Anda di halaman 1dari 9

PENGAUDITAN SIKLUS PENDAPATAN

OLEH

AGUS MAHENDRA WISNU WARDIPA 1702622010087

I KETUT AGUS ARIAWAN 1702622010094

I KETUT SUDARSA 1702622010095

I NYOMAN AGUS DHARMAKURNIA 1702622010098

I WAYAN AGUS WIDIATMIKA 17026220101100

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN 2017
2.1 SIFAT SIKLUS PENDAPATAN
Siklus pendapatan (revenue cycle) perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam bentuk
kas. Perusahaan yang berbeda juga memiliki sumber pendapatan yang berbeda. Sebagai contoh,
perusahaan barang dagang dan pabrikasi yang melakukan penjualan; dokter, pengacara, akuntan
publik yang menerima uang jasa (fee); serta bioskop, bank serta lembaga keuangan yang
menerima bunga dan deviden. Kebanyakan pembahasan dan ilustrasi dalam makalah ini
didasarkan pada perusahaan barang dagang.
Usaha perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus pendapatan
adalah :
1. Penjualan kredit (penjualan yang dilakukan derngan hutang)
2. Penerimaan kas (penagihan piutang dan penjualan tunai)
3. Penyesuaian penjualan (potongan, retur penjualan dan pengurangan harga serta piutang tak
tertagih (penyisipan dan pengapusan).
Transaksi-transaksi tersebut mempengaruhi rekening-rekening berikut :
a. Penjualan
b. Piutang dagang
c. Harga pokok penjualan (HPP)
d. Kas
e. Persediaan barang dagang
f. Potongan penjualan
g. Retur penjualan
h. Kerugian atau biaya piutang tak tertagih (bad debts expense)
i. Cadangan kerugian piutang

1
2.2 TUJUAN AUDIT
Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi
signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pendapatan. Tujuan audit ditentukan
berdasar atas kelima kategori asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh manajemen.
Asersi Keberadaan atau Keterjadian
Pada siklus ini tujuan keberadaan atau keterjadian menekankan pada apakah seluruh saldo
penjualan, piutang dagang dan kas benar-benar eksis atau ada pada tanggal neraca. Tujuan dari
asersi ini adalah :
1. Transaksi penjualan yang tercatat menggambarkan barang yang dikirimkan kepada
pelanggan selama periode di bawah audit
2. Transaksi penerimaan kas yang tercatat menggambarkan kas yang diterima selama periode,
baik yang berasal dari penjualan tunai maupun penjualan kredit
3. Transaksi penyesuaian penjualan yang tercatat selama satu periode menggambarkan rekening
potongan penjualan yang terotorisasi, retur penjualan, dan piutang tak tertagih
4. Saldo piutang dagang yang tercatat menggambarkan jumlah yang harus dibayar pelanggan
pada tanggal neraca
Asersi Kelengkapan
Asersi ini menekankan apakah seluruh transaksi dan saldo yang semestinya tercantum dalam
laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan disajikan. Berikut rincian tujuan audit sersi
kelengkapan :
1. Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari penagihan piutang dan penjualan
tunai, serta penyesuaian penjualan yang terjadi selama suatu periode sudah dicatat
2. Piutang dagang meliputi seluruh klaim perusahaan terhadap pelanggan pada tanggal neraca

Asersi Penilaian dan Pengalokasian


Berkaitan dengan asersi penilaian, auditor akan berusaha memperoleh bukti mengenai apakah
saldo penjualan, piutang dagang dan kas telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah
yang tepat. Tujuan dari asersi ini adalah :

2
1. Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan telah dijurnal
secara tepat
2. Saldo piutang dagang menggambarkan klaim bruto terhadap pelanggan dan sesuai dengan
saldo dalam buku pembantu piutang dagang. Klaim bruto berarti potongan penjualan baru
akan diakui apabila pelunasan piutang dilakukan dalam periode potongan
3. Cadangan piutang tak tertagih menggambarkan estimasi yang wajar tentang perbedaan antara
piutang dagang bruto dan nilai bersih yang dapat direalisasikan
Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi diatas, auditor perlu menghimpun bukti
apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah tepat diklassifikasikan. Tujuan dari asersi ini
adalah :
1. Piutang dagang telah diidentifikasi dan dikelompokan secara tepat dalam neraca. Piutang
dagang dikelompokan sebagi asset lancer perusahaan dalam neraca
2. Pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan dengan piutang
dagang yang sudah dialihkan ke pihak lain atau dijaminkan
3. Penjualan, potongan penjualan, retur penjualan, dan rugi piutang tak tertagih telah
diidentifikasi dan dikelompokan secara tepat dalam laporan laba rugi

2.3 MATERIALITAS, RISIKO BAWAAN, DAN STRATEGI AUDIT


Materialitas
Transaksi penjualan adalah sumber utama pendapatan operasional banyak perusahaan, dan
merupakan komponen utama yang menentukan laba bersih. Transaksi penjualan kredit akan
menambah saldo rekening piutang dagang yang akan berpengaruh material untuk neraca.
Rekening penyesuaian penjualan, pada beberapa perusahaan, sangat material bagi laporan
keuangan. Rekening piutang dagang, aliran kas, dan penyesuaian penjualan yang material
tersebut menuntut auditor untuk lebih cermat dalam melaksanakan prosedur audit. Auditor perlu
memperluas lingkup audit yang lebih efektif dan memerlukan relatif lebih banyak sampel bukti
yang harus diperiksa.

3
Risiko Bawaan
Risiko bawaan siklus pendapatan pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada berbagai faktor
yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pendapatan ini, antara lain :
1. Volume transaksi yang tinggi
2. Penentuan waktu pengakuan pendapatan berkaitan dengan standar akuntansi yang ambigu,
dilakukan estimasi, dan kompleksitas perhitungan
3. Piutang dagang mungkin salah diklasifikasikan dalam piutang lancer dan piutang tidak lancer
karena ada kesulitan dalam memperkirakan waktu pelunasan
4. Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati)
5. Adanya potensi terjadi manipulasi dalam transaksi penyesuaian penjualan untuk menutupi
korupsi
Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji. Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan transaksi tersebut.
Ketidaktepatan penentuan saat pengakuan pendapatan dapat menyebabkan laba yang overstated
maupun understated.
Strategi Audit
Dalam straregi pendekatan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan lebih rendah, auditor
lebih banyak mengandalkan pengujian pengendalian. Logika pemikiran yang mendasari
penggunaan strategi ini adalah apabila auditor yakin bahwa struktur pengendalian intern klien
sangat baik dan dapat mencegah dan mendeteksi salah saji, maka auditor perlu menguji
kelayakan keyakinannya tersebut. Auditor akan menguji apakah struktur pengendalian intern
tersebut memang layak diyakini efektivitasnya. Dengan demikian, auditor akan melaksanakan
pengujian pengendalian.
2.4 PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN
Pengertian Struktur Pengendalian Intern menurut Mulyadi adalah “Pengendalian Intern meliputi
struktur organisasi metode dan prosedur yang dikoordinasikan dan diterapkan dalam perusahaan
dengan tujuan untuk mengamankan harta milik perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansinya, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang
telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern merupakan kumpulan dari
pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan saling mendukung satu dengan yang
lainnya.

4
Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didifinisikan sebagai suatu proses yang
diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management secara keseluruhan, dirancang
untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum dibagi
kedalam tiga kategori, yaitu :

a. Keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan


b. Pelaporan Keuangan yang handal
c. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan

Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan perusahaan
tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi :

1. Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan perusahaan,
dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat
profitabilitas, dan keamanan sumberdaya (asset) perusahaan.
2. Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang meliputi
laporan segmen maupun interim.
3. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah ditaati dan dipatuhi
dengan semestinya.

2.5 PERTIMBANGAN AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI PENJUALAN


KREDIT
Umumnya aktivitas pengendalian relevan dengan audit atas siklus pendapatan dapat digolongkan
menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan :
1. Review kinerja
2. Pengolahan informasi
3. Pengendalian fisik
4. Pemisahan tugas

5
Dari penjelasan diatas , aktivitas pengendalian yang dapat mencegah terjadinya salah saji dalam
siklus pendapatan antara lain :
1.Pemisahan fungsi-fungsi yang terlibat dalam sistem penjualan kredit
2.Penggunaan dokumen yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang
3.Pengeluaran barang yang hanya didasarkan pada dokumen yang terkait seperti surat order
pengiriman
4.Setiap pencatatan yang harus dilandasi oleh dokumen sumber (faktur penjualan)

2.6 PENGHIMPUNAN dan PENDOKUMENTASIAN PEMAHAMAN


Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara review pendahuluan. Dokumentasi
pemahaman dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner, flowchart, atau memo naratif

2.7 PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN


Ada lima tahap penetapan risiko pengendalian, yaitu :
1. Mengindentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi
2. Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi salah saji
3. Mengjimpun bukti melalui pengujian pengendalian mengenai apakah rancangan dan operasi
pengendalian adalah efektif
4. Mengevaluasi bukti yang dihimpun
5. Menglakukan penetapan atau penilaian risiko pengendalian

2.8 PENGUJIAN PENGENDALIAN


Pengujian terhadap aktivitas penjualan memfokuskan pada otorisasi penjualan, pelaksanaan
prosedur dan kelengkapan pencatatan. Prosedur pengujian pengendalian yang dapat diterapkan
untuk siklus pendapatan dibedakan atas prosedur:
1. Pengujian pengendalian pengiriman barang dagang
2. Pengujian pengendalian penagihan
3. Pengujian pengendalian pencatatan
4. Pengujian pengendalian retur penjualan

6
2.9 PENGUJIAN PENGENDALIAN DENGAN BANTUAN KOMPUTER
Test audit dengan bantuan computer dapat meliputi :
1. Penggunaan software audit atau program utility untuk melakukan serangkaian cek untuk
mendeteksi order penjualan dokumen pengiriman, faktur penjualan yang hilang atau terulang
pada file computer
2. Mendesain, menyeleksi, dan mengevaluasi sampel dokumen pengiriman
3. Menyeleksi dan mencetak sampel harga jual dari file induk harga jual untuk dibandingankan
dengan harga yang ditetapkan oleh manajemen

7
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Halim , Abdul dan totok Budi santoso , Auditing II : Dasar- dasar Prosedur

Pengauditan Laporan Keuangan , Edisi Ketiga . Yogyakarta :UPP AMP YKPN

Anda mungkin juga menyukai