Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Peduli Remaja (PKPR) yang menekankan kepada petugas yang peduli remaja,
menerima remaja dengan tangan terbuka dan menyenangkan, lokasi pelayanan yang
mudah dijangkau, aman, menjaga kerahasiaan, kenyamanan dan privasi serta tidak
ada stigma. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan
peduli remaja yang melayani semua remaja dalam bentuk konseling dan berbagai hal
yang berhubungan dengan kesehatan remaja. Disini remaja tidak perlu ragu dan
khawatir untuk berbagi/konseling, mendapatkan informasi yang benar dan tepat untuk
PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh
serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Pelayanan kesehatan
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
(2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak masih dalam
(3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai mana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang
mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif baik sosial
maupun ekonomi.
ayat (1) termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari
undangan.
3. Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal 10% dari jumlah murid di
sekolah binaan.
kerahasiaannya dijamin).
3. Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut
Sasaran dari PKPR ini adalah semua remaja dimana saja berada baik di
Konselor sebaya dan pelayanan rujukan sosial dan medis. Pelayanan kesehatan
sederhana, pertolongan pertama serta rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat
ditanggulangi di sekolah.
pelayanan klinis medis termasuk rujukan. Tanpa konseling pelayanan tidak akan
disebut PKPR.
ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat serta sesuai dengan
kemampuan puskesmas.
berkala dilakukan oleh tim dari puskesmas dan tim dari Dinas Kesehatan Kota/
Kabupaten.
upaya-upaya lain yang disisipkan dalam ilmu-ilmu lain seperti olahraga dan
didik. Dengan adanya dukungan dari pihak sekolah atau pendidikan diharapkan dapat
generasi penerus bangsa yang berkualitas. Kualitas generasi yang akan datang
ditentukan oleh peran semua sektor pemerhati remaja pada saat ini dengan intervensi
yang tepat. Dengan melakukan Upaya Pelayanan Kesehatan Remaja kita telah
2.2 Pengetahuan
gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya
hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan. (Tafsir, 2004).
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
1. Pendidikan
semakin mudah dalam mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
2. Informasi/Media Massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
tersebut.
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan
pengetahuan ke dalam individu. Hal ini karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman
6. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
2.3 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
Allen, Guy and Edgley mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
sosial atau secara sederhana, sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan
(2009) adalah:
1) Pengalaman pribadi
Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan
obyek psikologis.
2) Kebudayaan
terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang
heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan
kehidupan berkelompok, akan sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, sesorang yang kita
harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi
Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua,
orang yang satatus sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman
4) Media massa
Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam
pokoknya. Media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang
dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pemahaman akan baik-dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan
yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan
serta ajaran-ajarannya.
Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman
yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi
dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah ada dua arah kesetujuan yaitu
setuju atau tidak setuju. Orang yang setuju terhadap suatu objek maka arahnya positif
cukup informasi mengenai seks diharapkan akan lebih bersikap bijaksana untuk tidak
melakukan seks pranikah, sedang remaja dengan pengetahuan yang kurang mengenai
seks mungkin akan lebih sulit bersikap bijaksana mengenai seks pranikah dan akibat
orang lain, serta pemanfaatan secara baik dan benar sesuai dengan fungsi dan tujan
sakralnya.
2.4.1 Pengertian
adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis kedalam vagina. Perilaku ini
disebut juga koitus, tetapi ada jga penetrasi ke mulut (oral) atau ke anus (anal). Koitus
secara moralitas hanya dilakukan oleh sepasang individu yang telah menikah. Tidak
ada satu agama pun yang mengijinkan hubungan seks di luar ikatan pernikahan.
Hubungan seks pranikah terutama pada remaja sangat merugikan remaja (Aryani,
2010).
alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Dorongan
dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan membaca buku atau
dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan
melakukan hubungan seks pranikah, karena mengingat ini merupakan dosa besar
keimanan ini dapat sirna bila remaja dipengaruhi oeh obat-obatan misalnya
psikotropika.
anak remaja. Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi
Tuntutan kebutuhan hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja di luar
ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas,
ini pasangan remaja yang menginap di hotel/motel adalah hal yang wajar dan
putri terpaksa bekerja. Namun, sering kali mereka menjadi korban eksploitasi
2. Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini
terjadi, maka berisiko terhadap tindakan bila aborsi yang tidak aman dan risiko
3. Trauma kejiwaan (depresi, rasa rendah diri, dan rasa berdosa karena berzina).
pendidikan.
hubungan seks pranikah mengindikasikan bahwa upaya untuk mencegah hal tersebut
tidak terjadi memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Berikut ini adalah beberapa
alternatif upaya pencegahan hubungan seks pranikah pada remaja menurut Aryani
(2010):
pendidikan agama dan budi pekerti, penerapan hukum- hukum agama dalam
kehidupan sehari-hari, menghindari penggunaan narkoba dan orang tua atau guru
menjadi model dalam kehidupan sehari-hari, artinya orang tua tidak melakukan
hubungan di luar pernikahan, selalu setia pada pasangan dan tidak melakukan
perselingkuhan.
reproduksi jangan dilihat secara sempit sebagai sekedar hubungan seksual saja.
Ini perlu dilaksanakan pada remaja, bahkan bisa dilakukan lebih dini.
orang tua dan sebelum usia 10 tahun pendidikan seks bisa diberikan secara
bergantian, tapi umumnya ibu yang lebih berperan. Sementara itu, di sekolah
klasikal dan bimbingan secara individual oleh guru bimbingan dan konseling
beberapa upaya dari orang tua dan masyarakat di antaranya sebagai berikut:
a) Orang tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti tidak mengekang
mengadakan pesta, maka orang tua turut menghadiri pesta tersebut: pesta
tidak dilakukan sampai larut malam dan tidak menggunakan cahaya yang
remang-remang.
b) Orang tua tidak memberikan fasilitas (termasuk uang saku) yang berlebihan.
Penggunaan uang harus termonitor oleh orang tua. Orang tua mengarahkan
memberantas narkoba serta pemberian bebas biaya SPP kepada remaja tidak
perhatian yang cukup pada remaja dan turut serta mendukung terpeliharanya nilai-
nilai moral dan etika, maka akan tercipta suasana sehat bagi kehidupan remaja.
2.5 Remaja
2.5.1 Pengertian
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti
“tumbuh atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescnce berasal dari bahasa
Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental,
emosional, sosial dan fisik. Sedangkan menurut Piaget mengatakan bahwa masa
remaja adalah usia dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa.
Individu tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan
(Proverawati, 2009).
remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.
mencapai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.
Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja
apabila cukup matang untuk menikah, yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan
usia 15 sampai dengan 24 tahun. Sementara itu menururt The Health Resource and
21 tahun dan terbagi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah
(15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam
terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran,
2011).
Pada masa remaja terjadi perubahan secara cepat, yang tidak seimbang dengan
perubahan psikis. Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja
yang mengalaminya. Karena itu mereka memerlukan pengertian dan bimbingan dan
lingkungan sekitarnya, agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa
2012).
Terjadi perubahan fisik yang cepat pada masa remaja, termasuk pertumbuhan
a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan
buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar,
badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut disekitar kemaluan dan
ketiak.
kemaluan (pubis).
yang meliputi:
Perilaku ingin mencoba-coba hal-hal yang baru ini jika didorong oleh
sikap remaja tentang seks pranikah di Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyoali Tahun
2. Hasil penelitian Noor Mahyudin tahun 2007, Program Pasca Sarjana Universitas
PKPR sebagian besar baik (54,1%) sedangkan yang tidak dibina PKPR sebagian
besar cukup (88,5%). Untuk sikap siswa tentang seks pranikah baik yang dibina
maupun yang tidak dibina PKPR sebagian besar baik (89,2% dan 57,7%). Dan
dari hasil uji statistik diperoleh ada perbedaan pengetahuan kesehatan reproduksi
dan sikap seks pranikah antara SMU yang dibina dan tidak dibina PKPR.
Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara dua variabel independen
dan dependen (Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Ho: Tidak ada pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan
Ha: Ada pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap