Penyakit dan hospitalisasi seringkali menjadi masalah utama yang harus dihadapi anak.
Stressor utama hospitalisasi pada anak adalah perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali,
cidera tubuh, dan nyeri (Wong, 2009). Nyeri pada anak merupakan suatu hal yang kompleks,
individual, subjektif, dan umum terjadi. Nyeri itu sendiri adalah suatu hal yang bersifat subjektif,
tidak ada dua orang sekalipun yang mengalami kesamaan rasa nyeri dan tidak ada dua kejadian
menyakitkan yang mengakibatkan respons atau perasaan yang sama pada individu (Perry &
Potter, 2010). The International Association for the Study of Pain mendefinisikan nyeri sebagai
sesuatu yang tidak menyenangkan, bersifat subjektif dan berhubungan dengan panca indera, serta
merupakan suatu pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan baik actual
maupun potensial atau digambarkan dengan suatu kerusakan atau cidera (Betz & Sowden, 2009).
Oleh karenanya, perlu dilakukan penatalaksanaan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut.
Penatalaksanaan nyeri merupakan kebutuhan dasar dan hak dari semua orang. Sudah menjadi
tugas perawat untuk memilih metode yang tepat dan menciptakan lingkungan yang nyaman
ketika melakukan tindakan pada pasien. Manajemen nyeri pada anak telah banyak mengalami
perubahan dalam beberapa dekade. Terdapat dua cara yang dapat digunakan dalam manajemen
nyeri pada anak yaitu farmakologi dan nonfarmakologi. Penggunaan teknik nonfarmakologi
memberikan dampak yang cukup berarti dalam manajemen nyeri pada anak. Penggunaan metode
nonfarmakologi untuk mengatasi masalah nyeri pada anak lebih mudah dan dapat dilakukan oleh
perawat (Prasetyo, 2010).
3. Terapi Murotal
Penelitian Insani&Rokhanawati (2014) menyatakan bahwa saat seseorang mendengarkan
murotal ia merasa tenang karena hormon endorfin yang dikeluarkan akan ditangkap oleh
reseptor di dalam sistem limbik dan hipotalamus. Hormon endorphin ini akan meningkat
sehingga dapat menurunkan nyeri, memperbaiki nafsu makan, meningkatkan daya ingat, dan
pernafasan. Penelitian lain yaitu Adharin, dkk (2017) menyatakan bahwa ada pengaruh terapi
distraksi: berdoa terhadap skala nyeri anak usia sekolah saat pemasangan infus. Terapi
distraksi dalam bentuk berdoa efektif untuk menurunkan nyeri pada anak saat tindakan
invansif. Melalui terapi pembacaan Al Qur’an mampu mengaktifkan sel dalam tubuh dengan
mengubah getaran suara menjadi gelombang yang ditangkap oleh tubuh. Hal ini merangsang
reseptor nyeri di otak untuk mengeluarkan opioid natural endogen. Dengan mendengarkan
ayat-ayat Al Qur’an dapat merelaksasi saraf reflektif, mengatur fungsi pernafasan dan
meningkatkan ketenangan.
5. Komunikasi Terapeutik
Penelitian yang dilakukan Arifin (2015), menunjukkan bahwa ada hubungan antara
tingkat komunikasi terapeutik perawat dengan perilaku kooperatif anak usia prasekolah di
Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Bariroh
(2012), mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik
dengan tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi tindakan keperawatan invasive. Pada
umumnya reaksi anak saat dirawat di rumah sakit adalah kecemasan karena perlukaan tubuh
dan rasa nyeri. Semakin berkualitas dilakukan komunikasi terapeutik sebelum pemasangan
infus maka semakin menurunnya kecemasan anak terhadap tindakan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adharin, T.K dkk. 2017. Pengaruh Terapi Distraksi: Berdoa Terhadap Skala Nyeri Anak Usia
Sekolah Saat Pemasangan Infus Di Ruang Rawat Inap Anak RSUP DR. M. Djamil Padang.
Universitas Andalas. http://scholar.unand.ac.id/30183/ [diakses 01 November 2019]
Apóstolo, J. L. A., & Kolcaba, K. 2009. The Effects of Guided Imagery on Comfort, Depression,
Anxiety, and Stress of Psychiatric Inpatients with Depressive Disorders. Archives of
Psychiatric Nursing. 23(6): 403–411 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19926022
[diakses 01 November 2019]
Bariroh, Yuk dkk. 2012. Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Dalam Menghadapi Tindakan Keperawatan Invasif Di Ruang Cempaka RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
http://digilib.unisayogya.ac.id/928/ [diakses 01 November 2019]
Betz, C.L., & Sowden, L.A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Insani, T. H., & Rokhanawati, D. 2014. Pengaruh Alunan Murottal Terhadap Intensitas Nyeri
Dismenore Primer Pada Siswi Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta Tahun
2014. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. http://digilib.unisayogya.ac.id/1259/ [diakses 01
November 2019]
Khasanah, N.N dkk. 2017. Teknik Distraksi Guided Imagery sebagai Alternatif Manajemen
Nyeri pada Anak saat Pemasangan Infus. Jurnal Kesehatan Poltekkes Tanjung Karang.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/555 [diakses 01 November
2019]
Perry, A.G. & Potter, P. A. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu
Pratiwi, A dkk. 2017. Hubungan Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Nyeri Anak Pada
Tindakan Invasif Pemasangan Infus di RS Tugurejo Semarang. Stikes Telogorejo.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/653 [diakses
01 November 2019]
Sarfika, Rika dkk. 2015. Pengaruh Teknik Distraksi Menonton Kartun Animasi Terhadap Skala
Nyeri Anak Usia Prasekolah Saat Pemasangan Infus Di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP
Dr.M. Djamil Padang. Ners Jurnal Keperawatan. 11 (1): 32-40.
http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/index [diakses 01 November 2019]
Setyowati, S.Y. dkk. 2017. Pengaruh Terapi Meniup Baling-Baling Terhadap Tingkat Nyeri
Anak Usia Prasekolah yang Dilakukan Pungsi Vena di RSUD Tugurejo Semarang. Stikes
Telogorejo.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/659 [diakses
01 November 2019]
Wong, D.L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 2. Jakarta: EGC