali per menit.
b. Usaha napas lambat.
c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
d. Bayi masih bisa bereaksiterhadap rangsangan yang diberikan.
e. Bayi tampak sianosis.
f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
persalinan.
3) Asfiksia Ringan ( APGAR 7-10)
a. Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit .
b. Bayi tampak sianosis
c. Adanya retraksi sela iga
d. Bayi merintih
e. Adanya pernapasan cuping hidung
f. Bayi kurang aktivitas
g. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi , rales , dan
wheezing positif.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian yang didapatkan pada asfiksia adalah sebagai adalah adanya
pernafasan yang cepat ,pernafasan cuping hidung,sianosis,nadi cepat,reflek
lemah,warna kulit biru atau pucat.
B. Diagnosis
Diagnosa atau masalah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan asfiksia
diantaranya adalah :
1. Gangguan pertukaran gas
2. Penurunan kardiac output
3. Intoleransi aktifitas
4. Gangguan perfusi jaringan (renal)
5. Resiko terjadinya infeksi
6. Ansietas
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas ini dapat terjadi pada bayi dengan
asfiksi,hal ini dapat disebabkan oleh karena penyempitan padaarteri
pulmonal,peningkatan tahanan pembuluh darah diparu,penurunan aliran
darah pada paru. Maka dilakukan :
a. Monitoring gas darah
b. Kaji Denyut nadi,Respirasi
c. Monitor sistem jantung paru
d. Resusitasi
e. Berikan O2 secara adekuat
2. Penurunan Kardiac Output
Disebabkan karena adanya edema paru dan penyempitan arteri
pulmonal,Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan adalah :

12
a. Monitoring jantung paru
b. Kaji TTV
c. Monitor perfusi jaringan tiap 2-4 jam
d. Monitor denyut nadi
e. Monitor intake-output
f. Kolaborasi dalam pemberian vasodilator
3. Intoleran aktivitas
Intoleran aktivitas pada asfiksia ini dapat disebabkan karena
gangguan pada sistem syaraf pusat yang sangat terangsang dalam kondisi
asfiksia,hal ini dapat diatasi dengan melakukan intervensi keperawatan
adalah :
a. Sediakan stimulasi lingkungan yang minimal
b. Monitoring jantung paru
c. Kurangi sentuhan (stimulai)
d. Monitor ttv
e. Berikan posisi yang nyaman dengan menyediakan bantal dan tempat
tidur nyaman.
4. Gangguan perfusi Jaringan
Disebabkan karena adanya hipovlemik atau kematian jaringan
dengan intervensi :
a. Pertahankan output yang normal dengan cara memperthankan intake-
output
b. Monitor laboratorium urine lengkap dan darah lengkap
5. Resiko tinggi infksi
Dikarenakan adanya infeksi nosokomial dengan respon imun yang
terganggu dengan intervensi ehnik aseptik.
6. Tindakan Resustasi
Merupakan tindakan dengan mempertahankan jalan napas agar tetap
baik sehingga oksigenasi cukup sirkulasi darah tetap baik.
Ada 3 tingkatan asfiksia :

13
a. Asfiksia ringan
-Bayi dibungkus dengan kain hangat
-Bersihkan jalan nafas dengan mnghisap lendir pada hidung kemudian
mulut
-Bersihkan badan dan tali pusar
-Lakukan observasi tanda vital dan masukan dalam inkubator
b. Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
- Bersihkan jalan nafas
- Berikan o2 2 liter/menit
- Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada
reksi bantu dengan masker (ambubag )
- Jika tetap masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5 % sebanyak
6cc.
c. Asfksia Berat
- Bersihkan jalan nafas sambil pompa melalui ambubag
-Berikan O2 4-5 l/mnt
- Bersihkan jalan nafas melalui ETT
D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu :
a. Analisa Gas Darah (AGD) : pH kurang dari 7,20
b. Penialaian APGAR score, meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha
napas, tonus otot, dan reflek
c. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi

14
Asuhan Keperawatan Asfiksia

A. PemeriksaanFisik
KeadaanUmumKlien : klien Nampak bradipneu,
denyutjantungdantekanandarahmenurun, tampaksianosis,
gerakanekstremitasdanreflexssedikit.
a. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110-180 kali per menit. Tekanan darah
60-80 mmHg sistolik dan 40-45 mmHg diastolik
1) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal
tepat di kiri dari mediasternum pada ruang intercostae III/IV
2) Mur-mur biasanya terjadi pada selama beberapa jam pertama kehidupan
3) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
c. Makanan atau cairan (status nutrisi)
1) Berat badan : 2500-4000 gram
2) Panjang badan : 44-45 cm
3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai dengan gestasi
d. Neurosensori
1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan
asimetris (molding, edema, hematoma)
3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemia, atau efek nekrotik)
e. Pernapasan
1) APGAR score optimal : antara 7 s.d. 10
2) Rentang RR normal dari 30-60 kali per menit, pola periodik dapat
terlihat

15
3) Bunyi napas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya silidrik
thorax : kertilago xifoid menonjol umum terjadi
f. Keamanan
Suhu normal pada 36,5 s.d. 37,5 0C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi.
g. Kulit
Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan kulit pada tangan atau kakai
dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau
perubahan warna herliquin, petekie pada kepala atau wajah (dapat
menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda
nukhal), bercak portuine, telengiektasis ( kelopak mata, antara alis dan
mata, atau pada nukhal), atau bercak mongolia (terutama punggung bawah
dan bokong) dapat terlihat.Abrasi kulit kepala mungkin ada (penampakan
elektroda internal).

B. RiwayatKesehatan
1. Keluhan Utama
Bayibarulahirmengalamibradipneu, denyutjantungdantekanan
darahbayimenurun, sianosis, gerakanekstremitasfleksisedikit, dan
gerakanreflexssedikit.
2. Riwayat keluhan utama
Seorangibu
prepartummasukrumahsakitdiantarolehsuaminyapadatanggal 22 mei 2011,
sebelummelahirkanibutersebutpernahmelakukanpemeriksaankehamilandan
anamneses didaptkanhasilbahwaibumemilikiriwayat anemia pada
trimester ke 3. Setelahdiberikantindakanpengobatanberupapemberian
tablet
zatbesinamunibutersebutkurangmenunjukkanperbaikanakankondisikeadaa
nnya. Kemudianpadatanggal 23 mei 2011 tepatpukul. 19.00 WITA
ibutersebutmelahirkanseorangbayilaki-lakidengankondisitakipneu 76x/m,

16
denyutjantungmenurun:
138x/m,sianosisdangerakanekstremitasdanreflexssedikit.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Bayibarulahirmengalamitakipneu, denyutjantungbayitinggi, bayi
Nampak
sianosisdangerakanekstremitasfleksisedikitdangerakanreflexssedikitsegera
setelahbayitersebutdilahirkan.
4. Riwayat Kesehatan masa lalu:
a. Prenatal care
a) Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
b) Keluhan selama hamil : sering pusing, cepat lelah, mata
berkunang-kunang, dan malaise.
c) Kenaikan BB selama hamil : 5 Kg
b. Natal
a) Tempat melahirkan : Rumah Sakit Umum Provinsi
b) Jenis persalinan : Normal
c) Penolong persalinan : Bidan
c. Post natal
a) Kondisi bayi : BB lahir 2.400 gram, PB: 40 cm
b) Bayi mengalami nafas lambat, denyut jantung bayi menurun
c) Bayi tidak mengalami kemerahan dan nampak pucat.
d) Gerakan reflex sedikit dan tonus otot bayi menurun

RiwayatTumbuh Kembang
PertumbuhanFisik
1. BeratBadanLahir : 2400 gr
2. TinggiBadan : 40 cm
3. Lingkarkepala : 30 cm
4. Lingkar dada : 28 cm
5. Lingkarlenganatas : 12 cm
6. Lingkarperut : 50 cm

17
C. Analisis Data

No. Data Etiologi Problem


Ds :
1. Ibu klien mengatakan anaknya
sesak nafas
immaturitas
Do :
organ
1. Anak terlihat sesak Ketidakefektifan
1. pernapasan
2. Respirasi 76 x/menit. pola pernafasan
(00032)
3. Retraksi rongga dada manurun
4. Akral dingin
5. Bibir tampak pucat
6.
Ds :
1. Ibu klien mengatakan anaknya
panas
Do : Ketidakefektifan
2.1. Anak tampak lemah termoregolasi Hipertermi
2. TTV :
P : 138 x/menit
RR : 76 x/menit
T : 39,1 0C
Ds :
Ibu klien mengatakan anaknya Ketidak
tampak lema seimbangan
immaturitas
Do : nutrisi kurang
3. organ dari kebutuhan
1. Reflek mengisap anak lemah
pencernaan tubuh
2. Anak terpasang NGT
3. Anak terpasang IVFD D5 ½
4. NS Mikro drip 10 tts/menit

PRIORITAS DATA :

1. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan imaturitas


organ pernapasan (00032)

18
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan imaturitas kontrol
suhu dan berkurangnya lemak tubuh subkutan (00008)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan imaturitas organ pencernaan, refleks lemah (00002)
D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan dan NOC NIC
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan  Monitor pernafasan
pola pernafasan keperawatan selama 1x24  Kaji frekuensi
berhubungan jam, diharapkan klien dapat pernafasan
dengan menunjukkan pola nafas yang dan pola pernafasan.
immaturitas efektif,dengan kriteria hasil :  Perhatikan adanya
organ NOC apnea
pernapasan 1. Respiratory dan perubahan frekuensi
status (0403) jantung, tonus jantung,
Frekuensi nafas normal tonus otot, dan warna kulit
Irama pernafasan normal berkenaan dengan prosedur
(regular) atau perawatan.
Perkusi dada  Lakukan pemantauan
normal (sonor) jantung dan pernafasan
Tidak dada yang kontinyu.
retriksi dinding  Berikan rangsangan
dada taktil
Tidak ada yang segera (misal
dipsnue gosokan
Tidak ada punggung bayi) bila terjadi
penggunaan otot pernafan apnea.
 Kolaborasi pemberian
2. Respiratory obat-obatan sesuai
Patency (0410) indikasi.
Dapat mengeluarkan sekret Pencegahan aspirasi
Tidak ada nafas cuping
 Bersihkan saliva yang
hidung
berlebih pada mulut
Tidak ada bayi.
akumulasi sekret di saluran
 Posisikan bayi pada
nafas
abdomen atau posisi
Tidak ada
telentang dengan
gasping
gulungan pokok di
Tidak ada suara nafas
bawah bahu untuk
tambahan
menghasilkan sedikit
3. Respiratory
Hiperektensi.
status Gas
 Terapi oksigen
exchage (0402)

19
Nilai AGD · Berikan oksigen sesuai
Normal (Pao2, indikasi (head box).
PaCO2, PH  Monitor aliran
Tidak ada Sianosis oksigen (5-7 l/menit
untuk head box).
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan  Pengaturan suhu
termoregolasi keperawatan selama 1x24 Pertahankan suhu
berhubungan jam, diharapkan suhu tubuh tubuh optimal dengan
dengan klien tetap Normal dengan meminimalkan
Hipertermi kriteria hasil: pembukaan inkubator
NOC terlalu lama.
1. Termoregulasi  Kaji suhu dengan
(0800) sesering mungkin.
· Berkeringat saat deman  Gunakan lampu
· Tidak ada pemanas selama
perubahan warna kulit prosedur.
· Tidak ada  Pasang alat monitor
· hyper/hypotermia suhu inti secara
· Tidak terjadi kontinu, sesuai
· dehidrasi kebutuhan.
· Suhu tubuh  Pertahankan
· normal(360-370) kelembabab pada
50% atau lebih besar
2. Neurological dalam incubator.
status (0909)  Perhatikan adanya
· Tidak ada takipnea atau apnea,
penurunan kesadaran sianosis umum,
bradikardia,
3. Tissue menangis buruk, atau
perfusion:periferal (0407) latergi.
· Tidak teraba
 Berikan Dextrose
panas/dingin pada kulit secara intravena,
· Elastisitas kulit sesuai dosis yang
· Tidak ada dianjurkan.
sianosis
· Tidak terjadi
gangguan integritas kulit

4.Vital sign
(0802)
· Nadi Normal
· Respirasi Normal
· Suhu Normal
· Hipertemi/hipotemi tidak
ada.

20
3. Ketidak Setelah dilakukan tindakan  Terapi nutrisi
seimbangan keperawatan selama 3x24  Berikan nutrisi sesuai
nutrisi kurang jam, nutrisi tubuh seimbang kebutuhan bayi
dari kebutuhan dengaia hasil kriter : (pemberian ASI atau
tubuh NOC pengganti ASI melalui
berhubungan 1. Infan NGT).
dengan nurtitional  Pantau masukan dan
immaturitas status (1020) pengeluaran. Hitung
organ · Nutrition intake konsumsi kalori dan
pencernaa · oral food intake elektrolit setiap hari
(00002) · oral fluid intake (nutrisi parenteral).
· HB normal  Manajemen nutrisi
· Serum albumin  Mengkaji maturitas
Normal refleks berkenaan
dengan pemberian
2.Nutrition status: makan (misalnya:
(1004) menghisap, menelan,
· Berat badansesuai dan batuk ).
· Bayi tampakaktif  Kaji berat badan
· Tidak ada tanda dehidrasi/ dengan menimbang
overhidarasi berat badan.
 Kaji tingkat dehidrasi,
perhatikan fontanel,
turgor kulit, berat jenis
urine, kondisi
membrane mukosa, dan
fluktuasi berat badan.
 Kaji tanda-tanda
hipoglikemia: takipnea
dan pernapasan tidak
tratur, apnea, letargi,
fluktuasi suhu, dan
diaphoresis. Pemberian
makan buruk, gugup,
menangis nada tinggi,
gemetar, mata terbalik,
dan aktivitas kejang.

21
E. ImplementasiKeperawatan

No Implementasi Respon Evaluasi


1.  Mengkaji Ds : S :Ibuklienmengatakananaknyasesaknafas
frekuensi 1. Ibu klien O:Anakterlihatsesakrespirasi 76x/menit.
pernafasan mengatakan
dan pola Retraksirongga dada menurun
anaknya
pernafasan.
sesak nafas ,akraldingin, bibirtampakpucat.
 Mengkolaboras
i pemberian Do : A:MasalahKetidakefektifanpolapernafasa
obat-obatan 1. Anak terlihat
n
sesuai indikasi. sesak
Pencegahan aspirasi2. Respirasi 76 P:PertahankanTerapi O2
 MemPosisikan x/menit. danBerikanOksigensesuaiindikasi
bayi pada 3. Retraksi
abdomen atau (Headbox).
rongga dada
posisi telentang
dengan manurun
gulungan pokok 4. Akral dingin
di bawah bahu 5. Bibir tampak
untuk pucat
menghasilkan
sedikitHiperekt
ensi.
 Memberikan
Terapi oksigen
· Berikan oksigen
sesuai indikasi
(head box).
 Memonitor
aliran oksigen
(5-7 l/menit
untuk head
box).

22
2.  mengkaji suhu . DS: S: Klienmengatakananaknyapanas
dengan sesering Ibuklien O:
mengatakan
mungkin Anaknyatampaklemah TTV :
anaknya
 Pertahankan panas P: 138x/menit
kelembapan Do : RR : 76x/menit
pada 50%1. Anak tampak
atau lebih S : 39,1 0C
lemah
besar dalam A:MasalahKetidakefektifan termoregolasi
incubator. 2. TTV :
sebagianteratasi
 Perhatikan P :
adanya 138 x/menit
takipnea atau RR : 76 P: Monitor
apnea, x/menit suhudanpertahankankelembapanpada
sianosis S : 39,1
umum, 50% dalamincubator .
bradikardia, 0C
menangis
buruk, atau
latergi.
 membeerikan
Dextrose secara
intravena, sesuai
dosis yang
dianjurkan.
3.  Memerikan Ds : S
nutrisi sesuai 1. Ibu klien :Ibuklienmengatakananaknyatampaklema
kebutuhan bayi mengatakan
(pemberian ASI h
anaknya
atau pengganti
tampak O:Reflekmenghisapanaklemah
ASI melalui
NGT). lemah Anakterpasang NGT, anakterpasang
 memanantau Do :
IVFD D5 ½ , NS Mikro drip 10 tts/menit
masukan dan 1. Reflek
pengeluaran. mengisap A:MasalahKetidakseimbangannutrisidarik
Hitung anak lemah ebutuhantubuhteratasisebagian
konsumsi kalori2. Anak
dan elektrolit P: ObservasiresidusebelumpemberianASI
setiap hari terpasang
(nutrisi NGT ,Timbangberatbadansetiaphari.
parenteral). 3. Anak
 Mengkaji terpasang IV
maturitas FD D5 ½, NS

23
refleks Mikrodri 10
berkenaan tts/menit
dengan
pemberian
makan
(misalnya:
menghisap,
menelan, dan
batuk ).

F. Evaluasi

No. Evaluasi
1. S : Ibuklienmengatakananaknyasesaknafas
O: Anakterlihatsesakrespirasi 76x/menit. Retraksirongga dada menurun
,akraldingin, bibirtampakpucat.
A: MasalahKetidakefektifanpolapernafasan
P:PertahankanTerapi O2 danBerikanOksigensesuaiindikasi (Headbox).
2. S: Klienmengatakananaknyapanas
O:Anaknyatampaklemah TTV :
P: 138x/menit
RR : 76x/menit
S : 39,1 0C
A: MasalahKetidakefektifantermoregolasisebagianteratasi
P: Monitor suhudanpertahankankelembapanpada 50% dalamincubator .
3. S : Ibuklienmengatakananaknyatampaklemah
O: Reflekmenghisapanaklemah
Anakterpsang NGT, anakterpasang IVFD D5 ½ , NS Mikro
drip 10 tts/menit
A: MasalahKetidakseimbangannutrisidarikebutuhantubuhteratasisebagian
P: ObservasiresidusebelumpemberianASI ,Timbangberatbadansetiaphari.

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Asfiksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera atau
beberapa saat setelah lahir dengan ditandai sianosis,bradikardi,hipotonia dan tidak
ada respon terhadap rangsangan yang biasanya dinilai dari APGAR score.
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan. Asfiksia dalam
kehamilan dapat disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kronis,keracunan obat
bius,uremia toksimia gravidarum,anemia berat cacat bawaan atau trauma dan
asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh partus yang lama berat bayi lahir
rendah ,ruptur uteri,tekanan terlalu kuat kepala anak pada plasenta.pemberian obt
bius yang terlalu banyak serta plasenta tua ( Nurarif, 2013). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh nasrawati dan elisa tahun2016 dengan judul jurnal
“HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN
KEJADIANASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI
SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA” menunjukan bahwaHasil uji
Chi-Square, X2Hit = 14,70 dan X2 Tabel = 3,841 maka Ha diterima dan Ho
ditolak dengan taraf hubungan signifikan α = 0,05 yaitu Ada hubungan antara
berat bayi lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU Dewi Sartika
berat bayi lahir rendah memiliki potensi 3x lebih besar akan mengalami asfiksia
begitu juga dengan Umur kehamilan ibu juga merupakan faktor yang
berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Mardiyaningrum di Banjarnegara menunjukkan bahwa umur kehamilan ada
hubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum di mana umur kehamilan  Sri
Handayani, Fitriana 111 Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 9, No.17,
Januari 2019 (0,001)  dengan nilai < 0,005. 16 Distribusi responden umur
kehamilan sebagian besar 37-42 minggu. Menurut hasil penelititian
Nopitamalasari tahun 2013 yang berjudul hubungan antara faktor ibu dengan
kejadian Asfiksianonatorum: di RS Muhammadiyah Palembang dengan
menggunakan uji statistik Chi Square menyatakan bahwa ada

25
hubungan yang bermakna antara umur kahamilan dengan asfiksia.
Intervensi yang dilakukan adalah dengan mengkaji ttv, memaksimalkan
ventilasi,auskultasi suara nafas melakukan penyedotan melalui endotrakea
,monitor pola nafas ( bradipneu atau takhipneu ) pertahankan kepatenan jalan
nafas.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Dari etiologinya,asfiksia neonatorum bisa berasal dari banyak
faktor,diantaranya:
a. Faktor ibu: hipoksia ibu,gangguan aliran darah uterus
b. Faktor plasenta: gangguan mendadak pada plasenta
c. Faktor fetus: kompresi umbilicus
d. Faktor neonatus: depresi pusat pernapasan bayi baru lahir
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi
dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.
B. Saran
Setelah pembaca mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia
neonatorum,diharapkan pembaca bisa mengantisipasi terhadap terjadinya
asfiksia neonatorum dan dapat melakukan pencegahan serta memahami
tindakan pengobatan yang dapat dilakukan pada bayi dengan asfiksia
neonatorum.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat Aziz. 2008.Pengantar ilmu keperawatan anak 1.Jakarta : Salemba


Medika
Alimul H.A.2011.Pengantar ilmu kesehatan anakuntuk pendidikan
kebidanan.Jakarta : Salemba Medika
Fitriana & Handayani.(2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan asfiksia
pada bayi baru lahir di RS muhammadiyah Palembang,
file:///C:/Users/USER1/Downloads/35-Article%20Text-180-1-10-
20190807%20(3).pdf
Prawihardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Balai Pustaka Sarwono
Prawihardjo
Maunaba.2008.Gawat darurat obstetri-ginekologi sosial bidan.Jakarta : EGC
Ni Putu.,Siska A.,Dewi Kasiadi.(2018).Gambaran asuhan keperawatan pada bayi
asfiksia neonatum dengan gangguan pertukaran gas di ruang pendet
RSUD Manguasada Badung.Jurnal
keperawatan.http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/id/eprint/468
Nurarif.2013.Pengnatar kuliah obstestri.Jakarta : EGC
Nasrawati &Elisa.(2016).Hubungan berat lahir rendah (BBLR) dengan
Kejadian asfiksia neonatorum dirumah sakit dewi sartika Sulawesi
tenggara.Jurnal pengabdian masyarakat.
http://103.97.100.145/index.php/psn12012010/article/viewFile/2870/2790
Wong,D.L.,Hockenberry,M.,Wilson,D.,Winkeltstein,M.L.,&Schwartz,P.2009.Buk
u Ajar Pediatrdik rdisi 6 volume 1.Jakarta : EGC

28

Anda mungkin juga menyukai