Anda di halaman 1dari 14

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9

PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

PETROGENESIS DAN PROSES PELAPUKAN BATUAN PENYUSUN


CANDI IJO, KECAMATAN PRAMBANAN, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA

Bella Amanda1*
I Wayan Warmada1
1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UGM. Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta.
*Email : warmada@gmail.com

SARI
Candi Ijo merupakan situs prasejarah peninggalan budaya Hindu. Candi Ijo terletak di Dusun Groyokan,
Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Candi merupakan bangunan
bersejarah yang berada di tempat terbuka, sehingga sangat lazim jika candi mengalami kerusakan. Salah
satu faktor perusak bangunan candi yaitu pelapukan. Pada Candi Ijo belum terdapat penelitian mengenai
pelapukan yang terjadi di Candi Ijo. Untuk itu, karya ilmiah ini membahas tentang petrogenesis dan
pelapukan di Candi Ijo. Pembahasan petrogenesis berguna untuk mengetahui jenis batuan beserta asal
mulanya, sehingga bisa diperkirakan mineral apa saja yang mengalami pelapukan. Pembahasan pelapukan
mengenai seberapa besar tingkat lapuknya dan penyebab pelapukannya. Penelitian ilmiah ini
menggunakan metode petrografi dan geokimia berupa ICP-MS dan XRD clay. Hasil pembahasan
didapatkan bahwa batuan penyusun Candi Ijo mempunyai dua jenis, yaitu andesit basaltik dan vitric tuf.
Andesit basaltic memiliki tekstur porfiritik dan mempunyai struktur vesicular. Batuan tersebut mempunyai
afinitas magma kalk-alkali. Seting tektonik batuan ini berada pada batas konvergen yang merupakan
produk magmatisme dari gunung api busur kepulauan. Pada sampel andesit basaltik, tingkat pelapukan
batuan sebesar 13-32 %, pori batuan sebesar 37-46 %, dan nilai CIW sebesar 45,7-49,6 %. Hasil pelapukan
yaitu berupa mineral sekunder halloysite yang berasal dari plagioklas andesin. Penyebab pelapukan adalah
reaksi kimia berjenis pelarutan. Untuk sampel vitric tuf, berasal dari magma yang berupa dasit dan andesit.
Magma tersebut merupakan produk magmatisme dari gunung api busur kepulauan dengan keadaan
tektonik konvergen dan mempunyai sifat magma kalk alkali. Pada sampel tuf, mineral sekunder yang
dihasilkan adalah smektit, dengan proses pelapukan secara hidrolisis yang dihasilkan dari mineral
plagioklas andesin. Tingkat pelapukan batuan sebesar 23-34 %, pori batuan sebesar 6-10 %, dan nilai CIW
sebesar 57,3-62 %. Kedua batuan penyusun Candi Ijo mengalami pelapukan yang disebabkan oleh air
hujan. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa pori batuan akan semakin besar seiring dengan melapuknya
batuan.

Kata Kunci: Candi, Candi Ijo, Petrogenesis, Pelapukan, Basalt Andesit, Vitric Tuf

I. PENDAHULUAN yang biasanya dibangun dengan


mempergunakan material yang cukup kuat
I.1 Latar Belakang seperti batu andesit, batu padas, batu bata, batu
Candi merupakan aset wisata di Daerah kapur, dan lainnya. Candi Ijo terletak di Dusun
Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya. Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan
Untuk daerah DIY sendiri, kebanyakan candi Prambanan, Kabupaten DIY. Candi Ijo
merupakan peninggalan kerajaan Hindu. dibangun di atas Bukit Ijo dengan ketinggian
Berdasarkan kementrian pendidikan dan 357,4 m di atas permukaan laut. Berdasarkan
kebudayaan Indonesia, dilihat dari wujud jenis arca yang ditemukan, Candi Ijo
arsitekturnya, candi adalah sebuah bangunan merupakan candi Hindu dan dibangun pada
663
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

zaman Megalitikum atau zaman kebudayaan Sampel yang diambil yaitu batuan penyusun
batu (2500-100 sebelum masehi) karena Candi Ijo yang masih segar, lapuk sedang dan
mempunyai struktur bangunan punden lapuk tinggi. Pengambilan tiga sampel yang
berundak. Berdasar Hartono, 2008, penyusun berbeda bertujuan untuk mengamati
candi utama pada Candi Ijo merupakan batuan kandungan yang berbeda dan tingkat pelapukan
yang kuat yang berbeda dari batuan sekitarnya. pada tiap sampel batuan. Pada tahap lapangan
Terdapat dua jenis batuan penyusun Candi Ijo, juga dilakukan pemetaan geologi daerah
yaitu batuan beku dan batuan vulkaniklastik. sekitar. Pemetaan geologi bertujuan untuk
Meskipun penyusun utama dari Candi Ijo mengetahui kondisi geologi sekitar candi,
merupakan batuan yang kuat, akan tetapi sehingga dapat diketahui sejarah geologi dari
pelapukan batuan tetap terjadi pada penyusun terbentuknya batuan candi yang berkomposisi
Candi Ijo, dan pelapukan yang sangat intensif vulkaniklastik.
terjadi pada penyusun Candi Ijo yang berupa
batuan vulkaniklastik. Pelapukan pada situs pra II.3 Tahap Pasca Lapangan
sejarah merupakan suatu masalah yang umum Tahap ini meliputi pemrosesan, tabulasi,
terjadi di Indonesia. Pengaruh iklim merupakan penafsiran dari data yang diperoleh di
hal yang paling berperan dalam pelapukan lapangan, dan kesimpulan akhir dari penelitian,
batuan. Perlunya kajian khusus tentang serta penyusunan laporan penelitian. Pada
karakteristik batuan Candi Ijo sangat penting tahap ini, data yang dianalisa berupa batuan
dilakukan untuk memahami kemungkinan penyusun candi dan hasil pemetaan geologi.
penyebab terjadinya proses pelapukan pada Analisa petrogenesis dari batuan candi
batuan Candi Ijo. menggunakan metode seperti dibawah ini :
II. METODE PENELITIAN II.3.1 Analisa Petrografis
Pada penelitian ini terdapat tiga tahapan Pengamatan sayatan tipis
penelitian, yaitu: menggunakan mikroskop bertujuan untuk
mengetahui tekstur batuan, struktur batuan, dan
II.1 Tahap Pra Lapangan komposisi mineral batuan. Selain itu, pada
Tahap pra lapangan meliputi tahapan studi pengamatan petrografis juga dapat dilihat
pustaka atau pengumpulan data sekunder yang tingkat pelapukan dari batuan penyusun candi
diperoleh dari buku teks, jurnal, paper, dan dengan cara menghitung persentase kehadiran
informasi dari arkeolog Candi Ijo. mineral sekunder yang ada pada sekitar pori
Pengumpulan data sekunder yang berkaitan batuan di setiap sayatan batuan.
dengan kondisi geologi daerah pemetaan dan II.3.2 Analisa ICP-MS
informasi-informasi lain yang berhubungan
dengan daerah pemetaan juga diperlukan untuk Analisa ICP-MS (Inductively Coupled
menunjang pemetaan geologi. Dari hasil Plasma-Mass Spectometry) merupakan analisa
tersebut, maka bisa dilakukan pengambilan yang digunakan untuk mendeteksi dan
hipotesis awal dari studi pustaka yang telah menganalisa kandungan unsur jejak dan unsur
dilakukan. ultra-jejak. Pada ICP-MS, dapat mendeteksi
adanya kandungan logam dan beberapa non
II.2 Tahap Lapangan logam. Kandungan unsur jejak pada tiap
Pada tahap ini, pengambilan sampel dilakukan. sampel batuan dapat dijadikan interpretasi dari
Sampel yang diambil berupa batuan candi yang pembentukan batuan beku.
telah rusak yang berada di atas tanah, bukan II.3.3 Analisa XRD
pada dinding candinya. Pengambilan sampel
ditemani oleh seorang arkeolog Candi Ijo, Analisa pendukung selanjutnya adalah
sehingga dapat dipastikan bahwa batuan yang analisa XRD. XRD (X-Ray Difraction)
diambil merupakan batuan asli candi Ijo. merupakan analisa untuk mengetahui

664
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

kandungan mineral. XRD digunakan untuk diagram total alkali silika (TAS). Pada
sampel yang telah lapuk. . Metode XRD pengeplotan data geokimia diagram TAS,
menghasilkan data persentase dari kandungan didapatkan hasil bahwa keempat sampel
mineral, bukan data yang kuantitatif. tersebut merupakan batuan beku dengan jenis
andesit basaltic (Lihat Gambar 3), hal ini
III. HASIL DAN PEMBAHASAN sesuai dengan hasil klasifikasi Streickeisen.
III.1 Pemetaan Geologi Untuk membuktikan bahwa batuan beku pada
Pemetaan geologi dimaksudkan untuk Candi Ijo belum mengalami perubahan unsur
mengetahui kondisi batuan di sekitar Candi Ijo. oksida utama secara kontras, sehingga dapat
Pemetaan ini hanya mempunyai dimensi 1,5 menyebabkan kesalahan dalam pengeplotan,
km × 1,5 km dengan skala 1:10.000 (Lihat maka dilakukan pengeplotan lain
Gambar 1). Dari hasil pemetaan didapatkan menggunakan unsur jejak dari batuan tersebut.
empat satuan, yaitu satuan batupasir-batulanau, Hasil pengeplotan menunjukkan bahwa
satuan batupasir kerikilan, satuan batupasir diagram tersebut memiliki hasil yang sama
lapili, dan endapan lanau pasiran. Arah dengan diagram TAS, yaitu basalt andesit.
perlapisan batuan pada daerah penelitian Batuan belum mengalami pelapukan yang
didominasi oleh arah barat daya, dengan besar sangat dominan sehingga tidak menyebabkan
dip batuan 4-8˚. berubahnya unsur oksida utama secara kontras
Batuan yang menjadi batuan dasar di dalam (Lihat Gambar 4).
Candi Ijo berupa batuan berfragmen kasar Setelah diketahui jenis dari batuannya,
seperti yang ada pada STA bukit Ijo. Batuan pembahasan petrogenensa selanjutnya yaitu
tersebut tidak jauh berbeda dengan sampel mengenai magma dan setting tektoniknya. Pada
vulkaniklastik penyusun Candi Ijo. Sampel jenis magma yang berdasarkan afinitas,
vulkaniklastik Candi Ijo juga mempunyai dilakukan pengeplotan pada diagram AFM.
fragmen ukuran kerikil (ash- lapili), sehingga Dari diagram tersebut dihasilkan bahwa andesit
dapat diperkirakan bahwa penyusun Candi Ijo basaltik Candi Ijo berada pada jenis magma
dengan tipe batuan vulkaniklastik diambil dari dengan afinitas kalk-alkali (medium K) (Lihat
batuan di bukit Ijo itu sendiri. Gambar 5).
III.2 Petrogenesis Batuan Beku Candi Ijo Setelah didapatkan hasil magma induk dari
Berdasarkan dari sayatan petrografis sampel sampel basaltik andesit, kemudian dilakukan
batuan beku, kemudian dilakukan pengeplotan pengeplotan seting tektonik yang
pada segitiga Streickeisen (1978) yang menyebabkan magma tersebut terbentuk.
memiliki komponen kuarsa, plagioklas, dan Pengeplotan dilakukan pada diagram Zr, Nb,
ortoklas, didapatkan hasil bahwa keempat dan Y dari Meschede (1986). Hasil
sampel tersebut merupakan batuan beku jenis membuktikan bahwa keempat sampel tersebut
andesit basaltic (Lihat Gambar 2). berada pada zona C, dimana Zona C merupakan
zona lempeng kalk-alkali dan basalt busur
Analisis yang dilakukan selanjutnya yaitu kepulauan (Lihat Gambar 6). Jadi, magma
analisis terhadap komposisi kimia setiap pembentuk basalt andesit Candi Ijo berasal dari
sampel batuan beku. Data geokimia yang lempeng basalt busur kepulauan dan
dipakai yaitu hasil dari analisa ICP-MS. mempunyai afinitas magma basalt kalk-alkali.
Pada tabel 1, terlihat keempat sampel tersebut Jadi penyusun Candi Ijo yang berupa batuan
mempunyai kandungan oksida SiO2 sekitar 51- beku mempunyai jenis batuan berupa andesit
54.1 %, maka keempat sampel tersebut basaltik, mempunyai magma yang berafinitas
tergolong pada batuan beku intermediet. Untuk kalk-alkali, dan merupakan hasil magmatisme
mengetahui jenis sampel tersebut, maka perlu dari gunungapi busur kepulauan.
dilakukan pengeplotan data geokimia pada
665
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

III.3 Petrogenesis Batuan Vulkaniklastik Magma yang terbentuk yaitu berupa magma
Candi Ijo dari hasil gunungapi busur kepulauan,
dikarenakan lokasi sampel berada pada setting
Seperti yang telah dibahas pada petrogenesis tektonik konvergen di Indonesia bagian selatan.
batuan beku Candi Ijo, hal pertama yang perlu
dilakukan adalah penentuan jenis dari batuan, III.4 Pelapukan Batuan Candi Ijo
yaitu berdasar data petrografi dan geokimia.
Untuk batuan vulkaniklastik, mempunyai Pembahasan mengenai pelapukan batuan
klasifikasi penentuan jenis piroklastik penyusun Candi Ijo yaitu tentang proses
berdasarkan diagram Fisher (1966). Untuk pelapukannya dan tingkat pelapukannya.
klasifikasi lebih detail pada jenis tufnya, juga III.5 Proses pelapukan
dilakukan pengeplotan pada diagram Pettijohn
(1977). Untuk daerah di sekitar Candi Ijo, faktor
pelapukan yang paling berperan yaitu faktor
Dari hasil pengeplotan kedua diagram di atas, iklim dan cuaca. Dari data curah hujan regional
dapat dilihat bahwa batuan vulkaniklastik pada pada kawasan Prambanan Sleman, dapat
Candi Ijo mempunyai jenis batuan vitric tuf, digolongkan bahwa daerah tersebut memiliki
karena didominasi oleh material gelasan (Lihat iklim tropis agak basah dengan jumlah curah
Gambar 7). Setelah dilakukan pengeplotan hujan berada pada nilai 2804,6 mm/tahun
berdasar dari data petrografi, dilanjutkan pula (Hendrayana, 2010). Andesit yang menyusun
pengeplotan pada diagram berdasar dari Candi Ijo mempunyai tekstur porfiritik dengan
kandungan kimianya. Hasil dari pengeplotan struktur vesikular atau berongga. Pelapukan
data geokimia berupa magma asal dari menyerang pada daerah di sekitar rongga
batuannya. Dari data geokimia diperoleh hasil batuan, sehingga menyebabkan masa dasar
kandungan SiO2 sekitar 53.9-62.9 %, yang andesit berubah menjadi mineral sekunder.
berarti bahwa magma batuan tersebut bersifat Kristal fenokris pada andesit juga telah
intermediet. Untuk pengeplotannya, juga mengalami perusakan akibat proses pelapukan,
digunakan diagram TAS dan diagram dari mineral terlihat memiliki perubahan warna
unsur jejak (Lihat Gambar 8). pada bagian tepi-tepinya, namun mineral asal
Hasil dari diagram TAS dan diagram unsur masih teramati.
jejak di atas menunjukkan bahwa magma Mineral sekunder hasil pelapukan tidaklah bisa
intermediet dari batuan vulkaniklastik tersebut teramati dengan baik oleh mikroskop sayatan
adalah dasit (VS & VLS) dan andesit (VLT). tipis. Untuk itu diperlukan data geokimia
Dasit merupakan batuan beku intermediet berupa XRD untuk mengetahui hasil mineral
dengan tekstur porfiritik, dan mempunyai lapuknya. Metode XRD yang dipakai adalah
komposisi yang hampir sama dengan andesit, XRD clay AD EG. Metode XRD clay lebih
namun terdapat kuarsa di dalamnya. Perbedaan efektif dalam penentuan mineral lempung pada
kedua sumber magma tersebut bisa batuan.
dikarenakan berasal dari dua gunung api yang
berbeda, bisa juga terjadi karena adanya Dari hasil analisis XRD, ketiga sampel andesit
perubahan jenis magma akibat partial melting, tersebut memiliki mineral sekunder yaitu
atau mungkin sampel tersebut (VLT) bukan halloysite, namun untuk andesit merah lapuk
berasal dari bukit Ijo. Namun hal tersebut tidak sedang (AnMLS) terdapat mineral
berada dalam cakupan pembahasan karya orthopiroksen berjenis hipersten. Hipersten ini
ilmiah ini, sehingga tidak dijabarkan secara merupakan orthopiroksen yang mengandung
lebih detail. Fe (FeSiO3), sehingga kemungkinan warna
kemerahan pada sampel AnMLS berasal dari
Setelah diketahui jenis batuan dan jenis Fe yang telah teroksidasi. Diketahui bahwa
magmanya, dilakukan pengeplotan pada sampel andesit merah mempunyai kandungan
diagram setting tektoniknya (Lihat Gambar Ba yang lebih besar dibandingkan dengan
9).
666
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

sampel yang lainnya. Kandungan Ba yang lubang yaitu berkisar antara 1-3mm.
meningkat dikarenakan batuan telah Sedangkan pori pada batuan vulkaniklastik
mengalami pelapukan. Ba tersebut bereaksi Candi Ijo tidaklah berkembang dengan baik,
terhadap oksigen, sehingga bisa melapukkan karena sifat batuannya yang bertekstur masif.
batuan dan batuan mengalami perubahan Akan tetapi, tingkat pelapukan yang terjadi
warna. sangatlah intens, dikarenakan mineral yang
menyusun batuan tersebut tidaklah resisten.
Halloysite (Al2Si2O5(OH)4) yang terbentuk Pori batuan bada vulkaniklastik tersebut
merupakan mineral sekunder yang berasal dari mempunyai persentase sekitar 5-10 %, dengan
pelapukan mineral primer yang diperkirakan besar pori yaitu sekitar <0,5-2 mm (Lihat Tabel
berupa plagioklas bertipe andesin 3).
(2CaAl2Si2O8). Halloysite tersebut terbentuk
akibat proses pelarutan dari andesine. Perhitungan tingkat pelapukan selanjutnya
selain dari point counting adalah dari
perhitungan oksida utama dengan metode
CIW. Tujuannya adalah untuh mengetahui
seberapa besar tingkat pelapukan berdasarkan
persentase hilangnya unsur oksida utama.
Selanjutnya adalah mineral sekunder yang Metode CIW yang dikembangkan oleh Harnois
dijumpai pada tuf Candi Ijo, yaitu smektit (1988) merupakan metode sederhana yang
[NaAl2(Si4O10)(OH)2·H2O]. Smektit cocok untuk menghitung tingkat pelapukan
merupakan mineral lempung hasil pelapukan pada batuan. Metode tersebut menggunakan
dari mineral plagioklas. Plagioklas tersebut unsur oksida utama yang berupa Al, Ca, dan
diperkirakan adalah plagioklas dengan tipe Na. Hal tersebut dikarenakan unsur mayor yang
andesine (NaAlSi3O8), yang dijumpai pada berupa Mg, Na, Ca merupakan unsur yang
sayatan tipis. Proses dari pelapukan tersebut mudah terlarutkan, dan Al merupakan unsur
yaitu mineral plagioklas mengalami pelapukan yang tetap ada dalam kandungan residu dan
dengan jenis hidrolisis. tidak bersifat mudah bergerak (immobile).
Berikut adalah rumus dari metode CIW :
CIW = [Al2O3 / (Al2O3 + CaO + Na2O)] × 100
%.
Untuk perhitungan indek pelapukan pada
III.6 Tingkat pelapukan metode CIW di atas, data yang dipergunakan
yaitu nilai proporsi molekul dari setiap oksida
Untuk perhitungan tingkat pelapukan, terdapat utama pada batuan. Nilai molekul unsur
dua metode, yaitu point counting dan didapatkan dengan cara persentase berat oksida
perhitungan CIW (Chemical Index utama dibagi dengan berat molekul dari setiap
Weathering). oksida utama.
Pelapukan pada batuan akan semakin Berikut adalah data oksida utama yang
meningkat seiring dengan bertambahnya waktu digunakan dalam perhitungan CIW (Lihat
dan intensitas faktor pelapukannya. Untuk Tabel 4).
batuan berpori seperti andesit sangatlah rentan
terhadap proses pelapukan pada area sekitar Setelah diketahui nilai molekul setiap unsur
pori. Pada keempat sampel andesit yang telah oksida pada tiap sampel, maka dilakukan
diambil dari Candi Ijo, terlihat perbedaan perhitungan nilai CIW dari sampel andesit
persentase pori pada batuan tersebut. Pori maupun vulkaniklastik dengan persamaan
andesit Candi Ijo bisa dibilang cukup besar, rumus dari CIW di atas. Dan dihasilkan nilai
yaitu bekisar antara 37-46 %, dengan besar
667
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

perhitungan CIW sampel Candi Ijo (Lihat 2. Terdapat dua jenis litologi penyusun Candi
Tabel 5). Ijo, yaitu andesit basaltic dan vitric tuf.
- Andesit basaltik Candi Ijo mempunyai
Nilai CIW di atas akan dibandingkan dengan afinitas magma kalk-alkali atau berada
nilai CIW normal (CIWn) batuan segarnya. pada tingkat alkali medium-K. Seting
Pada andesit segar, mempunyai nilai CIW tektonik batuan ini berada pada batas
sebesar 45 % (Wijayanti, 2012), dan CIW dasit konvergen yang merupakan produk
normal mempunyai nilai 48,5 %. Klasifikasi magmatisme dari gunung api busur
pelapukan dari data CIW hanya berdasar dari kepulauan
rasio dengan CIWn (chemical index - Vitric tuf berasal dari batuan dasar di
weathering normal), jika rasionya lebih dari 1, dalam Candi Ijo. Tuf tersebut
maka sudah tergolong lapuk. Dari hasil rasio mempunyai magma pembentuk berupa
CIW/CIWn, semua sampel mempunyai rasio dasit dan andesit. Magma batuan ini
lebih dari 1, dimana bisa dikatakan bahwa merupakan produk magmatisme dari
keseluruhan batuan telah mengalami gunung api busur kepulauan dengan
pelapukan. Namun tingkat pelapukan batuan keadaan tektonik konvergen dan
berbeda-beda. mempunyai sifat magma kalk alkali.
Sesuai sampel batuan yang telah di ambil 3. Batuan penyusun Candi Ijo mengalami
berdasar tingkat pelapukannya, pada data rasio pelapukan yang diakibatkan oleh curah
CIW juga terlihat bahwa sampel tersebut hujan. Semakin lapuk batuan, maka pori
mempunyai tingkatan pelapukan yang berbeda, batuan semakin besar.
dan tingkat pelapukan paling tinggi merupakan - Pada basalt andesit, mineral sekunder
sampel andesit lapuk tinggi (AnLT) dan yang dihasilkan adalah halloysite.
vulkaniklastik lapuk tinggi (VLT). Mineral tersebut terjadi akibat proses
pelarutan dari mineral andesin. Tingkat
IV. KESIMPULAN pelapukan batuan sebesar 13-32 %,
pori batuan sebesar 37-46 %, dan nilai
1. Daerah penelitian, yaitu pada Candi Ijo, rasio CIW/CIWn sebesar 1,01-1,10.
Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Pada vitric tuf, mineral sekunder yang
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa dihasilkan adalah smektit, dengan
Yogyakarta, berada di atas batuan proses pelapukan secara hidrolisis dari
vulkaniklastik dari satuan tuf-lapili. Batuan mineral andesin. Tingkat pelapukan
yang menjadi batuan dasar di dalam Candi batuan sebesar 28-41 %, pori batuan
Ijo berupa batuan berfragmen kasar (lapili) sebesar 8-13 %, dan nilai rasio
yang didominasi oleh gelas vulkanik. CIW/CIWn sebesar 1,18-1,37.

DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R.W.V., 1949, The Geology of Indonesia, Netherland : The Hague.
Best, M.G., 2003, Igneous and Metamorphic Petrology, Australia: Balckwell Science Ltd.
Budiharjo, U., 2008, Sleman Wisata Seribu Candi: The Mystical Temple Tours of Sleman, Sleman: Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Sleman.
Cahyandaru, N., 2010, Kajian Penanganan Dampak Erupsi Merapi di Candi Borobudur, Balai Konservasi
Peninggalan Borobudur, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

668
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Chen, Pei-Yuan, 1977, Tabble of Key Lines in X-Ray Powder Diffraction Patterns of Minerals in Clays and
Associated Rocks, Departemen of Natural Resources, Geological Survey Occasional Paper 21,
Bloomington, Indiana.
Cox, K.G., Bell, JD., and Pankhurst, RJ., 1993, The Interpretation of Igneous Rocks, British: Springer-
Science+Business Media, B,V.
Harnois, 1988, The ICW Index: A New Chemical Index of Weathering, Amsterdam: Eisevier Science
Publisher B.V.
Hartono, T., 2008, Selayang Pandang Candi - Candi di Yogyakarta, Yogyakarta: Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala.
Hendrayana, H., 2013, Cekungan Airtanah Yogyakarta - Sleman: Potensi, Pemanfaatan dan
Pengelolaannya, Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi, FT UGM.
Kerr, P.F., 1959, Optical Mineralogy, 3ed, New York: Mc Graw-Hill Book Company.
Loughnan, F.C., 1969, Chemical Weathering of Silicate Minerals, New York: Elsevier.
Nockolds, S.R., Knox, R.W.O., and Chinner, G.A., 1978, Petrology for Student, London: Cambridge
University Press.
Pipkin, B.W., Trent, D.D., Hazlett, R., Geology and The Environment fourth edition, US: Thomson
Brooks/cole.
Rahardjo, W., Husein, S., Setiawan, P.K.D., dan Novian, M.I., 2007, Stratigrafi Formasi Semilir Bagian
Atas di Dusun Boyo, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, DIY:
Pertimbangan untuk Penamaan Anggota Buyutan, Jurusan Teknik Geologi FT UGM.
Rapp, G., 2009, Archaeomineralogy second edition, Berlin : Springer.
Rollinson, H.G., 1995, Using Geochemical Data : Evaluation, Presentation, Interpretation, UK: Longman
Group
Soetoto, 2001, Bahan Ajar Kuliah Geologi Dasar, Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Surono, 2009, Litostatigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa
Tengah, Pusat Survei Geologi.
Tukidi, 2010, Karakter Curah Hujan di Indonesia, Jurnal Geografi: Volume 7 No. 2 Juli 2010.
William, H., Turner, F.J., and Gilbert, C.M., 1982, Petrography, an Introduction to the Study of Rocks in
Thin Section second edition, New York: W. H. Freeman and Company.
Wijayati, E., 2012, Skripsi: Petrogenesis dan Proses Pelapukan Batuan Penyusun Candi Borobudur serta
Batuan di Sekitar Candi Borobudur Berdasarkan Analisa Petrografi dan Geokimia, UGM: Teknik
Geologi.
Wilson, M., 1998, Igneous Petrogenesis, Netherlands: Springer

669
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

TABEL

670
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

671
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Peta Geologi Daerah Candi Ijo.

672
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 2. Pengeplotan pada segitiga Streickeisen (1978) yang memiliki komponen kuarsa, plagioklas, dan
ortoklas, didapatkan hasil bahwa keempat sampel tersebut merupakan batuan beku jenis andesit
basaltik.

Gambar 3. Pengeplotan Data Geokimia pada Diagram Total Alkali Silika (TAS).

673
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 4. Hasil pengeplotan menunjukkan bahwa diagram di atas memiliki hasil yang sama dengan
diagram TAS, yaitu basalt andesit.

Gambar 6. Pengeplotan pada diagram AFM. Dari diagram tersebut dihasilkan bahwa andesitbasaltik Candi
Ijo berada pada jenis magma dengan afinitas kalk-alkali (medium K).

674
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 6. Pengeplotan seting tektonik yang menyebabkan magma tersebut terbentuk. Pengeplotan
dilakukan pada diagram Zr, Nb, dan Y dari Meschede (1986). Hasil membuktikan bahwa
keempat sampel tersebut berada pada zona C, dimana Zona C merupakan zona lempeng kalk-
alkali dan basalt busur kepulauan.

Gambar 7. Penentuan jenis batuan vulkaniklastik Candi Ijo menggunakan diagram Fisher (1966). Hasil
menunjukkan bahwa terdapat Lapilli-tuf dan Tuf. Adapun tipe tuf adalah Vitric Tuf.

675
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 8. Pengeplotan pada diagram berdasar dari kandungan kimianya. Hasil dari pengeplotan data
geokimia berupa magma asal dari batuannya. Dari data geokimia diperoleh hasil kandungan
SiO2 sekitar 53.9-62.9 %, yang berarti bahwa magma batuan tersebut bersifat intermediet.

Gambar 9. Pengeplotan pada diagram setting tektonik. Hasil menunjukkan bahwa Tuf Candi Ijo terbentuk
pada zona C atau di lempeng kalk-alkali basalt busur kepulauan (Meschede, 1986).

676

Anda mungkin juga menyukai