Anda di halaman 1dari 3

Peran Uang Dalam Perekonomian

Pada dasarnya, antara uang dan perekonomian memiliki sesuatu peran yang saling
bersinergi secara alamiah. Semua kegiatan ekonomi seperti produksi, investasi dan
konsumsi membutuhkan benda yang disebut dengan uang. Jika kaji lebih dalam lagi
seperti kegiatan produksi yang meliputi input faktor produksi pun membutuhkan uang
mulai dari pembelian barang mentah, sewa, upah tenaga kerja dan Modal.

Dalam sebuah pasar, penjual mempunyai barang dan pembeli mempunyai uang, jika
pembeli membutuhkan barang yang dimiliki penjual maka pembeli harus
menggunakan uangnya untuk mendapatkan barang yang nilainya sama dengan uang
yang dikeluarkan. Dalam perekonomian, bukan hanya barang dan jasa yang
diperjualbelikan, bahkan uang pun diperjualbelikan.

Peran Uang Dalam Perekonomian

Dalam pasar uang, permintaan dan penawaran uang harus pada posisi keseimbangan
dimana tidak ada kekurangan maupun kelebihan uang. Kelebihan uang akan
mengakibatkan turunnya tingkat suku bunga, jika sebaliknya, maka suku bunga akan
naik, jadi tingkat suku bunga cenderung berubah-ubah tergantung pada mekanisme
pasar (money supply and money demand).
Jika uang beredar terlalu banyak, maka akan mempengaruhi harga yang cenderung
meninggi, sebaliknya jika uang terlalu sedikit maka perekonomian cenderung seret.
Hal ini dapat ditinjau dari dua sisi, pertama sektor riil (barang & jasa) dan sektor
moneter (uang).

Uang dalam sektor riil ini sangat bersinergi dimana secara nyata suku bunga rendah
akan lebih menggairahkan perekonomian karena kebijakan otoritas moneter sehingga
lebih dapat menggerakkan kegiatan produksi dan investasi, jika terjadi sebaliknya
maka kegiatan produksi dan investasi cenderung seret, tak sedikit perusahaan yang
gulung tikar akibat tingkat suku bunga yang tinggi sehingga menghambat proses
produksi dan investasi.

Dalam teori pasar dimana berpotongnya agregat demand dan agregat supply, jika
supply lebih besar dari permintaan, maka harga suatu barang akan murah, sebaliknya
jika permintaan lebih tinggi daripada penawaran, maka harga barang tersebut akan
mahal. Sama halnya dengan pasar uang, jumlah uang yang beredar sangat dipengarui
perpotongan kurva agregat demand dan agregat supply yang nantinya akan
mempengaruhi harga barang yang diproduksi.

Hal ini seperti efek domino dalam perekonomian, jika uang yang beredar di
masyarakat banyak melebihi kebutuhan konsumen, hal ini akan memicu harga
barang-barang umum naik sehingga menimbulkan inflasi. Inflasi karena kelebihan
uang ini disebut dengan fenomena moneter. Sedangkan inflasi karena kekakuan
perekonomian suatu negara disebut dengan fenomena struktural dimana dalam
perekonomiannya cenderung kaku yang tidak mudah melakukan perubahan mengikuti
iklim ekonomi yang sebenarnya terjadi dan yang sebenarnya harus dilakukan.

Untuk mengatasi inflasi yang disebabkan masalah struktural dan otoritas moneter,
maka perlu adanya pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB), pengaturan JUB ini
merupakan salah satu kerangka kebijakan moneter yang dilakukan oleh otoritas
moneter, hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai uang dan mendorong
kegiatan perekonomian.

Adapun kebijakan moneter yang diambil ada dua yaitu ekspansi atau kontraksi,
tergantung pada kondisi perekonomian suatu negara. Bank Indonesia dalam menjaga
stabilitas harga sesuai dengan UU no 23 tahun 1999 yang dapat dilihat dengan
stabilnya BI rate. Meskipun dalam prakteknya amatlah sulit dalam menjaga stabilitas
harga, minimal Bank Indonesia dengan otoritasnya dapat melakukan kebijakan
expansif bagi perekonomian yang lesu dan sebalikny jika negara harga terlalu tinggi
maka BI mengambil kebijakan kontraktif dengan membatasi peredaran uang.
BI selalu berusaha menerapkan berbagai kebijakan untuk memastikan mana
keputusan yang paling optimal diterapkan di Indonesia dengan otoritas moneternya
demi tercapainya stabilitas harga.

Anda mungkin juga menyukai