LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN LINGKUNGAN PETERNAKAN
Oleh :
Kelompok 3
Indah Dwi Oktaviani 23010116120037
R. R. Nabila Puspa Ayu A. 23010116140155
Pramesti Kusuma Pratiwi 23010116140160
M. Reza Nur Firdauzi 23010116140177
Anji Tauhidani 23010116140198
M. Raditya Muhtar 23010116140213
Departemen : PETERNAKAN
Menyetujui,
Mengetahui,
TUJUAN
lingkungan dan mengetahui kondisi kandang yang nyaman untuk ternak serta
MANFAAT
mengetahui kondisi kandang yang nyaman pada ternak dan dapat mengolah limbah
dari ternak dengan benar, sehingga tidak mencemar lingkungan sekitarnya. Manfaat
yang lainnya yaitu dapat mengatur suhu dan kelembapan yang nyaman pada
kandang ternak, sehingga ternak yang ada didalamnya merasa nyaman dan dapat
fisiologis ternak seperti suhu rektal, denyut nadi dan frekuensi nafas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
suhu dan kelembaban rata-rata pada lingkungan dalam kandang sapi potong adalah
sebesar 26,65°C dan 84,77% serta suhu dan kelembaban rata-rata di luar kandang
sapi potong adalah 26,47°C dan 89,11%. Suhu pada lingkungan kandang sapi
potong termasuk pada kisaran suhu yang normal untuk sapi potong tetapi
ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad dan Sugiharto (2014) menyatakan
bahwa suhu berkisar antara 10°C-27°C merupakan suhu ideal untuk sapi potong
proses evaporasi dalam tubuh ternak terjadi secara lambat sehingga ternak
mengalami cekaman panas. Hal ini sesuai dengan pendapat Djafar (2012)
menyatakan bahwa kelembaban tinggi dapat mengganggu keseimbangan termal
diperoleh hasil sebesar 78,07. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi lingkungan
kandang sapi kurang nyaman dan dapat berdampak stress pada sapi karena nilai
THI berada pada kisaran yang melebihi standar normal THI pada sapi potong yaitu
≤74. Sapi yang berada di daerah dengan nilai THI tergolong tinggi tidak dapat
hidup nyaman dan nafsu makan berkurang sehingga produktivitas sapi menurun.
Hal ini sesuai dengan pendapat Suretno (2016) yang menyatakan pendapat bahwa
daerah dengan nilai THI 75-78 sudah menyebabkan ternak akan mulai mengalami
stress yang tidak mampu mempertahankan termogulasi tubuh ternak. Saiya (2014)
menyatakan pendapat bahwa suhu udara dan nilai THI yang tinggi akan
rektal pada sapi potong adalah 38,22 oC yang dapat diartikan bahwa suhu rektal
tersebut normal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Naiddin dkk. (2010) yang
menyatakan bahwa suhu pada sapi potong yaitu 38,21 oC - 39,27 oC. Faktor yang
sehingga ternak tersebut nyaman dan mendapatkan suhu rektal yang normal. Hal
ini sesuai dengan pendapat Pradana dkk. (2015) yang menyatakan bahwa sapi yang
yang normal.
nadi pada sapi potong adalah 72 kali/menit yang dapat diartikan bahwa denyut nadi
sapi tersebut adalah normal. Hal ini sesuai Naiddin dkk. (2010) yang menyatakan
bahwa denyut nadi sapi potong adalah 71 – 75 kali/menit. Frekuensi denyut nadi
pendistribusian panas ke tepi kulit untuk dilepaskan ke lingkungan juga normal. Hal
ini sesuai dengan pendapat Anton dkk. (2016) yang menyatakan bahwa secara
frekuensi nafas pada sapi potong adalah 25 kali/menit yang dapat dikatakan bahwa
frekuensi nafas pada sapi tersebut adalah normal. Hal ini sesuai dengan pendapat
Saiya (2014) yang menyatakan bahwa frekuensi nafas pada sapi potong adalah 22
- 27 kali per menit. Faktor yang mempengaruhi frekuensi nafas adalah tingkat
konsumsi pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wuryanto dkk. (2010) yang
metabolisme tubuh dan akhirnya akan mengeluarkan banyak panas tubuh, sehingga
nafas yang merupakan salah satu cara untuk mengeluarkan panas ke udara.
didapatkan saat praktikum adalah 99,5 yang dapat diartikan bahwa sapi potong
tersebut dapat menahan panas terhadap lingkungan dengan baik karena nilainya
masih mendekati 100. Hal ini sesuai dengan pendapat Putra dkk. (2016) yang
menyatakan bahwa index rhoad yang nilainya masih mendekati 100 berarti dapat
menahan panas terhadap lingkungan baik. Bangsa sapi pada saat praktikum adalah
bangsa sapi lokal (Sapi Jawa) yang dapat hidup di daerah tropis, sehingga bangsa
sapi dapat mempengaruhi indeks rhoad terhadap daya tahan panas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Safitri (2011) yang menyatakan bahwa bangsa bangsa sapi yang
didapatkan saat praktikum adalah 2,26 yang dapat diartikan bahwa sapi potong
tersebut dapat beradaptasi di lingkungan yang panas dengan baik kerena nilainya
masih mendekati 2. Hal ini sesuai dengan pendapat Putra dkk. (2016) yang
menyatakan bahwa index benezra yang nilainya masih mendekati 2 berarti dapat
benezra adalah frekuensi napas dan suhu rektal. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pradana dkk. (2015) yang menyatakan bahwa suhu tubuh dan frekuensi
pernafasan ialah faktor - faktor yang dapat menduga indeks benezra terhadap daya
C. Perkandangan
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kandang Sapi Potong
No. Parameter Ukuran
1 Tipe Kandang Kandang Individu
2 Dinding Semen
3 Atap Asbes
4 Lantai Semen
5 Panjang Kandang 1280 cm
6 Lebar Kandang 855 cm
7 Tinggi Kandang 295 cm
8 Kepadatan Kandang 200 x 120 cm
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan, 2018.
digunakan adalah model kandang individu. Hal ini sesuai dengan Abidin (2008)
yang menyatakan bahwa kandang individu merupakan model kandang yang satu
ternak dengan ternak lain diberi sekat agar ternak lebih tenang dan tidak mudah
stress. Dinding kandang terbuat dari semen dan menggunakan sistem dinding
kandang dapat terbuat dari tembok semen, anyaman, bambu, papan, dan selebaran
seng yang dibangun dengan menggunakan sistem setengah terbuka yaitu dinding
potong yang digunakan terbuat dari asbes yang notabennya dapat mengurangi
sengatan sinar matahari dan terpaan angin. Hal ini sesuai dengan pendapat Yulianto
dan Saparinto (2011) yang menyatakan bahwa atap kandang dapat terbuat dari
asbes, rumbia dan plastik yang dapat mengurangi sengatan sinar matahari dan
terpaan angin. Lantai kandang sapi potong terbuat dari semen karena lebih mudah
pembersihannya dan tidak terlalu licin supaya resiko ternak terjatuh kecil. Haryanti
(2009) menyatakan bahwa lantai kandang bisa terbuat dari semen yang dibuat agak
potong tergolong dibawah standar yang telah ditentukan yaitu 3,75 m2 karena setiap
ternak mendapatkan kandang seluas 2,4 m2. Abidin (2008) berpendapat bahwa satu
ekor sapi membutuhkan luas kandang individual minimal 3,75 m2. Luas kandang
sapi potong yang digunakan adalah 109,44 m2, sedangkan standar yang ada yaitu
264,55 m2. Juliana dkk. (2015) menyatakan bahwa panjang kandang yang tergolong
D. Pengelolaan Limbah
Tabel 5. Sumber Limbah di Kandang Sapi Potong
Jenis limbah Pengelolaan yang sudah dilakukan
Limbah cair (urine dan air sisa Belum dilakukan pengelolaan
pembersihan kandang)
Limbah padat (Feses) Biogas
Limbah sisa pakan Belum dilakukan pengelolaan
Limbah wadah vaksin, suntikan dan sisa Belum dilakukan pengelolaan
alat kesehatan
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan, 2018.
ternak sapi potong menghasilkan limbah yang relatif banyak dan berpotensi
menjadi biogas dan pupuk yang disebar di lahan pertanian. Pengolahan biogas
dilakukan setiap hari dengan membutuhkan waktu 21 hari untuk menjadi biogas,
sedangkan pengolahan pupuk dilakukan pada saat musim kemarau. Linggotu dkk.
negatif terhadap kesehatan juga dapat digunakan untuk memberi nilai tambah bagi
usaha peternakan tersebut. Hal ini didukung oleh pendapat Setiawan (2008) bahwa
usaha ternak sapi potong dapat juga memanfaatkan limbah ternak sebagai bahan
beberapa faktor keberhasilannya, antara lain sumber daya manusia, sumber air,
yaitu dapat menggunakan pupuk olahan sendiri untuk menyuburkan lahan pertanian
dan lahan tanaman pakan, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
membeli pupuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawan dkk. (2013) bahwa
A. Simpulan
potong termasuk pada kisaran suhu yang normal, tetapi tingkat kelembaban dan
nilai THI di kandang tinggi. Suhu rektal, frekuensi denyut nadi dan frekuensi nafas
normal yang menandakan ternak dalam keadaan sehat. Nilai HTC imdeks rhoad
dan indeks benezra mendekati standar yang menandakan bahwa ternak ternak
sapi potong sudah termasuk cukup baik karena kandang terbuat dari semen ,
memiliki atap terbuat dari asbes, rumbia dan plastik yang dapat mengurangi
sengatan sinar matahari dan terpaan angin. Pengolahan terhadap limbah ternak
sudah termasuk cukup baik dan dapat memberikan nilai tambah dari limbah yang
dikelola.
B. Saran
kenyamanan pada ternak supaya tidak menimbulkan stress pada ternak yang
Djafar, A. F. 2012. Tingkat Kelahiran dan Mortalitas Anak Sapi Brahman Cross
(BX) yang Diimpor pada Umur Kebuntingan Berbeda yang Dipelihara di
Bila River Ranch. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
(Skripsi)
Juliana. A., M. Hartono., dan S. Surhayati. 2015. Repeat breeder pada sapi Bali di
Kabupaten Peringsewu. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 3 (2):42 – 27.
Safitri, T. 2011. Penerapan good breeding pactices sapi potong di PT Lembu Jantan
Perkasa Serang-Banten. Depatemen Ilmu Reproduksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi).
Setiawan, A., A. K. Benito dan A. H. Yuli. 2013. Pengelolaan limbah ternak pada
kawasan budidaya ternak sapi potong di Kabupaten Majalengka. Jurnal
Ilmu Ternak. 1 (13) : 24 - 30.
Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2011. Penggemukan Sapi Potong Hari Per Hari 3
Bulan Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan THI
Hari ke-1.
Diketahui :
t = 77,42 0F
Rh = 93 %
Dijawab :
Rh
THI = T – 0,55 x (1 - ) x (T - 58)
100
Rh
= T – [0,05 (1 - ) × (t - 58)]
100
93
= 77,42 - [0,05 (1 - ) × (77,42 - 58)]
100
Hari ke-2.
Diketahui :
t = 82,28 0F
Rh = 79 %
Dijawab :
Rh
THI = T – 0,55 × (1 - ) × (T - 58)
100
Rh
= T – [0,05 (1 - ) × (t - 58)]
100
79
= 82,28 - [0,05 (1 - ) × (82,28 - 58)]
100
Hari ke-3
Diketahui :
t = 80,24 0F
Rh = 82,3 %
Dijawab :
Rh
THI = T – 0,55 x (1 - ) x (T - 58)
100
82,3
= 80,24 - [0,05 (1 - ) × (80,24 - 58)]
100
KUESIONER PRAKTIKUM
MANAJEMEN LINGKUNGAN PETERNAKAN
Kelas : Peternakan E
Kelompok : 3E
Komoditas : Sapi Potong
Hari/tanggal/bulan : 17 Maret 2018