Kelompok 6 Irregular - Patterns
Kelompok 6 Irregular - Patterns
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
TAHUN 2018
A. Pola jalan tidak teratur (irregular system) :
Ketidakteraturan system jalan ditinjau dari segi lebar maupun arah jalannya
Menunjukkan tidak adanya peraturan untuk menertibkan morfologi kota
Ciri kota dinegara berkembang
B. Kota Malang
adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia,[1] kota terbesar kedua di Jawa
Timur[2] setelah Surabaya, dan kota terbesar ke-12 di Indonesia. Kota ini didirikan pada masa Kerajaan
Kanjuruhan dan terletak di dataran tinggi seluas 145,28 km2[3] yang terletak di tengah-tengah Kabupaten
Malang.[4] Bersama dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang, Kota Malang merupakan bagian dari
kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya.
Kota Malang dikenal baik karena dicap sebagai kota pendidikan. Kota ini memiliki berbagai
perguruan tinggi terbaik seperti Universitas Brawijaya[5] dan Universitas Negeri Malang.[5] Selain itu, kota
ini merupakan kota pariwisata karena alamnya yang menawan yang dikelilingi oleh pegunungan[6] serta
udaranya yang sejuk.[7] Malang pun terkenal sebagai kota bunga karena banyaknya bunga yang menghiasi
kota.[8] Kota Malang juga merupakan kota seni[9] karena banyaknya kesenian khas dari kota ini, mulai dari
tarian hingga pertunjukan.
Kota Malang memiliki berbagai macam orang dari berbagai macam suku bangsa dan budaya.
Penduduk kota Malang mencapai 895.387 jiwa[10] dengan suku mayoritas Jawa,[11] diikuti dengan Madura.
Kawasan metroplitan Malang, Malang Raya, merupakan kawasan metropolitan terbesar kedua di Jawa
Timur setelah Gerbangkertosusila. Jika dilihat dari sisi budaya, Kota Malang termasuk ke dalam Kawasan
Kebudayaan Arek.[12]
Kota Malang memiliki fenomena yang menarik karena pada saat itu. Malang merupakan satu-satunya
kota di Hindia Belanda yang Bouwverordeningnya mencantumkan bab-bab tentang perencanaan tata
ruang kota dan tipe-tipe bangunan dalam Bouwverordening voor het Regentschap Malang 1941 (Ari,
Hariyani, dan Meidiana, 2000: 2). Pada tahun 1937, tata ruang
Kota Malang dikirimkan ke Paris untuk suatu pameran tata ruang kota-kota di dunia, sebagai satu-
satunya wakil dari kota jajahan di Hindia Belanda (Nawatunggal, 2003: 32; Handinoto dan Soehargo,
1996: 113). Dengan demikian, Kota Malang merupakan peninggalan sejarah sebagai kota dengan
perencanaan yang sangat baik pada saat itu. Pada penggambaran tata kota Malang sebelum 1914 sebagai
kota kabupaten dalam Keresidenan Pasuruan, Handinoto dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tata
letak bangunan di sekitar alun-alun sangat berbeda dengan tatanan alun-alun kota kabupaten pada
umumnya (kecuali masjidnya yang terletak di sebelah Barat alun-alun). Menurut tata letak kota-kota di
Jawa
Kota Malang di tahun 1980-an bangunan yang terdapat di pusat kota terdiri dari bangunan industry seperti
pabrik-pabrik Unsur lingkungan alamiah Kota Malang sangat dominan, serta bentukan lingkungan buatan
seperti bangunan, elemen tata kota dan kehidupan masyarakatnya telah memberikan citra spesifik Kota
Malang. Sedangkan perkembangan bentuk fisik kota terjadi melalui dua proses yakni; proses formal yaitu
melalui proses perencanaan dan design, dan proses organis yaitu proses yang tidak direncanakan dan
berkembang dengan sendirinya. Maka morfologi kota terbentuk melalui proses yang panjang, setiap perubahan
bentuk kawasan secara morfologis dapat memberikan arti serta manfaat yang sangat berharga bagi penanganan
perkembangan suatu kawasan kota. Dengan mempelajari morfologi suatu kawasan kota, kiranya cacat
morfologis suatu kawasan kota dapat terhindari karena proses belajar dari pengalaman kegagalan dan
keberhasilan masa lampau merupakan salah satu proses pembentukan morfologi suatu kawasan kota
(Zahnd,1999). proses perkembangan dan urbanisasi pada kota-kota di Jawa setelah Tahun 1980-an ini ditandai
dengan adanya restrukturisasi internal. Salah satu cirinya adalah terjadinya proses pergeseran fungsi pusat
kota, dari pusat manufaktur menjadi pusat kegiatan jasa dan keuangan. Kegiatan manufaktur bergeser ke
pinggiran kota. Secara fisik restrukturisasi tersebut ditandai dengan adanya perubahan penggunaan lahan
secara besarbesaran, yang disebabkan karena munculnya lokasi-lokasi industri di tepi kota yang kemudian
disusul dengan munculnya daerah perumahan baru.
Tahun 1983, Luas Tahun 1987, Luas kota Tahun 2004, Luas kota
kota 54,76 Km2 78,42 Km2 110,06 Km2
Dalam peta tersebut dapat dianalisa bahwa Morfologi dilihat dari bentuk kota, Kota Malang memiliki
bentuk kota yang kompak-tidak berpola. Dikatakan kompak-tidak berpola karena memiliki pola ruang
yang padat dan kompak. Selain itu, jalan tidak membentuk pola sehingga dikatakan tidak berpola. Faktor-
faktor yang mempengaruhi bentuk kota di Kota Malang adalah faktor geografis, transportasi, sosial,
ekonomi dan regulasi.
Analisis morfologi secara struktural yang dilihat dari elemen morfologi kota. Adapun elemen
tersebut adalah:
a. Bangunan-bangunan
Hotel, pusat perdagangan, dan gedung-gedung perkantoran mulai tumbuh pesat setelah tahun 2003
hingga sekarang
alun-alun di kota malang juga merupakan sentra keramaian karena berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau tempat orang-orang beraktivitas.
Lingkage artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu dengan
yang lain, atau distrik yang satu dengan distrik yang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan,
jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan sebagainya. Teori linkgage
melibatkan pengorganisasian garis penghubung yang menghubungksn bagian-bagian kota dan
disain, yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem lingkage dalam sebuah lingkungan
spasial.
Terdapat 3 pendekatan lingkage perkotaan :
1. Lingkage yang visual
2. Lingkage yang struktural
3. Lingkage yang bentuk kolektif
Kota malang termasuk kedalam lingkaje yg berbentuk kolektif
Lingkage kolektif
Konteks kota malang
Sumber :
http://duniasejutawarna.blogspot.com/2013/11/tahukah-anda-tata-wilayah-kota-malang.html
http://journals.itb.ac.id/index.php/jpwk/article/view/1288