Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN

PELAYANAN GERIATRI
RSUD dr. T.C.HILLERS MAUMERE
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I. DEFINISI ............................................................................................ 1
BAB II. RUANG LINGKUP............................................................................ 2
BAB III. TATALAKSANA ............................................................................... 3
BAB IV. DOKUMENTASI ............................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
DEFINISI

1. Gerontologi : cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek


kesehatan dan kedokteran pada warga lanjut usia termasuk pelayanan
kesehatan dengan mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi,
pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi
2. Pasien Geriatri : Pasien lanjut usia dengan multipenyakit dan/atau
gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi, dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu
dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin
3. Konsep/pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirian lansia
yaitu :
a. Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan atau kelainan baik
psikologis,fisiologis,maupun struktur atau fungsi anatomi;
b. Disabilitas adalah semua restriksi atau kekurangan dalam kemampuan
untuk melakukan kegiatan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang
normal.
c. Handicap adalah kondisi kemunduran seseorang akibat adanya
kelainan dan/atau ketidakmampuan yang membatasinya dalam
memenuhi peran sosialnya yang normal menurut umur, jenis kelamin,
serta faktor sosial, ekonomi, dan budaya
4. Asesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk
menilai aspek medis, fungsional, psikososial, dan ekonomi penderita usia
lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan yang rasional.
5. Tim Terpadu Geriatri adalah suatu tim multidisiplin yang bekerja secara
interdisiplin untuk menangani masalah kesehatan lanjut usia dengan
prinsip tata kelola pelayanan terpadu dan paripurna dengan mendekatkan
pelayanan kepada pasien lanjut usia

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Umum Daerah dr. T.C.Hillers
Maumere meliputi :
1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam
2. Dokter Spesialis Saraf
3. Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
4. Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa
5. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
6. Dokter Spesialis Bedah
7. Dokter Spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan
8. Dokter Umum
9. Instalasi Rawat Jalan
10. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
11. Unit Pendaftaran/Admisi
12. Fisioterapi
13. Gizi

2
BAB III
TATALAKSANA

A. PELAYANAN GERIATRI
1. Batasan Pelayanan
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut
dengan pendekatan interdisiplin yang mencakup aspek medis promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta aspek sosial dan psikologis pada
pasien usia lanjut. Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan
Geriatri dibagi menjadi :
a. Tingkat Sederhana
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas
rawat jalan dan kunjungan rumah (home care).
b. Tingkat Lengkap
Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas
rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home care).
c. Tingkat Sempurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas
rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik
Asuhan Siang.
d. Tingkat Paripurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan,
Klinik Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap
Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri (respite care), kunjungan
rumah (home care), dan Hospice.

Jenis pelayanan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah


dr T.C.Hillers Maumere berdasarkan tersedianya fasilitas sarana dan
prasana, peralatan dan ketenagaan adalah pelayanan tingkat sederhana.

3
2. Alur Pelayanan Geriatri
Bagan Alur Pelayanan Geriatri di RSUD dr. T.C.Hillers Maumere

DOKTER
POLIKLINIK IGD POLIKLINIK UMUM PRAKTEK
- SARAF
- BEDAH
- OBGYN
- THT POLIKLINIK REHABILITASI
- - PENYAKIT DALAM MEDIK

POLIKLINIK
GERIATRI PUSKESMAS

3. Pelayanan Pasien Geriatri di RSUD dr. T.C.Hillers Maumere


a. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 tahun dan saat masuk pasien
hanya didapatkan 1 (satu) diagnosa, maka pasien tersebut dirawat
sesuai dengan DPJP nya.
b. Setelah dirawat dan didapatkan diagnosa lebih dari 2 (dua), maka
pasien dikonsultasikan/diraberkan kepada Tim Geriatri sesuai dengan
permasalahan (diagnosanya) dan dilakukan pengisian asesmen
geriatri.

4. Jenis Pelayanan Geriatri yang ada di RSUD dr. T.C.Hillers Maumere


meliputi :
a. Poliklinik Geriatri;
Poliklinik melakukan asesmen medis ,tindakan kuratif sederhana dan
konsultasi bagi penderita rawat jalan, baik dari masyarakat,
puskesmas, maupun antar poliklinik.
Tenaga minimal yang dibutuhkan adalah dokter umum/internis yang
telah mendapat kursus geriatri atau dokter spesialis geriatri, seorang
perawat, dan seorang petugas admisi

4
b. Rehabilitasi Medik;
Rehabilitasi medik adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan
medik, psikososial, edukasional, dan vokasional untuk mencapai
kemampun fungsional semaksimal mungkin.
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi
kecacatan,sehingga oleh WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis
pasien usia lanjut dalam aspek impairment, disabilitas dan handikap,
sehingga rehabilitasi medik merupakan aspek penting dalam
pelayanan lansia dan harus dilaksanakan secepat mugkin sejak pasien
masuk sampai pulang sesuai kebutuhannya.
Untuk memulai program rehabilitasi medik pada lansia, tenaga
profesional harus mengetahui kondisi lansia saat itu juga,baik
penyakit yang menyertai maupun kemampuan fungsional yang
mampu dilakukan. Banyak instrument untuk menilai kemampuan
seorang lansia,salah satu diantaranya adalah Index Bartel yang cukup
sederhana dan mudah diterapkan untuk menilai kemampuan
fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari) dan juga untuk
meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada golongan
lansia.

5. Assesment Geriatri;
Assesment Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk
menilai aspek medik,fungsional,psikososial dan ekonomi penderita usia
lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan yang rasional.
Asesmen ini bersifat tidak sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin
dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.

5
6. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri :
- Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau
tanpadisertai penyakit akut;
- Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh
(falls), atau imobilisasi (bedridden);
- Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care). seperti
kesulitan makan atau berpakaian;
- Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan
tingkah laku (behavior) dini;
- Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit parkinson,
arthritis, gangguan berkemih (inkontinensia urine), atau gangguan
buang air besar.

7. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri adalah sebagai berikut :


- Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual);
- Orientasi terhadap kebutuhan klien;
- Diagnosis secara terpadu;
- Team work (koordinasi);
- Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.

8. Kriteria Pelayanan Lansia;


- Komprehensif: adanya dukungan finansial yang adekuat, perawatan
sehari-hari, pelayanan kesehatan yang memadai, pendidikan
kesehatan, perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi dan aktifitas fisik
dan pelayanan transportas;
- Adanya kerjasama/terkoordinasi lintas program/sektoral;
- Mudah dijangkau;
- Memperhatikan kualitas pelayanan.

6
9. Tata Laksana Assesment Lansia;
Assesment Lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses keperawatan
yang:
- Ditujukan kepada usia lanjut;
- Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual;
- Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan;
- Membuat perencanaan;
- Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.
10. Tujuan Assesment Usia Lanjut (lembaran assesmen terlampir) :
a. Menegakkan :
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat fisiologis;
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat patologis;
- Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut.
b. Menegakkan adanya gangguan organ/sistem (impairment),
ketidakmampuan (disabilitas) dan ketidakmampuan sosial (handicap)
untuk dapat dilakukan terapi dan/atau rehabilitasi.
c. Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan yang
dapat digunakan untuk penatalaksanaan penderita tersebut.

7
B. GERIATRIC GIANTS
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia muda.
Harus dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan
bertambahnya usia atau memang ada suatu proses patologi sebagai
penyebabnya. Beberapa problema klinik dari penyakit pada lansia yang sering
dijumpai disebut “GERIATRIC GIANTS”, yang terdiri dari :
1. Sindroma Serebral;
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut,
dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan
terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun
faktor lain, misalnya yang berkaitan dengan tekanan darah seperti fungsi
jantung, bahkan fungsi otak yang berkaitan dengan pengaturan tekanan
darah (sistem otonom).
2. Konfusio dan Dementia
Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif
yang ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan
kewaspadaan dan terganggunya proses berfikir yang berakibat terjadinya
disorientasi.
Gambaran klasik penderita konfusio yaitu :
a. Derajat kesadaran menurun,misalnya sulit untuk tetap bangun saat
diperiksa;
b. Gangguan persepsi,antara lain ilusi,delusi,halusinasi, dan mis
intrepretasi;
c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia, tetapi
siang hari tertidur;
d. Aktivitas spikomotor meningkat atau menurun;
e. Disorientasi waktu,tempat, dan orang;
f. Gangguan memori.
Dementia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari.

8
Secara garis besar, dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan dalam 4
(empat) golongan,yaitu :
a. Dementia degeneratif primer 50-60%;
b. Dementia multi-infark 10-20%;
c. Dementia yang reversibel atau sebagian reversibel 20-30%;
d. Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%.

9
Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPSM=MMSE= Mini
Mental State Examination)

Daftar Pertanyaan Penilaian

1. Tanggal berapakah hari ini ? (bulan, 0–2 kesalahan = baik


tahun); 3–4 kesalahan =
2. Hari apakah hari ini? gangguan intelek
3. Apakah nama tempat ini? ringan
4. Berapa nomor telepon Bapak/Ibu? 5–7 kesalahan =
(bila tidak ada telepon, jalan apakah gangguan intelek
rumah Bapak/Ibu?) sedang
5. Berapa umur Bapak/Ibu? 8 – 10 kesalahan =
6. Kapan Bapak/Ibu lahir? (tanggal, gangguan
bulan tahun) intelektual berat
7. Siapakah nama gubernur kita?
(walikota/lurah/camat)
8. Siapakah nama gubernur sebelum
ini? (walikota/lurah/camat) Bila penderita tidak
9. Siapakah nama gadis Ibu anda? pernah sekolah, nilai
10. Hitung mundur 3-3, dimulai dari 20 kesalahan diperbolehkan
+ 1 dari nilai di atas.
Bila penderita sekolah
lebih dari SMA
kesalahan yang
diperbolehkan -1 dari
atas.

Dari : Folstein,1990

10
3. Gangguan Otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan
syaraf otonom pada usia lanjut adalah :
- Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada
neurotransmisi pada ganglion otonom, berupa penurunan asetil kolin
terutama disebabkan oleh penurunan enzim utama, yaitu kolin
asetilase.Hal ini cenderung menurunkan fungsi otonom.
4. Inkontinensia
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada penderita
lansia.Inkontinensia adalah pengeluaran urine (atau feses) tanpa disadari,
dalam jumlah dan frekwensi yang cukup sehingga mengakibatkan
masalah gangguan kesehatan atau sosial.
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”.
D = Delirium;
R = Retriksi mobilitas, retensi;
I = Infeksi, inflamasi, impaks feses;
P = Pharmasi (obat-obatan), poliuri.
5. Jatuh (The True Geriatric Giant)
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
atau luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia :
a. Faktor Intrinsik;
- Kondisi fisik dan neuropsikiatrik;
- Penurunan visus dan pendengaran;
- Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek postural
karena proses menua.

11
b. Faktor Ekstrinsik
- Obat-obatan yang diminum;
- Alat-alat bantu berjalan;
- Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya).
Penyebab-penyebab jatuh pada lansia :
a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama;
b. Nyeri kepala dan atau vertigo;
c. Hipotensi orthostatic;
d. Obat-obatan;
e. Proses penyakit yang spesifik;
f. Idiopatik;
g. Sinkope.
Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan
pada lansia :
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua,tidak stabil,
atau tergeletak di bawah;
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok;
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang;
- Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun;
- Karpet yang tidak dilem dengan baik,keset yang tebal/menekuk
pinggirnya,dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah
tergeser;
- Lantai yang licin atau basah;
- Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan);
- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran,berat,maupun cara
penggunaannya.

12
Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara lain :
a. Aktivitas;
- Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas
biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti
posisi.
b. Lingkungan;
- Sekitar 70% lansia jatuh di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan
kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibandingkan saat
naik tangga.
c. Penyakit Akut.
Pencegahan Jatuh :
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini,antara lain :
a. Identifikasi Faktor Risiko;
Perlu dilakukan asesmen keadaan sensorik, neurologik,
muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering
mendasari/menyebabkan jatuh, juga keadaan lingkungan,obat-obatan
dan alat bantu jalan.
b. Penilaian keseimbangan gaya berjalan;
Setiap lansia harus dievaluasi keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat,pindah posisi,juga gaya berjalan
dan kekuatan otot ekremitas bawah lansia.
c. Mengatur/mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut dapat dicegah dengan
pemeriksaan rutin kesehatan lansia,bahaya lingkungan dapat dicegah
dengan perbaikan lingkungan. Aaktivitas fisik dapat dibatasi sesuai
kondisi kesehatan lansia.

13
6. Kelainan pada Tulang Belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindroma
geriatrik. Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang
secara linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding pria.
7. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah
kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulangakibat adanya
penekanan pada suatu area secara terus menerus, sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang
dan tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya : daerah
sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior,
daerah tumit dan siku.
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai
berikut:
 Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada
epidermis,kemerahan/eritema indurasi atau lecet;
 Derajat II : Reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga lapisan
lemak subkutan.Tampak sebagai ulkus yang dangkal,dengan tepi yang
jelas dan perubahan warna pigmen kulit;
 Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam,meliputi jaringan lemak
subkutan dan menggaung,berbatasan dengan fascia dari oto-otot.
Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.
 Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot,sehingga tampak tulang
di daerah ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau
sendi.

14
Faktor-faktor penyebab dekubitus :
a. Faktor Intrinsik (dari tubuh sendiri);
- Status gizi;
- Anemia;
- Hipoalbuminemia;
- Penyakit-penyakit neurologik;
- Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik.
- Kebersihan tempat tidur;
- Alat-alat tenun yang kusut dan kotor;
- Peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada
suatu sikap tertentu.
Pengelolaan Dekubitus :
a. Dekubitus Derajat I;
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis : kulit yang
kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi
lotion, kemudian dimassage 2-3 kali/hari.
b. Dekubitus Derajat II;
Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus memperhatikan
syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek
dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk
merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga
merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Pergantian balut dan
salep ini jangan terlalu sering karena malah dapat merusakkan
pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c. Dekubitus Derajat III;
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat mengalir
keluar.Balut jangan terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga
permeabel untuk masuknya udara/oksigen dan penguapan.

15
d. Dekubitus Derajat IV.
Semua langkah-langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik
yang ada harus dibersihkan,sebab akan menghalangi pertumbuhan
jaringan/epitelisasi.Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk
usaha ini,dengan tujuan mengurangi perdarahan.Setelah jaringan
nekrotik dibuang dan luka bersih,penyembuhan luka secara alami
dapat diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan
oksigenasi pada daerah luka,tindakan dengan ultrasono untuk
membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai
transplantasi kulit setempat.

16
Skor Barden untuk mengukur resiko dekubitus

Nama Penderita Skor

Persepsi Sensorik
1 : terbatas total
2 : sangat terbatas
3 : sedikit terbatas
4 : tidak ada keterbatasan

Kelembapan kulit 1 : selalu lembap


2 : seringkali lembap
3 : sesekali lembap
4 : jarang lembap

Aktivitas 1 : terbaring di ranjang


2 : duduk di kursi
3 : berjalan sesekali
4 : berjalan biasa

Mobilitas 1 : imobilisasi total


2 : sangat terbatas
3 : sedikit terbatas
4 : tidak terbatas

Nutrisi 1 : sangat kurang


2 : kurang
3 : cukup
4 : baik

Pergeseran dan perpindahan 1 : bermasalah


2 : berpotensi masalah
3 : tidak ada masalah

Pasien dengan skor < 16 = beresiko mengalami Ulkus


dekubitus
15 atau 16 : resiko rendah
13 atau 14 : resiko sedang
<13 : resiko berat

17
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Asesmen Medis Geriatri


2. SPO Pelayanan Pasien Geriatri

18
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., & Spradley. B.W.(2005). Community health nursing promoting


and protecting the public health. (6 th ed), Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins
Anderson, E.T., & Mc. Farland, J. (2000). Community as partner teory and
practice in nursing. (3 th ed). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Ervin, N.F. (2002). Advance community health nursing practice: population
focused care. New Jersey: Prentice Hall
Stanhoppe, M. & Lancaster. (2005). Community and public health nursing. (
5rd ed.) St. Louis: Mosby-Year Book Inc.
Darmojo R.Boedhi dan Martono. (2004).Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut).(edisi ke 3).Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

19

Anda mungkin juga menyukai