Makalah
KELOMPOK YJ
SUNDARI 1471505295
JAKARTA 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Kode Etik Jurnalistik, Humas, Periklanan,
dan Perfilman. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Mariko
Rizkiansyah, S.Sos., M.I.Kom selaku Dosen mata kuliah Hukum dan Kode
Etik Komunikasi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
2
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
A. Kesimpulan ………………………………………………..……...….…. 23
B. Saran ……………………………………………………….………….… 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengertian Etika
1. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan
kewajiban moral baik itu dalam kehidupan sehari-hari dalam
keluarga maupun dalam lingkup bermasyarakat bahkan dalam
berfrofesi sekalipun.
2. Nilai yang mengenal benar dan salah yang dianut masyarakat.
3. Kumpulan azaz atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau
pribadi seseorang.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kode etik jurnalistik, kode etik humas,
kode etik periklanan, kode etik perfilman?
2. Apa saja contoh kasusnya?
C. Tujuan
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam menggunakan kode etik sehingga
dapat menjadi baik dan benar.
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kode etik dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat
1. Manfaat untuk diri sendiri:
Agar bisa memahami bagaimana yang dijelaskan dengan kode etik
jurnalistik, kode etik humas, kode etik periklanan, dan kode etik
perfilman .
2. Manfaat untuk kelompok:
Agar kita bisa menjaga budaya kode etik jurnalistik, kode etik humas,
kode etik periklanan, dan kode etik perfilman yang baik dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
6
Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan
menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan
identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
7
orientasi seksual, bahasa, agama, pandangan politik, cacat/sakit
jasmani, cacat/sakit menta, atau latar belakang social lannya.
c. Jurnalis melaporkan fakta dan pendapat yang jelas sumbernya
d. Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar
e. Jurnalis tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimilikinya
untuk mencari keuntungan pribadi
f. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan
kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya.
g. Jurnalis menghormati hak narasumber
h. Jurnalis menghormati hak privasi, keculai hal-hal yang bias
merugikan masyarakat
i. Jurnalis segera meralat setiap pemberitahuan yang diketahuinya
tidak akurat
j. Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan
diselesaikan.
8
Ledakan bom di Hotel Ritz-Carlton dan JW Mariot
Memuat gambar sadis dan melanggar Pasal 4 Kode Etik
Jurnalistik adalah pemberitaan tentang ledakan bom di Hotel Ritz-
Carlton dan JW Mariott, Kuningan, bulan Juli tahun lalu. Pada siaran
langsung suasana tempat kejadian beberapa saat setelah bom
meledak, Metro TV memuat gambar Tim Mackay, Presiden Direktur
PT Holcim Indonesia, yang berdarah-darah dan tampak tidak
beradaya, di jalanan. Penanyangan gambar tersebut tentu tidak sesuai
dengan Kode Etik Jurnalisitk dan dapat menimbulkan dampak
traumatis bagi penonton yang melihat.
9
Kode Etik Humas
Meliputi :
10
Pasal III : Perilaku terhadap masyarakat dan media massa
11
telah tersebar dimedia, PR Adam Air tetap membantah mengenai
keretakan pesawat yang dialami oleh pesawat Adam Air 737-300, dan
memilih tidak memberikan komentar mengenai berita pengecatan
tersebut.
Dari kasus tersebut ditemukan bahwa PR Adam Air telah
melanggar kode etik kehumasan, yaitu :
a. IPRA (International Public Relation Association) Code of
Condut ; “Dalam IPRA Code of Conduct butir C disebutkan
bahwa lembaga kehumasan tidak diperkenankan untuk
menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau
menyesatkan.”. PR Adam Air dapat dikatakan melanggar
kode etik karena terbukti tidak berterus terang perihak
kejadian retaknya badan pesawat.
b. Kode Etik Kehumasan (KEKI) ; Dalam salah satu butir
ketentuan KEKI pasal III disebutkan bahwa anggota
perhumasan tidak boleh menyebarkan informasi yang tidak
benar atau yang menyesatkan sehingga dapat menodai
profesi kehumasan.
12
Kasus Lumpur Lapindo Brantas
Lebih dari lima tahun kasus lumpur Lapindo belum usai.
Lapindo yang dimiliki oleh Bakrie Group ini memang memiliki
sumberdaya politik ekonomi yang dapat perpengaruh di Indonesia,
bahkan Bakrie Group dapat menciptakan opini public mengenai
lumpur Lapindo itu sendiri melalui media yang dimiliki. Pada 22
Oktober 2008 Lapindo Brantas mengadakan siaran pers mengenai
hasil para ahli geologi di London. Pada konfrensi tersebut Lapindo
menyewa perusahan Public Relation untuk mengabarkan bahwa
peristiwa tersebut bukan dari kesalahan Lapindo. Lapindo
mengeluarkan statement bahwa kejadian tersebut akibat dari bencana
alam, akan tetapi sejumlah ahli geolog dan LSM yang peduli terhadap
kasus lumpur Lapindo ini tetap menganggap bahwa kejadian
pengeboran Lapindo yang menjadi pemicu tragedy tersebut. Lapindo
terus menutupi fakta dengan berbagai cara termasuk membuat iklan
serta memecah belah warga memalui masalah ganti rugi hal tersebut
dilakukan untuk mengarahkan pada opini public.
Dari kasus tersebut, maka PR Lapindo Brantas dapat
dinyatakan telah melanggar kode etik profesi Public relation, yaitu :
a. Pasal 2 mengenai Penyebaran informasi ; “seorang anggota
tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan tidak
bertanggungjawab, informasi yang palsu atau yang
meyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras
mungkin untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia
berkewajiban menjaga dan ketepatan informasi.”. Lapindo
dikatakan melanggar pasal tersebut karena Lapindo
menyebarkan informasi yang tidak sesuai dengan fakta.
13
b. Pasal 3 mengenai Media Komunikasi ; “seorang anggota tidak
akan melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas
media komunikasi”. Lapindo dapat dikatakan melanggar pasal
berikut karena Lapindo yang merupakan milik Bakrie Group
dapat menciptakan opini public sendiri mengenai lumpur
Lapindo itu sendiri melalui media yang dimiliki sehingga
informasi yang diberikan meskipun tidak sesuai dengan
kenyataan tetapi tidak menjatuhkan citra Lapindo.
14
untu lebih meningkatkan komunikasi sampai pada taraf optimal,
karyawan merasa lebih baik diam dan menerima apapun kebijakan
manajemenn dengan harapan eksistensi karyawan tetap terjaga.
Kejujuran atau keterusterangan atasan atau manajemen atas hasil
kerja karyawan dirasakan kurang.
Departemen Komunikasi Korporat berfungsi sebagai
jembatan antara manajemen dengan pihak internal maupun
eksternal. Salah satu bentuk dari program Bidang Internal
Departemen Korporat untuk menjawab kebutuhan komunikasi
internal prusahaan diterbitkan buletin triwulan. namun tidak tepat
bisa menjawab kebutuhan akan saluran komunikasi, dengan
pemunculan media-media internal selain koordinasi oleh
Depatemen Komunikasi Korporat. Menurut karyawan hal ini
sebenarnya tidak sehat, selain tidak efisien juga mengkaburkan
fungsi internal relations Departemen Komunikasi Korporat.
Departemen komunikasi Korporat juga menerbitkan media internal
warta Citra Marga, namun dinilai terlambat dan cenderung menjadi
corong manajemen dan belum memberikn kesempatan komunikasi
yang sifatnya bottom up. Komunikasi face to face menjadi hal yang
sangat dirindukan oleh para karyawan.
Dari kasus tersebut, Departemen Komunikasi Koorporat
yang diposisikan sebagai PR perusahaan tersebut tidak
menjalankan etika profesi kehumasan dengan baik. Perusahaan
tersebut dapat dinyatakan melanggar etika kehumasan karena :
a. Pasal 3 mengenai Media Komunikasi ; “seorang anggota
tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat
merugikan integritas media komunikasi”. Dari sini CMNP
dapat dikatakan melanggar pasal tersebut karena CMNP
15
menciptakan suatu media komunikasi yang sifatnya
belum dua arah.
b. Pasal 8 mengenai memberitahukan Kepentingan
Keuangan ; “seorang angota yang mempunyai
kepentingan keuangan dalam suatu organisasi, tidak
akan menyarankan klien atau majikannya untuk
memakai organisasi tersebut atau pun memanfaatkan
jasa-jasa organisasi tersebut, tanpa memberitahukan
terlebih dahulu kepentingan pribadinya yang terdapat
dalam organisasi tersebut.”. CMNP dapat dikatakan
melanggar pasal tersebut karena terbukti kinerja
keuangan perusahaan tersebut cenderung tertutup dan
memiliki kinerja buruk.
c. Perusahaan CMNP juga melanggar kode etik
Kehumasan Pemerintah mengenai hubungan kerja
kewajiban dalam organisasi yang berbunyi “pengelola
anggota/kehumasan pemerintah harus loyal kepada
instansinya, memiliki kinerja berkomunikasi dan
integritasmoral secara efektif, baik dalam jalur formal
maupun informal dengan para pegawai instansi tempat
pengelola / anggota kehumasan pemerintah.
16
(PPPI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI),
Asosiasi Media Luar Ruang Indonesia (AMLI), Serikat Penerbit Surat
Kabar (SPSI), Serikat Grafika Pers (SGP), dan sebagainya.
17
Di iklan ini memakai kata “TERmurah”. Iklan tidak boleh
menggunakan kata-kata yang berawalan “Ter, Paling, nomer satu, top”
ini melanggar tata karna isi iklan dalam bentuk bahasa.
18
Kesalahan iklan “NANO-NANO NOUGAT” melanggar tata
karma isi iklan “rasa takut dan tahayul” karena ada sesosok makhluk
gaib (suster ngesot) yang ngesot di sebuah ruangan gelap, serta
music yang menyeramkan sebagai backsound. ini menimbulkan rasa
takut orang yang sedang menonton TV.
Sanksi :
1. Pelanggaran pertama
Berupa Peringatan Pertama secara tertulis, dan masa
pengawasan selama enam bulan.
2. Pelanggaran kedua
Berupa Peringatan Kedua secara tertulis, dan masa
pengawasan tiga bulan.
3. Pelanggaran ketiga
Berupa skorsing dari keanggotaan PPPI, dikenakan jika
antara pelanggaran pertama dan pelanggaran ketiga ini
terjadi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Lama skorsing ditetapkan berdasarkan bobot dan tenggang
waktu terjadinya pelanggaran-pelanggaran tersebut.
4. Pelanggaran keempat
Berupa pemecatan dari keanggotaan PPPI, dan
rekomendasi kepada para klien maupun para mitra usaha
terkait untuk memutuskan segala bentuk hubungan usaha
dengan mantan Anggota tersebut.
19
Kode Etik Perfilman
Kode etik bidang perfilman:
Pasal 5
Pasal 6
20
c. Memprovokasikan terjadinya pertentangan antar kelompok,
suku, ras, dan golongan
d. Menistakan, melecehkan dan menodai nilai-nilai agama
e. Mendorong khalayak umum melakukan tindakan melawan
hukum
f. Merendahkan harkat dan martabat manusia
Pasal 45
Masyarakat berhak:
Pasal 1
Pasal 4
21
a. Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang
b. Kekerasan seksual
c. Masturbasi atau onani
d. Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan
e. Alat kelamin
f. Pornografi anak
Film kedua yaitu “SKANDAL”, adegan awal dari film ini sudah
disambut dengan adegan masturbasi mischa yang diperankan oleh Uli
Auliani.
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Seharusnya para pembuat Iklan atau Film agen pembuat Iklan atau
Film memerhatikan UU Periklanan, UU penyiaran, UU Perfilman, UU
Pornografi, serta Kode Etik Periklanan dan Kode Etik Perfilman ketika akan
membuat Iklan atau Film. Tidak hanya melindungi produk Iklan atau Film
dari kesalahan hukum serta Kode Etik, tetapi juga memerhatikan konten Iklan
atau Film sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
23
DAFTAR PUSTAKA
24