Anda di halaman 1dari 3

PERCOBAAN VII

METODE PENAMBAHAN STANDAR

I.Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu membandingkan metode addisi standar


(penambahan standar) dengan kurva kalibrasi pada penentuan besi,serta memahami
cara penetapan besi secara spektrofotometri sinar tampak.

II. Dasar Teori

Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah


diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret,
yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan
pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer(Ahmad,2001).
Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara
pasti disebut sebagai larutan standar (standar solution). Penambahan larutan standar
dilakukan hingga reaksi berlangsung sempurna. Beberapa titrasi harus dibantu oleh
indikator untuk mencapai titik akhir titrasi reaksi yang ditandai dengan perubahan
warna larutan (Chang, 2005).

Larutan standar juga sering digunakan untuk menentukan konsentrasi


suatu spesi analit. Dengan membandingkan absorbansi dari larutan sampel pada
panjang gelombang tertentu dengan serangkaian larutan standar pada konsentrasi
diketahui yang berbeda dari spesi analit, konsentrasi larutan sampel dapat dilihat
melalui Hukum Beer. Setiap bentuk spektroskopi dapat digunakan dengan cara ini
selama spesi analit memiliki absorbansi cukup besar dalam spektrum. Larutan standar
adalah panduan referensi untuk menemukan molaritas spesi yang tidak
diketahui(Ahmad,2001).

A. Larutan baku primer


Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya
diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat
digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai
konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan
teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
a. Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu
110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini
biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial.)
b. Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara
atau dipengaruhi karbondioksida.
c. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.
d. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen
yang besar.
e. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
f. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung (Basset,1994).

B. . Larutan baku sekunder


Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat
karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan
dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode
titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2 (Basset,1994)
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. (2001). Kimia Larutan. Bandung : PT. Cipta Aditya Bakti.

Basset, J. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC.
Chang,R.(2005).Kimia dasar konsep-konsep inti.Jakarta: Erlangga
Staf pengajar kimia analisis istrumen.2019. Penuntun praktikum kimia analisis
instrument. Palu: Universitas Tadulako.

Anda mungkin juga menyukai