Tujuan dari percobaan ini yaitu membandingkan metode addisi standar
(penambahan standar) dengan kurva kalibrasi pada penentuan besi,serta memahami cara penetapan besi secara spektrofotometri sinar tampak.
II. Dasar Teori
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer(Ahmad,2001). Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti disebut sebagai larutan standar (standar solution). Penambahan larutan standar dilakukan hingga reaksi berlangsung sempurna. Beberapa titrasi harus dibantu oleh indikator untuk mencapai titik akhir titrasi reaksi yang ditandai dengan perubahan warna larutan (Chang, 2005).
Larutan standar juga sering digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu spesi analit. Dengan membandingkan absorbansi dari larutan sampel pada panjang gelombang tertentu dengan serangkaian larutan standar pada konsentrasi diketahui yang berbeda dari spesi analit, konsentrasi larutan sampel dapat dilihat melalui Hukum Beer. Setiap bentuk spektroskopi dapat digunakan dengan cara ini selama spesi analit memiliki absorbansi cukup besar dalam spektrum. Larutan standar adalah panduan referensi untuk menemukan molaritas spesi yang tidak diketahui(Ahmad,2001).
A. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer : a. Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.) b. Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida. c. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu. d. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar. e. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih. f. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung (Basset,1994).
B. . Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2 (Basset,1994) DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. (2001). Kimia Larutan. Bandung : PT. Cipta Aditya Bakti.
Basset, J. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC. Chang,R.(2005).Kimia dasar konsep-konsep inti.Jakarta: Erlangga Staf pengajar kimia analisis istrumen.2019. Penuntun praktikum kimia analisis instrument. Palu: Universitas Tadulako.