Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FARMAKOGNOSI FITOKIMIA 1
DISUSUN OLEH :
1. SUKMAWATI
2. SARTIKA AHMAD
3. DINA IZZA SYAM
4. MIFTAHUL KHAERANI D
5. ANDI NURUL INSANI AULIA NUR
6. ABUDZAR ALGIFARI
7. RATU ANANDA ABUSTON
8. ILAN SAFITRI
9. FAJRI WULANDARI
10. ANDI FITRI AZIZAH
11. OMER ELZAIN
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
ISI
Rf 1 :
1:4 0,72cm
AlCl3 Kuning (+) flavonoid
2 : 5,3 Rf 2 : 0,96
cm
Etanol
Vanilin
3,6 0,654 Violet (-) saponin
asam sulfat
Dragendorff 3,8 0,690 Merah (-) alkaloid
(-)
DPPH 2,7 0,490 Kuning
Antioksidan
2.5 Pembahasan
Pada percobaan skrining ini menggunakan sampel bahan alam jati
belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Adapun bagian tumbuhan yang
digunakan adalah bagian daunjati belanda (Guazumae folium) dengan
memiliki khasiat mengatasi untuk menurunkan kolesterol dan
menurunkan berat badan.
Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian reaksi identifikasi
terhadap golongan tanin yaitu katekol, dimana serbuk sampel
dimasukkan ke tabung reaksi ditambahkan FeCl3 1 N warnanya menjadi
hijau berarti mengandung katekol.Dan pirogalotanin, serbuk sampel
dimasukkan ke tabung reaksi ditambahkan FeCl3 1 N warnanya menjadi
hijau yang menandakan bahwa sampel tidak mengandung
pirogalotanin.Penambahan FeCl3 berfungsi untuk menentukan
kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada bagian inti.
Kemudian pada pengujian reaksi identifikasi terhadap
dioksiantrakinon dengan sampel yang telah di maserasi dengan etanol
95%, dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan KOH 10%
warnanya menjadi hijau sehingga sampel tidak positif mengandung tanin
(positif jika menghasilkan warna merah).
Selanjutnya pengujian reaksi identifikasi terhadap golongan
alkaloid dimana pertama-tama sampel yang telah di maserasi
dimasukkan kedalam 3 tabung. Masing-masing tabung yang berisi
ekstrak ditambahkan HCl 0,5 N kemudian pada tabung pertama
diteteskan pereaksi Mayer, tabung kedua pereaksi Bauchardat, dan
tabung ketiga pereaksi Dragendroff. Setelah itu amati perubahan yang
terjadi pada tiap tabung. Pada penambahan pereaksi Mayer, pereaksi
Bauchardat, dan pereaksi Dragendroff masing-masing menghasilkan
endapan berwarna kuning, larutan hujau, dan endapan jingga, maka
negatif mengandung alkaloid, (positif jika pereaksi Mayer terdapat
endapan kuning, pereaksi Bauchardat terdapat endapan coklat dan
pereaksi Dragendroff terdapat endapan jingga).
Kemudian pada pengujian golongan saponin, sampel yang telah di
maserasi dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan air panas
lalu dikocok kuat-kuat, terbentuk buih maka positif mengandung
saponin.Lalu ditambahkan pereaksi HCl 2 N tetap terdapat buih. (positif
jika terdapat buih).
Lalu pada pengujian golongan flavonoid yang mulanya sampel
yang telah di maserasi dimasukkan dimasukkan kedalam tabung dan
ditambahkan dengan FeCl3 dan HCl pekat, warnanya menjadi merah
maka positif mengandung flavonoid.
Dan uji skrining yang terakhir adalah uji steroid sampel yang telah
di maserasi dimasukkan kedalam cawan porselin lalu dipanaskan
selama 15 meint dan diuapkan sampai kering, ditambahkan n-heksane
setelah ekstrak disuspensikan dengan aquadest lalu bagian yang larut
dalam n-heksane dipisahkan dan ditambahkan pereaksi Lieberman-
Burchard hasilnya yaitu larutan warna hijau (positif jika menghasilakn
warna merah muda).
Penetapan susut pengeringan bertujuan untuk mendapatkan
persentase senyawa yang mudah menguap atau menghilang selama
proses pemanasan, tidak hanya menggambarkan air yang hilang tetapi
juga senyawa menguap lain, misalnya minyak atsiri dan sisa pelarut
organik. Hasil standarisasi susut pengeringan dari daun jati belanda
adalah 3,1%.
Ekstraksi merupakan proses penarikan senyawa aktif dari suatu
simplisia menggunakan pelarut tertentu, dimana ektraksi memiliki prinsip
umum yaitu difusi dan osmosis. Metode ekstraksi yang dilakukan yaitu
Maserasi, Perkolasi, dan destilasi uap air.
untuk pembuatan ekstrak daun jati belanda dengan menggunakan
metode maserasi digunakan serbuk simplisia sebanyak 500 gram dan
digunakan cairan penyari etanol sebanyak 2000 mL. Setelah
dilakukanmaserasi selama lebih dari tiga hari diperoleh juga ekstrak cair
sebanyak 1700 mL.
Sedangkan, untuk metode ekstraksi dengan perkolasi yaitu serbuk
simplisia berupa daun jati belanda sebanyak 10 gram dan cairan penyari
etanol sebanyak 100 mL. Setelah dimaserasi selama lebih dari tiga hari
diperoleh juga ekstrak cair yang setara dengan 3 buah capor.
Untuk metode ekstraksi selanjutnya digunakan destilasi uap air,
dimana cara kerjanya yaitu sampel yang akan diekstraksi direndam
dalam gelas kimia setelah itu dimasukkan kedalam bejana II, bejana I
diisi air dan pipa penyambung serta kondensor dan penampung corong
pisah dipasang dengan kuat. Mantel heat pada bejana I dinyalakan
sehingga airnya mendidih dan diperoleh uap air yang selanjutnya masuk
kedalam bejana II melalui pipa penghubung untuk menyari sampel
dengan adanya bantuan api kecil pada bejana II, minyak menguap yang
telah terisi selanjutnya menguap ini mengalami kondensasi menjadi
molekul – molekul minyak menguap yang menetes kedalam corong
pisah penampung yang telah berisi air. Lapisan minyak menguap dan air
dipisahkan dan dilakukan pengujian selanjutnya.
Pada praktikum penguapan pelarut sampel digunakan alat
Rotavapor (Rotary vacuum evaporation).Ekstrak dari metode maserasi
yang sudah di saring dimasukkan ke dalam labu alas bulat sebanyak
500 mL kemudian di rotav selama 30 menit dengan suhu 70˚C, hasil
yang di dapatkan setelah rotav yaitu 100 mL dengan konsistensi yang
lebih pekat.
Proses penguapan dilanjutkan menggunakan cara sederhana yakni
dengan menggunakan hairdryer. Proses yang dilakukan yaitu dengan
ekstrak cair yang ingin diuapkan dimasukkan dalam mangkuk, kemudian
dipasang hairdryer pada statif dan diarahkan ke ekstrak yang
akandiuapan. Setelah terpasang, hairdryer dihidupkan dan dibiarkan
hingga diperoleh ekstrak kering.
Partisi cair-cair merupakan proses pemisahan suatu komponen dari
suatu fasa cair ke fasa cair lainnya. Dimana operasi eksternal fasa cair-
cair terdiri dari beberapa tahap yaitu kontak antara pelarut dengan fasa
cair yang mengandung zat terlarut.
Adapun tahap-tahap dalam melakukan partisi cair-cair dengan
menggunakan pelarut n-heksan yaitu ditimbang 3 gram ekstrak
kemudian disuspensikan dengan 15 mL air.Dimasukkan suspensi
tersebut kedalam corong pisah dan tambahkan dengan 40 mL n-
heksan.Kocok sampai merata dengan sesekali membuka kran corong
pisah.Diamkan sampai terjadi pemisahan, yaitu fase air berada dibagian
bawah dan fase n-heksan berada di bagian atas.Hal ini disebakan
karena air memiliki bobot jenis yang lebih besar daripada n-
heksan.Dipisahkan fase air dan fase n-heksan kemudian fase air
dimasukkan kembali ke dalam corong pisah dan ditambahkan lagi
dengan n-heksan sebanyak 30 mL.Dilakukan pengulangan sampai
jernih.Disatukan ekstrak n-heksan yang diperoleh dari beberapa kali
pemyarian kemudian diuapkan.
Setelah melakukan partisi cair-cair dengan menggunakan n-heksan
maka dilanjutkan dengan menggunakan etil asetat. Tahapan yang
dilakukan yaitu dengan cara fase air dari hasil ekstraksi dengan n-
heksan dimasukkan dalam corong pisah kemudian diekstraksi dengan
etil asetat sebanyak 2 kali masing-masing 30 mL. Lapisan etil asetat
ditampung kemudian diuapkan hingga diperoleh ekstrak.
Dari hasil yang didapatkan bahwapartisi ekstrak dengan
menggunakan metode cair cair dan didapatkan hasil persentase n-
heksan 1,317% serta hasil persentase etil asetat 0,739%
Pada praktikum Kromatografi lapis tipis, sebelumnya telah
dilakukan penjenuhan chamber untuk menghilangkan uap air didalam
chamber agar nantinya tidak mempengaruhi perambatan noda pada
lempeng, selain itu agar tekanan yang ada didalam chamber tidak
mempengaruhi proses perambatan noda dengan adanya penjenuhan
chamber.Dalam praktikum ini digunakan fase diam yaitu silika gel dan
fase gerak yaitu eluen. Eluen yang digunakan yaitu n-heksan : etil asetat
dengan menggunakan perbandingan 7 : 3 dalam 5 mL.
Lempeng yang digunakan lempeng silika gel 254 P dengan ukuran
7x1 cm. Lempeng yang digunakan pada praktikum ini berupa lempeng
aluminium.
Adapun hasil yang diperoleh dengan menggunakan eluen
n-heksan : etil asetat (7 : 3) dengan ekstrak etanol pada alkaloid diamati
dengan sinar tampak yaitu kuning. Pada flavanoid diamati pada UV 366
nm berflouresensi kuning dengan nilai Rf 1 0,72cm, Rf 2 0,96 cm. Pada
antioksidan, fenolik, saponin diamati dengan sinar tampak yaitu tidak
berwarna dengan nilai Rf yaitu untuk senyawa fenolik memiliki nilai Rf
0,181 cm, untuk saponin memiliki nilai Rf 0,654 cm, untuk senyawa
alkaloid memiliki nilai Rf 0,690 cm dan untuk senyawa antioksidan
memiliki nilai Rf 0,490 cm. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
semakin tinggi nilai Rf (semakin mendekati 1 atau = 1) maka bersifat
semakin polar.
Sedangkan, dalam identifikasi dengan penyemprotan lempeng KLT
digunakan 5 jenis pereaksi yaitu pereaksi Dragendorff digunakan untuk
mengidentifikasikan senyawa alkaloid, AlCl3digunakan untuk
mengidentifikasikan senyawa berupa alkaloid, FeCl3digunkan untuk
mengidentifikasikan senyawa fenolik, Vanilin asam sulfat digunakan
untuk mengidentifikasikan senyawa golongan saponindan DPPH (1,1
difenil 2-pikrilhidrazil) digunakan untuk mengidentifikasikan senyawa anti
oksidan. Dimana hasil yang diperoleh adalah ekstrak etanol daun jati
belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) hanya positif mengandung flavonoid.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum Fitokimia 1, yaitu:
1. Pada percobaan uji skrining yaitu daun jati belanda (Guazuma
ulmifolia L.) positif mengandung flavonoid, alkaloid, saponin, tannin
(katekolasil) danhasil susut pengeringan dari daun jati belanda
adalah 3,1%.
2. Pada percobaan kali ini yaitu pada metode ekstraksi maserasi untuk
sampel daun Jati belanda ekstrak cair yang didapatkan sebanyak
1700 mL dan pada metode perkolasi jumlah ekstrak cair yang
didapatkan yaitu setara dengan 3 buah capor.
3. Pada percobaan penguapan pelarut ekstrak yaitu berat potkosong
6,514 gram, berat pot + ekstrak 8,814 gramsehingga diperoleh berat
ekstrak yaitu2,3 gram serta % rendamen yaitu 0.46 %.
4. Pada percobaan partisi ekstrak yaitu didapatkan bahwa parisi
ekstrak dengan menggunakan metode cair cair dan didapatkan hasil
persentase n-heksan 1,317% serta hasil persentase etil asetat
0,739%
5. Pada percobaan identifikasi golongan komponen kimia dengan
metode kromatografi lapis tipis ekstrak daun jati belanda (Guazuma
ulmifolia L.) positif mengandung flavonoid dengan nilai Rf 1: 0,72 cm
dan Rf 2: 0,96 cm. Dan negatif mengandung senyawa fenolik,
saponin, alkaloid dan antioksidan dengan nilai Rf 0,181 cm, 0,654
cm, 0,690 cm dan 0,490 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Budiman, 2003, Skrining Fitokimia Ekstraksi Etanol 90% Daun Katuk
(sauropus androgynus L), jurnal farmasi udayana, vol.5, no 2,
Bali.
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Harborne, J.B., T.J., dan Mabry, H., 1987, The Flavonoids, 421, Chapman
and Hall, London.
Iyani, Akma., 2018, Prinsip Analisis Komponen Pangan Makro & Mikro
Nutrien., Yogyakarta: Cv. Budi utama.
Kurniawan Y., dan Santosa. 2004. “Pengaruh JumLah Umpan dan Laju Alir
Eluen Pada Pemisahan Sukrosa dari Tetes Tebu Secara
Kromatografi”. Jurnal Ilmu Dasar.Vol 5 (1).
Martunus, 2007, Ekstraksi Dioksin Dalam Limbah Air Buangan Industri Pulp
Dan Kertas Dengan Pelarut N-Heksana, Jurnal Itenas, Vol. 10,
No. 4, Riau.
Najib., A., 2018., Ekstraksi Senyawa Bahan Alam., Yoyakarta: Cv.Budi utama
Purba, Ritson, dan Nugroho D.S., 2007. Analisis Fitokimia, dan Uji
Bioaktifitas, Jurnal Kimia Mulawarman,
etanol 95%
+ KOH 10%
Warna merah
+ FeCl3 1N
Warna hijau
b. Pirogalotanin
serbuk sampel
+ FeCl3 1N
Warna biru
4. Saponin
serbuk sampel
5. Flavanoid
serbuk sampel
+ FeCl3 2 tetes
+ HCl pekat 2 tetes
Warna merah
6. Steroid
serbuk sampel
+ n-heksan
+ air
+ Liebermann-Burchard
Ekstrak cair
2. Perkolasi
Ekstrak cair
C. Pnguapan pelarut pada sampel
1. Menggunakan Rotavapor
Sampelatauekstrakcair
EkstrakCair
Ekstrakkental
D. Partisi ekstrak
1. Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-heksan
Ekstrak Kental
Sampel/ekstrak cair
Ekstrak kental
E. KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
1. Penyiapan lempeng
Lempeng
Siap digunakan
2. Penyiapan chember
Siapkan chember
Siap digunakan
3. Penotolan sampel pada lempeng
Lampiran 2. Perhitungan
a. Skrining Fitokimia
% Susut Pengeringan = (a-b) x 100%
c
= 20,044 g – 20,013g x 100%
1g
= 3,1%
b. Penguapan Pelarut pada Sampel
Pot kosong = 6,514 gram
Pot + ekstrak = 8,814 gram
Ekstrak = 8,814 gram - 6,514 gram = 2,3 gram
a b
%rendamen : x100%
c
8,814 g 6,514 g
x100%
500 g
=0.46%
c. Partisi Ekstrak
1) N-Heksan
(𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑎𝑝𝑜𝑟+𝐼𝑠𝑖)− 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑎𝑝𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
% Kadar = x 100 %
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
55,972 𝑔𝑟−52,021 𝑔𝑟
= x 100 %
3 𝑔𝑟
3,951 𝑔𝑟
= x 100%
3 𝑔𝑟
= 1,317%
2) % Etilasetat
(𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑎𝑝𝑜𝑟+𝐼𝑠𝑖)− 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑎𝑝𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
% kadar = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
55,134 𝑔𝑟−52,917 𝑔𝑟
= x 100 %
3 𝑔𝑟
2,217 𝑔𝑟
= x 100%
3 𝑔𝑟
= 0,739%
d. KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
Flavanoid
Jarak yang ditempuh noda 4,cm
𝑅𝑓1= Jarak yang ditempuh eluen = 5,5 cm = 0,72cm
Jarak yang ditempuh noda 5,3,cm
𝑅𝑓2= Jarak yang ditempuh eluen = 5,5 cm = 0,96 cm
Fenolik
Jarak yang ditempuh noda 1,0 𝑐𝑚
𝑅𝑓1= Jarak yang ditempuh eluen = 5,5 cm = 0,181 cm
Saponin
Jarak yang ditempuh noda 3,6 𝑐𝑚
𝑅𝑓1= = = 0,654 cm
Jarak yang ditempuh eluen 5,5 cm
Alkaloid
Jarak yang ditempuh noda 3,8 𝑐𝑚
𝑅𝑓1= Jarak yang ditempuh eluen = 5,5 cm = 0,690 cm
Anti Oksidan
Jarak yang ditempuh noda 2,7 𝑐𝑚
𝑅𝑓1= Jarak yang ditempuh eluen = 5,5 cm = 0,490 cm
Lampiran 3. Gambar
a. Skrining Fitokimia
Perkolasi maserasi
c. Penguapan Pelarut pada Sampel