Halusinasi Roleplay
Halusinasi Roleplay
Dosen pengampu
DISUSUN OLEH:
TAHUN 2016
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering
berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat
tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu.
Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien
terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab
pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap
halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang
menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal, juga
pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang
diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita
dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi
juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan
persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan
dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada
pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan
dengan penggunaan alcohol dan substansi lingkungan. Halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal
tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara (Kusumawati, 2010).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009)
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari
suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon
terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Halusinasi, atau salah persepsi indrawi yang tidak berhubungan dengan
stimulus eksternal yang nyata, mungkin melibatkan salah satu dari lima indra.
(Townsend, 2002)
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi
di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien
melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang
nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar
suara, terutamanya suara–suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Faktor Presipitasi
1. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut
Rawlinsh Heacock, 1993 mencoba mememcahkan masalah halusinasi berlandaskan
atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar
unsur bio, psiko, sosial, spiritual. Sehingga dapat dilihat dari 5 dimensi:
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alcohol, dan
kesulitan tidur dalam waktu lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi isi
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri melawan impuks yang
menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup di alam nyata sangat membahayakan. Klien asik
dengan halusinasinya, seolah-olah dia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan
agar interaksi sosial, control diri, dan haarga diri yang tidak didapatkan dalam dunia
nyata. Isi halusinasi dijadikan system control oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain cenderung untuk itu.
Aspek penting dalam melakukan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan
suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan,
serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan berupaya secara spiritual untuk menyucikan
diri.
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001).Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif.Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi
dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus
tersebut tidak ada.
Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal
mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang
disebut sebagai ilusi.Pasien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap
stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.Rentang respon
halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Kadang pikiran terganggu Gangguan proses pikir/ delusi.
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Emosi berlebihan atau kurang Tidak mampu mengalami emosi
Perilaku sesuai Perilaku yang tidak biasa Perilaku tidak terorganisir
Hubungan Positif Menarik Diri Isolasi social
E . Jenis-jenis Halusinasi
Jenis-jenis Halusinasi menurut Buku Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (W.F Maramis):
1. Halusinasi penglihatan (visual optic): tak berbentuk atau sinar, kilapan atau pola
cahaya atau berbentuk orang, binatang atau barang lain yang dikenalnya, berwarna
atau tidak.
2. Halusinasi pendengaran (auditif, acustic): suara manusia, hewan atau mesin, barang,
kejadian alamiah dan musik.
3. Halusinasi pencium (olfactoric): mencium sesuatu bau.
4. Halusinasi pengecap (gustactori): merasa/mengecap sesuatu.
5. Halusinasi peraba (tactil): merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada
ulat bergerak dibawah kulitnya.
6. Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota
badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau “panthom limb”).
7. Halusinasi viseral: perasaan timbul didalam tubuhnya.
8. Halusinasi hipnagogic: terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum
tertidur persepsi sensori bekerja salah.
9. Halusinasi hipnopompic: seperti pada nomor 8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun
sama sekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatoric dalam
impian yang normal.
10. Halusinasi histeric: timbul pada nerosa histeric karena konflik emosional.
F. Tahap-tahap Halusinasi
Menurut kusumawati, farida , 2011
Fase pertama disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan.Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stres, cemas, perasaan
perpisaan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan yang tidak dapat diselesaikan. Klien
mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong
sementara. Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon ferbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
Fase kedua disebut juga dengan fase condemning atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikkan. Termasuk kedalam psikotik ringan.Karakteristik : pengalaman sensori
menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi
dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan
ia tetap dapat mengiontrolnya. Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda system saraf
otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
Fase ketiga adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa.Termasuk dalam gangguan psikotik.Karakteristik : bisikan, suara, isi
halusinasi, semakin meninjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan
tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi,
rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
Fase ke empat adalah fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
control dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku
klien : perilaku terror akibat panic, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien halusinasi resiko menciderai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang
digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan
orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk
(displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang
logis (rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke
objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medis ( Psikofarmako) menurut Yosep, 2009 yaitu :
1) Chlorpromazine
a) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu.
Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan
perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan
kegiatan rutin.
b) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system ekstra
pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut kering,
kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung.
- Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome
parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan
kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system
saraf pusat), gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi
klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam hari saja.
2) Haloperidol (HLP)
a) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di
otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi dan inhibisi psikomotor
- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
d Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan
kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system
saraf pusat), gangguan kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM
pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau
3x5 mg.
3) Trihexyphenidil (THP)
a) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca
encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa
penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
b) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik
lainnya.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik
yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut
sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.
f) Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok (TAK)
Terapi Aktifitas Kelompok.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui dan didapatkan adalah:
a. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif dapat
dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat
mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis Data objektif Data subjektif
halusinasi
Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara atau
dengar Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
Menyedengkan telinga kearah Mendengar suara yang
tertentu bercakap-cakap
Menutup telinga Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya
Halusinasi Menunjuk-nunjuk kearah Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan tertentu bentuk geometris, bentuk
Ketakutan pada sesuatu kartoon, melihat hantu atau
Yang tidak jelas monster
Halusinasi Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan sperti bau
penghidu membaui bau-bauan tertentu darah, urin, feces, kadang-
Menutup hidung kadang bau itu menyenangkan
Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seprti darah,
pengecapan Muntah urin atau feces
Halusinasi Menggaruk-garuk permukaan Mengatakan ada serangga
Perabaan kulit dipermukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik
b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika
mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi apakah terus menerus atau hanya
sekal-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu.
Hal ini dilakukan untuk menetukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya dapat direncanakan frekuensi tindakan
untuk mencegah terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul.
Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien.
Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
2. Pohon masalah
(Akibat)
(Masalah Utama)
(Penyebab)
(Akibat)
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b. Isolasi sosial
c. menarik diri
d. Resiko periaku mencederai diri
c. Tindakan keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi dapat melakukannya dengan cara
berdiskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusiansi muncul
dan respon pasien saat muncul.
5. Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang
sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan yang masih di
butuhkan dan sesuai dengankondisi klien saat ini.
6. Strategi Pelaksanaan
Halusinasi Pasien Keluarga
Sp1 p SP 1 k
Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien Mendiskusikan masalah yang
Mengidentifikasi isi halusinasi pasien dirasakan keluarga dalam
Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien merawat pasien
Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien Menjelaskan pengertian, tanda
Mengidentifikasi situasi yang menimbulkandan gejala halusinasi, dan jenis
halusinasi halusinasi yang dialami pasien
Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi beserta proses terjadinya.
Mengajarkan pasien menghardik halusinasi Mejelaskan cara-cara merawat
Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardikpasien halusinasi
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
SP II p SP II k
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Melatih keluarga
2. Melaih pasien mengendalikan halusinasi dengan caramempraktekkan cara merawat
bercakap-cakap dengan orang lain. pasien dengan halusinasi
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal Melatih keluaraga melakukan
kegiatan harian cara merawat langsung kepada
pasien halusinasi
SP III k
Membantu keluarga membuat
SP III p jadwal kegiatan aktifitas di
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien rumah termasuk minum obat
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan Menjelaskan follow up pasien
melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukansetelah pulang
pasien)
Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan
harian
SP IV p
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan
harian
7. Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A: analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah masih
ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah yang masih
ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI
Klien bernama Tn. Z, Status perkawinan duda, tidak bekerja. Tn. Z masuk
ruang Antareja pada dengan diagnosa Medis Schizophrenia Paranoid. Data yang diperoleh
berasal dari klien, perawat ruangan dan catatan rekam medik klien. Klien masuk RS Jiwa
Grogol diantar oleh keluarganya dengan alasan klien sering marah-marah tanpa sebab,
berbicara dan senyum sendiri, merusak alat-alat rumah tangga, curiga, dan mudah
tersinggung. klien pernah mangalami gangguan jiwa dan sering dirawat di Rumah Sakit
Jiwa, perawatan terakhir di Rumah Sakit Jiwa Grogol pada tahun 2009. Namun klien tidak
pernah kontrol dan keluarga tidak mampu memotivasi klien untuk minum obat sehingga klien
mengalami putus obat sejak 1 tahun yang lalu
Klien adalah seorang yang tamat pendidikan SMA dan saat berusia 38 tahun klien dipecat
dari pekerjaannya sebagai buruh. Saat itu istrinya menggantikan posisinya untuk mencari
nafkah tetapi saudara-saudara iparnya seringkali menghinanya dan berselisih paham dengan
klien. Klien seringkali mencurigai istrinya menjalin hubungan dengan pria lain dan seringkali
bertengkar sehingga istri klien meninggalkan klien serta membawa anaknya.
Klien mengatakan malas berbicara dengan teman-teman yang lain karena tidak tahu mau
berbicara apa. Klien terlihat menyendiri dan jarang berinteraksi dengan teman-teman yang
lainnya. Saat berinteraksi klien terlihat berintonasi pelan dan kontak mata klien ada tapi tidak
bertahan lama, terkadang klien tersenyum sendiri dan terkadang wajah klien nampak sedih.
Penampilan klien rapih, baju bersih, tidak tercium bau tidak sedap dari tubuhnya, rambut
klien terlihat rapih, gigi klien terlihat bersih, mulut klientidak bau kuku klien terlihat pendek
dan bersih.
Pada bab ini kelompok akan menguraikan asuhan keperawatan yang dilaksanakan
ada Tn. Z dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi penglihatan dan pendengaran di
Ruangan Antareja Rumah Sakit Jiwa Grogol Selama 1 minggu mulai dari tanggal 1-7 Mei
2012.
A. Pengkajian
Hasil pengkajian yang kelompok lakukan diruangan Antareja Rumah Sakit Jiwa
Grogol adalah sebagai berikut :
1. Identitas Klien
Klien bernama Tn. Z, Jenis kelamin laki-laki, berusia 47 tahun, suku jawa, agama
islam, pendidikan tamat SMA, Status perkawinan duda, tidak bekerja dan bertempat
tinggal di JL. Pondok Laras No.3 Ciomas, Bogor. Tn. Z masuk ruang Antareja pada
tanggal 20 April 2012, No. RM. 122011, dengan diagnosa
Medis Schizophrenia Paranoid. Data yang diperoleh berasal dari klien, perawat
ruangan dan catatan rekam medik klien.
2. Alasan Masuk
Klien masuk RS Jiwa Grogol diantar oleh keluarganya dengan alasan klien sering
marah-marah tanpa sebab, berbicara dan senyum sendiri, merusak alat-alat rumah
tangga, curiga, dan mudah tersinggung. Sedangkan data dari klien sendiri adalah klien
mengatakan sering mendengar suara dan melihat bayangan ibunya yang sudah
meninggal.
3. Faktor Predisposisi
Dari data yang kelompok dapatkan mengenai Tn. Z adalah bahwa klien pernah
mangalami gangguan jiwa dan sering dirawat di Rumah Sakit Jiwa, perawatan terakhir
di Rumah Sakit Jiwa Grogol pada tahun 2009. Namun klien tidak pernah kontrol dan
keluarga tidak mampu memotivasi klien untuk minum obat sehingga klien mengalami
putus obat sejak 1 tahun yang lalu. Klien juga tidak pernah mengalami aniaya fisik,
seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal baik sebagai
pelaku, korban maupun saksi. Masalah keperawatan yaitu penatalaksanaan regimen
tidak efektif, koping keluarga tidak efektif dan risiko prilaku kekerasan.
Data yang kelompok dapatkan saat pengkajian tanggal 1 Mei 2012 adalah klien pernah
mengalami gangguan jiwa sebelumnya maupun pengobatan di masa lalu. Tidak terdapat
anggota keluraga klien yang mengalami gangguan jiwa.
Klien adalah seorang yang tamat pendidikan SMA dan saat berusia 38 tahun klien
dipecat dari pekerjaannya sebagai buruh. Saat itu istrinya menggantikan posisinya
untuk mencari nafkah tetapi saudara-saudara iparnya seringkali menghinanya dan
berselisih paham dengan klien. Klien seringkali mencurigai istrinya menjalin hubungan
dengan pria lain dan seringkali bertengkar sehingga istri klien meninggalkan istri klien
serta membawa anaknya. Masalah keperawatan yaitu Harga diri rendah dan Risiko
prilaku kekerasan.
4. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80 x/menit,
suhu 37,1°C, RR 18x/menit dan hasil pengukuran berat badan 60 Kg dan tinggi
170 cm. Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang klien rasakan.
5. Psikososial
Pola asuh klien yaitu pada masa kanak-kanak klien dimanja oleh ibunya sehingga
keputusan yang akan diambil oleh klien selalu meminta persetujuan dari ibunya.
Sebelum ibunya meninggal klien merupakan orang yang terbuka dengan masalahnya
sehingga pada saat ibunya meninggal klien merasa sangat sedih dan klien menjadi
tertutup karena klien merasa tidak ada yang mengerti tentang klien selain ibunya.
Masalah keperawatan yaitu isolasi sosial.
Tn. Z mengatakan bagian yang disukai dari tubuhnya adalah potur tubuhnya yang
tinggi. Klien nampak tinggi 170 cm dengan tubuh kurus dan rambut
pendek/cepak. Klien dapat menyebutkan identitas dirinya, klien mengatakan namanya
Tn.Z, usianya 47 tahun. Klien merasa puas dengan status sebagai laki-laki. Dirumah
klien berperan sebagai seorang ayah dari satu orang anak. Klien mengatakan sedih
karena klien tidak dapat memberikan nafkah pada istri dan anaknya. Dan peran di RS
klien mengatakan dirinya adalah sebagai pasien.Klien mengatakan ingin cepat pulang
dan menjemput kembali istri dan anaknya dan berkerja agar dapan menafkahi
mereka. klien mengatakan malu kerena tidak dapat memberi nafkah pada istri dan
anaknya sehingga sering kali dihina oleh saudara-saudari iparnya klen juga sering
berselisih pahan dengan mereka. Pada saat klien menceritakan hal tersebut klien terlihat
menunduk dan wajah klien terlihat sedih.
Masalah keperawatan yaitu harga diri rendah dan isolasi sosial.
Klien mengatakan orang yang terdekat dengan klien adalah ibu klien karena klien
merasa hanya ibunya yang mengerti perasaan dia selama ini. Sehingga saat ibu klien
meninggal klien sangat sedih. Di ruangan klien dekat dengan Tn.M menurutnya Tn.M
senasib dengan klien yaitu sama-sama pengangguran dan ditinggal oleh istri. Klien
mengatakan saat dirumah jarang mengikuti kegiatan masyakat sebab malu pada
tetangga dengan status klien sebagai pengangguran. Pada saat di rumah sakit klien
lebih banyak menyendiri dan malas melakukan kegiatan. Klien mengatakan malas
berbicara dengan teman-teman yang lain karena tidak tahu mau berbicara apa. Klien
terlihat menyendiri dan jarang berinteraksi dengan teman-teman yang lainnya. Masalah
keperawatan yaitu isolasi sosial.
Klien mengatakan beragama islam. Klien mengatakan jarang menjalankan ibadahnya
karena yang selama ini yang mengajarkan ibunya semenjak ibunya meninggal klien jadi
jarang menjalankan ibadah.
6. Status Mental
Penampilan klien rapih, baju bersih, tidak tercium bau tidak sedap dari tubuhnya,
rambut klien terlihat rapih, gigi klien terlihat bersih, mulut klien tidak bau dan tidak
terdapat sisa-sisa makanan di gigi klien, kuku klien terlihat pendek dan bersih. Klien
mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, shampo, sikat gigi dan menggunakan pasta
gigi, klien tahu cara berpakain yang baik. Klien mampu buang air besar
atau buang air kecil dikamar mandi setelah buang air besar atau buang air kecil klien
mampu menyiram kotorannya dan mencuci tangan sehingga tidak harus dimotivasi oleh
perawat. Masalah keperawatan yaitu tidak ada.
Tn. Z terlihat tidak mampu memulai pembicaraan, intonasi suara pelan dan kontak
mata ada namun tidak bertahan lama karena saat di tengah-tengah pembicaraan klien
tiba-tiba terdiam dan senyum-senyum sendiri, klien malas jika diajak untuk berinteraksi
dan klien terlihat sering menyendiri, klien mau berbicara dengan perawat saja. Maka
masalah keperawatan yaitu isolasi sosial.
Tn. Z mengatakan merasa sangat sedih bila mendengar suara ibunya yang seolah – olah
mengajak klien untuk ikut dengan ibunya dan melihat bayangan ibunya yang telah
meninggal sehingga membuatnya rindu dan ingin ikut bersama ibunya. Maka masalah
keperawatan yang muncul yaitu . gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
dan penglihatan.
Afek Tn. Z labil, hal ini ditandai dengan kontak mata ada tetap tidak bertahan lama.
Jika halusinasinya datang klien terlihat berbicara dan senyum-senyum
sendiri serta merasa sedih bila mendengar suara ibunya yang seolah mengajak klien
untuk ikut dengan ibunya. Masalah keperawatan yaitu gangguan sensori persepsi :
halusinasi penglihatan dan pendengaran.
Tn. Z terlihat kooperatif saat interaksi, selama wawancara, kontak mata ada namun
tidak mampu bertahan lama, tidak mampu memulai pembicaraan, intonasi suara pelan,
klien terlihat jarang berinteraksi (pendiam) dengan teman-teman ruangannya karena
klien merasa bingung apa yang akan di bicarakan. Masalah keperawatan yaitu isolasi
sosial.
Tn. Z mengatakan sering mendengar suara ibunya yang seolah mengajak klien untuk
ikut dengan ibunya dan mlihat bayangan ibunya yang sudah meninggal, suara dan
bayangan tersebut muncul 3x sehari (siang, sore dan malam) terutama bila klien
sedang diam dan sendiri klien sangat sedih bila mendengar suara dan melihat bayangan
ibunya karena membuatnya rindu dan ingin ikut dengan ibunya saja. Klien terlihat
senyum dan berbicara sendiri. Masalah keperawatan yaitu Gangguan persepsi sensori:
Halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Pada saat pengkajian Tn. Z dalam proses pikirnya tidak mengalami perubahan, klien
dapat menjawab pertanyaan dari perawat dengan benar.
Tn. Z dalam isi pikirnya tidak mengalami perubahan dimana klien tidak meyakini
sesuatu hal yang berlebihan.
Kesadaran Tn. Z cukup baik, hal ini ditunjukan dengan klien dapat mengetahui dimana
dia berada, jam berapa, hari apa dan tanggal berapa pada hari dilakukan pengkajian dan
klien mengetahui bahwa dirinya adalah seorang pasien. Maka masalah pada tingkat
kesadaran tidak ditemukan.
Daya ingat tidak mengalami gangguan sebab Tn. Z mampu mengingat dan
menceritakan kejadian atau pengalaman masa lalunya dan menceritakan kembali
kegiatan apa yang dilakukan pada hari ini. Maka masalah pada memori tidak
ditemukan.
Saat diajak berkomunikasi klien mudah beralih topik pembicaraan saat diberikan
pertanyaan mengenai berhitung, misalnya (3+3=6). Klien mampu menjawab dan klien
cepat hilang konsentrasi. Maka masalah keperawatan yaitu gangguan sensori persepsi:
halusinasi
Perawat menilai sejauh ini kemampuan klien mengalami gangguan ringan karena klien
mampu menyebutkan tahapan saat mandi yaitu membuka baju dan celana, meyiram
tubuh dengan air, menggosok badan dengan sabun dan membasuh dengan air.
Saat ini klien menyadari dirinya adalah pasien Rumah Sakit Jiwa karena dirinya sakit.
Maka masalah keperawatan yang muncul tidak ada.
B. Diagnosa Keperawatan
Melihat pohon masalah diatas maka penulis mengangkat diagnosa keperawatan untuk
Tn. Z adalah:
1. Gangguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran dan penglihatan
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
4. Resiko perilaku kekerasan
5. Koping keluarga tidak efektif
6. Penatalaksanaan regimen tidak efektif.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A, Dkk, 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2,Jakarta : EGC
Kusumawati F & Hartono, Y, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa,Jakarta : Salemba Medika
Maslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas Dari PPDGJ III
Hawari. Dadang. 2001. Pendekatan Holistik Dengan Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta : FK UI
Pemeran Kelompok IV
1. Navy Dwi P sebagai Sari ( sahabat Rina) dan Narator
2. Aidi Abshar sebagai Bapak Rina ( galak dan otoriter)
3. Suryo Prasetyo sebagai Abang Ipul ( preman kampung )
4. Woro Susanti sebagai Perawat
5. Iswati sebagai Rina Nosa ( gadis cantik idaman kampus)
SKENARIO HALUSINASI
Saat malam itu Rina Nosa si cantik jelita bersama Sari sahabatnya….
Sari : “Cie… cantik banget kamu rin, baju baru ni yeee…”
Rina : “iya dong… gimana aku cantik kan?”
Sari : “Cantik banget…”
Rina : “Tugas numpuk banget nih Sar, mana udah kita lembur ampe malem dikampus ga
kelar juga…”
Sari : “Iya nih, pusing rasanya. Pulang yuk, maaf ya Rin aku duluan.
Rin, kamu tidak apa-apa jalan pulang sendirian ke terminal? Daerah sana kan banyak
begalnya.. Maaf ya, aku tidak bisa mengantarmu ada urusan soalnya.”
Rina : “Nyantai aja kali… (kok tumben jalanan sepi ya dalam hati).”
Sari : “Oke hati-hati dijalan ya pren…”
Rina : “Oke, bye.. jangan ngebut ya (sambil melambaikan tangan)”.
Ketika melihat jalanan sepi maka Rina memutuskan lewat jalan pintas agar
cepat sampai ke terminal dan mempercepat langkahnya namun tak disangka tiba-
tiba…
Ipul : “Hai cantik… mau kemana neng?”
Rina : “(menunduk dan mempercepat langkahnya). Kayaknya aku salah lewat ini (berkata
dalam hati sambil lari ketakutan)”.
Ipul : “Wow… cantikkk…” namanya sapa neng?
“Ngapain lari, kenalin gua bang Ipul... (menghadang langkah Rina)”
Rina : “Astaghfirullah… ini syeitan apa orang ya…ihh Audzubillahi minasyaitonirrajim,
(bau alkohol lagi). Kamu apa-apan sih ga usah pegang-pegang dong, minggir ga atau
aku akan teriak!”
Ipul : “Abang suka cewek beginian menggemaskan rasanya…” (sambil menarik baju rina
dan dibawalah ke rumah kosong )
Rina : “Jangan… ah… jangan… aku ga mau… ( nangis sambil berteriak-teriak)…
tolonggg… tolong !”
Naas, mau teriakpun percuma karena jalan pintas itu ternyata semua hunian
rumah kosong. Akhirnya terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan… Lelaki itu
melampiaskan nafsu bejatnya pada rina dan kejam sekali Rina ditinggal di rumah
kosong itu sendirian dia menangis tersedu-sedu dan tak menduga semua ini akan
terjadi pada dirinya…
Seminggu kemudian… Rina hampir jarang keluar dari kamarnya… dia hanya
tiduran melamun dan berdiam diri.
Bapak : “Rin, kamu ngapain ga pernah pergi ke kampus ( sambil berteriak dan mengetuk
pintu kamar Rina). Bapak bayar kuliah mahal-mahal kamu dari kemarin enak-
enakan tidur dikamar”.
Rina : “Iya pak rina ga enak badan, pak”.
Bapak : “Buruan keluar kamar makan yang banyak kalau sehat kan kamu bisa berangkat
kuliah…”
Rina : “Iya.. iya pak..”
Bapak : “Kalau kamu ga mau berangkat kuliah pergi saja dari rumah bapak… Ibu sudah
meninggal kalau kamu ga mau diatur sama bapak trus kamu mau nurut sama
siapa??”
Rina : “Iya pak (jawabnya dengan lirih dan murung wajahnya)
Sesampainya di kampus…
Sari : “Hai, cantik… Rin, kamu kemana aja kok ga pernah masuk sih ditelpon juga ga
pernah aktif, semua tugas akhirnya aku bikin sendirian nih”
Rina : “Iya.. ( menjawab dengan lirih)”
Sari : “Kamu kenapa sih kok kayak beda gitu? (tumben rina ga dandan, kucel gitu)”
Rina : “Aku gapapa… (dia melamun dan hanya memandangi jendela saat perkuliahan)
Lagi-lagi pria itu… hah pria itu ngapain dia di depan jendela senyum-senyum
(sambil ketakutan dan menutup matanya dengan kedua tangannya)”
Sari : Pria? di jendela?? Siapa rin? Berbisik ke telinga rina (sambil menengak nengok).
Ga ada siapa- siapa kok?
Rina : “Ga apa-apa sar maaf aku mau ke toilet. ( Ijin ke toilet namun membawa semua
barang & tasnya)
Sari : “ Ini anak aneh bener sih bilang ke toilet bawa tas?? Kabur nih mesti”
Rinapun berlari kebingungan dan saat naik bus pun merasa pria itu selalu
mengikutinya dibelakang, sesampainya di rumah…
Rina : “Kamu ngapain kesini lagi, jangan ganggu aku lagi! Pergi aku ga mau aaaaa..
(berteriak histeris sambil jongkok)”
Bapak : “Rina!! Kamu ngapain jongkok teriak-teriak semua tetangga melihat kamu?”
Rina : “Itu bapak pria itu ngikutin Rina terus (sambil menangis terisak dan menunjuk ke
depan)”
Bapak : “Pria yang mana? Dari tadi gada laki-laki yang ada cuma ibu-ibu sedang belanja di
tukang sayur” Mana sosok pria? Tukang sayur juga mbok Atun. Ini anak kenapa
sih? malah masuk kamar ga sopan!
Rina semakin gundah rasanya sudah 2 minggu ini mual, pusing dan ternyata
terlambat menstruasi dan akhirnya pergi ke apotik untuk membeli alat test kehamilan.
Rina : (di kamar mandi).. Ini ga mungkin, aku ga mau. Alat ini pasti salah aku ga mungkin
hamil ( sambil menangis dan berlari ke kamar)…
“ Kamu ngapain lagi masuk ke kamarku.. Keluar dari kamarku, kenapa kamu
lakukan ini ke aku ( sambil menangis dan memukul pria itu)”
“ Sekarang aku hamil kamu puas? Aku harus bilang apa sama bapak? Pasti bapak
akan membunuhku… Gimana kuliahku? Kamu jahat… kamu jahat (menangis
berteriak histeris dan memukul pria itu).
Bapak : “ Rina… Rina… buka pintunya! Kamu kenapa? Bapak liat dari jendela kamar, kamu
teriak-teriak sambil memukul lemari”
Rina : “Bapak datang… ( bingung harus bagaimana). Bapak…
Bapak :” Kamu kenapa sih? akhir-akhir ini suka melamun dan berbicara sendiri?
apa kamu ada masalah?”
Rina : “Bapak maafin Rina (sambil menangis dan menunduk)..
Bapak : “ Apa ini? ( mengambil hasil test pack ditangan Rina) Kamu ha… hamil? Tidak …
ini tidak mungkin apa-apaan ini Rina. Bapak kuliahkan kamu kenapa kamu malah
seperti ini?” (lemas dan duduk di kursi).Dasar anak gak tau diri kamu ( marah).
Ini balasan kamu sama bapak selama ini?
Rina : (hanya diam dan membisu)
Bapak : Katakan pada bapak apa yang terjadi, Rina? (nadanya semakin keras)
Rina : (diam dan bingung)
Bapak : “cepat katakan pada bapak” (membentak Rina)
Rina : Ma… Maaf bapak ini bukan salah Rina… Sumpah Bapak, Rina ga salah ini semua
salah pria itu ( sambil menunjuk ke arah lemari)
Bapak : Kamu kenapa sih? Pria mana pria, itu lemari!! apa kamu pikir bapak bodoh? Tega-
teganya kamu lakukan ini sama bapak. Siapa Pacarmu? Cepat katakan kepada
bapak! Udin ? Maman ? Apa Budi temanmu sekelas? Biar bapak bunuh sekarang
juga.
(teriak)
Rina : “ Rina tidak bohong bapak dia berdiri didekat lemari (menangis sambil memandang
lemari dan sosok pria itupun tersenyum dengan rina). Bang tolong katakan ke
Bapak itu semua perbuatan abang…
Bapak : Kalau kamu masih bohong, bapak akan pergi ke kampus cari siapa pacar kamu!
(sambil keluar kamar rina)
Rina : Ini semua karena kamu abang, kenapa kamu diam, harusnya kamu bilang ke bapak
(menangis sambil menunjuk lemari). Aku tidak mau teman-temanku tahu kalau aku
hamil dan bagaimana kalau aku dikeluarkan dari kampusku. Kenapa kamu hanya
tersenyum kepadaku?? (Rina tampak berbincang-bincang dengan seseorang namun
sosok itu tidak ada)
Bapak : (mengintip jendela kamar Rina).. Aneh kenapa dia akhir-akhir ini berbicara sendiri
ya?
Pada suatu malam Bapakpun memanggil Rina dan ingin mengetahui tentang
semua yang terjadi, karena khawatir semakin hari anaknya hanya diam, melamun dan
berbicara sendiri.
Bapak : “coba ceritakan kepada bapak, jujur katakan semua pada bapak!”
Rina : “ Rina tidak bohong bapak… ( lalu menceritakan kejadian dari awal sampai akhir)”
Bapak kaget bukan hanya karena Rina hamil namun sesosok pria yang tidak
pernah bapak lihat dan Rinapun seakan-akan tampak berbincang-bincang dengan
orang lain yang tidak pernah nampak dan Rina tidak menyadari hal itu. Akhirnya
bapak memutuskan untuk konsultasi ke Rumah Sakit…
Pada hari senin, jam 08.00 WIB, Rina dan bapaknya mendatangi Rumah sakit
Jiwa Amino gondohutomo, setelah mendaftar di bagian Admnistrasi dan berkonsultasi
dengan dokter Spesialis Jiwa maka diputuskan Rina untuk menjalani rawat inap,
Setelah itu Rina pun dibawa ke ruang Arjuna untuk menjalani rawat inap.
Sampai diruangan pun Rina di lakukan anamnessa oleh perawat Woro,
Perawat : Assalammualaikum Mbak. Perkenalkan mbak, nama saya Woro Susanti, senangnya
dipanggil woro. Saya perawat yang dinas pagi ini di ruangan ini. Saya dinas dari pukul 07.00
– 14.00 nanti. Saya perawat yang akan merawat mbak hari ini. Nama mbak siapa? mbak
senangnya dipanggil apa?”
Rina : Nama saya Rina Nosa, biasanya dipanggil Rina ( Sambil menundukkan mata)
Perawat : Bagaimana perasaan mbak Rina hari ini? Dan apa keluhan mbak Rina saat ini?
Rina : Sedih suster, Ada orang yang selalu mengikuti saya
Perawat : Baiklah, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang orang yang selama ini
mengikuti mbak Rina ? Dimana kita duduk Mbak Rina ? Di taman atau disini ? Berapa lama?
Bagaimana kalau 20 menit? “
Rina : Iya d taman saja.
Perawat : Apakah mbak selalu merasa di ikuti oleh seseorang ? Apa yang dikatakan seseorang
tersebut?
Rina : Iya dia selalu mengikuti saya, ngak di rumah, ngak dijalan selalu ikut. Ya saya bilang
ke dia supaya jangan mengikuti saya terus, tetapi dia selalu tersenyum.
Perawat : Apakah mbak Rina terus menerus melihat orang tersebut atau sewaktu-waktu?
Rina : ya kadang ada, kadang dia pergi.
Perawat : Kapan yang paling sering Mbak Rina temui ? Berapa kali sehari Mbak Rina
melihat orang tersebut dalam sehari ?
Rina : Malam hari, sering juga kadang sampai 4x.
Perawat : Pada keadaan apa orang itu terlihat ? Apakah pada saat Mbak Rina sedang sendiri?
“
Rina : Iya seringnya pada saat saya sendiri di kamar, tetapi terkadang juga muncul saat
banyak orang.
Perawat : Apa yang Mbak Rina rasakan pada saat melihat orang tersebut ?
Rina : Sedih, jengkel, karena orang tersebut telah melakukan kesalahan terhadap saya. Saya
sudah meyuruhnya pergi tetapi terus mengikuti saya
Perawat : Apakah dengan cara itu orang tersebut hilang?
Rina : Tidak
Perawat : Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah orang itu muncul? “
Rina : Iya suster?
Perawat : Baiklah Mbak Rina , agar Mbak Rina bisa mencegah orang itu muncul ada empat
cara. Pertama, dengan menghardik orang tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, dengan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Dan yang ke
empat, dengan minum obat secara teratur. “
Rina : Begitu suster caramya.
Perawat : Bagaimana kalau kita belajar cara yang pertama terlebih dahulu, yaitu dengan
menghardik.
Perawat : Caranya adalah sebagai berikut : saat orang tersebut itu muncul, Mbak Rina
langsung bilang, pergi..Saya tidak mau melihat... Saya tidak mau melihat . Kamu bukan
orang asli . Begitu diulang-ulang sampai orang itu tidak terlihat lagi, mbak juga bisa
menutup mata . Seperti ini mbak ( perawat memperagakan bagaimana cara menghardik ).
Nah, sekarang coba mbak yang memperagakan!
Rina : Saya peragakan ya suster, (Pergi pergi jangan mengikuti saya lagi, pergi kamu)
Perawat :Nah begitu.. Bagus mbak . mbak sudah bisa.
Perawat : Bagaimana perasaan Mbak setelah peragaan latihan tadi?
Rina : Senang mbak, lebih lega.
Perawat : Coba mbak Rina sebutkan lagi bagaimana cara menghardik orang itu saat
muncul?“
Rina : menghardik orang tersebut bilang pergi-pergi jangan dekati aku lagi. Kedua, dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, dengan melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal. Dan yang ke empat, dengan minum obat secara teratur. “
Perawat : “ Ya, bagus sekali mbak.
Kalau bayangan-bayangan itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Terus
berlatih ya mbak Rina walaupun saya sedang tidak ada. Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?.