Anda di halaman 1dari 10

1.

1 Modul 1
SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Skenario 1.

Pelayanan sepenuh hati demi Ibu Pertiwi

Andi sedang mendengarkan berita tentang pengelolaan kesehatan. Di Indonesia, health


system ini diatur dalam Perpres RI no 72 tahun 2012. Baru tadi pagi, Andi membaca berita online yang
pop-up di smartphone miliknya, berkaitan dengan pelayanan kesehatan di daerahnya. Seorang anak
yang dirujuk ke rumah sakit tipe A dari pusat layanan kesehatan yang lebih rendah, tidak dapat
dilayani segera karena tidak mampu bayar. Dalam berita itu juga dijabarkan secara ringkas bahwa
ternyata pasien belum mempunyai jaminan pembayaran biaya pelayanan kesehatannya yang kerap
disebut asuransi, sementara keluarganya tergolong kurang mampu. Andi berpikir apakah anak
tersebut akan mendapat pelayanan yang lebih cepat jika pemerintah berhasil mencapai target layanan
kesehatan yang menyeluruh sesuai dengan program yang sudah dicanangkan. Di beberapa daerah
bahkan kepala daerahnya telah mengintegrasikan program jaminan kesehatan daerahnya ke dalam
JKN-KIS. Andi juga mengetahui bahwa ada jenis asuransi lain seperti ASKES, InHealth, Jampersal dan
asuransi swasta lainnya.
Waktu di puskesmas tempat praktik lapangan yang dijalaninya, Andi mendengar pasien yang
mengeluhkan sulitnya mendapatkan rujukan ke dokter spesialis yang diinginkan. Petugas menjelaskan
bahwa kasus-kasus yang tidak bisa ditangani di pelayanan kesehatan lini pertama barulah
mendapatkan persetujuan untuk dirujuk ke lini kedua dan lini ketiga. Di satu sisi hal ini baik, karena
bertujuan untuk meratakan pelayanan. Akan tetapi, Andi menyaksikan sendiri bahwa tanpa
pemahaman mengenai hak dan kewajiban peserta jaminan kesehatan, demikian halnya dengan
pemberi pelayanan kesehatan, akan menimbulkan konflik.

Bagaimana Anda menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui oleh Andi? Akankah sistim kesehatan yang
akan diterapkan di Indonesia dapat memberikan layanan yang universal?

STEP 3
1. Apa isi Perpres RI no 72 tahun 2012?
Jawab:
Perpres RI no 72 tahun 2012 berisi tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN). SKN adalah
SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Komponen pengelolaan kesehatan yang disusun dalam SKN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 dikelompokkan dalam subsistem:
a. upaya kesehatan;
b. penelitian dan pengembangan kesehatan;
c. pembiayaan kesehatan;
d. sumber daya manusia kesehatan;
e. sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
f. manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; dan
g. pemberdayaan masyarakat.

2. Bagaimana pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang kurang mampu?


Jawab :
Jaminan Sosial Masyarakat (JAMKESMAS) adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan
bagi fakir miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah, diselenggarakan
oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun 2008 dan merupakan perubahan dari Program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin /JPKMM atau lebih dikenal dengan
program ASKESKIN yang diselenggarakan pada tahun 2005-2007.
Perubahan mendasar penyelenggaraan dari Program ASKESKIN ke Program JAMKESMAS
didasari atas pertimbangan untuk pengendalian biaya pelayanan kesehatan, peningkatan
mutu, transparansi dan akutabilitas penyelenggaraan program.
Kebijakan JAMKESEMAS/ASKESKIN diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan untuk
menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu
selama masa transisi pelaksanaan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (UU SJSN). Selanjutnya, penyelenggaraan akan diserahkannya kepada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesuai UU SJSN.

3. Apa manfaat asuransi kesehatan?


Jawab :
- Asuransi kesehatan bisa menjadi persiapan dalam menghadapi risiko kesehatan yang
datang tiba-tiba. Persiapan dalam bentuk hal keuangan.
- Manfaat asuransi kesehatan lainnya adalah dapat meringankan beban keuangan keluarga
- Manfaat asuransi kesehatan lain adalah dapat membantu Anda dalam mengatur
keuangan. Memiliki asuransi kesehatan mengharuskan Anda untuk bayar premi secara
rutin setiap bulannya. Hal ini akan membuat Anda dengan rutin menyisihkan penghasilan
Anda untuk membayar premi tersebut.

Manfaat asuransi kesehatan dari perawatan yang diberikan. Asuransi kesehatan memberikan
berbagai jenis perawatan yang bisa Anda dapatkan. Anda akan mendapatkan perawatan
yang sesuai dengan perjanjian pada polis.

Setiap perawatan yang tertera pada polis juga memiliki plafon atau batas untuk besaran biaya
perawatan. Plafon yang diberikan oleh pihak asuransi disesuaikan dengan besar premi yang
Anda bayarkan secara rutin setiap bulan atau di awal.

Asuransi kesehatan memberikan berbagai jenis perawatan yang bisa Anda dapatkan. Anda
akan mendapatkan perawatan yang sesuai dengan perjanjian pada polis.

Setiap perawatan yang tertera pada polis juga memiliki plafon atau batas untuk besaran biaya
perawatan. Plafon yang diberikan oleh pihak asuransi disesuaikan dengan besar premi yang
Anda bayarkan secara rutin setiap bulan atau di awal.

4. Apa program layanan kesehatan yang dicanangkan pemerintah?


Jawab :

Guna mengurangi dampak kesehatan seperti contoh di atas, Kemenkes menyelenggarakan


Program Indonesia Sehat sebagai upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berperilaku
sehat, hidup dalam lingkungan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Program Indonesia Sehat terdiri atas


1) Paradigma Sehat;
2) Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer; dan
3) Jaminan Kesehatan Nasional.
Ketiganya akan dilakukan dengan menerapkan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko (health risk).

Paradigma sehat menyasar pada


1) penentu kebijakan pada lintas sektor, untuk memperhatikan dampak kesehatan dari
kebijakan yang diambil baik di hulu maupun di hilir,
2) Tenaga kesehatan, yang mengupayakan agar orang sehat tetap sehat atau tidak menjadi
sakit, orang sakit menjadi sehat dan orang sakit tidak menjadi lebih sakit;
3) Institusi Kesehatan, yang diharapkan penerapan standar mutu dan standar tarif dalam
pelayanan kepada masyarakat, serta 4) Masyarakat, yang merasa kesehatan adalah harta
berharga yang harus dijaga.
Kementerian Kesehatan akan melakukan penguatan pelayanan kesehatan untuk tahun 2015-
2019. Penguatan dilakukan meliputi
1) Kesiapan 6.000 Puskesmas di 6 regional;
2) Terbentuknya 14 RS Rujukan Nasional; serta Terbentuknya 184 RS Rujukan regional.

Khusus untuk daerah terpencil dan sangat terpencil, di bangun RS kelas D Pratama dengan
kapasitas 50 Tempat Tidur untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan rujukan. Pada
regional Papua akan didirikan 13 Rumah Sakit Pratama. Sementara pada Regional Sumatera,
Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi akan didirikan 55 Rumah Sakit Pratama.

5. Apa tujuan integrasi program JKN-KIS?


Jawab :
dukungan Pemerintah Daerah (Pemda) terhadap keberlangsungan program JKN-KIS demi
mencapai cakupan semesta atau universal health coverage (UHC) sangatlah strategis.

6. Apa perbedaan asuransi lain dengan BPJS?


Jawab :
Untuk memberikan jaminan kesehatan kepada setiap warga negaranya, pemerintah
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang pengelolaannya
dipercayakan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Program JKN atau yang lebih dikenal dengan BPJS Kesehatan ini berlaku efektif sejak 1
Januari 2014. Kepesertaan BPJS Kesehatan bersifat wajib sebagaimana tertera dalam Perpres
No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Secara garis besar BPJS dan asuransi kesehatan memang bertujuan untuk memberikan
jaminan kesehatan kepada masyarakat. Ketika masyarakat mengalami gangguan kesehatan,
maka tak lagi dipusingkan dengan masalah biaya, karena sudah ditanggung oleh BPJS
ataupun asuransi kesehatan. Meskipun demikian, mekanisme dari kedua jaminan kesehatan
ini berbeda.
BPJS dengan asuransi kesehatan bersifat komplementer atau saling melengkapi. Jadi, meski
telah menjadi peserta BPJS kesehatan, masyarakat juga bisa memiliki asuransi kesehatan

1.nilai premi
setiap peserta bpjs dan asuransi kesehatan tentunya diwajibkan untuk membayar iuran atau
premi. Nilai iuran bpjs kesehatan tergolong murah, dan dibedakan menurut kelas layanan.
Iuran untuk kelas 1 sebesar rp59.500,-, kelas 2 sebesar rp42.500,-, dan kelas 3 sebesar
rp25.500,- per bulan.
Sementara nilai premi asuransi kesehatan cenderung mahal dan dibedakan menurut kelas
layanan juga usia. Semakin tua usia peserta, maka semakin mahal premi asuransinya. Secara
nominal, nilai premi asuransi kesehatan swasta antara yang satu dengan yang lain bisa jadi
berbeda. Namun, rata-rata mencapai Rp300.000,- hingga Rp500.000,- per bulan.

2.Sistem Layanan
Dalam hal sistem pelayanan, BPJS menggunakan sistem berjenjang dan rujukan. Untuk
memeriksakan kesehatannya, peserta harus melalui fasilitas kesehatan (faskes) tingkat
pertama lebih dulu, yaitu bisa puskesmas, klinik, atau dokter pribadi. Jika ternyata penyakit
yang diderita oleh peserta tidak bisa ditangani oleh faskes 1, baru dirujuk ke rumah sakit yang
bekerjasama. Itupun peserta tidak bisa memilih sendiri rumah sakit yang diinginkan, tetapi
tergantung pada faskes 1 yang membuat rujukan. Meski dalam kondisi darurat, peserta bisa
langsung berobat ke rumah sakit manapun, namun BPJS memberlakukan ketentuan gawat
darurat yang cukup ketat.
Pada asuransi kesehatan, sistem layanan yang diterapkan bersifat langsung. Artinya peserta
bisa berobat langsung ke rumah sakit yang diinginkan tanpa perlu rujukan. Asal rumah sakit
yang dituju telah bekerjasama dengan perusahaan asuransi yang diikuti. Dengan begitu,
peserta bisa memperoleh layanan kesehatan secara cepat

3. Batasan Plafon
Penggunaan layanan kesehatan dengan BPJS tidak dibatasi dengan plafon. Berapapun biaya
pemeriksaan dan perawatan yang dibebankan pada peserta akan ditanggung seluruhnya oleh
BPJS. Maka dari itu, peserta tak perlu lagi khawatir dengan biaya perawatan ketika
mengalami gangguan kesehatan, apapun penyakitnya. Sebaliknya, biaya perawatan pada
asuransi kesehatan dibatasi dengan plafon. Sebagai contoh peserta membeli premi asuransi
dengan plafon Rp20 juta. Jika peserta sakit dan dirawat dengan total biaya mencapai lebih
dari plafon, maka kelebihan biaya menjadi tanggungan peserta itu sendiri.

4. Batasan Usia
Peserta BPJS tidak ada batasan usia, dalam arti berapapun usia seseorang tetap bisa menjadi
peserta BPJS. Selain itu, perbedaan usia maupun gender tidak mempengaruhi besaran iuran
yang harus dibayarkan. Besar iuran tergantung pada kelas layanan yang diinginkan, kelas 1, 2,
atau 3.
Sementara pada asuransi kesehatan terdapat batasan usia. Umumnya asuransi kesehatan
menolak kepesertaan seseorang yang telah memasuki usia tidak produktif, yaitu 55 tahun ke
atas.
5. Pre Existing Condition
BPJS tidak memberlakukan pre existing condition. Hal ini dimaksudkan bahwa BPJS
menerima kepesertaan seseorang apapun kondisinya tanpa memperhatikan riwayat sakit
yang pernah diderita. Berbeda dengan asuransi kesehatan yang menerapkan pre existing
condition. Artinya, penyakit yang pernah diderita oleh peserta sebelum mengikuti asuransi
kesehatan tidak akan dijamin pembiayaannya.

7. Apa penyebab sulitnya rujukan ke dokter spesialis yang diinginkan?


Jawab :

8. Apa saja hak dan kewajiban peserta jaminan kesehatan dan pemberi layanan kesehatan?
Jawab :

A. Hak Peserta
· Mendapatkan kartu peserta sebagai identitas peserta untuk memperoleh pelayanan
kesehatan.
· Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
· Mendapatkan pelayann kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja dengan BPJS
Kesehatan, dan
· Menyampaikan keluhan / pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis kepada
BPJS Kesehatan.

B. Kewajiban Peserta

· Mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai peserta BPJS Kesehatan.


· Membayar iuran
· Memberikan data dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar
· Melaporkan perubahan data dirinya dan anggota keluarganya, antara lain perubahan
golongan, pangkat atau besaran gaji, pernikahan, perceraian, kematian, kelahiran, pindah
alamat dan pindah fasilitas kesehatan tingkat pertama.
· Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak
berhak.
· Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, BPJS berhak
untuk:
a. memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang bersumber dari
Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
b. memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program Jaminan Sosial dari
DJSN setiap 6 (enam) bulan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, BPJS berkewajiban
untuk:
a. memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;
b. mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-besarnya
kepentingan Peserta;
c. memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai kinerja, kondisi
keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya;
d. memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan UndangUndang tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional;
e. memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk mengikuti
ketentuan yang berlaku;
f. memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan hak dan
memenuhi kewajibannya;
g. memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua dan
pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; h. memberikan informasi kepada
Peserta mengenai besar hak pensiun 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; i. membentuk
cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang lazim dan berlaku umum;
j. melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam
penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan
k. melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara berkala 6
(enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

Sistem kesehatan tidak terbatas pada seperangkat institusi yang mengatur, membiayai, atau
memberikan pelayanan, namun juga termasuk kelompok aneka organisasi yang memberikan input
pada pelayanan kesehatan, terutama sumber daya manusia, sumber daya fisik (fasilitas dan alat), serta
pengetahuan/teknologi (WHO SEARO, 2000). Organisasi ini termasuk universitas dan lembaga
pendidikan lain, pusat penelitian, perusahaan kontruksi, serta serangkaian organisasi yang
memproduksi teknologi spesifik seperti produk farmasi, alat dan suku cadang.
WHO mendefinisikan sistem kesehatan sebagai seluruh kegiatan yang mana mempunyai maksud
utama untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan. Mengingat maksud tersebut di atas, maka
termasuk dalam hal ini tidak saja pelayanan kesehatan formal, tapi juga tidak formal, seperti halnya
pengobatan tradisional. Selain aktivitas kesehatan masyarakat radisional seperti promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit, peningkatan keamanan lingkungan dan jalan raya , pendidikan yang
berhubungan dengan kesehatan merupakan bagian dari sistem.
Sistem kesehatan paling tidak mempunyai 4 fungsi pokok yaitu: Pelayanan kesehatan, pembiayaan
kesehatan, penyediaan sumber daya dan stewardship/ regulator. Fungsi-fungsi tersebut akan
direpresentasikan dalam bentuk subsistem dalam sistem kesehatan, dikembangkan sesuai kebutuhan.
Masing-masing fungsi/subsistem akan dibahas tersendiri. Di bawah ini digambarkan bagaimana
keterkaitan antara fungsi-fungsi tersebut dan juga keterkaitannya dengan tujuan utama Sistem
Kesehatan.

Program ASKES
Program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikenal dengan nama Asuransi Kesehatan (ASKES)
yang dikelola oleh PT Askes Persero, hanya dikhususkan untuk memberikan jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi kalangan pegawai pemerintah.
Kalangan ini meliputi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pejabat Negara, Penerima Pensiun PNS, Penerima
Pensiun TNI/Polri, Penerima Pensiun Pejabat Negara, Veteran dan Perintis Kemerdekaan, sehingga
hanya pegawai pemerintahan saja yang bisa mendapatkan manfaatnya.

Transformasi ASKES Menjadi BPJS Kesehatan


Terbitnya Undang-undang tersebut tentang BPJS, menyebabkan ASKES dialihkan atau ditransformasi
menjadi BPJS Kesehatan, yang mulai beroperasi pada 1 Januari 2014, PT Askes (Persero) dinyatakan
bubar tanpa likuidasi.
Semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi aset dan
liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan, dan semua pegawai PT Askes (Persero)
menjadi pegawai BPJS Kesehatan.
Setelah transformasi menjadi BPJS Kesehatan selama 2 tahun semenjak peresmiannya pada tanggal 1
Januari 2014, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengerti secara jelas dan seksama
mengenai berbagai informasi berkenaan dengan perubahan program nasional fasilitas kesehatan dari
pemerintah yang satu ini.
Sesuai dengan Undang-undang No. 24 Tahun 2011 mengenai Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan mengumumkan tentang peresmian perubahan ASKES menjadi BPJS Kesehatan dan
Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Perubahan tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan di mata masyarakat mengenai program dan
fasilitas apa saja yang mengalami perubahan dan berbagai prosedur dalam proses perubahan
tersebut.
Program pemerintah dengan sistem gotong royong ini mewajibkan semua warga Indonesia untuk
mendaftar menjadi peserta.
Khusus bagi Anda yang sebelumnya telah memiliki kartu ASKES maka secara otomatis telah terdaftar
menjadi peserta BPJS. Oleh sebab itu, Anda tidak perlu lagi mendaftar ke BPJS.
Tahukah Anda bahwa fasilitas pertanggungan hanya meliputi 2 anak saja, namun dalam program
transformasinya menjadi BPJS kesehatan, kini pertanggungan anak menjadi 3.
Sehingga apabila Anda memiliki 3 anak, maka Anda dapat mendaftarkan anak Anda pada program
jaminan kesehatan dari BPJS kesehatan melalui prosedur yang ada.

[Baca Juga: Mendaftar BPJS Kesehatan]

Prosedur Penambahan Tanggungan dan Penggantian Kartu


Apabila Anda ingin mendaftarkan anak Anda yang ketiga untuk masuk dalam anggota tertanggung
BPJS Kesehatan, Anda perlu melakukan beberapa prosedur yang terbilang tidak sulit.
Anda hanya perlu memenuhi berbagai syarat diantaranya mengisi formulir yang disediakan oleh
kantor BPJS Kesehatan setempat, melampirkan fotokopi Akta Kelahiran anak Anda, fotokopi Model C
dari instansi, fotokopi Kartu Keluarga dan Slip Gaji beserta pas photo anak Anda dengan ukuran 3×4.
Jangan lupa untuk membawa Kartu Keanggotaan ASKES Anda juga saat menyerahkan berbagai
persyaratan tersebut.
Sebetulnya kartu ASKES yang Anda miliki masih dapat difungsikan sebagai kartu BPJS apabila
sewaktu-waktu Anda harus dirawat dan mengharuskan menjalani proses pengobatan.
Tetapi Anda tetap harus mengganti kartu Anda menjadi kartu BPJS. Saat ini proses penggantian kartu
ke kartu BPJS Kesehatan akan dilakukan secara bertahap, namun saat ini masih diprioritaskan untuk
TNI dan Polri.
Kelak dalam proses penggantian kartu menjadi Kartu BPJS Kesehatan, Anda hanya perlu
mengembalikan kartu sebelumnya dan menunjukkan KTP (diutamakan e-KTP) Anda ke kantor BPJS
Kesehatan terdekat sesuai domisili, sehingga Anda akan mendapatkan kartu BPJS Anda.

[Baca Juga: Daftar Operasi yang Ditanggung oleh BPJS Kesehatan]

Jenis Kepesertaan BPJS Kesehatan


Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis kepesertaan BPJS Kesehatan, yaitu sebagai berikut:

#1 Peserta BPJS PBI (Peserta Bantuan Iuran)


Ini khusus untuk warga miskin yang tidak mampu sesuai dengan kriteria dinas sosial, Peserta BPJS PBI
dibagi menjadi 2 macam, BPJS yang didanai oleh APBN dan BPJS yang didanai oleh APBD, yang
didanai oleh APBN dikenal dengan JAMKESMAS, sedangkan yang didanai oleh APBD dikenal
dengan JAMKESDA/PJKMU.

#2 Peserta BPJS Non PBI (Bukan Penerima Bantuan Iuran)


Sedangkan untuk peserta BPJS PBI dikategorikan menjadi beberapa bagian:
 Pekerja Penerima Upah (BPJS PPU), khusus untuk pegawai pemerintah maupun non
pemerintah BPJS ini bisa disebut juga sebagai peserta BPJS badan usaha atau BPJS yang
ditanggung oleh perusahaan.
 Pekerja Bukan Penerima Upah (BPJS PBPU), ini untuk Individu atau perorangan dengan
kategori, pengacara akuntan, arsitek notaris dan lain sebagainya.
 Bukan Pekerja, ini untuk golongan bukan pekerja seperti penerima pensiun, investor, maupun
veteran.

Daftar BPJS Kesehatan SEGERA (bagi Anda yang Belum Terdaftar)


Jadi, Anda tidak perlu khawatir apabila sudah menjadi pemegang kartu ASKES karena fasilitas dari
BPJS secara otomatis sudah dapat Anda rasakan. Namun, Anda tetap harus mengganti kartu
kepesertaan Anda ke BPJS Kesehatan.
Bagi Anda yang belum terdaftar dalam program pemerintah mengenai jaminan kesehatan nasional
melalui BPJS Kesehatan, segera daftarkan diri Anda secaraonline atau mendatangi kantor BPJS
Kesehatan terdekat. Prosedur pendaftaranonline dapat Anda simak melalui rubrik Finansialku
sebelumnya.

BPJS Kesehatan merupakan salah satu program pemerintah yang dapat membantu masyarakat buat
bisa berobat gratis.
Gratis di sini bukan berarti kamu sama sekali gak mengeluarkan uang ya. Pasalnya, setiap bulannya
kamu tetap diharuskan membayar iuran yang jumlahnya disesuaikan dengan tipe kelasnya.
Iuran atau premi BPJS Kesehatan yang harus dibayarkan setiap bulan juga terbilang murah dan masih
terjangkau.
Biasanya buat para pekerja, iuran bakal ditanggung oleh perusahaan. Sedangkan buat veteran dan
fakir miskin secara penuh ditanggung pemerintah.
Ibaratnya ya semacam subsidi silang gitu deh.
kartu bpjs kesehatan (pepnews)
Menurut situs resmi BPJS Kesehatan, ada tiga kelas dengan biaya iuran yang berbeda setiap
bulannya, yaitu:
 Kelas III, biaya iuran per bulan sebesar Rp 25,5 ribu.
 Kelas II, biaya iuran per bulan sebesar Rp 51 ribu.
 Kelas I, biaya iuran per bulan sebesar Rp 80 ribu.
Pembayarannya sendiri harus dilakukan secara rutin setiap bulan dan paling lambat setiap tanggal 10.
Jika kamu telat membayar, maka bakal dikenakan denda sebesar dua persen dari total iuran.
Kamu gak perlu repot mengantre di kantor BPJS Kesehatan buat melakukan pembayaran. Pasalnya,
kamu bisa membayar iurannya melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri).
Sayangnya, hingga kini cuma bank-bank tertentu aja yang telah bekerja sama dengan pihak BPJS
buat bisa melakukan pembayaran iuran via ATM. Bank yang dimaksud adalah BRI, BNI, BTN, Mandiri,
dan BCA.
Langkah-langkahnya juga terbilang mudah. Contohnya kalau lewat BRI:
 Masukan kartu ATM.
 Pilih Bahasa dan masukan PIN ATM kamu.
 Pilih menu “TRANSAKSI TUNAI” atau “PAKET TUNAI”.
 Pilih menu “TRANSAKSI LAINNYA”.
 Pilih menu “PEMBAYARAN”.
 Pilih menu “BPJS KESEHATAN”.
 Masukan kode 88888 dan tambahkan 11 digit angka kartu BPJS Kesehatan kamu dan tekan
“BENAR”.
 Setelah itu bakal muncul nama serta jumlah yang harus kamu bayar.
 Masukkan jumlah nominal yang bakal dibayar, lalu tekan “BENAR”.
 Kemudian bakal muncul konfirmasi pembayaran, tekan angka 1 dan pilih “YA”.
 Selesai.
Sebenarnya yang membedakan dari masing-masing kelas cuma buat ruang perawatan atau rawat
inap di rumah sakit aja kok. Sedangkan buat berobat atau rawat jalan, baik kelas satu maupun kelas
tiga mendapatkan fasilitas yang sama, yaitu sama-sama gratis.
Buat obat yang kamu dapat juga gak berbeda. Penyakit yang ditanggung pihak BPJS Kesehatan juga
sama.
Balik lagi, yang membedakan cuma saat rawat inap aja kok.
Pelayanan yang ditanggung oleh pihak BPJS Kesehatan meliputi:
 Konsultasi dokter.
 Pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium, radiologo (rontgen), dan lainnya.
 Obat Formularium Nasional (Fornas) maupun obat bukan Fornas.
 Bahan dan alat medis habis pakai.
 Akomodasi atau kamar perawatan.
 Biaya lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan pasien.

BPJS Kesehatan sempat membuat permasalahan dan kebingungan tersendiri di lapangan khususnya
terkait dengan karyawan perusahaan yang saat ini sudah terbiasa mendapatkan layanan asuransi
swasta dan tapi tetap harus mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan karena sifat jaminan sosial ini
sudah wajib bagi semua warga negara. Bagi perusahaan, aturan wajib ini membuat pihak perusahaan
mendapatkan beban ganda harus membayar polis BPJS Kesehatan dan juga polis asuransi swasta
yang saat ini sudah ada.
Permasalahan makin runyam manakala, klaim BPJS Kesehatan ternyata bertingkat mulai dari
pengobatan di faskes (fasilitas kesehatan ) tingkat pertama dan seterusnya (klaim berjenjang). Bagi
yang terbiasa dengan asuransi swasta tentu ini akan sangat merepotkan, misalnya saja saat peserta
asuransi sakit jantung maka dia terbiasa langsung berobat ke dokter spesialis jantung, namun jika
menggunakan BPJS Kesehatan maka dia harus berobat lebih dahulu ke dokter layanan primer baru
melakukan rujukan berjenjang. Beberapa kendala seperti ini sebenarnya sudah mendapatkan solusi
dengan adanya skema kerjasama manfaat antara asuransi swasta dan BPJS Kesehatan, atau istilahnya
adalah COB (Coordination of Benefit).
Mengenal CoB BPJS Kesehatan, Mekanisme dan Manfaatnya bagi Peserta Program

Mengenal CoB pada BPJS Kesehatan


Dalam dunia asuransi, Coordination of Benefit (CoB) berlaku bila ada kerjasama antara dua
perusahaan asuransi untuk menanggung satu nasabah yang sama agar nasabah mendapatkan
manfaat maksimal dari program asuransi yang dia pilih. Namun bukan berarti CoB merupakan usaha
nasabah untuk cari untung dengan klaim dobel, sama sekali bukan seperti itu.
CoB BPJS diharapkan jadi solusi kendala di lapangan bagi nasabah asuransi yang saat ini punya dua
produk asuransi, yaitu BPJS Kesehatan dan asuransi swasta.
Baca Juga: Pahami 5 Cara untuk Klaim Asuransi Kesehatan
Manfaat dari CoB adalah Sebagai Berikut:

Manfaat dari CoB


Nasabah yang ikut dua program asuransi, maka untuk klaim medis menjadi tanggungan BPJS
Kesehatan, namun jika melebihi plafon yang ditentukan maka biaya akan ditanggung oleh asuransi
swasta lainnya yang dia ikuti. Hanya satu asuransi swasta aja yang diperkenankan, walaupun saat ini
ada begitu banyak asuransi swasta yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Dengan adanya skema CoB, maka kesdaran masyarakat untuk ikut asuransi makin tinggi sehingga
memperluas pangsa pasar asuransi karena masyarakat makin sadar bahwa BPJS Kesehatan bisa jadi
belum mencukupi kebutuhan mereka sehingga bagi yang punya dana lebih bisa ikut tambahan
asuransi swasta. Skema CoB ini akan membuat mereka makin nyaman dalam ikut doubel program
asuransi seperti itu.
Perusahaan yang mendaftarkan karyawannya pada asuransi swasta tambahan juga akan punya nilai
tambah di mata karyawannya, proses saat ini juga mudah, cukup satu pintu melalui pembayaran dan
proses di BPJS tersebut.
Proses klaim juga semakin mudah, artinya jika peserta program BPJS Kesehatan punya CoB dengan
asuransi swasta maka saat dia sakit bisa berobat di rumah sakit yang dia pilih dengan memilih rujukan
dari rumah sakit yang kerjasama dengan asuransi swasta tersebut. Selama ini kendala peserta BPJS
Kesehatan adalah saat klaim harus melalui mekanisme rujukan berjenjang dari faskes tingkat 1 dan
seterusnya.
Dengan makin banyaknya asuransi yang bermitra dengan BPJS Kesehatan dalam bentuk CoB maka
akan memudahkan nasabah memilih layanan kesehatan yang dia inginkan sesuai dengan rujukan sakit
yang dia dapatkan.
Ilustrasi dan Prinsip yang Berlaku Pada CoB BPJS Kesehatan

Ilustrasi dan Prinsip pada CoB BPJS Kesehatan


Dengan adanya skema CoB antara BPJS dan asuransi swasta, nasabah kini tak perlu ragu lagi dengan
kendala yang ada di lapangan karena secara konsep, CoB ini memberikan kepastian bahwa BPJS
Kesehatan menjamin biaya sesuai tarif dan jika biaya melebihi plafon maka asuransi swasta yang akan
menutup kekurangan tersebut.
1. Ilustrasi kasus CoB BPJS Kesehatan
Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini contoh ilustrasi mengenai CoB BPJS Kesehatan dan
asuransi swasta:
Pak Romi sakit dan di rawat di rumah sakit dimana beliau punya 2 produk asuransi yaitu BPJS
Kesehatan dan asuransi swasta. BPJS Kesehatan punya kelas perawatan yaitu kelas 1 sedangkan disisi
lain Pak Romi juga punya fasilitas layanan rujukan spesialis untuk asuransi swasta yang dia ikuti. Pak
Romi sendiri ingin layanan VIP saat sakit.
Untuk kasus seperti di atas, Pak Romi tidak perlu rujukan bertingkat seperti yang di BPJS Kesehatan
berlaku. Dengan adanya skema CoB, Pak Romi bisa langsung ikut berobat di rumah sakit dan dokter
yang dia inginkan termasuk kelas perawatan spesialis. Biaya dari BPJS Kesehatan hanya akan
menanggung untuk kelas perawatan kelas 1, sedangkan untuk kelebihan biaya untuk layanan VIP akan
ditutup oleh asuransi swasta yang bekerja sama dengan skema CoB tersebut.
2. Ilustrasi Manfaat CoB BPJS Kesehatan dengan Asuransi Swasta
Skema CoB selain memudahkan proses klaim nasabah dalam mencari rumah sakit dan kelas
pengobatan juka lebih menjamin peserta program mendapatkan layanan tanpa perlu tambahan biaya
(sesuai dengan plafon) dengan proses yang cepat. Ilustrasi mudahnya seperti berikut ini:
Pak Joko sakit dan berobat ke rumah sakit, Dengan adanya COB BPJS Kesehatan dengan asuransi
swasta, pihak rumah sakit akan lebih mudah proses administrasi karena semua biaya berobat akan di
bayarkan oleh pihak asuransi swasta yang melakukan CoB dengan BPJS Kesehatan. Selama ini
kendala di lapangan salah satunya adalah proses tagihan rumah sakit ke pihak BPJS Kesehatan yang
butuh waktu.
Dengan adanya skema CoB, setelah semua proses biaya rumah sakit peserta program dibayarkan
oleh asuransi swasta, maka pihak asuransi yang akan melakukan klaim tagihan ke BPJS Kesehatan
sesuai kelas yang dimiliki pasien. Kelebihan biaya klaim BPJS Kesehatan itulah yang akan menjadi
tanggungan asuransi swasta. Teknisnya, pihak asuransi swasta tinggal meminta INA CBG’s ke rumah
sakit untuk proses klaim ke BPJS Kesehatan sehingga diharapkan premi bisa makin terjangkau dan
proses lebih praktis.
Beberapa kendala yang selama ini terjadi misalnya antre kamar kosong, akibat banyaknya peserta
program yang sakit serta sistem rujukan berjenjang dimana tidak semua rumah sakit/layanan
kesehatan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan juga akan teratasi dengan cepat. Beberapa
kebingungan lain juga bisa dengan mudah mendapatkan solusi dengan adanya skema CoB ini.
Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!
Bandingkan Asuransi Kesehatan Terbaik!
Bagaimana Cara Kerja Skema CoB BPJS Kesehatan dan Asuransi Swasta ini Berjalan?

Cara Kerja Skema CoB BPJS Kesehatan dan Asuransi Swasta


Cara kerja CoB BPJS Kesehatan dengan asuransi swasta memiliki prinsip dasar bahwa total manfaat
yang didapatkan nasabah tidak melebihi keseluruhan jumlah biaya pengobatan selama sakit. Jika
peserta punya lebih dari satu asuransi swasta maka yang digunakan adalah salah satu asuransi swasta
saja. Koordinasi manfaat ini digunakan untuk kondisi rawat inap tingkat lanjut sesuai indikasi medis
dan di luar kasus non dokter spesialis.
Kemudahan yang diberikan salah satunya mengenai administrasi pembayaran premi bisa dilakukan
pada BPJS Kesehatan saja, tidak perlu melalui penyelenggara asuransi kesehatan swasta tersebut.
Ada dua kondisi proses klaim dengan skema CoB ini yaitu:
1. Klaim kesehatan yang dilakukan asuransi swasta ke BPJS Kesehatan terkait biaya perawatan hanya
akan dibayarkan sebesar tarif INA CBG`s rumah sakit kelas C di regionalnya. Jika klaim kurang dari
nilai itu maka akan dibayarkan sesuai kelas tersebut.
2. Klaim kesehatan yang dilakukan asuransi swasta ke BPJS Kesehatan melebihi kelas tersebut maka
BPJS Kesehatan hanya membayarkan maksimal sesuai plafon asuransi kesehatan swasta tersebut
(sesuai kelasnya).
Nasabah asuransi yang juga peserta BPJS akan lebih mudah dan murah dalam membayar premi
karena adanya integrasi manfaat dan fasilitas yang dilakukan BPJS Kesehatan dengan asuransi swasta
dalam skema CoB tersebut.
Baca Juga: Ini Dia Pilihan Asuransi Kesehatan yang Cocok untuk Wanita

Skema CoB untuk Memaksimalkan Manfaat BPJS dan Asuransi Swasta


Adanya beberapa perubahan kebijakan dan teknis pelaksanaan di lapangan yang sering membuat
peserta program BPJS Kesehatan dan asuransi swasta hendaknya disikapi dengan positif.
Bagaimanapun asuransi swasta tetap diperlukan bagi yang bisa membayar lebih. Dengan adanya
skema CoB yang makin bagus tersebut maka diharapkan tidak terjadi kendala lagi di lapangan,
sehingga peserta program semakin nyaman dalam mendapatkan manfaat dari dua program asuransi
tersebut.

Di era program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia (Mandiri
Inhealth) menawarkan mekanime Coordination of Benefit (COB) dalam skim JKN oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Artinya perusahaan ini menjanjikan tambahan
manfaat yang sudah ada di BPJS Kesehatan lewat fasilitas kecepatan dan kenyamanan. Direktur
Utama Mandiri Inhealth, Iwan Pasila saat Konferensi Pers Hari Ulang Tahun ke-7 mengungkapkan,
seiring transformasi PT Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan, perusahaan harus mengikuti irama
tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Operasional Mandiri Inhealth, Wahyu Handoko mengakui,
perusahaan ingin mengubah tantangan menjadi peluang, sehingga diterapkan mekanisme koordinasi
manfaat (COB).
Dengan mekanisme COB, korporasi dapat mengurangi dampak pembayaran ganda (double payment)
atas pertanggungan karyawan karena sebagian klaim dapat ditanggung dalam skim JKN. Skim
managed care ini merupakan bisnis inti sejak awal pendirian Mandiri Inhealth pada 2008. "Kami
melihat ruang yang ada di dalam JKN, yakni dengan memberikan kecepatan dan kenyamanan lain.
Sebab tidak ada asuransi yang bisa melawan BPJS Kesehatan, wong dari ujung kepala sampai ujung
kaki, penyakit panas, kadas, kurap sampai ganti organ ditanggung," paparnya. Wahyu menyebut,
fasilitas managed care atau COB menyasar target pasar institusi yang mempunyai kemampuan lebih
untuk alokasi anggaran kesehatan karyawannya.
Sebagai contoh, perusahaan yang selama ini mengalokasikan anggaran kesehatan 10 persen,
sementara kewajiban BPJS Kesehatan 6 persen dan sisanya 4 persen dikelola asuransi
komersial. "Dana 4 persen inilah yang kami mau garap. Karena BPJS memang bagus, tapi hanya saja
namanya standar, tentu pekerjaan rumahnya kenyamanan dan kecepatan. Kalau antre ke puskesmas,
dokter keluarga kan perlu waktu dan produktivitas terganggu, jadi kami bisa memberikan alternatif
lebih eksklusif," terang Wahyu.
Menurutnya, produk kesehatan Mandiri Inhealth ada 4 jenis, yakni kategori silver, gold, platinum dan
diamond. Untuk kategori silver, tetap harus ada rujukan dokter klinik, bukan puskesmas. Namun
provider yang bekerjasama dengan perusahaan bisa memberikan waktu konsultasi lebih cepat.

"Untuk gold, bisa langsung ke spesialis anak, kandungan, THT atau mata. Sementara platinum, tanpa
rujukan sama sekali, jadi klien bisa langsung ke rumah sakit atau spesialis. Sedangkan katgeori
diamond, kami akan menjamin klaim kesehatan sampai ke luar negeri," jelas Wahyu. Plt Komisaris
Utama Mandiri Inhealth, Rico Usthavia Frans menyebut, produk managed care perusahaan tidak
membatasi limit klaim peserta, termasuk mengatur rumah sakit mana yang bisa menjadi rujukan
kesehatan. "Kami managed prosesnya, tanpa dibatasi mau sakit apa dan rumah sakit mana saja. Sakit
apapun dan di manapun kami layani atau tanggung. Jadi kami memberikan kenyamanan lebih di atas
BPJS Ketenagakerjaan," pungkasnya.

Anda mungkin juga menyukai