Lalu di sisi lain desentralisasi justru akan membuka kesempatan untuk melakukan tindakan yang
dapat merugikan negara ataupun rakyat. Desentralisasi dapat menimbulkan euforia berlebihan apabila
kewenangan tersebut disalahgunakan untuk kepentingan golongan, kelompok tertentu, atau kepentingan
pribadi seperti pengelolaan keuangan, makin membesarnya dana yang dikelola oleh pemerintah daerah
ternyata ada kecenderungan dibelanjakan untuk kepentingan para elite daerah. Kumorotomo (1994:24)
menyebutkan bahwa, “Para birokrat sangat memerlukan kepekaan etika, agar dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian, jelaslah, bahwa pelaksanaan tugas pelayanan publik,
hanya akan berjalan dengan baik, apabila didukung oleh moral dan etika, serta sikap dan tindakan
aparatur yang professional, dalam pelaksanaan tugas”. Tindak pidana korupsi akibat cara mengelola
pelayanan public yang salah kerap ditemukan di Indonesia. Seperti yang belum lama ini yaitu kasus
korupsi E-KTP oleh Setya Novanto. Kasus tersebut bisa dikatakan salah satu kasus korupsi terbesar yang
ada di Indonesia. Kerugian negara akibat korupsi KTP Elektronik ini tebilang sangat besar yakni sebesar
Rp. 2,3 triliun dari total dana proyek yang dianggarkan sebesar Rp. 5,9 triliun. Artinya hampir 50% dana
proyek KTP Elektronik ini telah dikorupsi. Selain itu fenomena pelayanan publik oleh birokrasi
pemerintah sarat dengan permasalahan, misalnya prosedur pelayanan yang bertele-tele, ketidakpastian
waktu dan harga yang menyebabkan pelayanan menjadi sulit dijangkau secara wajar oleh masyarakat.
Pelayanan public yang baik akan mencerminkan keberhasilan desentralisasi. Pelayanan yang baik
dan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa publik, sangat penting dalam upaya mewujudkan kepuasan
pengguna jasa public. Selain memuaskan public, pelayanan public yang baik akan mewujdkan good
governance. Pelayanan publik menjadi tolok ukur keberhasilan pelaksanaan tugas dan pengukuran kinerja
pemerintah melalui birokrasi. Desentralisasi yang positif membutuhkan kelembagaan lokal yang efektif
yang dapat membuat pemerintah daerah berdaya untuk merespon kepentingan konstituen mereka
(Andersen, Gibson & Lehoucg, 2006). Di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik dalam bagian menimbang butir b dinyatakan: Bahwa membangun kepercayaan
masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan
yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang
peningkatan pelayanan publik. Jogja Smart Service akan memudahkan masyarakat khususnya masyrakat
Yogyakarta dalam menyampaikan aspirasi ataupun kritik terhadap pemerintah terkait. Iqbaria (1994),
Nelson (1996), Luthans (1995) juga menyebutkan bahwa secara individu maupun kolektif penerimaan
penggunaan dapat dijelaskan dari variasi penggunaan suatu sistem, karena diyakini penggunaan suatu
sistem yang berbasis TI dapat mengembangkan kinerja individu atau kinerja organisasi. Apalagi di era
industry 4.0 saat ini semuanya serba cepat. Pelayanan public yang berbasis modern juga akan mencegah
maladminitrasi yang dilakukan dengan cara tradisional.
Dalam prakteknya, desentralisasi terutama masalah pelayanan public menuai pro dan kontra. Di
sebagian besar negara, layanan publik disediakan oleh negara, melalui departemen pemerintah dan
lembaga khusus, sementara ketentuan sektor swasta menjadi semakin umum di semua bidang penyediaan
layanan sebagai akibat dari gagalnya system birokrasi. Pemberian layanan publik bukan lagi hak
prerogatif eksklusif lembaga-lembaga negara di pemerintahan pusat dan lokal, tetapi melibatkan
kombinasi aktor negara dan swasta, dan semakin banyak organisasi masyarakat sipil yang secara langsung
terlibat dalam pemberian layanan. Jadi harapannya, pemerintah daerah kedepan semakin berinovasi lebih
dalam memberikan pelayanan publiknya. Sehingga akan menciptakan iklim masyarakat yang baik. Selain
itu dalam mewujudkan good governance, perlu adanya kerjasama yang baik antara masyarakat dan
pemerintah terkait. Moral, etika, serta profesionalitas wajib dimiliki oleh birokrasi dalam memberikan
pelayanan public, sehingga pelanggaran-pelanggaran oleh birokrat dapat dicegah.
Referensi
Robinson, Mark. 2007. Does Decentralisation Improve Equity and Efficiency in Public Service Delivery
Provision? IDS Bulletin. Volume 38 Number 1 January 2007.
Rinaldi, Rudi. 2012. ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Studi pada Biro Umum
Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Utara). Vol. 1, No.1, Juni 2012.
Mindarti, Lely Indah. 2016. MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK (Menuju Tata Kelola yang Baik).
Malang. UB Press
Rusqiyati, Eka Arifa. 2019. Yogyakarta targetkan 50 persen warga unduh Jogja Smart Service.
Antaranews.com Diakses di https://www.antaranews.com/berita/811649/yogyakarta-targetkan-50-persen-
warga-unduh-jogja-smart-service pada Sabtu, 26 Oktober 2019 pukul 19.30 WIB