Abstrak
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
perbaikan. Jadi reformasi itu timbul secara simultan mencakup aspek kehidupan
bernegara dibidang politik, ekonomi dan hukum.”1 Di era keterbukaan pada pemerintahan
saat ini pengggunaan teknologi ini semakin lama menjadi semakin luas. Masyarakat bisa
menilai sendiri dalam kinerja pemerintahan dan juga masyarakat dapat mengetahui
masyarakat yang menyampaikan aspirasi opini lewat berbagai saluran media yang ada.
segala kegiatan dapat dilakukan dengan cepat, murah, dan tepat, sehingga produktivitas
kerja akan meningkat. “Setiap individu sudah pasti mempunyai tujuan, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan baik hidupnya yang mungkin dapat dicapai melalui usaha sendiri.”2
berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi ini, seperti dalam dunia
1
Bagir Manan, et.al., Ilmuwan dan Penegakan Hukum, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2008, hlm. 201.
2
Silalahi, Ulbert., Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep Teori dan Dimensi, Cet.Pertama, Sinar Baru,
Bandung, 1992, hlm. 17.
3
Peraturan yang terkait dengan hal ini (e-Government) yaitu, pada Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 48 (f) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan
Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas
lainnya.
a. KTP berbasi NIK memuat kode keamanan dan rekaman elektronik sebagai alat
b. Rekaman elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi biodata, tanda
tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan.
c. Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk disimpan dalam basis data
kependudukan.
ayat (3) dilakukan pada saat pengajuan permohonan KTP berbasis NIK, dengan
4
ketentuan : Untuk WNI, dilakukan di kecamatan; dan untuk orang asing yang
e. Rekaman sidik jari tangan penduduk yang dimuat dalam KTP berbasis NIK
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi sidik jari telunjuk tangan kiri dan
f. Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perekaman sidik jari diatur oleh
Peraturan Menteri.
memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan cara yang sama sekali baru,
di satu sisi memberikan manfaat yang sangat besar namun di sisi lain dapat
paksaan badan atau penjara yang bervariasi sejak dari hukuman kurungan,
penjara sampai dengan hukuman mati, atau berupa denda dan sitaan atas benda
Informasi Publik (KIP) memaparkan sebagai Pegawai Negeri Sipil, pemahaman tentang
Undang-Undang ini sangat penting, karena bisa jadi salah merespon permintaan informasi
dari masyarakat kita bisa dituntut pidana. Undang-Undang KIP memberi jaminan
terbukanya akses informasi bagi masyarakat terhadap badan publik yang mendapat
3
Ilhami Bisri, Sistem Hukum Indonesia Prinsip-Prinsip & Implementasi Hukum di Indonesia, Edisi 1 Cet.
1, PT. RajaGrafindPersada, Jakarta, 2004, hlm. 5.
5
alokasi dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, bantuan luar negeri, dan dari himpunan dana masyarakat. Sanksi pidana
menanti, jika badan publik tidak menjalankan amanat Undang-Undang KIP. Keberadaan
Undang-Undang KIP ini semakin menegaskan bahwa akses publik terhadap suatu
informasi merupakan hak asasi manusia yang diakui juga oleh Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 28 (f). Hadirnya Undang-Undang KIP akan meningkatkan kualitas partisipasi
masyarakat dalam perumusan kebijakan publik serta pengawasan atas pelaksanaan roda
pemerintahan.
kehidupan sosial yang demikian itu, pelayanan publik merupakan kebutuhan masyarakat
di negara modern. Kebutuhan terhadap pelayanan publik akan melibatkan dua aktor yaitu
negara yang menyediakan pelayanan publik, dan individu warga negara yang menikmati
pelayanan publik. Oleh karena itu, pelayanan publik akan mencerminkan hubungan
antara negara dengan warga negaranya. Good governance atau ketatapemerintahan yang
(akuntabilitas), sejalan dengan prinsip demokratis, efektif, dan efisien. Selain itu
masyarakat mempunyai kesempatan dan hak yang sama untuk ikut serta dalam
meningkatkan layanan publik yang efektif dan efisien diperlukan adanya kebijakan dan
KTP (Elektronic Kartu Tanda Penduduk) atau disebut Kartu Tanda Penduduk Elektronik,
6
governance) dengan penggunaan teknologi dan informasi yang saat ini sedang
dilaksanakan oleh pemerintah. Nomor NIK yang ada di e-KTP akan dijadikan dasar
dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas
Menurut penulis bahwa untuk bisa menilai peran aparatur, diperlukan suatu
publik ini bekerja sehingga menghasilkan output yang berkualitas. Output yang
berkualitas disini mencakup output yang bagus dan sesuai tingkat masyarakat. Peran
aparatur dalam melaksanakan kebijakan terhadap pelayanan e-KTP merupakan salah satu
contoh pelayan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah. Proyek e-KTP ini di
memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari 1 ktp. program nasional yang harus
dilaksanakan di setiap daerah salah satunya adalah E-KTP, karena pelaksanaan e-KTP
pemerintahan yang baik yang berkualitas dan berbasis teknologi untuk mendapatkan hasil
pada bulan Februari 2011 dimana pelaksanannya terbagi dalam dua tahap. Tahap
pertama dimulai pada tahun 2011 dan berakhir pada 30 april 2012 yang
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektronik, Jam 10.00 WIB, Tanggal 10
Desember 2015.
7
menambah atau mengurangi tanpa hak, isi elemen data pada dokumen kependudukan
bagi masyarakat, bangsa dan negara dengan maksud agar terciptanya tertib administrasi.
Dan juga diharapkan agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti mencegah
dan menutup peluang adanya KTP ganda atau KTP palsu, banyak fakta tejadi yang
korupsi yang akhirnya dapat menyebabkan kerugian bagi negara. Untuk mendukung
terwujudnya database kependudukan yang akurat, khususnya yang berkaitan dengan data
penduduk wajib KTP yang identik dengan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu
(DP4), sehingga DPT pemilu yang selama ini sering bermasalah tidak akan terjadi lagi.
Menurut pendapat penulis KTP manual yang dibuat dengan banyak dan mudah
mengakibatkan kurang adanya pengawasan yang signifikan, apalagi jika memiliki orang
dengan menggunakan KTP manual. Hal yang sangat penting dilakukan untuk mencegah
pemerintah menetapkan 5 (lima) tahapan agar menjamin keakuratan data diri setiap warga
sehingga e-KTP tersebut tidak dapat diperbanyak atau digandakan. Berikut 5 (lima) tahap
dalam pembuatan e-KTP, yaitu: Pembacaan biodata, foto, perekaman tanda tangan, scan
Berdasarkan uraian maka dalam hal ini mancoba melakukan penelitian yang
Lawang.”
8
Identifikasi Masalah
Lawang?
B. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian.
Berangkat dari rumusan masalah dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai, maka jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris. Dengan
yang ada dalam kaitannya dengan kebijakan implementasi e-KTP di Kabupaten Empat
Lawang yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
Populasi adalah seluruh aparatur pemerintah kabupaten empat lawang yang berkaitan
c. Kecamatan Saling:
g. Kecamatan Pendopo :
2. Sampel.
Adapun sampe dalam penelitian ini yaitu:
c. Sebagian staf yang bekerja di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Data Penelitian
Data primer ialah data dasar/data asli yang diperoleh penelitian dari tangan
pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain. Data primer mengandung data
aktual yang didapat dari penelitian lapangan dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data
primer yang diperoleh dari responden yakni berupa wawancara. Komunikasi yang
dilakukan dalam wawancara ini dilakukan secara langsung yang artinya peneliti /
lisan hal-hal yang diinginkan dan jawaban responden dicatat oleh pewawancara.
Data sekunder merupakan sumber data peneliti yang diperoleh peneliti secara
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
12
dalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Bahan hukum sekunder meliputi buku-buku hukum yang ditulis oleh parah ahli
dan lain sebagainnya., yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan yang
akan diteliti dalam hal ini perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak korban
Mengingat penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif maka Sumber data dan
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kepala Bidang Kepala bidang
kependudukan dan sebagian staf yang bekerja di kantor Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Empat Lawang, serta beberapa orang Kepala Desa di
tertulis berfungsi sebagai pedoman yang bersifat fleksibel dan pertanyaan berikutnya
diharapkan akan diperoleh data atau keterangan secara lengkap dengan alasan-alasan
Selain data yang didapat penulis lewat wawancara mendalam dilakukan pula
permasalahan yang diteliti. Bahan hukum sekunder dapat berupa text book, jurnal,
artikel, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, laporan, data statistik, dan lain-lain.
1. Komunikasi.
publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah
mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka
kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap
dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang
dikomunikasikan pun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi diperlukan agar
Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam mengukur
b. Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan jelas dan
yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai
haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau dijalankan). Karena jika
2. Sumber Daya.
elemen, yaitu:
a. Staf; sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf. Kegagalan
oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten
tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang
15
Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka
kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang
telah ditetapkan. Implementor harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat di
c. Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat
wewenang itu nihil, maka kekuatan para implementor dimata publik tidak
Tetapi, dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal tersebut ada, maka
kelompoknya.
tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi
3. Disposisi.
Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting ketiga dalam
kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui
apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk
melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias. Hal-hal penting yang
perlu dicermati pada variabel disposisi, menurut George C. Edward III, adalah:
b. Insentif; Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk
insentif. Oleh karena itu, pada umumnya orang bertindak menurut kepentingan
keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendukung yang
membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini
organisasi.
4. Struktur Birokrasi.
Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika
struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan
mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan
koordinasi dengan baik. Dua karakteristik menurut Edward III yang dapat
SOPs adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelaksana
harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan (atau standar minimum yang
unit kerja.
Dijelaskan oleh Edward III secara singkat bahwa pedoman yang tidak akurat, jelas
diskresi. Diskresi ini bisa langsung dilaksanakan atau dengan jalan membuat
petunjuk lebih lanjut yang ditujukan kepada pelaksana tingkat bawahnya. Jika
komunikasi tidak baik maka diskresi ini akan memunculkan disposisi. Namun
Empat Lawang
Berikut ini membahas permasalahan yang peneliti temukan di lapangan, sebagai berikut:
Lawang sampai bulan April 2016 ini masih terus berjalan. Sampai dengan saat ini
masih terdapat warga yang belum melakukan perekaman e-KTP. Data terakhir yang
diperoleh bahwa jumlah warga Empat Lawang yang belum terdata dan melakukan
perekaman e-KTP hingga Sampai dengan bulan Januari 2016 dengan data
wajib memiliki e-KTP 294.089 orang, yang telah membuat e-KTP berjumlah 214.062
orang, yang tidak atau belum membuat e-KTP berjumlah 80.027 orang. Padahal pada
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya bahwa batas akhir perekaman e-KTP di
Kabupaten Empat Lawang 15 Juli 2012. Hal tersebut disebabkan karena ada sebagian
warga Empat Lawang tersebut bekerja di luar kota, sehingga pemerintah cukup
kesulitan untuk menghubungi warga tersebut. Tetapi sebagian ada warga yang belum
telah ditentukan menjadi lebih lama lagi, kartu elektronik juga akan didapatkan
semakin lama. Tapi seharusnya dari pihak Kabupaten berupaya untuk terus mendata
5
http://indraachmadi.blogspot.co.id/2014/05/teori-implementasi-kebijakan-george-c.html, Jam 8.07
WIB, Tanggal 11 Januari 2017.
19
KTP sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Agar program e-KTP
tahun ini dapat berjalan dengan baik. Karena harapan warga Empat Lawang terhadap
program ini selain agar dapat memberikan dampak positif, warga juga berharap agar
Peranan penting dalam pelaksanaan program ini terletak juga pada sumber
melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan
bisa efektif. Ada indikator yang dipergunakan untuk melihat sejauhmana sumber daya
dapat berjalan dengan rapi dan baik yaitu staf. Sumber daya utama dalam
satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak memadai, mencukupi ataupun tidak
kompeten dibidangnya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi perlu juga
cakupan wilayah dalam satu kabupaten, sehingga dapat ditentukan berapa banyak
harus melakukan kontrol kepada pegawai yang akan menangani program e-KTP, dari
unsur pegawai apakah sudah memadai atau justru belum memadai, dan apabila
20
pegawai yang berpotensi agar justru tidak memberikan hambatan dalam pelaksanaan
operator. Operator adalah orang-orang yang dipilih oleh Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Empat Lawang dengan sistem rekruitmen dan tahap
penyeleksian yang cukup ketat. Dengan masa waktu kontak tertentu. Dalam hal ini
operator, yaitu:
d) Calon pegawai tidak memiliki pekerjaan apapun agar tidak menghambat ketika
menjadi tolok ukur agar pegawai operator dapat melaksanakan pembuatan e-KTP
dengan baik.
tersebut diberikan pembekalan selama 3 (tiga) hari. Dan dari kantor DISDUKCAPIL
sendiri harus melatih staf dan pegawainya ketika masa kontrak operator habis maka
dari pihak staf di Disdukcapil tidak memahami maksud dari adanya Operator itu
sendiri. Sehingga ketika operator tersebut habis masa kontraknya staf/pegawai dari
21
e-KTP tersebut. Sehingga hal tesrsebut menjadi kendala baru bagi staf Kabupaten
Empat Lawang.
tersebut kurang efektif dalam pelaksanaan e-KTP. Seperti yang telah dipaparkan di
bab sebelumnya (bab 1 pendahuluan) bahwa sumber daya pegawai kurang optimal,
hal ini dikarenakan operator tersebut bukan orang-orang yang ahli dalam bidangnya.
Pegawai operator hanya memahami tata cara pembuatan e-KTP saja, tetapi dalam
kurang optimal. Ini terlihat ketika terjadi pembeludakan antrian pada saat perekaman
harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk
melakukan tindakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana
terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan, implementor harus
mengetahui apakah orang lain yang terlibat dalam pelaksanaan tersebut patuh
terhadap hukum. Ketika kebijakan program e-KTP ini dibuat maka akan ada
sosialisasi dari pemerintah, bentuk dari sosialisasi ini berupa informasi yang diberikan
dari pemerintah pusat ke daerah untuk menjelaskan tentang e-KTP dan bagaimana
terlibat memahami apa yang akan dilakukan dalam kebijakan tersebut. Faktor
22
sosialisasi yang baik terhadap stakeholder dalam hal ini pemerintah pusat
Lawang untuk memberikan sosialisasi sebaik mungkin berupa seluruh informasi baik
data, teori maupun praktek mengenai e-KTP baik kepada masyarakat, agar penerepan
e-KTP berjalan dengan baik. Sosialisasi yang baik akan menghasilkan penerapan
kebijakan yang baik pula, sebaliknya sosialisasi yang buruk akan menimbulkan
pelaksanaan e-KTP. Dalam hal ini pemerintah Kabupaten empat Lawang menyatakan
sudah memberikan sosialisasi kepada warganya. Dalam hal ini pada praktek di
perencanaan program sosialisasi yang sudah dibuat, karena pihak Kabupaten hanya
adanya program e-KTP dan kemudian menyerahkan surat panggilan untuk disebarkan
kepada warga setiap desa, tanpa memberikan informasi tentang pengetahuan program
e-KTP.
karena dipandang oleh publik implementor tersebut tidak terlegitimasi. Tetapi dalam
pemantauan terhadap distribusi surat panggilan di desa dan RT/RW, mencatatat dan
Agar pelaksanaan kebijakan program e-KTP ini berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
Pemerintah.
menjadi pemikiran dan perasaannya, harapan atau pengalamannya kepada orang lain.
Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting, karena dalam setiap
proses kegiatan yang melibatkan unsur manusia dan sumber daya akan selalu
Implementasi yang efektif baru akan terjadi apabila para pembuat kebijakan dan
implementor mengetahui apa yang akan mereka kerjakan, dan hal itu hanya dapat
diperoleh melalui komunikasi yang baik, yang juga dari komunikasi tersebut
membentuk kualitas partisipatif masyarakat. Dalam hal ini komunikasi yang baik dan
terarah perlu Komunikasi perlu dilakukan agar tidak ada miscomunication yang dapat
tujuan dari pemerintah propinsi adalah agar pegawai kabupaten Empat Lawang dapat
Komunikasi yang baik sangat perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman
antara pemerintah pusat, kabupaten dan kecamatan. Selain komunikasi yang perlu
25
dilakukan oleh pihak-pihak aparat pemerintah, komunikasi yang baik juga perlu
6. Sikap.
implementasi kebijakan ini, jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, para
implementor tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan
tersebut
D. PENUTUP
Kesimpulan
sebagai berikut :
terciptanya tertib administrasi dan mencegah dampak negatif dari penggunaan KTP
manual yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang dapat
e-KTP di Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan data dan
temuan di lapangan serta observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa kebijakan
26
tersebut belum efektif dalam pelaksanaannya, ini terlihat dari faktor-faktor yang
program e-KTP
KTP .
Saran
pada hari kerja dibuka juga pada hari libur misalkan pada hari sabtu dan minggu.
tugasnya
27
DAFTAR PUSTAKA
- Bagir Manan, et.al., Ilmuwan dan Penegakan Hukum, Mahkamah Agung RI, Jakarta,
- Silalahi, Ulbert., Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep Teori dan Dimensi,
- http://indraachmadi.blogspot.co.id/2014/05/teori-implementasi-kebijakan-george-
BIODATA PENULIS
NIM : B2A014013
EMAIL : Edikusmawan@yahoo.com
ALAMAT RUMAH : Perumahan Geriya Tebing Pratama Blok C.22 Kel Tanjung
Lawang
FALKUTAS : Hukum
Bengkulu
EMAIL : pascasarjanailmuhukum.unib@ymail.com
Laman : www.unib.fh.ac.id