Anda di halaman 1dari 15

“ PENCERNAAN “

MAKALAH

PENCERNAAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Farmakognosi
Dosen Pengampu : Wempi Budiana M.Si., Apt

Oleh :
1. Tiwi Febriana Wulandari 11181230
2. Vilda Salsabila Widiana 11181231
3. Yermia Ademi Dedeo 11181232
4. Yulia Endah Shilvia 11181233
5. Yuni Yohana 11181234
6. Hesti Rohmatilah 11181235

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
TAHUN 2019
“ PENCERNAAN “

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada penyusun sehingga makalah tugas farmakognosi yang berjudul “pencernaan” ini dapat
terselesaikan. Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas farmakognosi.
Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belum sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari
para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik
dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih. Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang farmasi

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Bandung, 27 Oktober 2019

Penyusun
“ PENCERNAAN “

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak mengherankan
jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut menempati tempat yang
khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter Sumeria pada tahun 3000 SM telah menggunakan
sediaan antidiare dari opium. Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan
salah satu masalah utama negara perkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilman, 2003).

Dua penyakit yang menonjol sebagai penyebab utama kematian pada anak kelompok umur
1 sampai 4 tahun adalah diare dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu campak,
batuk rejan dan tetanus (Anggarini, 2004).

Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan tau tanpa
darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak pada orang yang sebelunya sehat
dan berlangsung kurang dari 2 minggu (Noerasid dkk., 1988)

Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400 kejadian di antara 1000 penduduk
setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta
kejadian setiap tahunnya, dengan sebagian besar (70% - 80%) penderita ini adalah anak dibawah
umur lima tahun, yang disebabkan karena dehidrasi. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah
350.000 - 500.000 anak di bawah umur 5 tahun meninggal setiap tahunnya (Noerasid dkk., 1988)

Diare sebenarnya bukan merupakan hal asing bagi masyarakat, karena sebagian besar dari
anggota masyarakat pernah menderita penyakit ini. Namun, angka kematian yang tinggi akibat
diare terutama pada bayi dan anak-anak yaitu sebesar 23,2% di wilayah Surabaya (Zeinb, 2004).

Pada banyak pasien, onset diare terjadi secara tiba-tiba tetapi tidak terlalu parah dan dapat
sembuh sendiri tanpa memerlukan pengobatan. Pada kasus yang parah, resiko terbesar adalah
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit terutama pada bayi, anak-anak dan manula yang lemah.
“ PENCERNAAN “

Oleh karena itu, terapi rehidrasi oral merupakan kunci utama penanganan untuk pasien sakit diare
akut (Zeina, 2004).

Kematian akibat diare biasanya bukan karena adanya infeksi dari bakteri atau virus, tetapi
terjadinya dehidrasi pada diare hebat yang serius disertai dengan muntah–muntah, sehingga tubuh
akan kehilangan banyak cairan tubuh. Sehingga bisa berakibat dehidrasi, asidosis, hipokalemia
yang tidak jarang akan berakhir dengan kejang dan kematian. Pada bayi dan anak-anak kondisi ini
lebih berbahaya karena cadangan intrasel dalam tubuh mereka kecil dan cairan ekstrasel lebih
mudah dilepaskan jika dibandingkan orang dewasa. Pada pasien diare akut yang parah harus segera
masuk rumah sakit untuk rawat inap, selanjutnya dilakukan upaya pengobatan (Setiawan, 2005).

Salah satu unsur penting di dalam upaya pelayanan kesehatan adalah tersedianya obat-
obatan. Hal tersebut juga disebutkan dalam salah satu kebijakan obat nasional, yaitu tercukupinya
persediaan obat dan alat kesehatan yang bermutu baik dengan penyebaran yang merata dan harga
yang terjangkau oleh masyarakat luas serta meningkatkan efisiensi, kerasionalan dan ketepatan
penggunaan (Prabowo, 1986).

Kerasionalan penggunaan obat erat berkaitan dengan penulisan resep, ketersediaan obat, peracikan
obat, aturan pakai yang benar (meliputi dosis, interval waktu, dan lama penggunaan), khasiat serta
keamanan dan mutu obat. Untuk upaya peningkatan pemakaian obat secara rasional, dibutuhkan
peningkatan seluruh proses terapi. Proses terapi tersebut mencakup diagnosis, pemilihan kelas
terapi dan jenis terapi, penentuan dosis dan cara pemberian, pemberian obat pada pasien, serta
adanya evaluasi hasil (Ashadi, 1997).

Obat-obat diare yang diberikan dapat memberikan efek samping yang tidak dikehendaki
misalnya konstipasi dan ketergantungan pada obat selama masa pengobatan (Setiawan, 2005).
Dengan demikian perlu pemahaman yang baik mengenai obat yang relatif aman untuk pasien diare
akut, agar tidak merugikan pasien. Dasar inilah yang mendorong dilakukan penelitian tentang
evaluasi penggunaan obat diare akut pada pasien rawat inap, dengan melihat obat, dosis dan pasien
dapat dilihat apakah pengobatan sesuai dan tidak merugikan pasien yang berobat. Akhirnya dapat
digunakan sebagai dasar diarahkannya sistem pengobatan pada penderita diare akut yang lebih
baik.
“ PENCERNAAN “

I.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian pencernaan dan apa saja organ pencernaan


2. Penyakit apa saja yang berhubungan dengan sistem pencernaan
3. Apa definisi dan penyebab diare
4. Definisi dari produk fitofarmaka yaitu diatabs
5. Komposisi nodiar dan penjelasan dari masing masing bahan

I.3 TUJUAN

1. Mendeskripsikan pengertian pencernaan dan apa saja organ pencernaan


2. Mendeskripsikan penyakit apa saja yang berhubungan dengan sistem pencernaan
3. Mendeskripsikan definisi dan penyebab diare
4. Mendeskripsikan definisi dari produk fitofarmaka yaitu diatabs
5. Mendeskripsikan komposisi nodiar dan penjelasan dari masing masing bahan
“ PENCERNAAN “

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pencernaan

II.1.1 Definisi Pencernaan

Pencernaan merupakan suatu proses biokimia yang bertujuan untuk mencerna atau
mengolah makan atau obat menjadi zat-zat yang berguna dan dapat dengan mudah diserap oleh
selaput-selaput lender. Agar proses biokimia dapat berlangsung dapat berlangsung secara optimal
dan efisien, harus dibantu oleh enzim-enzim yang diproduksi oleh jaringan kelenjar-kelenjar pada
sistem pencernaan.

II.1.2 Organ Sistem Pencernaan

a. Mulut

Pencernaan dimulai pada saat makanan masuk kedalam mulut. Di dalam mulut , gigi
akan menghancurkan makanan hingga menjadi potongan kecil ( bolus ) dengan bantuan lidah
untuk mencampur dan mendorong makan ke tekak dan kerongkongan. Saat makanan tercampur
dengan air ludah yang mengandung enzim pencernaan maka hidrat arang atau karbohidrat yang
terkandung di dalamnya akan berubah menjadi bentuk bentuk gula yang sederhana ( maltose,
dextrose, dan glukosa ).

b. Tekak dan Kerongkongan ( Esofagus )

Tekak merupakan bagian yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan.


Pada tekak terdapat persimpangan yang mengarah ke tenggorokan dan kerongkongan . dari mulut
dengan Gerakan menelan yang persitaltis, makanan akan didorong secara langsung melalui tekak
dan kerongkongan hingga masuk dalam lambung. Pada saat makan akan melewati tekak maka
saluran pernafasan akan tertutup dengan gerekan refleks sehingga pengumpalan dan makanan
masuk ke saluran pernafasan ( trakea ) dapat dihindari.
“ PENCERNAAN “

c. Lambung

Dalam lambung makanan akan di cerna dalam waktu yang cukup lama, lambung
merupakan kantong besar yang terletak dibawah rusuk kiri manusia. Dinding lambung tersusun
dari lapisan otot-otot yang melingkar, memanjang dan menyerong. Sehingga dengan demikian,
otot-otot lambung dapat meremas atau mengaduk makanan yang terdapat di dalamnya. Proses
mencerna dalam lambung di bagi menjadi 2, yakni secara kimia dan mekanik

d. Usus

Secara keseluruhan, usus memiliki Panjang ± 8,25 m, yang terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu usus dua belas jari ( duodenum ) yang memiliki Panjang ± 25 cm, usus halus memiliki
Panjang ±7 m, dan usus serap yang memiliki Panjang ± 1 m.

e. Poros-Usus ( Rectum )

Ujung usus disebut poros dan berakhir dengan lubang pengeluaran yang disebut anus.
Faeces didalam usus besar, akan di dorong dengan Gerakan peristaltis yang teratur dan lambat,
sehingga akhirnya masuk ke dalam poros usus. Bila lambung dan usus telah terisi oleh makanan
lagi, maka secara refleks akan timbul rangsangan pada poros usu untuk melakukan defekasi (
buang air besar ), rangsangan ini disebut refleks gastrokolik.

II.1.3 Penyakit Sistem Pencernaan

a. Maag

Maag ( peptic ulcer ) secsara umum dapat diartikan sebagai adanya tukak atau luka
bernanah di dalam saluran pencernaan yaitu lambung. Penyakit ini dapat terjadi di sebabkan oleh
asam klorida dalam jumlah besar di dalam lambung sehingga dapat merusak jaringan selaput
lender lambung dan jaringan halus usus dua belas jari, jaringan yang rusak menjadi luka bernanah
seperti sariawan di bibir ( stomatitis ).
“ PENCERNAAN “

b. Diare

Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan ( mencret ) dan merupakan
gejala dari penyakit tertentu atau gangguan lain. Penyakit ini terjadi di karenakan terjadinya
gangguan dari resorpsi sedangkan sekresi getah lambung usus dan motilitas usus meningkat.

Dapus : Ayu Bulan F,. Zulfito Marendra. 2010. Smart Parnts. Jakarta : Transmedia

c. Sembelit

Sembelit merupakan kesulitan atau kelambatan pasase ( pengerakan ) tinja yang


berkaitan dengan keras atau lunaknya tinja dan frekuensi buang air besar. Biasanya sembelit
dipengaruhi oleh diet, komposisi tinja, pergerakan saluran pencernaan, dan penyumbatan karena
suatu benda.

II.2 Diare

II.2.1 Definisi Diare

Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarolla (Bahasa Yunani)
yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu
frekuen. Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di
dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3
kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014)

II.2.2 Etiologi

A Faktor Infeksi

a. Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut :

1. Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,


aeromonas, dan sebagainya.
“ PENCERNAAN “

2. Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adeno-virus,


Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.

3. Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides) protozoa


(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans)

b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits media akut
(OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. (Ngastiyah,2014)

B. Faktor makanan

Faktor makanan disebabkan karena toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan
dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penururnan kesempatan
untuk menyerap makanan atau minuman yang terkontaminasi mikroorganisme dan paling banyak
disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Escherihcia coli, Salmonella dan Vibro cholera (Maradona,
2011). Faktor makanan juga bisa disebabkan karena makanan yang sudah basi, makanan beracun,
dan alergi makanan sehingga usus tidak mampu menyerap dengan baik yang kemudian akan
menyebabkan diare (Ngastiyah, 2014).

C. Faktor malabsorbsi

Faktor malabsorbsi karbohidrat yaitu terganggunya sistem pencernaan yang berpengaruh


pada penyerapan karbohidrat dalam tubuh. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam,
sakit di daerah perut, terganggunya penyerapan lemak dalam tubuh, dan terganggunya penyerapan
protein lemak dalam tubuh (Ngastiyah, 2014).

II.2.3 Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat herbal terstandar yang telah dilakukan pembuktian lebih tinggi
secara ilmiah. Pada fitofarmaka telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya dngan uji praklinik dan
uji klinik serta bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka yang digunakan
pada kasus diare ini yaitu nodiar.
“ PENCERNAAN “

Nodiar (POM FF 031 500 361) Nodiar merupakan obat yang di produksi oleh Kimia
Farma. Obat ini mengandung bahan-bahan herbal, seperti: Ekstrak Psidii folium 50 mg,
Attapulgite 300 mg, dan ekstrak Curcuma domestica rhizoma 7.5 mg yang di indikasikan untuk
mengobati diare. Attapulgite di gunakan melindungi usus dan menyerap racun bakteri dan juga
meningkatkan konsistensi tinja dengan penyerapan cairan di usus. Ekstrak Psidii folium dan
ekstrak Curcuma domestica rhizoma secara empiris di percaya dapat menyembuhkan diare.
Kegunaan nodiar yaitu untuk mengatasi diare nun-spesifik.

Keterangan Nodiar

- Golongan : Fitofarmaka
- Kelas Terapi : Obat Herbal
- Kandungan : Ekstrak Psidii folium 50 mg, Attapulgite 300 mg, dan ekstrak
Curcuma domestica rhizoma 7.5 mg
- Bentuk : Kapsul
- Satuan Penjualan : Strip
- Kemasan : Dus, 2 Strip @ 10 Tablet Dus, Catchcover @ 25 Strip @ 4 Tablet
- Farmasi : Kimia Farma

II.3 Nodiar

II.3.1 Attapulgite

(Struktur Attapulgite)

Attapulgite adalah magnesium aluminium phyllosilicate yang terbentuk di dalam tanah liat.
Zat ini umumnya ditemukan pada tanah liat yang ada di daerah bagian tenggara Amerika Serikat.
“ PENCERNAAN “

Cara kerja Attapulgite adalah dengan mengikat asam, zat berbahaya, dan bakteri yang ada dalam
saluran pencernaan sehingga diare dapat teratasi.

Manfaat Attapulgite secara umum adalah untuk mengatasi diare. Diare adalah kondisi di
mana frekuensi buang air besar meningkat dengan konsentrasi feses lebih cair dan lembek. Jika
tidak diatasi, diare dapat menyebabkan dehidrasi atau bahkan hingga kematian.

II.3.2 Daun Jambu Biji

Jambu biji (Psidium guajava) adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil, disebarkan
ke Indonesia melalui Thailand. Jambu biji memiliki buah yang berwarna hijau dengan daging buah
berwarna putih atau merah dan berasa asammanis. Buah jambu biji dikenal mengandung banyak
vitamin C, dan daunnya dikenal sebagai bahan obat tradisional untuk batuk dan diare.

NamaLatin : Psidium guajava L.


Nama Simplisia : Psidii Folium

Kegunaan daun jambu biji memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh kita,baik untuk kesehatan
ataupun untuk obat penyakit tertentu. Dalam penelitian yang telah dilakukan ternyata daun jambu
biji memiliki kandungan yang banyak bermanfaat bagi tubuh kita. Diantaranya, anti inflamasi, anti
mutagenik, anti mikroba dan analgesik. Pada umumnya daun jambu biji (P.Guajava L.) digunakan
untuk pengobatan seperti diare akut dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak, kadar
kolesterol darah meninggi, sering buang air kecil, luka,sariawan, larutan kumur atau sakit gigi dan
demam berdarah.

Kandungan daun jambu biji memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi,terutama
quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada daun Jambu biji
lainnya seperti saponin, minyak atsiri,tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid.
“ PENCERNAAN “

II.3.3 Kunyit

Kunyit (Curcuma dosmetica val ) merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak
memiliki manfaat dan banyak ditemukan diwilayah Indonesia. Kunyit merupakan jenis rumput –
rumputan, tingginya sekitar 1 meter dan bunganya muncul dari puncuk batang semu dengan
panjang sekitar 10 – 15 cm dan berwarna putih. Umbi akarnya berwarna kuning tua, berbau wangi
aromatis dan rasanya sedikit manis. Bagian utamanya dari tanaman kunyit adalah rimpangnya
yang berada didalam tanah.

Kegunaan kunyit memiliki efek farmakologis seperti, melancarkan darah dan vital energi,
menghilangkan sumbatan peluruh haid, antiradang (anti–inflamasi), mempermudah persalinan,
antibakteri, memperlancar pengeluaran empedu (kolagogum), peluruh kentut (carminative)dan
pelembab (astringent) (Said, 2007).

Kunyit mempunyai khasiat sebagai jamu dan obat tradisional untuk berbagai jenis
penyakit, senyawa yang terkandung dalam kunyit (kurkumin dan minyak atsiri) mempunyai
peranan sebagai antioksidan, antitumor dan antikanker, antipikun, menurunkan kadar lemak dan
kolesterol dalam darah dan hati, antimikroba, antiseptic dan antiinflamasi(Hartati & Balittro,
2013).

Kandungan Senyawa kimia utama yang terkandung dalam kunyit adalah kurkuminoid atau
zat warna, yakni sebanyak 2,5 – 6%.Pigmen kurkumin inilah yang memberi warna kuning orange
pada rimpang (Winarto, 2004). Salah satu fraksi yang terdapat dalam kurkuminoid adalah
kurkumin. Komponen kimia yang terdapat didalam rimpang kunyit diantaranya minyak atsiri, pati,
zat pahit, resin, selulosa dan beberapa mineral. Kandungan minyak atsiri kunyit sekitar 3 – 5%.
Disamping itu, kunyit juga mengandung zat warna lain, seperti monodesmetoksikurkumin dan
biodesmetoksikurkumin, setiap rimpang segar kunyit mengandung ketiga senyawa ini sebesar
0,8% (Winarto, 2004).
“ PENCERNAAN “

II.3.4 Tanin

( Struktur Tanin )

Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu senyawa polifenol yang
berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein,
atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid.

Tanin mempunyai sifat sebagai pengkelat berefek spasmolitika yang mengkerutkan usus
sehingga gerak peristaltik usus berkurang. Akan tetapi, efek spasmolitika ini juga mungkin dapat
mengkerutkan dinding sel bakteri atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel
bakteri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga
pertumbuhan hidup sel terhambat atau bahkan mati (Ajizah, 2004). Flavanoid memiliki efek
sebagai antidiare dengan cara memblok reseptor Cl- ke lumen usus sehingga mengurangi cairan
ke lumen usus.

Rimpang kunyit, dan daun jambu tersebut mengandung tanin. Tanin bekerja sebagai
astringent (melapisi mukosa usus) yaitu dapat mengerutkan selaput lendir usus sehingga
mengurangi pengeluaran cairan diare dan disentri (Tjay dan Rahardja, 2002).
“ PENCERNAAN “

BAB III

PENUTUPAN

III.1 Kesimpulan

Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di
dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3
kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari.

Pada kasus ini kelompok kami memilih obat fitofarmaka yaitu nodiar sebagai obat penyakit
pencernaan diare karena nodiar mengandung attapulgite, kunyit, dan daun jambu biji yang
berfungsi untuk anti spasmolytical non kompetitif antagonis pada reseptor asetilkolin, sedangkan
jambu biji pada nodiar berfungsi untuk melapisi mukosa usus, terutama pada kolon dari presipitat
protein. (BPOM RI, 2014).

Tanin bekerja sebagai astringent (melapisi mukosa usus) yaitu dapat mengerutkan selaput
lendir usus sehingga mengurangi pengeluaran cairan diare dan disentri. Flavanoid juga dapat
menghambat proses inisiasi dari inflamasi seperti menghambat pelepasan histamin dan mediator
inflamasi yang meningkatkan peristaltik usus, selain itu flavonoid dapat menghambat peristaltik
usus yang diinduksi oleh spasmogen.
“ PENCERNAAN “

DAFTAR PUSTAKA

1. Ayu Bulan F,. Zulfito Marendra. 2010. Smart Parnts. Jakarta : Transmedia
2. Tan Hoan Tjay,. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Samping. Jakarta : PT Gramedia.
3. Endang Lanywati. 2001 . Penyakit Maag dan Gangguan Pencernaan . Yogyakarta :
Kanisius
4. BPOM RI, 2014
5. POM FF 031 500 361
6. Tanto, C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA (2014). Kapita Selekta Kedokteran. 2nd ed.
Jakarta : Media Aesculapius
7. Ngastiyah. 2014. Perawatan anak sakit. Jakarta : Buku kedokteran EGC
8. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfarmasi/article/view/4289

Anda mungkin juga menyukai