Anda di halaman 1dari 19

79

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan teori dan tindakan proses

asuhan keperawatan yang dilakukan pada hari sabtu tanggal 23-24 Januari 2016 di

Ruang Bersalin RSUD Pare kab.Kediri, yang meliputi : pengkajian, diagnosa

keperwatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN

1. Keluhan Utama (PQRST)

Keluhan utama klien mengatakan setelah operasi section caesareapasien

merasakan nyeri, nyeri bertambah pada saat pasien bergerak dan nyeri

berkurang jika digunakan untuk terlentang, nyeri dirasakan seperti tertusuk-

tusuk jarum dibagian perut bekas operasi dan menjalar kepinggang bagian

belakang skala nyeri 4.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-

tandapersalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda

persalinan (Manuaba, 1998). Data subjektif:klien mengatakan mudah lelah

saat melakukan aktivitas

Data objektif:TD 100/60 nadi 83x/menit respirasi 22x/menit suhu

360C,Hb 9,6gr/dl,pasien tampak lemas,karakteristik oedem

79
80

- -

+ -

Klien terlihat pucat,bibir klien kering,oedem (+),kesemutan (+),kaki

tidak bisa digerakkan.pada etiologi didapatkanresiko janin mengakibatkan

tindakan SCberakibat resiko perdarahan menyebabkan HB menurun 9,3gr/dl

menjadikan suplai O2 menurun dan menimbulkan gangguan perfusi jaringan.

1. Data subjektif : klien mengatakan nyeri pada luka operasi

Data objektif:TD 110/80Mmhg nadi 84x/menit respirasi 22x/menit

suhu 365CNyeri (+) skala 4 wajah tampak menyeringai, klien mengatakan

setelah operasi section caesareapasien merasakan nyeri, nyeri bertambah pada

saat pasien bergerak dan nyeri berkurang jika digunakan untuk terlentang,

nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk jarum dibagiaan perut bekas operasi dan

menjalar kepinggang bagian belakang skala nyeri 4.

Pada data etiologi didapatkan hasil setelah dilakukan tindakan SC

terjadi terputusnya jaringan dan menyebabkan nyeri.

2. Data subjektif: klien mengatakan bangun dari tempat tidur berjalan mau

jatuh.

Data objektif:TD 100/80 mmHg nadi 82x/menit respirasi 22x/menit

suhu 360C,sensasi rasa kurang klien merasa kesemutan pada daerah kaki

kanan,kulit pucat.
81

Pada data etiologi didapatkan hasil peningkatan kontraksi dan

pembukaan serviks adanya rasa pemulas dan ingin mengejan menyebabkan

pasien melaporkan rasa tidak nyaman serta gangguan rasa nyaman

menyebakan kelemahan dan menimbulkan intoleransi aktivitas.

Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor

mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor

predesposisi adalah:

a. Infeksi

Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban.

b. Servik yang inkompetensia

Kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik

uteri (akibat persalinan, curetage).

c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

(overdistensi uterus)

d. Kelainan letak

Misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi

pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap

membran bagian bawah.

3. Berdasarkan teori Pada pasien post sectio Caesareapasien akan mengalami

gangguaperfusi jaringan perifer.Pada ekstremitas kaki bawah mengalami

kesemutan Etiologi
82

Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea yaitu ruptur uteri iminen,

perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi yang berasal

dari janin adalah fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi

kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan

persalinan vakum atau forseps ekstraksi. Dari beberapa faktor sectio caesarea

diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio cesarea sebagai berikut :

a. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar

panggul ibu tida sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat

menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang

panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga

panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan

lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau

panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses

persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan

patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris

dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan keatuan penyakit yang

langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum

jelas.Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan

penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu


83

kebidanan.Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu

mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat

tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian

besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.

d. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sesar.Hal ini

karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih

tinggi dri pada kelahiran satu bayi.Selain itu, bayi kembar pun dapat

mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk

dilahirkan secara normal.

e. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak

memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan

pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

f. Kelainan Letak Janin

1) Kelainan pada letak kepala

a) Letak kepala tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan

dalam teraba UUB yang paling rendah.Etiologinya kelainan


84

panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,

kerusakan dasar panggul.

b) Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala

yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-

kira 0,27-0,5 %.

c) Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada

posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu,

biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau

letak belakang kepala.

2) Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak

memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian

bawah kavum uteri.Dikenal beberapa jenis letak sungsang yakni

presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi

bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2005).

Darianalisa diatas dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan

antara teori dan fakta atau teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian.

Dari hasil pengkajian menyatakan bahwa antara teori dan fakta ada

kesesuaian seperti perfusi jaringan pada ekstremitas kaki bawah,pasien

tampak menyeringai,apabila dibuat bergerak miring kanan dan miring


85

kiri serta dibuat duduk kaki terasa seperti kesemutan. Kesemutan pada

ekstremitas kaki kiri bawah terjadi akibat tekanan di bawah lutut atau

menyilangkan kaki setelah dilakukan nya operasi SC.

g. Faktor lain yang berhubungan dengan KPD: Faktor golonngan

darah,Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat

menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit

ketuban, Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu, Faktor

multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum, Defisiesnsi gizi

dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C), Pada pasien post sectio

Caesareapasien akan mengalami gangguaperfusi jaringan perifer.Pada

ekstremitas kaki bawah mengalami kesemutan Etiologi

Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea yaitu ruptur uteri iminen,

perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi yang

berasal dari janin adalah fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal

posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,

kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi. Dari beberapa faktor

sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio cesarea

sebagai berikut:CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)Chepalo Pelvik

Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tida sesuai

dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak

dapat melahirkan secara alami, PEB (Pre-Eklamsi Berat) Pre-eklamsi dan

eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh


86

kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas, KPD (Ketuban Pecah

Dini)Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu, Faktor Hambatan

Jalan Lahir Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang

tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan

bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas,

h. Kelainan Letak Janin antara lain: Kelainan pada letak kepala, Letak kepala

tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam

teraba UUB yang paling rendah.Etiologinya kelainan panggul, kepala

bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul,

Presentasi muka Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala

yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira

0,27-0,5 %, Presentasi dahiPosisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi

berada pada posisi terendah dan tetap paling depan, Letak Sungsang letak

sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri

(Saifuddin, 2005).

Dari analisa diatas dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara

teori dan fakta atau teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian. Dari hasil

pengkajian menyatakan bahwa antara teori dan fakta ada kesesuaian

seperti perfusi jaringan pada ekstremitas kaki bawah,pasien tampak


87

menyeringai,apabila dibuat bergerak miring kanan dan miring kiri serta

dibuat duduk kaki terasa seperti kesemutan. Kesemutan pada ekstremitas

kaki kiri bawah terjadi akibat tekanan di bawah lutut atau menyilangkan

kaki setelah dilakukan nya operasi SC.

B. PERENCANAAN

1. Diagnosa gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan oedem Definisi

Keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami suatu

penurunan dalam nutrisi dan pernapasan pada tingkat seluler perifer suatu

penurunan dalam suplai darah kapiler.

2. Faktor yang Berhubungan dengan perlemahan aliran darah (Gangguan

vaskuler) antara lain: Arteriosklerosis, Hipertensi, Aneurisma, Trombosis

arteri, Trombosis vena dalam, Penyakit vaskuler kolagen, Artritis rheumatoid,

Diabetes mellitus, Diskariasis darah (gangguan trombosit), Gagal ginjal,

Kanker/tumor, Varises, Penyakit burger’s, Krisis sel sabit, Sirosis

alkoholisme.

Adapun tindakan yang Berhubungan dengan imobilisasi antara lain:

Berhubungan dengan adanya aliran invasive, Berhubungan dengan tekanan pada

tempat/konstriksi (balutan, stocking), Berhubungan dengana trauma pembuluh

darah, Situasional (Personal, lingkungan), Berhubungan dengan tekanan dari

uterus yang membesar pada sirkulasi perifer, Berhubungan dengan tekanan dari

abdomen yang membesar pada pelvik dan sirkulasi perifer, Berhubungan dengan
88

pengumpulan venosa yang tergantung, Berhubungan dengan hipotermia,

Berhubungan dengan efek vasokonstriksi dari tembakau, Berhubungan dengan

penurunan volume yang bersirkulasi : dehidrasi.

Data mayor: Penurunan atau tidak adanya denyut nadi, Perubahan warna

kulitPucat (arteri), Sianosis (Vena), Hiperemi reaktif (arteri), Perubahan suhu

kulit, Lebih dingin (arteri), Lebih hangat (vena)

Kriteria hasil: pasien diharapkan mampu mengidentifikasi faktor-faktor

yang meningkatkan sirkulasi perifer, pasien mampu Mengidentifikasi perubahan

gaya hidup yang perlu, pasien mampu mengidentifikasi cara medis, diet,

pengobatan, aktivitas yang meningkatkan vasodilatasi, Melaporkan penurunan

dalam nyeri, Menggambarkan kapan saat menghubungi dokter/tenaga kesehatan.

Intervensi mengerjakan individu untuk Mempertahankan ekstremitas

dalam posisi tergantung, Mempertahankan ekstremitas yang hangat (jangan

mengunakan bantalan pemanas atau botolair panas, karena individu dengan

penyakit vaskuler perifer dapat mengalami gangguan sensasi dan tidak akan dapat

menentukan jika suhu panas merusak jaringan, penggunaan pemanas eksternal

juga dapat meningkatkan kebutuhan metabolis dari jaringan melewati batas

kapasitasnya, Kurangi risiko trauma dengan cara: Ubah posisi sedikitnya setiap

jam, Hindari menyilangkan kaki,

Kurangi penekanan eksternal (mis; sepatu sempit), Hindari pelundung

tumut dari kulit, Dorong latihan rentang gerak, Rencanakan suatu program

berjalan setiap hari. Instruksikan individu dalam alasan untuk programb. Ajarkan
89

individu untuk menghindari kelelahanc. Instruksikan untuk menghindari

peningkatan dalam latihan sampai dikaji oleh dokter terhadap masalah jantung.

Pastikan kembali individu yang berjalan tidak melukai pembuluh darah atau otot,

Ajarkan faktor yang meningkatkan aliran darah vena: Tinggikan ekstremitas

diatas jantung, kecuali ada kontraindikasi mis; penyakit jantung, gangguan

pernapasan, Hindari berdiri atau duduk dengan tungkai bawah tergantung untuk

jangka waktu lama, Pertimbangkan penggunaan balutan atau stocking elastis

dibawah lutut untuk mencegah statis vena, Kurangi atau lepaskan kompresi vena

eksternal yang mengganggu aliran vena, Hindari bantal di belakang lutut atau

penyangga lutut tempat tidur.- Hindari penyilangan tungkai bawah, Ubah posisi,

gerakkan ekstremitas atau menggoyangkan jari tangan kaki setiap jam, Hindari

penggunaan ikat kaos kaki dan stocking tipis diatas lutut, Ukur lingkaran dasar

dari betis dan paha jika individu berisiko trombosis vena dalam atau jika hal ini

dicurigai, Ajarkan individu untuk: Hindari perjalanan panjang menggunakan

mobil atau pesawat, bila tidak bisa dihindari bangun dan berjalan sedikitnya

setiap jam, Pertahankan kekeringan kulit terlumasi (kulit pecah menghilangkan

hambatan fisik terhadap infeksi), Gunakan pakaian hangat selama cuaca dingin,

Gunakan kaos kaki katun atau wole, Hindari dehidrasi dalam cuaca panas,

Berikan perhatian khusus terhadap kaki dan jari-jari kaki, Cuci kaki dan

keringkan secara seksama setiap hari, Tidak merandam kedua kaki: Hindari sabun

keras atau kimia termasuk iodine pada kaki, Pertahankan kuku dalam keadaan

terpotong dan halus, Amati kaki dan kedua tungkai bawah terhadap cedera dan
90

penekanan, Gunakan kaus kaki bersihi, Gunakan sepatu yang menopang, cocok

dan nyaman, Amati sepatu bagian dalam setiap hari terhadap garis kasar, Ajarkan

tentang modifikasi faktor-faktor risiko antara lain diet yaitu: Hindari makanan

tinggi kolesterol, Modifikasi masukan natrium untuk mengontrol hipertensi,

Rujuk ke ahli gizi, ada Teknik relaksasi untuk mengurangi efek stress, Berhenti

merokok dan Program latihan Dari analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tidak

ada kesenjangan antara teori dan fakta.Diagnosa resiko dan kurang pengetahuan

tidak ditegakkan oleh penulis karena penulis hanya mengangkat diagnosa aktual

yang terjadi pada klien.

Diagnosa keperawatan gangguan perfusi jaringan periferRencana

tindakanyang akan dilakukan oleh penulis antara lain : kaji karakteristik oedem

dengan rasional kaji karakteristik oedem, kaji tanda-tanda vital klien setiap 2 jam

sekali dengan rasional mengetahui keadaan umum klien dan untuk menentukan

intervensi selanjutnya,instruksikan latiahn kaki dan telapak dan ambulasi sesegera

mungkin,anjurkan menghindari posisi fowler tinggi dan tekanan dibawah lutut

atau menyilang. posisi setengah duduk dengan rasional menurunkan ketegangan

otot dan meningkatkan relaksasi, kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian

cairan IV, produk darah sesuai indikasi.

Sedangkan dalam intervensi doenges untuk diagnosa perfusi jaringan

adalah pantau tanda vital :palpasi nadi perifer dan perhatikan pengisian

kapiler,kaji keluaran/karakteristik urine.evaluasi perubahan mental,inspeksi

balutan dan pembalut parineal,perhatikan warna jumlah, dan bau


91

drainase.timbang pembalut dan bandingkan dengan berat kering,bila pasien

mengalami perdarahan hebat,ubah posisi pasien dan dorong batuk sering dan

latihan napas dalam,Hindari posisi fowler tinggi dan tekanan da bawah lutut atau

menyilangkan kaki,Bantu dan instruksikan latihan kaki dan telapak dan ambulasi

sesegera mungkin,Periksa tanda human perhatikan eritema,pembengkakan

ekstremitas,atau keluhan nyeri dada tiba-tiba pada dispnea (Marilynn E.

Doenges). Tujuan yang dibuat penulis yaitu setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 1x24jam diharapkan klien adaptif terhadap perfusi jaringan

perifer, klien tampak rileks, tanda-tanda vital normal yaitu tekanan darah sistole

100-120 mmHg diastole 60-80 mmHg, nadi 60-100x/menit, suhu 36,5ºC-37,5ºC,

pernafasan 16-20x/menit.

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan dalam hasil penelitian dan data yang ada, karena ada kesesuaian

antara fakta dan teori sehingga perawat merencanakan tindakan asuhan

keperawatan dengan diagnosa gangguan perfusi jaringan perifer.

C. PELAKSANAAN

Diagnosa Keperawatan perfusi jaringan periferImplementasi yang

dilakukan penulispada tanggal 23 juni 2016 pada jam 07.30WIB mengajarkan

tehnik relaksasi untuk mengurangi rasa kesemutan,mengajarkan klien untuk

belajar duduk dengan kaki menggantung 10.00WIB kaji tanda vital didapatkan

hasil 100/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36°C,kaji


92

karakteristik oedem pada ekstremitas kaki kiri bawah,pasien tampak menyeringai

menahan sakit, kesemutan dirasakan saat bergerak dan kesemutan berkurang pada

saat dibuat istirahat, kesemutan seperti kaki yang digenggam erat lalu dilepaskan ,

Cek kadar hemoglobulin pasien 9,6 gr/dl jam 13.10 WIB mengajarkan tehnik

relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, memposisikan pasien yang nyaman

dengan posisi setengah duduk.

Intervensi NOC untuk diagnose perfusi jaringan perifer peripheral capillary

refill pada jari-jari tangan dalam batas normal(<2dtk),capillary refill pada jari-jari

kaki dalam batas normal (<2 dtk),tekanan darah sistolik dalam batas

normal(<140mmHg)tekanan diastolic dalam batas normal (<90mmHg),tekanan

nadi (dalam batas normal 60-100x/mnt),tidak terjadi edema pada perifer.

(Wilkinson, 2011).

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan, karena berdasarkan fakta yang ada perawat melakukan tindakan

keperawatan sesuai dengan teori yang ada yaitu mengkaji kesemutan,

mengajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis, hadir didekat klien, melakukan

perubahan posisi dan relaksasi.Kendala dalam pelaksanaan tindakan adalah pada

klien yang masih merasa takut atau khawatir terhadap kondisi kaki yang bengkak

dan terasa kesemutan sehingga klien takut untuk melakukan mobilisasi. Menurut

(Long 1995) kekhawatiran pada pasien pre op dapat terjadi karena adanya respon

psikologis terhadap stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik

yang mengakibatkan pasien merasa takut akan tindakan oprasi.


93

Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 24 juni 2016 pada, jam

14.00 WIB memonitor berat badan harian pasien,monitor tanda vital pasien

dengan hasil120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36°C,

kaji lokasi dan luasnya edema,mengkaji kesemutan sudah berkurang, dan edema

sudah berkurang.Kesemutan terjadi pada saat bergerak dan kesemutan berkurang

apabila dibuat istirahat, kesemutan seperti terasa membesar seperti kaki gajah,

jam 16.55 WIB menganjurkan tehnik relaksasi secara mandiri dan memberikan

posisi yang nyaman yaitu posisi setengah duduk. Menurut (Gordon,1994,dalam

potter dan perry,1997) perawat membantu klien untuk menghadapi masalah

status kesehatan yang buruk kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan

kriteria hasil yang di harapkan. Dari implementasi penelitian sebelumnya menurut

(Nuzulul, 2011) bahwa teknik distraksi dan relaksasi dengan tarik nafas dalam

atau Memberikan posisi nyaman dengan posisi setengah duduk akan mengurangi

kesemutan yang muncul.

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan, karena berdasarkan fakta yang ada perawat melakukan tindakan

keperawatan sesuai dengan teori yang ada.Tindakan dihari kedua berjalan lebih

mudah dibanding hari pertama karena klien sudah mau dan mampu melakukan

tindakan relaksasi yang diajarkan oleh penulis secara mandiri.Menurut

(Doengus,2000) tehnik relaksasi dapat mengatasi atau mengurangi rasa

kesemutan.
94

Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 25 Juni 2016 pada, jam

08.00 WIBmengajarkan duduk disamping tempat tidur dengan kaki menggantung,

jam 12.00 WIB mengobservasi tanda-tanda vital dengan hasil 120/80 mmHg, nadi

80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36°C, mengkaji edema, edema sedikit

berkurang dibagian ekstremitas kaki kiri bawah, kesemutan terjadi pada saat kaki

disilangkan terlalu lama dan kesemutan berkurang apabila dibuat istirahat,

kesemutan terasa seperti kaki yang membesar dan keras, jam 12.55 WIB

menganjurkan tehnik relaksasi secara mandiri.

Dari implementasi penelitian sebelumnya menurut (Nuzulul, 2011) bahwa

teknik distraksi dan relaksasi dengan tarik nafas dalam akan mengurangi

kesemutan yang muncul dan setelah diajarkan teknik relaksasi dan distraksi

selama 3 hari pasien bisa melakukan sendiri cara untuk mengurangi rasa

kesemutan yaitu dengan melakukan teknik relaksasi dan distraksi sendiri.

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan, karena berdasarkan fakta yang ada perawat melakukan tindakan

keperawatan sesuai dengan teori yang ada. Tindakan dihari ketiga sama sekali

tidak ada kendala karena klien sudah mengerti dan tau saat kesemutan datang

klien langsung melakukan tindakan relaksasi sendiri yang diajarkan oleh penulis.

Menurut (Nanda Nic-Noc, 2013 ) tehnik relaksasi dapat mengatasi atau

mengurangi rasa kesemutan jika dilakukan sendiri akan lebih bagus untuk

mempercepat hilangnya rasa kesemutan.


95

D. EVALUASI

Diagnosa Keperawatan perfusi jaringan perifer

Evaluasi pada Ny.H di ruang Bersalin RSUD Pare yang dilakukan penulis

pada hari sabtu 23 Juni 2016 jam 08.00 WIB atau dua jam setelah tindakan

keperawatan, klien mengatakan kesemutan masih tetap dirasakan,klien tampak

menyeringai,hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 100/70mmHg,

nadi 80x/menit, suhu 36ºC dan pernafasan 20x/menit, klien belum mampu

melakukan teknik nafas dalam saat kesemutan itu muncul.Masalah keperawatan

kesemutan belum teratasi, lanjutkan intervensi kaji kembali tingkat kesemutan,

ajarkan tehnik relaksasi, obsevasi tanda-tanda vital, memberikan posisi nyaman

dan kolaborasi pemberian cairan IV(Intra Vena),produk darah sesuai indikasi.

Pada penderita post sectiocaesareadapat menimbulkan stres dan memiliki

pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. kontrol nyeri sangat penting bagi

penderita post sectio caesarea, kesemutan yang dibebaskan dapat mengurangi

kecemasan, bernafas lebih mudah, dan dapat mentoleransi mobilisasi yang cepat

(Soegondo, 2010).

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa ada kesenjangan

antara evaluasi dan tujuan yang ditetapkan oleh penulis yaitu pada tujuan penulis

menetapkan waktu 1x24 jam diharapkan klien adaptif terhadap edema dan

kesemutan, sedangkan fakta klien mengatakan kesemutan belum berkurang. Hal

ini diakibatkan karena klien masih takut untuk melakukan gerakan-gerakan yang

menurutnya akan menyebabkan kesemutan dan edema bertambah parah.


96

Evaluasi yang dilakukan penulis pada hari minggu, 24 Juni 2016 jam

10.00 WIB atau dua jam setelah tindakan keperawatan, klien mengatakan

kesemutan berkurang,klien tampak menyeringai, hasil pemeriksaan tanda-tanda

vital, tekanan darah 110/80mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36ºC dan pernafasan

20x/menit. Klien mampu melakukan teknik nafas dalam saat mengalami

kesemutan.Masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan perifer teratasi

sebagian, lanjutkan intervensi kaji tingkat edema, observasi tanda-tanda vital,

lakukan tehnik relaksasi.Masalah teratasi sebagian karena pada hari kedua klien

masih merasakan kesemutan dengan dibuktikan dengan pasien terlihat

menyeringai tetapi masih bisa ditoleransi dengan teknik distraksi dan relaksasi.

Dikatakan masih teratasi sebagian dikarenakan karena tingkat kesemutan dan

edema masih sedang(Nanda,2013).

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa ada kesenjangan

antara evaluasi dan tujuan yang ditetapkan oleh penulis yaitu pada tujuan penulis

menetapkan waktu 1x24 jam diharapkan klien adaptif terhadap kesemutan,

sedangkan fakta yang ada klien menyatakan kesemutan masih muncul. Hal ini

terjadi karena klien yang terlambat dalam melakukan mobilisasi dini pasca

operasi.

Evaluasi yang dilakukan penulis pada hari senin, 25 Juni 2016 jam 12.00

WIB atau dua jam setelah tindakan keperawatan, klien mengatakan kesemutan

berkurang,klien tampak rileks, klien mampu bangkit sendiri dari tempat tidur dan

berjalan-jalan, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital hasil keadaan umum cukup,


97

tekanan darah 110/80mmHg, nadi 84x/menit, suhu 36ºC dan pernafasan

20x/menit. Klien mampu melakukan teknik nafas dalam saat mengalami

kesemutan.Masalah keperawatan kesemutan teratasi, intervensi dihentikan klien

diijinkan pulang oleh dokter.

Klien mampu melakukan nafas dalam pada saat mengalami kesemutan

dan klien sudah adaptif dalam mengatasi kesemutanya mampu dalam melakukan

tindakan yang dibutuhkan dengan mandiri (poole dan desanctis,1990).

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa ada kesenjangan

antara evaluasi dan tujuan yang ditetapkan oleh penulis yaitu pada tujuan penulis

menetapkan waktu 1x24 jam diharapkan klien adaptif terhadap kesemutan dan

edema berkurang sedangkan fakta yang ada klien menyatakan kesemutan dan

edema berkurang,setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam. Hal ini

terjadi karena klien yang terlambat dalam melakukan mobilisasi dini pasca

operasi dan kurangnya informasi mengenai penanganan kesemutan dan edema.

Anda mungkin juga menyukai