Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PREPARAT APUS DARAH

Dosen Pengampu
Dra. Ely Rudyatmi, M.Si

oleh:
Juharoh Indri Lestari
4401417043
Rombel 1 Pendidikan Biologi

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
A. Tujuan
1. Membuat preparat apus darah manusia dengan metode apus dan metode pewarnaan
Romanowski.
2. Menganalisis hasil pembuatan preparat apus darah manusia dengan metode apus dan
metode pewarnaan Romanowski.
B. Landasan Teori
Darah adalah suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap
sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya darah terdiri atas unsur-
unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah manusia bisa
dijadikan suatu preparat untuk diamati, prosedur yang paling sering dilakukan dalam
pembuatan preparat atau jaringan sediaan histology atau irisan jaringan yang dapat
dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya. Di bawah mikroskop cahaya, jaringan diamati
melalui berkas cahaya yang menembus jaringan. Karena jaringan dan organ biasanya terlalu
tebal untuk ditembus cahaya, jaringan tersebut harus diiris menjadi lembaran-lembaran tipis
yang translusendan kemudian diletakkan diatas kaca objek sebelum jaringan tersebut
diperiksa (Mescher, 2012).
Darah tersusun atas plasma dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit, leukosit, dan
trombosit. Plasma darah mengandung sekitar 90% air dan berbagai zat terlarut / tersuspensi
di dalamnya (Isnaeni, 2006).
Jenis sel darah:
1. Eritrosit, berbentuk sebagai cakram bulat bikonkaf dengan diameter sekitar 7,2 µm tanpa
memiliki inti.
2. Leukosit, mempunyai fungsi utama dalam sistem pertahanan. Berdasarkan ada tidaknya
butir-butir dalam sitoplasma dibedakan:
a. Granulosit yaitu adanya butir-butir spesifik yang mengikat zat warna dalam sitoplasma.
1) Neutrofil, berlobus berjumlah 2—5 lobi atau lebih, berwarna biru atau ungu.
2) Eosinofil, inti terdiri atas 2 lobi, berwarna merah atau orange.
3) Basofil, separuh sel dipenuhi inti, berwarna biru tua dan kasar memenuhi sitoplasma.
b. Agranulosit, tidak mempunyai butir-butir spesifik
1) Limfosit, inti gelap berwarna ungu
2) Monosit, inti berbentuk oval seperti tapal kuda.
3. Trombosit, berbentuk seperti kepingan-kepingan sitoplasma berukuran 2—5µm (Subowo,
2002).
Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada umumnya
dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan untuk
mempelajari sel darah tapi juga digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah
masing-masing sel darah. Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode
yang disebut metode oles (metode smear) yangmerupakan suatu sediaan dengan jalan
mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan
di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan
ditutup dengan gelas penutup (Handari, 2003).
Menurut Subowo pewarnaan metoda Giemsa dan Wright yang merupakan
modifikasi metoda Romanowsky. Pada dasarnya bahan pewarna selalu terdiri atas zat
warna basa dan zat warna asam (Subowo, 2002).
Pewarna giemsa sebagai pewarna yang umum digunakan dalam pembuatan
sediaan apus, agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga
pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari
morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah
misalnya dari jenis protozoa. Giemsa ini memberikan warna biru (Mescher, 2012).
C. Prosedur
Ujung jari kiri bagian tengah disiapkan dengan dikipas-kipaskan kearah kaki
kemudian diurut dengan tangan kanan kearah ujung jari. ujung jari dan jarum franke
disterilkan dengan alkohol 70% dengan bantuan kapas. l ujung jari ditusuk dengan jarum
Frankie darah dikeluarkan. Tetesan darah pertama diusap dengan kapas beralkohol dan
tetesan berikutnya diteteskan pada gelas benda A yang bebas lemak pada posisi 0,5 cm dari
tepi kanan gelas benda A. gelas benda B yang sisi pendeknya rata diambil dan ditegakkan di
sebelah kiri tetesan darah dengan kemiringan gelas benda B sebesar 45º gelas benda B ditarik
dengan hati-hati kearah tetesan darah (ke kanan) sehingga terjadi kapilaritas dan tetesan darah
merata di ujung sisi pendek gelas benda B. gelas benda B didorong kearah kiri gelas benda A
dengan kuat dan kecepatan yang konstan, sehingga terbentuk film darah yang baik (tipis dan
rata). Film darah dikeringanginkan pada rak pewarnaan yang datar dan bersih di dalam bak
pewarnaan. Film darah yang telah dikeringanginkan pada rak pewarnaan datar dalam rak
pewarnaan difiksasi dengan cara meneteskan metil alkohol pada semua permukaan film darah
selama 5 menit. Dikeringanginkan sampai kering. Diwarnai semua permukaan film darah
dengan cara meneteskan zat warna giemsa 3% selama 40 menit. Dicuci dengan aquades
dingin yang sebelumnya telah dididihkan. Label dilekatkan pada ujung kanan gelas benda A
dengan posisi memanjang. Diamati dengan perbesaran kuat, difoto dan dianalisis hasilnya.
D. Hasil dan Pembahasan

1). Hasil

Preparat Apus darah


Perbesaran : 40x10
Pewarnaan : Giemsa
Keterangan :
1. Eritrosit
2. Eosinofil
3. Monosit
Berdasarkan pengamatan terlihat bentuk eritrosit bulat dan tidak berinti dan berwarna
ungu dengan pewarnaan giemsa. Ditemukan juga jenis leukosit berupa eusinofil dan monosit.
Hasil apus darah dapat diamati dengan jelas.

2). Pembahasan
Praktikum pembuatan apusan darah manusia ini menggunakan metode hapus. Darah
yang digunakan adalah darah manusia . Berdasarkan foto dari hasil pengamatan preparat apus
darah manusia dengan pewarnaan Giemsa diketahui bahwa preparat yang dibuat cukup baik,
terwarna. Dari hasil pengamatan terlihat adanya eritrosit dalam jumlah banyak dan juga
terdapat eosinofil dan limfosit. Eritrosit berbentuk bulat, dengan bentuk seperti cekungan
(cakram) pada sisi dalam dan tak berinti. Leukosit ditunjukkan dengan sel yang memiliki inti
berwarna ungu muda. Warna ungu disebabkan oleh inti leukosit yang basa sehingga mudah
menyerap zat warna giemsa. Pada pengamatan ini ditemukan jenis leukosit berupa eosinofil
dan monosit. Berdasarkan teori, leukosit yang paling banyak dijumpai ialah neutrofil dan
monosit berkisar antara 10-15%, serta sedikit eosinofil dengan presentase kurang dari 5%.
Perbedaan antara teori dan hasil praktikum ini dapat terjadi karena pada preparat yang teramati
tidak semua mengandung jenis-jenis leukosit sehingga dimungkinkan hanya ada neutrofil dan
monosit saja yang teramati dalam preparat ini.

Dari hasil diatas, dapat diketahui bahwa Preparat hapus darah dengan metode apus dan
pewarnaan metode Romanowski yang dibuat termasuk dalam preparat yang cukup baik karena
bagian-bagian dari preparat kontras/dapat dibedakan serta sel-sel darah merah tidak
menumpuk. Pewarna Giemsa yang digunakan untuk mewarnai inti leukosit sehingga inti
leukosit berwarna ungu. Dari hasil pengamatan dapat teramati adanya eritrosit, eosinofil dan
monosit.

E. Simpulan

a. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Preparat apus darah manusia dapat dibuat dengan metode apus dan metode pewarnaan
Romanowski. Preparat yang dibuat termasuk preparat yang baik.
2. Hasil pengamatan preparat menunjukkan adanya eritrosit , serta leukosit berupa eosinofil
dan monosit.
b. Saran
1. Pada saat melakukan pengapusan, sebaiknya dilakukan dengan sangat cepat setelah
gelas benda B mengalami kapilaritas dan dilakukan dengan sekali tarikan tanpa
berhenti agar apusan darah yang diperoleh baik dan juga sel darah yang teramati
tidak menumpuk-numpuk.
2. Pada saat melakukan pengamatan dengan mikroskop, sebaiknya diamatil seluruh
bagian preparat untuk memastikan apa saja jenis leukosit yang ditemukan dalam
preparat yang telah dibuat.
F. Daftar Pustaka

Mescher, Anthony L, 2012. Histologi Dasar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Handari, S. Suntoro. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta : Bhatara Karya Aksara

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius


Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta: PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai