Makalah Manajemen Kelompok
Makalah Manajemen Kelompok
Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA, atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih, terutama kepada beberapa
pihak diantaranya :
1. Bu Dewi Sari Mulia M. Si., Apt selaku pembimbing kami.
2. Pihak-pihak yang membantu pembuat makalah ini agar baik dan benar.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, baik dari segi penulisan, tata Bahasa, serta penyusunannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menjadi bekal pengalaman
kami untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.
Penyusun
1i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................................... 1
Rumusa Masalah ................................................................................................................ 1
Tujuan ................................................................................................................................ 2
Manfaat ............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Rumah Sakit..............................................................3
2.2Perencanaan dan Seleksi..................................................................................................3
2.3 pngadaan …....................................................................................................................5
2.4 penerimaan……………………………………………………………………… ........ .7
2.5 Pengendalian… ………………………………………………………………………..7
2.6 pemusnahan… ………………………………………………………………………..7
2.7 pelaporan dan pencatatan… ………………………………………………………......11
ii2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1
enyufikasi, penyuapan, kolosi, donasi, promo yang tidak etis maupun tekanan dari berbagai
pihak yang berkepentingan dengan obat.
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah bagian dari rumah sakit yang bertugas
menyelenggarakan, mengkooadinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
pelayanan farmasi serta melaksanaan pembinaan teknis kefarmasian di rumah sakit,
sedangkan Komite Farmasi dan Terapi adalah bagian yang bertanggung jawab tentang
penyusunan formularium rumah sakit dapat sesuai dengan aturan yang berlaku, maka
diperlukam tenaga professional dibidang tersebut. Untuk menyiapkan tenaga professional
tersebut diperlukan berbagai masukan diantaranya adalah tersedianya pedoman yang tepat
digunakan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di rumah IFRS.
1.4 Manfaat
1) Agar mengetahui bagaimana pengelolaan obat dirumah sakit
2) Agar mengetahui apa saja sistem perencanaan dan dalam pengelolaan obat dirumah
sakit
4
2
BAB II
PEMBAHASAN
5
3
Menurut Mulyadi, anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara
kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang
mencakup jangka waktu satu tahun.
Jadi, anggaran obat adalah suatu perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan obat yang
akan diadakan dalam suatu instalasi farmasi (Anonim,2012).
b. Sistem perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemeliharaan jenis, jumlah dan harga
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran dalam rangka
pengadaan untuk menghindari kekosongan obat dengan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar pelaksanaan yang telah ditentukan. Perencanaan
berpedoman pada DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), formularium RS, standart terapi
RS, data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa
persediaan, data pemakaian periode yang lalu dan rencana pengembangan (Quick,1997).
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
c. Metode perencanaan
Ada tiga jenis metode perencanaan yaitu konsumsi, epidemiologi, dan kombinasi
keduanya yang disesuaikan dengan anggaran setempat. Perencanaan dengan metode
konsumsi dilakukan berdasarkan data penggunaan obat diwaktu yang lalu, sedangkan metode
epidemiologi dilakukan berdasarkan data tingkat kejadian penyakit dan standart pengobatan
untuk penyakit tersebut. Data penggunaan obat waktu yang lalu untuk metode konsumsi
harus akurat. Metode konsumsi ini dapat menyebabkan penggunaan obat yang kurang
rasional akan terus terjadi berbeda dengan halnya metode epidemiologi yaitu mengambil
asumsi bahwa pengobatan disesuaikan dengan penyakit yang ada atau terjadi pada saat
tertentu (Siregar,2004).
i. Kategori V adalah obat vital dengan jumlah sedikit tetapi harus selalu disediakan
untuk menyelamatkan jiwa pasien
ii. (life-saving drug), misalnya insulin, heparin, adrenalin, atropin sulfat, albumin dan
obat-obat pelayanan kesehatan standar, misalnya serum antibisa ular.
46
iii. Kategori E adalah obat esensial yang umum digunakan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, misalnya obat jantung, obat hipertensi, obat diabetes.
iv. Kategori N adalah obat non-esensial yang boleh disediakan atau boleh tidak
disediakan karena tidak membahayakan nyawa bila tidak tersedia, misalnya food
suplement dan vitamin (Quick,1997).
Kelompok A adalah obat yang berharga mahal dan sering ditulis dengan resep dokter,
menyerap dana sebesar ± 80% dari total dana dengan jumlah item ± 20% dari total
item obat yang ada.
Kelompok B adalah obat yang dibutuhkan dalam banyak kasus dan sering keluar,
menyerap dana sebesar ± 15% dari total dana dengan jumlah item ± 60% total item
obat yang ada.
Kelompok C adalah kelompok obat yang hanya sebagai suplemen saja. Menyerap
dana sebesar ± 5% dari total dana dengan jumlah item ± 20% total item obat yang ada
(Quick,1997).
2.3 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merelisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
dan disetujui, melalui:
1. Pembelian
Pembelian dengan penawaran yang kompetitif( tender) merupakan suatu metode penting
untuk mencapau keseimbangan yang tepat antara mutu dan harga, apabila ada dua atau lebih
pemasok, apoteker harus mendasarkan pada criteria berikut :
mutu produk, reputasi produsen, harga, berbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman, mutu
pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan tentang barang yang dikembalikan, dan
pengemasan
A. Tujuan Pengadaan
Mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik,
pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancer, dan tidak memerlukan
tenaga serta waktu berlebihan.
1. Pembelian
7
5
yang berfungsi sebagai obat dan peraturan presiden RI no 95 tahun 2007 tentang perubahan
ketujuh atas keputusan presiden no 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan
barang atau jasa pemerintah.
Tender terbuka, berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan sesuai dengan
criteria yang telah ditentukan.
b. Tender terbatas, sering disebutkan lelang tertutup. Hanya dilakukan pada
rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang baik
Pembelian dengan tawar-menawar, dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak,
dan biasanya dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu
Pembelian langsung, pembeli jumlah kecil, perlu segera tersedia. Harga tertentu,
relative agak lebih mahal.
2. Produksi
Produksi perbekalan farmasi di rumah sakit merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk,
dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau non-steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
B. Sumbangan/hibah/droping
Pada prinsipn pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/ sumbangan, mengikuti kaidah
umum pengelolaan perbekalan farmasi regular. Perbekalan farmasi yang tersisa dapat dipakai
untuk menunjang pelayanan kesehatan disaat situasi normal. (Depkes RI,2008)
2.4 Penerimaa
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan.
Penerimaan perbekalan farmasi harus dulakukan oleh petugas yang bertanggung jawab.
Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan
tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim
penerimaan harus ada tenaga farmasi.
68
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai
kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan
Perbekalan farmasi yang di terima harus sesuai dengan spesifikasi kontrak yang telah
ditetapkan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerimaan :
2.5 Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran
yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/ kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Tujuan pengendalian : agar tidak terjadi kelbihan dan kekosongan perbekalan farmasi di
unit-unit pelayanan (Depkes RI,2008)
2.6 Pengapusan/Pemusnahan
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak
terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat
usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
Tujuan penghapusan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi
syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan mengurangi
79
beban penyimpanan maupun mengurangi risiko terjadi penggunaan obat yang sub standar
(Depkes RI,2008)
1) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan,
4) Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan,
Pemusnahan Narkotika diatur dalam pasal 60 dan 61 UU No.22 Tahun 1997, yaitu:
Pasal 60:
a) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat
digunakan dalam proses produksi,
b) Kadarluarsa,
c) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, atau
Pasal 61:
810
2) Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan dengan pembuatan berita
acara yang sekurang-kurangnya memuat:
b) Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan,
c) Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan
pemusnahan.
Pasal 75:
d) Memeriksa tanda pengenal diri tersangka, menyuruh berhenti orang yang diduga
melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika serta,
f) Memeriksa surat dan/atau dokumen lain tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika,
g) Menangkap dan menahan orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,
l) Melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat (DNA),
dan/atau tes bagian tubuh lainnya,
911
m) Mengambil sidik jari dan memotret tersangka,
o) Membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui pos dan alat-alat perhubungan
lainnya yang diduga mempunyai hubungan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika,
q) Melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti Narkotika dan Prekursor
Narkotika,
r) Meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tugas
penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, dan
Pasal 91
2) Barang sitaan Narkotika dan Prekursor Narkotika yang berada dalam penyimpanan dan
pengamanan penyidik yang telah ditetapkan untuk dimusnahkan, wajib dimusnahkan dalam
waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak menerima penetapan pemusnahan dari kepala
kejaksaan negeri setempat.
3) Penyidik wajib membuat berita acara pemusnahan dalam waktu paling lama 1 x 24
(satu kali dua puluh empat) jam sejak pemusnahan tersebut dilakukan dan menyerahkan
berita acara tersebut kepada penyidik BNN atau penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia setempat dan tembusan berita acaranya disampaikan kepada kepala kejaksaan
negeri setempat, ketua pengadilan negeri setempat, Menteri, dan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan.
4) Dalam keadaan tertentu, batas waktu pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu yang sama.
12
10
kepada Kepala BNN dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam waktu paling
lama 5 (lima) hari terhitung sejak menerima penetapan dari kepala kejaksaan negeri setempat.
7) Kepala BNN dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) menyampaikan laporan kepada Menteri mengenai penggunaan barang sitaan
untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan.
Fungsi:
2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1(satu) jenis perbekalan
farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran,
3) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan pengadaan
distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik perbekalan farmasi dalam tempat
penyimpanan (Depkes RI,2008)
4) Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan (Depkes RI,2008)
13
11
5) Jangka waktu kekosongan perbekalan farmasi.
2) Penyusunan laporan,
4) Pengendalian persediaan,
3) Bagian judul pada kartu induk persediaan perbekalan farmasi diisi dengan :
c) Jumlah persediaan minimum yang harus ada dalam persediaan, dihitung sebesar waktu
tunggu,
4) Kolom-kolom pada Kartu Stok Induk persediaan perbekalan farmasi diisi dengan:
14
12
f) Sisa stok perbekalan farmasi dalam persediaan,
g) Keterangan yang dianggap perlu, misalnya tanggal dan tahun kadaluwarsa, nomor batch
dan lain-lain.
Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi,
tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
Tujuan:
15
13
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah suatu proses yang merupakan
siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan/produksi, penerimaan,
pendistribusian, pengawasan, pemeliharaan, penghapusan, pemantauan, administrasi,
pelaporan, dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Tujuan pengelolaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu agar tersedianya sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang bermutu dalam jumlah dan pada saat yang tepat sesuai spesifikasi dan fungsi yang
ditetapkan oleh panitia farmasi dan terapi secara berdaya guna dan berhasil guna.
Untuk menyiapkan tenaga professional tersebut diperlukan berbagai masukan diantaranya
adalah tersedianya pedoman yang tepat digunakan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di
rumah IFRS.Mengingat pentingnya pelayanan farmasi di rumah sakit, maka calon
apoteker perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di rumah sakit, khususnya
Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan Program Pendidikan Profesi
Apoteker apabila bekerja di rumah sakit.
3.2 SARAN
Pengetahuan dan skill apoteker terkait proses perencanaan dan pengadaanharus terus
diperbaharui dan ditingkatkan mengingat pentingnya proses tersebutdalam menjamin kualitas
pelayanan kesehatan
1416
DAFTAR PUSTAKA
17
MAKALAH MANAJEMEN AKUTANSI DAN FARMASI
DISUSUN OLEH
FEBRI HERYANTI
ANDRIANUR
KELOMPOK : 3 (TIGA)
2019
18