Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENGUKURA JARAK

DISUSUN OLEH :
AFIF MULKAN YAHYA (5191250001)
CANDRA WAHYUDI (6191400173)
FARHAN SELIAN (5193550018)
MIKHAELSEPTIYAN HUTAGALUNG (5193250008)

5 Desember 2019

DOSEN PENGAMPU
Drs.Sorgang Siagian,M.Pd

ILMU UKUR TANAH

PRODI S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Geodesi adalah ilmu tentang pengukuran dan pemetaan permukaan bumi. Geodesi dapat
dibagi ke dalam bidang - bidang geodesi global, survei geodesi, dan ukur tanah (planet
surveying). Geodesi global menyangkut penentuan sosok bumi, termasuk keseluruhan medan
gaya berat bagian luasnya. Survei geodesi menetapkan permukaan suatu negara dengan
koordinat titik – titik kontrol yang cukup banyak jumlahnya. Dalam pekerjaan dasar ini
keseluruhan kelengkapannya bumi harus diperhatikan.
Pengukuran – pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan
dan pada keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik – titik diatas permukaan bumi
terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapat hubungan antara titik – titik itu, baik hubungan
yang mendatar maupun hubungan tegak, diperlukan sudut – sudut yang harus diukur.
(wongsotjipto, 2010)
Dengan metode kartografi yang membuat orang memahami cara untuk
menggambarkan suatu fenomena atau suatu daerah sedemikaan rupa sehingga secara besar
nyata hubungannya antar objek dan struktur yang akan digambarkan. Kartografi merupakan
studi pembuatan peta yang historis adalah berupaya untuk menggambarkan wajah geografis
muka bumi saat ini tidak hanya digunakan untuk keperluan navigasi atau tujuan – tujuan
geoposisi semata. (Abidin, 2001)
Pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi, dan proses mempertimbangkan
bentuk lengkung permukaan bumi, dan proses perhitungannya, akan menjadi lebih sukar
dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan pada bidang datar. Pada pengamatan areal
yang cukup luas, lengkung permukaan bumi dianggap tidak terbatas, sehingga dapat
diterapkan dengan metode pengukuran yang dilakukan pada bidang datar. (Soekarto, 2001)
Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah menentukan letak atau kedudukan suatu
subjek diatas permukaan bumi atau subjek diatas permukaan bumi dalam suatu sistem
koordinat (umumnya digunakan sistem koordinat geodetik). (Paul, 2000)
Berdasarkan definisi modern dari IAG, Vanseek dan Krawskiwsky,
mengklasifikasikan tiga bagian utama dari ilmu geodesi yaitu penetuan posisi, penentuan
medan gaya berat, dan variasi temporal dari posisi dan medan gaya berat, dimana domain
spasialnya adalah bumi, serta benda langit lainnya. setiap bidang kajian di atas mempunyai
spektrum yang sangat luas dari teoritis sampai praktis, dari bumi sampai benda – benda langit
lainnya dan juga mencakup darat, laut, udara dan juga luar angkasa. (Abidin, 2001)
1.3 Rumusan Masalah

1. Dimana lokasi pengkuran dan pemetaan yang akan ditinjau?

2. Bagaimana bentuk tanah dan kontur dari lokasi tersebut?

3. Metode apa yang dugunakan dalam kegiatan pengukuran tersebut?

4. Berapa luas keseluruhan yang diperoleh dari hasil pengukuran jarak pada lokasi tersebut?
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pemilihan titik detail ini sangat berkaitan dengan kelengkapan peta yang diinginkan. Seperti
persyaratan yang berikut : a) Beda kontur dalam penggambaran nantinya tergantung dari
skala yang diminta dan bilangan skala tersebut, selanjutnya diperkirakan gerakan pemegang
rambu oleh juru ukur. b) Penggambaran garis konturya boleh dilakukan dengan melakukan
inter-polarisasi antar dua buah titik detail saja. Dengan demikian gerakan pemegang rambu
dapat dilakukan dari satu titik ke titik detail lainnya. c) Pemilihan nilai ketinggian garis
kontur untuk penggambaran diambil bertahap sesuai dengan kelipatan beda kontur dengan
bilangan bulat (integer). d) Penggambaran dimulai dengan ketinggian terendah dan kelipatan
beda kontur, namun nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan titik detail yang terendah.
(Krakwisky, 2001)
Titik – titik dibuat dilapangan harus tepat ditemukan dengan mudah. Titik – titik yang
bersifat tetap sehingga dapat digunakan untuk pengukuran adalah titik triangulasi yang dibuat
di daerah besar. Titik polygon yang dibuat di dalam daerah yang kecil atau dalam skala kota
sesuai dengan dimensi area atau hasil yang akan diukur, maka pekerjaan pengukuran
umumnya dibedakan dalam dua bagian pengklasifikasian yaitu seperti geodesi. Pada
hakekatnya, bola bumi mendekati bentuk elips putar, sehingga pengukuran permukaan bumi
kita harus menggunakan metode pada bidang yang ellipsoda datar. Jadi, dengna demikian,
pengukuran yang dilakukan diatas harus memperhatikan bentuk lengkung permukaan bumi.
(Frick, 2002).
Pengukuran titik detail dilakukan dengan mengambil data dari permukaan fisis bumi
yang dianggap pantas untuk dijadikan wakil gambaran tersebut diatas peta. Dengan
sendirinya gambaran ini harus tentu terhadap interfensi yang telah ada, yaitu kerangka dasar
diatas. Dengan demikian, titik ikat tersebut dapat langsung menjadi acuan dari titik – titik
detail yang berada disekitarnya. (Soejadi, 2000)
Pengukuran geodetik ini umumnya dilakukan untuk ketelitian yang telah tinggi. Pada
dasarnya tujuan pengukuran adalah untuk menentukan letak atau kedudukan suatu objek
diatas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinasi. Dalam pelaksanaan pengukurannya
yang dicari dan dicatat adalah angka – angka jarak dan sudut. Jadi, koordinat yang diperoleh
adalah dengan melakukan pengukuran – pengukuran yang jarak dan pengukuran sudut
terhadap sistem koordinat geodetik tersebut diatas. (Irvene, 2001).
Dalam pengukuran geodesi, permukaan bumi lengkung sangat diperhatikan untuk
membuat keuntungan ada speroid ( bidang lengkung yang bentuk dan ukurannya mendekati
bumi). Saat sekarang ini sudah menjadi kebiasaan untuk mengerjakan hitungan geodetik
dalam sistem koordinat tiga dimensi yang pusatnya adalah berada di dalam bumi itu sendiri.
Pada hakikatnya bola bumi itu mendekati elliopsoida putar, sehingga dalam melakukan
pengukuran permukaan bumi dengna pengukuran pada bidang ellopsioda putar. (Basuki,
2006).
Suatu kombinasi jaring – jaring sederhana dan pengukuran ofset menguntungkan
dalam pembuatan peta dengan pemasangan titik – titik kontrol baru terutama untuk
pengukuran suatu areal yang kecil cakupannya tetapi dengan skala yang besar. Maksud ini
dasar dicapai dengan pengukuran jarak dengan menggunakan rantai atau pita ukur yang
sederhana dan pengukuran offeset. Dalam pengukuran jaring – jaring sederhana ini, seperti
urairan – urairan yang diatas bahwa yang ditentukan hanyalah kerangka dari daerah
pengukuran. Sesungguhnya, sepanjang kerangka daerah pengukuran tersebut terdapat detail
keadaan topografi dan bangunan – bangunan yang diukur secara mendetail. Objek – objek
tersebut dapat digunakan sebagai dasar acuan dalam pengukuran geodetik ini, terutama untuk
pengukuran geodetik ini. (Waiyati, 2007).
Dalam pembuata peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan
melakukan pengkuran – pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak
beraturan. Pengukuran – pengukuran di bagi dalam bentuk pengukuran yang mendatar untuk
mendapatkan hubungan – hubungan titik – titik yang diukur di atas permukaan bumi
(Pengukuran kerangka horizontal) dan pengukurant tegak guna mendapat hubungan tegak
antara titik – titik yang diukur (Pengukuran kerangka dasar vertikal) serta pengukuran titik –
titik detail. Titik – titik kerangka dasar pemetaan yang akan di tentukan, lebih dahulu
koordinat dari ketinggiannya itu di buat tersebar merata dengan kerapatan tertentu, permanen,
mudah diamati, dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan
selanjutnya. (Muda, 2008).
Taylor (1991) mendefinisikan kartografi sebagai suatu “organisasi” presentasi,
komunikasi dan penggunaan geo-informatika di dalam bentuk grafis, digital, atau format
nyata. Hal ini dapat meliputi langkah – langkah penciptaan peta – peta dan hasil – hasil yang
terkait dengan informasi spasial. (Kaak dan Ormeling, 2007)
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara – cara
pengukuran tanah di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti
pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur
kelengkungan permukaan buminya dapat di abaikan. Sedangkan pemetaan geodesi mencakup
kajian yang lebih luar tidak sekedar pemetaan dan penentuan posisi saja. (Basuki, 2006)

1) Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap studi pustaka, yaitu meneliti dan mengkaji pustaka
yang telah ada tentang keadaan tanah di daerah tersebut. Dengan demikian gambaran
kasar tentang daerah yang akan diteliti telah didapat. Dalam tahapan ini berbagai data
perlu diteliti terutama: peta topografi, peta geologi, iklim hidrologi, pola drainase,
penggunaan tanah dan tataguna hutan kesepakatan, penduduk dan sarana angkutan
(komunikasi) dll.
2) Survei Pendahuluan Survei pendahuluan bertujuan mempersiapkan survei utama
yang akan datang di lokasi survei.
3) Survei Utama Merupakan kegiatan utama di lapang dalam program survai dan
pemetaan tanah ini. Tugas survai utama adalah melakukan identifikasi jeni-jenis tanah
dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan lahan (seperti lereng, keadaan
batu, bahaya banjir, dan sebagainya), serta menentukan penyebarannya di daerah
tersebut.
BAB 3

RENCANA PENGUKURAN

3.1 Lokasi pengukuran

Rencana pengukuran jarak akan dilakukan oleh kelompok 12, yang beranggotakan 4 orang
yaitu:

1. AFIF MULKAN YAHYA


2. CANDRA WAHYUDI
3. FARHAN SELIAN
4. MIKHAELSEPTIYAN HUTAGALUNG

Lokasi :

Rencana Penggunaan Alat :

- Tanggal :
- Hari :
- Waktu : 8.00 - selesai

Penanggungjawab :

3.2 Metode pengukuran

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat kompas sebagai pemandu, jalan
sebagai penanda suatu stasiun, rambu ukur sebagai alat ukur, pita ukur sebagai alat untuk
mengukur jarak, alat ukur optis dan alat tulis sebagai alat untuk menulis data.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah lokasi objek disekitar kampus
UNIMED.

Prosedur
1. Ditentukan titik pasti dan haruslah berupa sesuatu yang tidak hilang dalam waktu dekat.
2. Ditentukan tempat alat dan ditandai dengan jalan.
3. Penempatan alat harus bisa menjangkau titik pasti dan objek yang diukur.
4. Pada objek ditentukan titik detail, semakin banyak titik detail yang dibuat, semakin teliti
hasil yang didapatkan
5. Pada alat satu diukur sudut azimuth, jarak lapang dua sudut vertikal ke titik pasti.
6. Dari alat I diukur (diukur yang sama) ke titik detail pada objek yang bisa terlihat dar posisi
alat II
7. Setelah pengukuran ke titik detail selain diukur ke posisi alat ukur II
8. Alat dipindahakan ke posisi alat II
9. Dari posisi alat II. Diukur posisi alat I, selanjutnya ke titik – titik yang dapat dijangkau dari
posisi alat II
10. Setelah semua titik detail selesai diukur ke posisi alat III
11. Dilakukan percobaan ini pada semua titik detail hingga selesai dan diukur ke posisi alat III
12. Demikian seterusnya.
13. Dibuat gambar pada milimeter A2 dan tabel difoto

Lx : Jarak titik ke alat bantu


Mi : Tinggi bacaan ke muka
Bi : Tinggi bacaam ke belakang

b. Peralatan, Bahan, dan Formulir Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal a.
Peralatan yang digunakan 1. Alat sipat datar optis
Data Pengukuran Jarak oleh WI

Titik Pembacaan mistar Jarak


Belakang Muka d
b m
A
1,426 0,528 84,47
1
0,795 2,282 86,08
2
1,723 0,389 87,94
3
2,268 0,864 92,38
B

∑b 6,212 4,063
∑m 4,063

∑t + 2,149

Anda mungkin juga menyukai