Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

TEGANGAN PERMUKAAN METODE BERAT TETES

Rabu, 04 Oktober 2017


Shift D, Kelompok 2
Rabu, 10.00-13.00 WIB
Asisten Lab: 1. Hotma G. Winokan
2. Quinzheilla Putri A

Nama NPM Pembagian Tugas


Shofuro Sholihah 260110170133 Pembahasan dan Simpulan
Adham Rizki A. 260110170134 Pendahuluan
Shidqi Fajri R. 260110170135 Pendahuluan
Indah Pitaloka Sari 260110170136 Pembahasan dan Simpulan
Adetriana K. 260110170137 Hasil dan Lampiran
Nisa Amalia 260110170138 Metode
Franatalia Sinaga 260110170139 Metode
Nurfadillah Yusuf 260110170140 Hasil dan Lampiran
Nadira Hasna 260110170142 Abstrak dan Editor

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
Tegangan Permukaan

Adham Rizki1, Adetriana Khairunnisa1, Franatalia Sinaga1, Indah Pitaloka1, Nadira


Hasna1, Nisa Amalia1, Nurfadilah Yusuf1, Shidqi Fajri1, Shofuro Sholihah1
1
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat, Indonesia

Abstrak

Tegangan permukaan merupakan keadaan dimana terdapat suatu gaya atau tarikan ke bawah
yang menyebabkan permukaan suatu zat cair berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang.
Untuk membuktikan hal tersebut maka dilakukan percobaan, dengan menggunakan metode berat
tetes. Metode ini melibatkan persamaan Eotvos Ramsey Shields dan persamaan Harkins-Brown.
Surfaktan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan gliserin dengan berbagai macam
konsentrasi yaitu 0,5%, 1%, dan 1,5% yang akan diukur pada suhu 27oC, 40oC, dan 60oC. Dapat
disimpulkan, bahwa konsentrasi dan suhu mempengaruhi tegangan permukaan. Semakin tinggi
konsentrasi yang diberikan, jumlah tetesan semakin sedikit. Dan semakin tinggi suhu, maka
tegangan permukaan semakin rendah.

Kata kunci : Tegangan Permukaan, Metode berat tetes, Persamaan Eotvos, Harkins-Brown,
Surfaktan, Suhu.

Abstract

Surface tension is a state where there is a force or pull down which causes the surface of a liquid
to contract and is in a state of tension. To prove the experiment, it done by drop-weight methode.
This method involves Eotvos Ramsey Shields equation and the Harkins-Brown equation. The
surfactant used in this experiment was a solution of glycerine with various concentrations of
0.5%, 1%, and 1.5% to be measured at a temperature of 27 ° C, 40 ° C, and 60 ° C. It can be
concluded, that the concentration and temperature affect the surface tension. The higher the
concentration given, the fewer the droplets. And the higher the temperature, the lower the surface
tension.

Key Words : Surface Tension, Drop-weight methode, Eotvos Equation, Harkins-Brown,


Surfactant, Temperatur
Pendahuluan tarikan ke dalam pada cairan. Terjadinya
Permukaan suatu cairan mempunyai peristiwa ini dikarenakan adanya gaya
sifat ingin merenggang, sehingga adhesi (antara cairan dengan udara) yang
permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lebih kecil dari gaya kohesi (antar molekul
lapisan elastis. Hal ini terjadi karena adanya cairan), sehingga terjadilah gaya tarikan ke
gaya tarik-menarik antar partikel sejenis di dalam pada permukaan cairan (Giancoli dan
dalam cairan sampai ke permukaannya. Di Douglass, 2001).
dalam cairan, setiap molekulnya ditarik oleh Tegangan permukaan setiap cairan
molekul lain di dekatnya dengan gaya yang berbeda-beda. Air adalah salah satu cairan
sama ke segala arah, akibatnya tidak ada yang mempunyai tegangan permukaan yang
resultan gaya yang bekerja pada masing- tinggi. Permukaan air membentuk suatu
masing molekul. Terdapatnya gaya atau lapisan yang cukup kuat, bahkan beberapa
tarikan ke bawah membuat permukaan serangga mampu berjalan di atasnya
cairan berkontraksi dan berada dalam (Oxtoby et al, 2001).
keadaan tegang, keadaan itulah yang disebut Pada praktikum ini metode yang
dengan tegangan permukaan (Herinaldi, digunakan untuk mengukur tegangan
2004). permukaan adalah metode berat tetes.
Praktikum ini bertujuan untuk Metode berat tetes menerapkan Hukum
menentukan nilai tegangan permukaan dari Harkins dan Browns, metode ini diawali
cair dan gas, mempelajari pengaruh zat aktif dengan suatu cairan yang dibasahi ke gelas,
(surfaktan) terhadap tegangan permukaan maka akan terlihat seperti tetesan pada ujung
dan mempelajari pengaruh suhu terhadap pipa vertikal. Awalnya, tetesan berbentuk
tegangan permukaan dan didasari oleh seperti setengah bola lalu akan memanjang
beberapa prinsip, yaitu “Tegangan membentuk pinggang dan pada saat itulah
Permukaan”, “Hukum Harkins dan Brown”, zat cair tersebut akan jatuh bebas. Gaya
“Persamaan Eotvos Ramsey Shields”, dan kebawah pada tetesan itu akan sama
“Surfaktan”. besarnya dengan gaya ke atas yang menahan
Tegangan Permukaan merupakan tetesan (Glasstone, 1961). Akan tetapi, berat
suatu gaya per satuan panjang yang tetesan yang jatuh bukanlah berat idealnya,
pengerjaannya haruslah sejajar dengan karena 40% bagiannya masih tertinggal pada
permukaan agar seimbang dengan gaya
ujung pipa. Maka dibutuhkan faktor yang tidak akan menyatu. (Tang dan
koreksi(fd) seperti rumus berikut: Suendo, 2011).

𝑚𝑔 Suhu pun mempengaruhi tegangan


𝛾=( ) 𝐹𝑑
2𝜋𝑟 permukaan suatu fluida, dimana
hubungannya dapat ditinjau dengan
“𝛾" adalah tegangan permukaan, “r” adalah
Persamaan Eotvos Ramsay Shields
jari-jari pipa luar, dan “g” adalah gravitasi
𝑚 2
(Harkins dan Brown, 1999). 𝛾 ( 𝑑 )3 = 𝑘(𝑡0 − 𝑡 − 6)
Tegangan permukaan dipengaruhi Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bahwa semakin tinggi suhu, maka semakin
jenis zat terlarut dan suhu. Konsentrasi atau kecil tegangan permukaan (Calistry, 2017).
jumlah zat yang terlarut di dalam suatu Metode
fluida mempengaruhi tegangan permukaan Alat-alat yang dibutuhkan untuk
fluida tersebut, dimana semakin banyak menentukan tegangan permukaan suatu
jumlah zat terlarut, maka viskositas dan fluida adalah gelas ukur, piknometer,
tegangan permukaan pun meningkat. Akan stalagnometer, termometer, dan waterbath.
tetapi ada pula zat yang ketika berada di Namun, dikarenakan keterbatasan alat,
permukaan cairan akan membentuk lapisan waterbath diganti menjadi beaker glass yang
monomolekular yang akan menurunkan diisi air panas sesuai dengan suhu yang
tegangan permukaan, zat tersebut adalah ditentukan. Sedangkan bahan-bahan yang
surfaktan (Giancoli dan Douglass, 2001). diperlukan adalah aquadest dan gliserin
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sebagai surfaktan.
memiliki rantai hidrokarbon yang panjang
Pertama-tama, stalagnometer beserta
dengan gugus ujung yang bersifat polar atau
alat-alat lain dibersihkan terlebilh dahulu
ionik. Rantai hidrokarbon pada molekul ini
dengan menggunakan pelarut pembersih dan
memiliki sifat hidrofobik atau takut kepada
air. Alat-alat kemudian dikeringkan dengan
air namun akan larut dalam larutan non
aliran udara.
polar. Sebaliknya, gugus ujung polar atau
ionik yang bersifat hidrofilik atau suka Kemudian, larutan gliserin dibuat
dengan air akan larut dalam air. Maka dengan beberapa variasi konsentrasi; 0,5%,
surfaktan mampu mempersatukan campuran 1%, dan 1,5%. Pengenceran gliserin
dilakukan dengan mencampurkan sejumlah
gliserin dengan aquadest. Untuk gliserin sesuai dengan yang ditentukan. Saat suhu air
dengan konsentrasi 0,5% dibutuhkan 3 tetes sudah 60℃, keempat stalagnometer
gliserin 100% dan 25 ml aquadest. Untuk dimasukkan ke dalam air agar suhunya
gliserin dengan konsentrasi 1%, dibutuhkan disesuaikan. Setelah suhunya disesuaikan
5 tetes gliserin 100% dan 25 ml aquadest, kira-kira 5 menit, stalagnometer diangkat
sedangkan untuk gliserin konsentrasi 1,5% dari air. Lalu jari dilepaskan dari ujung
dibutuhkan 8 tetes gliserin 100% dan 25 ml stalagnometer. Larutan yang dikeluarkan
aquadest. Pengenceran dilakukan dengan dari stalagnometer ditampung. Jumlah
meneteskan gliserin ke dalam gelas ukur, tetesan dair akuades dan larutan dihitung
kemudian menambahkan aquadest hingga sampai pada batas bawah. Setelah dihitung,
volume mencapai 25 ml. semua datanya dimasukkan ke dalam tabel
dan dihitung dengan rumus. Lalu, dibuat
Sebelum semua larutan ditimbang,
grafik untuk pengaruh suhu serta grafik
massa dari piknometer yang kosong
untuk pengaruh konsentrasi.
ditimbang terlebih dahulu dengan timbangan
analitik. Setelah massa dari piknometer Penurunan suhu 60℃ menjadi 40℃
kosong didapatkan, piknometer diisi dengan dilakukan dengan ditambahkannya air
akuades, lalu larutan gliserin mulai dari dengan suhu lebih rendah. Lalu, larutan
gliserin 0,5 %, 1 %, dan 1,5 %, dan dicari gliserin dan akuades kembali dimasukkan ke
massanya secara bergantian. Setelah semua dalam stalagnometer berbeda sampai batas
massa diketahui, larutan dan akuades atas. Ujung atas stalagnometer ditutup
dimasukkan ke dalam stalagnometer yang dengan jari agar larutan tidak keluar. Setelah
berbeda. Saat larutan dan akuades suhu air sudah 40℃, stalagnometer
dimasukkan sampai di batas atas, ujung dimasukkan ke dalam air agar suhunya
bawah stalagnometer harus ditutup agar disesuaikan. Lalu setelah 5 menit,
larutan dan akuades tidak keluar lagi. stalagnometer diangkat kembali. Lalu ujung
Setelah semua cairan dimasukkan, ujung stalagnometer dibuka agar larutannya
atas stalagnometer ditutup untuk mencegah keluar. Dihitung semua tetes yang dihasilkan
larutan keluar kembali. sampai pada batas bawah. Untuk suhu 27℃,
dilakukan langkah yang sama seperti pada
Suhu air di dalam gelas beaker
suhu 40℃.
disesuaikan mulai dari 60℃, 40℃, 27℃
HASIL

Massa piknometer yang digunakan adalah 15,619 gram. Massa piknometer yang berisi
gliserin 0,5% 39,473 gram dikurang dengan piknometer kosong, sehingga didapatkan 23,854
gram, gliserin 1% piknometer yang berisi gliserin dikurang piknometer kosong (39,539 –
14,693) sehingga menghasilkan 24,846 gram, untuk gliserin 1,5% (38,838 – 15,464) sehingga
menghasilkan 24,846 gram. dan piknometer yang berisi H2O memiliki massa 39,22 dikurang
dengan piknometer kosong sehingga diperoleh 23,576 gram.

Masing masing cairan bervolume 25 ml. Dari volume yang diketahui, didapatkan
kerapakan gliserin 0,5% sebesar 0,95416 garam/ml, gliserin 1% sebesar 0,99384gram/ml,
gliserin 1,5% sebesar 0,93496 gram/ml dan H2O sebesar 0,45024 gram/ml. Dari hasil tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:

No Sampel Massa V(mL) 𝜌

1 0,5% 23,854 25 0,95416

2 1% 24,846 25 0,99384

3 1,5% 23,374 25 0,93496

4 H2O 23,578 25 0,45024

Untuk gliserin 0,5% , pada suhu 27°C jumlah tetesan dari stalaknometer yang dihasilakan
sebanyak 59 tetes dan besar tegangan permukaannya adalah 2,14599, pada suhu 40°C jumlah
tetesan bertambah menjadi 61 tetes sehinnga tengan permukaannya sebesar 2,07563, dan pada
saat suhu mencapai 60°C jumlah tetesan semakin bertambah menjadi 85 tetes sehingga
teganagan permukaannya sebanyak 1,46897.

Untuk gliserin 1%, pada suhu 27°C jumlah tetasan dari stalaknometer yang dihasilkan
sebnyak 23 tetes dan jumlah tegangan permukaannya sebesar 5,73386 , pada suhu 40°C jumlah
tetesan yang dihasilakn sebnyak 23 tetes juga sehingga tegangan permukaan yang dihasilkan
sama yaitu 5,73386, dan pada saat suhu mencapai 60°C jumlah tetesan bertambah menjadi 24
tetes dan tegangan permukaannya sebesar 5,49495.
Untuk gliserin 1,5%, pada suhu 27°C jumlah tetesan dari stalagnometer yang dihasilkan
sebanyak 24 tetes dan besar tegangan permukaanya 5,16940 , pada saat suhu 40°C jumlah
tetesan yang dihasilkan bertambah menjadi 26 tetes besar tegangan permukaanya 4,77176, dan
pada suhu 60°C tetesan semakin bertambah menjadi 30 tetes dan besar tegangan permukaanya
4,13552.

Untuk larutan pembanding yaitu H2O, pada suhu 27°C jumlah tetesann yang dihasilkan
sebanyak 23 tetes sehingga besar tegangan permukaannya 5,48232, pada saat suhunya 40°C
jumlah tetesan yang dihasilkan menjadi 26 tetes sehingga besar tegangan permukaanya 4,84974,
dan pada suhu 60°C jumlah tetesannya sebanyak 27 dan besar tegangan permukaanya 4,67012.

Dari data diatas dapat digambarkan tabel sebagai berikut:

Jumlah tetes Ɣ
No Sampel
27°C 40°C 60°C 27°C 40°C 60°C

1 0,5% 59 61 85 2,14599 2,07563 1,46897

2 1% 23 23 24 5,73386 5,73386 5,49495

3 1,5% 24 26 30 5,16940 4,77176 4,13552

4 H2O 23 26 27 5,48232 4,84974 4,67012


Grafik suhu terhadap ɣ
7,000

6,000
Tegangan Permukaan

5,000
Gliserin 1 %
4,000
H2O
3,000 Gliserin 1,5%
Gliserin 0,5 %
2,000

1,000

0
27°C 40°C 60°C

Grafik ɣ terhadap konsentrasi


6

5
Tegangan Permukaan

3
ɣ terhadap konsentrasi

0
0,5 % 1,0 % 1,5 %
Pembahasan kerapatannya sampai penuh lalu timbang
Tegangan permukaan adalah sifat kembali dan catat massanya.
dari permukaan suatu zat cair seperti selapis Pada praktikum kali ini larutan
kulit tipis yang kenyal atau lentur karena yang digunakan adalah 25 ml gliserin 0,5%,
adanya pengaruh tegangan. Pengaruh 25 ml gliserin 1%, 25 ml gliserin 1,5%, dan
tegangan tersebut dikarenakan adanya gaya air sebagai pembanding. Air memiliki
tarik-menarik antarmolekul di permukaan tegangan permukaan yang besar yang
zat cair tersebut (Indarniati dan Firda, 2008). dibandingkan gliserin karena sifat kohesi
Ada beberapa macam metode untuk antar molekul-molekul air lebih kuat
pengukuran tegangan muka dan antar muka, dibandingkan gliserin. Apabila suhu pada
yaitu: metode kenaikan kapiler, metode larutan gliserin mengalami peningkatan
cincin Du Nuoy, metode berat tetesan, dengan jalan pemanasan, maka konsentrasi
tekanan gelembung, tetesan sessile dan air dalam larutan gliserin akan mengalami
lempeng Wilhelmy. Pada praktikum kali ini, penurunan karena kemungkinan terjadi
praktikan mencoba menggunakan metode penguapan, dimana kondisi tersebut akan
berat tetes. Metode berat tetes ini menurunkan tegangan permukaan larutan
berdasarkan pada berat tetes suatu larutan gliserin secara keseluruhan.
yang jatuh dari pipa bergantung pada Pertama-tama praktikan
tegangan permukaan cairan tersebut. mengencerkan gliserin menggunakan
Sehingga metode berat tetes ini digunakan aquades 100% hingga volume mencapai 25
agar nilai tegangan permukaan dari suatu ml dengan rumus M1.V1=M2.V2. Untuk
larutan dapat diketahui. membuat larutan gliserin 0,5% praktikan
memerlukan 0,125 ml gliserin, sedangkan
Alat yang diperlukan praktikan
untuk membuat larutan glisen 1% praktikan
untuk menentukan tegangan permukaan
membutuhkan 0,25 ml gliserin, dan untuk
adalah piknometer. Piknometer digunakan
membuat larutan 1,5% praktikan
untuk mengetahui dan menentukan
memerlukan 0,375 ml gliserin untuk
kerapatan zat yang diukur dengan cara
diencerkan.
piknometer yang harus dicuci terlebih
dahulu hingga bersih dan dikeringkan lalu Selanjutnya untuk menentukan
ditimbang dan catat massanya kemudian massa larutan gliserin dan aquades
diisi dengan cairan yang akan ditentukan menggunakan cara perhitungan, massa
larutan = massa piknometer berisi larutan- gliserin 1,5% adalah 0,93496, dan aquades
massa piknometer kosong. Kemudian yakni 0,95024.
praktikan menimbang massa piknometer Sebelum dimasukkan ke dalam
kosong dan massa piknometer yang diisi stalagnometer untuk dihitung tetesannya,
penuh oleh macam-macam larutan. stalagnometer dicuci dan dikeringkan
Praktikum kali ini digunakan 3 piknometer. terlebih dahulu. Pengeringan ini
Selanjutnya praktikan menimbang membutuhkan waktu yang cukup lama
piknometer dan larutan yang digunakan. karena diameter tabung stalagnometer
Massa kosong dari piknometer 1 adalah berukuran kecil. Selanjutnya keempat jenis
15,619 gram, piknometer 2 bermassa 14,693 larutan tersebut dimasukkan ke dalam
gram, dan piknometer 3 memiliki massa stalagnometer yang berbeda. Stalagnometer
15,464. Piknometer 1 diisi penuh dengan yang digunakan berjumlah 4 buah.
larutan gliserin 0,5% dan memiliki massa Penghitungan tetesan yang pertama
39,473 gram, piknometer 2 yang terisi penuh dilakukan pada suhu 50oC dengan cara
larutan gliserin 1% bermassa 39,539 gram, mencelupkan stalagnometer ke air bersuhu
dan piknometer 3 yang terisi penuh larutan 50oC agar suhu dalam stalagnometer dapat
gliserin 1,5% memiliki massa 38,838 gram, sesuai dengan suhu air. Pengukuran suhu
sedangkan piknometer 3 yang diisi penuh cukup sulit untuk dilakukan karena pada
aquades bermassa 39,22 gram. Untuk praktikum kali ini praktikan tidak
larutan gliserin 0,5% didapat massa larutan menggunakan waterbath sehingga suhu
sebanyak 23,854 gram, untuk larutan mudah berubah.
gliserin 1% diperoleh massa sebanyak Setelah mendapat air dengan suhu
24,846 gram, massa larutan gliserin 1,5% 50oC, stalagnometer dicelup selama 5 menit,
didapat sebanyak 23,374 gram, dan untuk kemudian diangkat dan ditaruh di atas
massa aquades 23,576 gram. beaker glass dan dihitung jumlah tetesan
Sebelum menentukan besar yang jatuh sampai batas yang tertera pada
tegangan permukaan, praktikan mencari stalagnometer. Kemudian jumlah tetesan
terlebih dahulu kerapatan dari masing tersebut dicatat. Pada stalagnometer berisi
𝑚
masing zat menggunakan rumus ρ= 𝑣 . larutan gliserin 1% didapat kendala yaitu air

Didapatkan kerapatan larutan gliserin 0,5% tidak menetes dari stalagnometer tersebut.

adalah 0,9546, gliserin 1 % adalah 0,99384, Sambil menunggu tetesan tersebut, prosedur
setelahnya tetap dilanjutkan. Untuk Simpulan
menurunkan suhu menjadi 40oC,
1. Tegangan permukaan dapat dihitung
ditambahkan akuades dengan suhu kamar
dengan menggunakan metode berat
dengan tetap diamati penurunan suhunya
tetes dengan rumus:
menggunakan termometer. kemudian tetesan 𝜌 𝑣𝑔
ϒ= 𝑛 (2𝜋𝑟)
dihitung dan dicatat setelah suhu dalam
stalagnometer sesuai dengan suhu yang 2. Konsentrasi surfaktan yang diberikan

dibutuhkan. Untuk suhu 27oC, praktikan pada larutan mempengaruhi

langsung menggunakan akuades yang tidak tegangan permukaan, semakin tinggi

dipanaskan karena suhu 27oC merupakan konsentrasi maka semakin rendah

suhu kamar. tegangan permukaannya.


3. Suhu berpengaruh terhadap tegangan
Hingga percobaan pada suhu 40o,
permukaan, semakin tinggi suhu
kendala masih terjadi pada larutan gliserin
maka semakin rendah tegangan
1%. Setelah diselidiki ternyata terdapat
permukaan
sumbatan dalam pipa stalagnometer
tersebut. Hal ini baru disadari karena tabung
stalagnometer sangat kecil sehingga Daftar Pustaka
diperlukan konsentrasi yang tinggi agar hal
Calistry. 2017. Eotvos Ramsay – Shield
tersebut ditemukan. Karena itu, percobaan
relation of Surface Tension and
untuk larutan gliserin 1% diganti dengan
Temperature Calculator. Available at:
stalagnometer yang lain dan langkah-
http://calistry.org/calculate/eotvosRule
langkah percobaan diulang untuk larutan
[accessed October 3, 2017].
gliserin 1%. Setelah diganti, larutan gliserin
Giancoli., Douglass C. 2001. Fisika Jilid I.
1% tersebut dapat menetes sehingga jumlah
Jakarta: Erlangga.
tetesan dapat dicatat.
Glasstone, S. 1961. Textbook of Physical
Chemistry 2nd. New York: D. Van
Nestrand Company, Inc.
Harkins and Brown. 1919. The
determination of Surface Tension
(Free Surface Energy) and The Weight
of Falling Drops, The Surface Tension
of Water and Benzene by The
Capilarry Height Methode. Journal
Am. Chem. Soc.Vol 41: hlm 499.
Herinaldi. 2004. Mekanika Fluida. Jakarta:
Erlangga.
Indriyanti dan Firda. 2008. Perancangan
Alat Ukur Tegangan Permukaan
dengan Induksi Elektromagnetik.
Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Vol
4(1):1
Oxtoby, W.D., H.P. Gillis., Norman H.N.
Prinsip – Prinsip Kimia Modern:
Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Tang, Muhammad., Suanda Veinardi. 2011.
Pengaruh Penambahan Pealrut
Organik Terhadap Tegangan
Permukaan Sabun Larutan. Prosiding
Simposium Nasional Inovasi
Pembelajaran dan Sains 2011
(SNIPS). Vol 1(1): hlm 1
LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4


Gliserin Memasukkan air Gliserin 1% H2O

Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8


Surfaktan 1% surfaktan 1,5% Piknometer di- pengaturan suhu
Timbang

Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12


Menyesuikan Menghitung jumlah Menghitung jumlah Menghitung jumlah
Suhu piknometer tetasan surfaktan 1% tetesan surfaktan1,5% surfaktan 0,5%

Gambar 13
Menghitung jumlah
Tetesan H2O

Anda mungkin juga menyukai