Anda di halaman 1dari 8

MORFOLOGI KOTA

“ Analisis Morfologi Kota – Irregular Patterns terhadap kota Malang ’’

Disusun Oleh :

Dian Islamiati F231 17 075


Farnila F231 17 126
Ariani F231 17 128
Tenri Angkumala F231 17 136
Almugni F231 17 078

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
TAHUN 2018
A. Pola jalan tidak teratur (irregular system) :

 Ketidakteraturan system jalan ditinjau dari segi lebar maupun arah jalannya
 Menunjukkan tidak adanya peraturan untuk menertibkan morfologi kota
 Ciri kota dinegara berkembang

B. Kota Malang

adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia,[1] kota terbesar kedua di Jawa
Timur[2] setelah Surabaya, dan kota terbesar ke-12 di Indonesia. Kota ini didirikan pada masa Kerajaan
Kanjuruhan dan terletak di dataran tinggi seluas 145,28 km2[3] yang terletak di tengah-tengah Kabupaten
Malang.[4] Bersama dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang, Kota Malang merupakan bagian dari
kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya.

Kota Malang dikenal baik karena dicap sebagai kota pendidikan. Kota ini memiliki berbagai
perguruan tinggi terbaik seperti Universitas Brawijaya[5] dan Universitas Negeri Malang.[5] Selain itu, kota
ini merupakan kota pariwisata karena alamnya yang menawan yang dikelilingi oleh pegunungan[6] serta
udaranya yang sejuk.[7] Malang pun terkenal sebagai kota bunga karena banyaknya bunga yang menghiasi
kota.[8] Kota Malang juga merupakan kota seni[9] karena banyaknya kesenian khas dari kota ini, mulai dari
tarian hingga pertunjukan.

Kota Malang memiliki berbagai macam orang dari berbagai macam suku bangsa dan budaya.
Penduduk kota Malang mencapai 895.387 jiwa[10] dengan suku mayoritas Jawa,[11] diikuti dengan Madura.
Kawasan metroplitan Malang, Malang Raya, merupakan kawasan metropolitan terbesar kedua di Jawa
Timur setelah Gerbangkertosusila. Jika dilihat dari sisi budaya, Kota Malang termasuk ke dalam Kawasan
Kebudayaan Arek.[12]

Kota Malang memiliki fenomena yang menarik karena pada saat itu. Malang merupakan satu-satunya
kota di Hindia Belanda yang Bouwverordeningnya mencantumkan bab-bab tentang perencanaan tata
ruang kota dan tipe-tipe bangunan dalam Bouwverordening voor het Regentschap Malang 1941 (Ari,
Hariyani, dan Meidiana, 2000: 2). Pada tahun 1937, tata ruang
Kota Malang dikirimkan ke Paris untuk suatu pameran tata ruang kota-kota di dunia, sebagai satu-
satunya wakil dari kota jajahan di Hindia Belanda (Nawatunggal, 2003: 32; Handinoto dan Soehargo,
1996: 113). Dengan demikian, Kota Malang merupakan peninggalan sejarah sebagai kota dengan
perencanaan yang sangat baik pada saat itu. Pada penggambaran tata kota Malang sebelum 1914 sebagai
kota kabupaten dalam Keresidenan Pasuruan, Handinoto dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tata
letak bangunan di sekitar alun-alun sangat berbeda dengan tatanan alun-alun kota kabupaten pada
umumnya (kecuali masjidnya yang terletak di sebelah Barat alun-alun). Menurut tata letak kota-kota di
Jawa

Kota Malang di tahun 1980-an bangunan yang terdapat di pusat kota terdiri dari bangunan industry seperti
pabrik-pabrik Unsur lingkungan alamiah Kota Malang sangat dominan, serta bentukan lingkungan buatan
seperti bangunan, elemen tata kota dan kehidupan masyarakatnya telah memberikan citra spesifik Kota
Malang. Sedangkan perkembangan bentuk fisik kota terjadi melalui dua proses yakni; proses formal yaitu
melalui proses perencanaan dan design, dan proses organis yaitu proses yang tidak direncanakan dan
berkembang dengan sendirinya. Maka morfologi kota terbentuk melalui proses yang panjang, setiap perubahan
bentuk kawasan secara morfologis dapat memberikan arti serta manfaat yang sangat berharga bagi penanganan
perkembangan suatu kawasan kota. Dengan mempelajari morfologi suatu kawasan kota, kiranya cacat
morfologis suatu kawasan kota dapat terhindari karena proses belajar dari pengalaman kegagalan dan
keberhasilan masa lampau merupakan salah satu proses pembentukan morfologi suatu kawasan kota
(Zahnd,1999). proses perkembangan dan urbanisasi pada kota-kota di Jawa setelah Tahun 1980-an ini ditandai
dengan adanya restrukturisasi internal. Salah satu cirinya adalah terjadinya proses pergeseran fungsi pusat
kota, dari pusat manufaktur menjadi pusat kegiatan jasa dan keuangan. Kegiatan manufaktur bergeser ke
pinggiran kota. Secara fisik restrukturisasi tersebut ditandai dengan adanya perubahan penggunaan lahan
secara besarbesaran, yang disebabkan karena munculnya lokasi-lokasi industri di tepi kota yang kemudian
disusul dengan munculnya daerah perumahan baru.

C. Berikut Perkembangan Luas Lahan di Kota Malang

Tahun 1983, Luas Tahun 1987, Luas kota Tahun 2004, Luas kota
kota 54,76 Km2 78,42 Km2 110,06 Km2

Dalam peta tersebut dapat dianalisa bahwa Morfologi dilihat dari bentuk kota, Kota Malang memiliki
bentuk kota yang kompak-tidak berpola. Dikatakan kompak-tidak berpola karena memiliki pola ruang
yang padat dan kompak. Selain itu, jalan tidak membentuk pola sehingga dikatakan tidak berpola. Faktor-
faktor yang mempengaruhi bentuk kota di Kota Malang adalah faktor geografis, transportasi, sosial,
ekonomi dan regulasi.
Analisis morfologi secara struktural yang dilihat dari elemen morfologi kota. Adapun elemen
tersebut adalah:
a. Bangunan-bangunan

sumber : google earth

Permukiman mendominasi bangunan di pinggir jalan


2003

sumber : google earth

Hotel, pusat perdagangan, dan gedung-gedung perkantoran mulai tumbuh pesat setelah tahun 2003
hingga sekarang

b. Kapling atau kadaster


Kapling atau kadaster merupakan elemen morfologi yang paling lama bertahan. Kebanyakan kapling yang
berada pada lokasi penelitian, khususnya yang berada pada pusat kota berupa kapling tunggal yang terletak
sebagai deretan atau sebagai koridor-koridor pada jalan-jalan besar dipusat kota. Blok kota yang ada di lokasi
penelitian meliputi blok untuk perumahan, blok perdagangan dan jasa, serta blok fasilitas umum.
c. Pola Jaringan Jalan
Jaringan Jalan Kota Malang meliputi jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal/jalan lingkungan. .Pola
transportasinya adalah konsentris radial dengan sistem lingkar dalam dengan pola grid. Ditinjau dari
fungsi pelayanannya, jaringan jalan Kota Malang di bedakan atas dua sistem utama yaitu sistem primer
dan sekunder. Sistem primer merupakan penghubung antara fungsi primer di Kota Malang sedangkan
sistem sekunder merupakan penghubung fungsi sekunder dalam Kota malang. Secara keseluruhan
transportasi memusat pada kawasan CBD (pusat kota) dan alun-alun kotak di Jalan Tugu, Apabila ditinjau
dari fungsi pelayanannya maka jaringan jalan yang ada di lokasi penelitian ternasuk dalam sistem
sekunder yang merupakan penghubung fungsi sekunder dalam Kota Malang. Sistem jaringan jalan
sekunder di lokasi penelitian meliputi jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder dan lokal sekunder
serta beberapa jalan lingkungan.

alun-alun di kota malang juga merupakan sentra keramaian karena berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau tempat orang-orang beraktivitas.

Analisa Morfologi Secara Fungsional


Pembahasan mengenai morfologi kota secara fungsional lebih memperhatikan hubungan sebuah tempat
sebagai suatu generator kota (penggerak kota). Pada lokasi penelitian terdapat suatu hubungan yang
terjadi yaitu hubungan yang dibentuk oleh deretan bangunan yang membentuk ruang terbuka. Hal ini
dapat dilihat pada lokasi pusat kota yaitu alun-alun kota (alun-alun kotak). Selain itu hal tersebut juga
terjadi pada kawasan perkantoran di lokasi penelitian yaitu alun-alun Tugu yang merupakan ruang
terbuka hijau yang dibentuk oleh bangunan-bangunan yang melingkar. Kawasan Tugu merupakan
kawasan perkantoran yang memiliki hubungan fungsional secara fisik dan non fisik. Pada kawasan ini
terdapat deretan bangunan yang memiliki satu pusat bangunan sebagai tenggeran yaitu Tugu, sedangkan
secara non fisik adanya taman-taman yang dapat memberikan nuansa indah dan segar sehingga
mengundang pengunjung. Selain itu pada sisi yang lain terdapat fasilitas pendidikan, perdagangan dan
jasa. Seperti stasiun kereta api, bank, restauran, percetakan dan deretan warung dan kios-kios kecil
lainnya. Kawasan Tugu sering kali berfungsi juga sebagai lokasi ajang balap motor bagi warga Malang
baik secara resmi maupun tidak resmi.
Morfologi secara fungsional

Analisa Ground yang Figuratif


Pada awalnya alun-alun Kota Malang sebagai kawasan residen atau pemerintahan, yang kini berubah
menjadi kawasan perdagangan dan jasa yang berpusat di alun-alun Kotak berupa ruang terbuka yang
figuratif dan telah menciptakan identitas kawasannya.

Ground yang figurative


Analisa Poche
Analisis Poche pada lokasi penelitian dapat dilihat pada kawasan Tugu yang memilki identitas kawasan
sebagai kawasan pemerintahan dengan beberapa gedung sebagai nukleus. Selain gedung Balai kota
terdapat juga gedung DPR. Sebenarnya pada sistem poche ini bukan hanya terdapat di kawasan Tugu saja
melainkan pada setiap kawasan. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya karakter kawasan yang berbeda,
akan tetapi setiap kawasan memiliki jati diri kawasan masing-masing. Jati diri tersebut salah satunya
dapat berupa suatu gedung atau tenggeran lainnya. Tenggeran yang paling menonjol adalah pada kawasan
Tugu yang merupakan kawasan pemerintahan kota Malang dengan gedung Balaikotanya sebagai pusat
kegiatan pemerintahan.
D. Identifikasi Pola Morfologi Kota

Lingkage artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu dengan
yang lain, atau distrik yang satu dengan distrik yang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan,
jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan sebagainya. Teori linkgage
melibatkan pengorganisasian garis penghubung yang menghubungksn bagian-bagian kota dan
disain, yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem lingkage dalam sebuah lingkungan
spasial.
Terdapat 3 pendekatan lingkage perkotaan :
1. Lingkage yang visual
2. Lingkage yang struktural
3. Lingkage yang bentuk kolektif
Kota malang termasuk kedalam lingkaje yg berbentuk kolektif

Lingkage kolektif
Konteks kota malang

Sumber :
http://duniasejutawarna.blogspot.com/2013/11/tahukah-anda-tata-wilayah-kota-malang.html
http://journals.itb.ac.id/index.php/jpwk/article/view/1288

Anda mungkin juga menyukai