Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Nama : Bayu Nur Avianto Tahun Ajaran : 2019/2020

NIM : 18417141033 Nama Dosen : Hardian Wahyu Widianto, S.Sos.,


MPA
Prodi : Administrasi Publik Mata Kuliah : Administrasi Pemerintahan Daerah

Semester : Semester 3 Hari, Tanggal :-

Kelas : Administrasi Publik B 2018 Waktu :-

Desentralisasi: Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik

Apakah pelayanan public dapat mencerminkan keberhasilan desentralisasi? Pelayanan public


lekat hubungannya dengan persoalan-persoalan bagaimana cara-cara yang tepat untuk memecahkan suatu
permasalahan yang ada di masyarakat. Lalu sebagai penganut system desentralisasi secara tidak langsung,
Indonesia sudah membuka ‘pintu gerbang’ kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan-pelayanan yang
sudah ada. Desentralisasi merupakan elemen penting dalam meningkatkan kemampuan negara untuk
memberikan pelayanan yang lebih efektif dan responsif. Sampson & Menor mengatakan bahwa esensi
pelayanan adalah suatu proses yang terdiri dari tindakan, interaksi, aktifitas penting untuk menyampaikan
jasa kepada pelanggan, dimana dalam penyampaiannya ini terdapat tujuan menghasilkan keuntungan
(2011). Lalu di dalam dinamika masyarakat yang ada, pelayanan public dapat dianggap sangat vital
keberadaannya. Sebab melalui pelayanan public, masyarakat lebih mudah dalam menyampaikan aspirasi,
keluhan, bahkan kritik terhadap pemerintahan terkait. Pelayanan terhadap public juga merupakan bentuk
perhatian dari pemerintah kepada masyarakatnya. Namun di sisi yang lain, pelayanan public yang
diberikan pemerintah justru mengalami penurunan kualitas.

Dalam negara desentralisasi mempunyai ciri-ciri kewenangan dilimpahkan ke otonom. Lalu


pemerintah daerah akan membuat kebijakan dengan tujuan memecahkan segala permasalahan yang
terjadi pada daerah tersebut. Sebagaimana dikemukakan Hoessein, Otonomi daerah merupakan
wewenang untuk mengatur urusan pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi
masyarakat setempat untuk memecahkan berbagai masalah dan pemberian layanan yang bersifat lokalitas
demi kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Desentralisasi dapat pula disebut otonomisasi,
otonomi daerah diberikan kepada masyarakat dan bukan kepada daerah atau pemerintah daerah (2001).
Seperti yang sudah diterapkan di Yogyakarta, pada tahun 2018 Pemerintah Kota Yogyakarta telah
meluncurkan system pelayanan public berbasis aplikasi yang bernama Jogja Smart Service. Dalam Jogja
Smart Service, telah di fasilitasi beberapa fitur pelayanan publik seperti: laporan pengaduan masyarakat,
berita terkini, kedaruratan, layanan umum, data dan informasi, BUMD, event dan masih banyak lagi.
Pelayanan seperti ini sangat mudah dan lebih efektif. Menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas
Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Yogyakarta, Tri Hastono yang dikutip dari
antaranews.com, JSS dibangun agar masyarakat mudah memperoleh berbagai informasi tentang
Pemerintah Kota Yogyakarta hingga penyampaian aduan atau permintaan layanan kedaruratan. JSS dapat
diakses melalui web resmi ataupun melalui aplikasi. Jadi masyarakat akan semakin mudah dalam
menyampaikan aspirasi.

Lalu di sisi lain desentralisasi justru akan membuka kesempatan untuk melakukan tindakan yang
dapat merugikan negara ataupun rakyat. Desentralisasi dapat menimbulkan euforia berlebihan apabila
kewenangan tersebut disalahgunakan untuk kepentingan golongan, kelompok tertentu, atau kepentingan
pribadi seperti pengelolaan keuangan, makin membesarnya dana yang dikelola oleh pemerintah daerah
ternyata ada kecenderungan dibelanjakan untuk kepentingan para elite daerah. Kumorotomo (1994:24)
menyebutkan bahwa, “Para birokrat sangat memerlukan kepekaan etika, agar dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian, jelaslah, bahwa pelaksanaan tugas pelayanan publik,
hanya akan berjalan dengan baik, apabila didukung oleh moral dan etika, serta sikap dan tindakan
aparatur yang professional, dalam pelaksanaan tugas”. Tindak pidana korupsi akibat cara mengelola
pelayanan public yang salah kerap ditemukan di Indonesia. Seperti yang belum lama ini yaitu kasus
korupsi E-KTP oleh Setya Novanto. Kasus tersebut bisa dikatakan salah satu kasus korupsi terbesar yang
ada di Indonesia. Kerugian negara akibat korupsi KTP Elektronik ini tebilang sangat besar yakni sebesar
Rp. 2,3 triliun dari total dana proyek yang dianggarkan sebesar Rp. 5,9 triliun. Artinya hampir 50% dana
proyek KTP Elektronik ini telah dikorupsi. Selain itu fenomena pelayanan publik oleh birokrasi
pemerintah sarat dengan permasalahan, misalnya prosedur pelayanan yang bertele-tele, ketidakpastian
waktu dan harga yang menyebabkan pelayanan menjadi sulit dijangkau secara wajar oleh masyarakat.
Pelayanan public yang baik akan mencerminkan keberhasilan desentralisasi. Pelayanan yang baik
dan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa publik, sangat penting dalam upaya mewujudkan kepuasan
pengguna jasa public. Selain memuaskan public, pelayanan public yang baik akan mewujdkan good
governance. Pelayanan publik menjadi tolok ukur keberhasilan pelaksanaan tugas dan pengukuran kinerja
pemerintah melalui birokrasi. Desentralisasi yang positif membutuhkan kelembagaan lokal yang efektif
yang dapat membuat pemerintah daerah berdaya untuk merespon kepentingan konstituen mereka
(Andersen, Gibson & Lehoucg, 2006). Di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik dalam bagian menimbang butir b dinyatakan: Bahwa membangun kepercayaan
masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan
yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang
peningkatan pelayanan publik. Jogja Smart Service akan memudahkan masyarakat khususnya masyrakat
Yogyakarta dalam menyampaikan aspirasi ataupun kritik terhadap pemerintah terkait. Iqbaria (1994),
Nelson (1996), Luthans (1995) juga menyebutkan bahwa secara individu maupun kolektif penerimaan
penggunaan dapat dijelaskan dari variasi penggunaan suatu sistem, karena diyakini penggunaan suatu
sistem yang berbasis TI dapat mengembangkan kinerja individu atau kinerja organisasi. Apalagi di era
industry 4.0 saat ini semuanya serba cepat. Pelayanan public yang berbasis modern juga akan mencegah
maladminitrasi yang dilakukan dengan cara tradisional.

Dalam prakteknya, desentralisasi terutama masalah pelayanan public menuai pro dan kontra. Di
sebagian besar negara, layanan publik disediakan oleh negara, melalui departemen pemerintah dan
lembaga khusus, sementara ketentuan sektor swasta menjadi semakin umum di semua bidang penyediaan
layanan sebagai akibat dari gagalnya system birokrasi. Pemberian layanan publik bukan lagi hak
prerogatif eksklusif lembaga-lembaga negara di pemerintahan pusat dan lokal, tetapi melibatkan
kombinasi aktor negara dan swasta, dan semakin banyak organisasi masyarakat sipil yang secara langsung
terlibat dalam pemberian layanan. Jadi harapannya, pemerintah daerah kedepan semakin berinovasi lebih
dalam memberikan pelayanan publiknya. Sehingga akan menciptakan iklim masyarakat yang baik. Selain
itu dalam mewujudkan good governance, perlu adanya kerjasama yang baik antara masyarakat dan
pemerintah terkait. Moral, etika, serta profesionalitas wajib dimiliki oleh birokrasi dalam memberikan
pelayanan public, sehingga pelanggaran-pelanggaran oleh birokrat dapat dicegah.
Referensi

Robinson, Mark. 2007. Does Decentralisation Improve Equity and Efficiency in Public Service Delivery
Provision? IDS Bulletin. Volume 38 Number 1 January 2007.

Deputi Bidang Polhankam Bappenas. PELAYANAN PUBLIK DI ERA DESENTRALISASI: Studi


Tentang Variasi Cakupan dan Peranan Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Publik.

Rinaldi, Rudi. 2012. ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Studi pada Biro Umum
Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Utara). Vol. 1, No.1, Juni 2012.

Maryam, Neneng Siti. 2016. MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE MELALUI PELAYANAN


PUBLIK. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi. Volume VI No. 1 / Juni 2016.

Ekawati, Sulistya. 2017. BENARKAH DESENTRALISASI MENINGKATKAN PELAYANAN


PUBLIK? (STUDY PERSEPSI PERUSAHAAN KEHUTANAN TERHADAP PELAYANAN
PEMERINTAH SEBELUM DAN SETELAH DESENTRALISASI). LIPI. Vol. 14 No.1, Mei 2017: 79-
92.

Holle, Erick S. 2011. PELAYANAN PUBLIK MELALUI ELECTRONIC GOVERNMENT: UPAYA


MEMINIMALISIR PRAKTEK MALADMINISTRASI DALAM MENINGKATAN PUBLIC SERVICE.
Jurnal Sasi. Vol.17 No.3 Bulan Juli-September 2011.

Rahadi, Dedi Rianto. 2007. PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENINGKATAN


PELAYANAN DI SEKTOR PUBLIK. ISSN: 1978 – 9777

Mindarti, Lely Indah. 2016. MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK (Menuju Tata Kelola yang Baik).
Malang. UB Press

Rusqiyati, Eka Arifa. 2019. Yogyakarta targetkan 50 persen warga unduh Jogja Smart Service.
Antaranews.com Diakses di https://www.antaranews.com/berita/811649/yogyakarta-targetkan-50-persen-
warga-unduh-jogja-smart-service pada Sabtu, 26 Oktober 2019 pukul 19.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai