Disusun
untuk ..............................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................
Oleh
NUPTK : 9241764665110043
SD NEGERI MOKAHA 01
2011
I. JUDUL
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PERKALIAN MELALUI POLA JARI
TANGAN BAGI SISWA KELAS V SDN MOKAHA 1 KECAMATAN JATINEGARA KABUPATEN TEGAL
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa dalam Undang-Undang no. 25 tahun 2000 dinyatakan bahwa
Pembangunan Nasional tahun 2000-2004 perlu pengendalian mutu pendidikan dengan meningkatkan
proses pembelajaran.
Dalam kegiatan proses pembelajaran juga ada faktor yang mendukung dan ada pula faktor yang
menghambat. Untuk mengetahui faktor yang menghambat, maka perlu mengadakan Penelitian Tindakan
Kelas.
Sejalan dengan Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan
memperhatikan tahap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian sesuai dengan
jenis dan jenjang masing-masing serta pendidikan.
Matematika adalah salah satu ilmu pada saat ini sudah pesat perkembangannya. Matematika beragam
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu konsep dasar matematika harus dikuasai
peserta didik sedini mungkin, supaya terampil dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses belajar mengajar, teknik, metode dan media diserahkan kepada guru sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pembelajaran matematika tentang perkalian bagi siswa kelas V SDN Mokaha 01 Kecamatan Jatinegara
Kabupaten Tegal Semester I Tahun Pelajaran 2011/ 2012, masih relatif rendah, kira-kira ada 45% dari 33
siswa. Salah satu faktornya siswa masih belum menguasai tentang perkalian dasar (perkalian di bawah
100) yang merupakan dasar dari operasi hitung perkalian. Padahal perkalian dasar sudah dikenalkan
siswa sejak kelas II SD, namun kenyataannya sampai kelas V masih banyak yang lupa pada perkalian
dasar tersebut.
Dengan demikian diharapkan siswa SD memiliki pengetahuan siap pakai seperti hafal perkalian di bawah
100. Untuk membantu menghafal perkalian di bawah 100 atau perkalian dasar, perlu menggunakan
model yang tepat, agar siswa selalu ingat pada perkalian dasar tersebut. Model yang tepat untuk
membantu siswa menghitung perkalian dasar salah satunya adalah pola jari tangan. Pola jari tangan ini
sangat mudah dipelajari siswa dan dapat membantu siswa mengingat kembali perkalian yang telah
dilupakan. Apalagi mengingat nilai matematika di SD secara umum masih relatif rendah.
Dalam pandangan Piaget pengetahuan datang dari tindakan jadi perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Slavin (dalam Nur :1998 : 27) implikasi dari teori Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut : (1) Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya.
Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga
sampai pada jawaban tersebut. (2) Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting
sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget
penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan
untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan. (3) Tidak menekankan pada praktek-
praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya. (4)
Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan
bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka
memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda. (5) Dari uraian tersebut pembelajaran menurut
konstruktivis dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak
sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi
adanya perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan
intelektual anak.
A. Perumusan Masalah
Pembelajaran matematika kelas V SDN Mokaha 01 Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Semester I
Tahun Pelajaran 2011/ 2012 masih relatif rendah. Rendahnya pembelajaran matematika tersebut
disebabkan masih rendahnya anak dalam menghitung perkalian. Hal ini dikarenakan siswa tidak
menguasai perkalian dasar ( perkalian di bawah 100) sebagai pedoman dalam menghitung operasi
perkalian yang lebih luas. Dengan menggunakan Pola Jari Tangan diharapkan siswa akan lebih mudah
menguasai perkalian dasar, yang pada gilirannya akan menguasai perkalian dan dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pada umumnya.
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan yaitu : “ Apakah melalui Pola Jari Tangan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada perkalian dasar?”
B. Pemecahan Masalah
Dalam mata pelajaran matematika khususnya perkalian dasar, siswa kelas V SDN Mokaha 01 masih relatif
rendah. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran perkalian bilangan bulat positif, siswa mengalami
kesulitan. Ini dikarenakan banyak siswa yang belum hafal pada perkalian dasarnya. Saat diajukan
pertanyaan, jawabannya lama. Mereka lama berfikir dan lama menghitung dengan corat-coret pada
kertas. Ini sangat memprihatikan, Seharusnya siswa kelas V SD sudah paham betul tentang perkalian
dasar antara bilangan 1 sampai dengan 100. Tetapi kenyataannya mereka masih menggunakan oret-
oretan untuk menghitung.
Oleh karena itu, selaku guru mencoba mengadakan tes perkalian untuk mengetahui seberapa besar
ketidaktahuan perkalian tersebut terhadap 36 siswa.
a. Hipotesis
“ Perkalian melalui pola jari tangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN Mokaha 01 Kecamatan
Jatinegara Kabupaten Tegal “.
V. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah dengan metode penugasan, diskusi kelompok, dan tanya jawab dapat
meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran
3. Untuk mengetahui apakah penyebaran perhatian guru dapat meningkatkan prestasi siswa.
4. Untuk mengetahui apakah pemanfaatan media dan sumber belajar dari lingkungan dapat
meningkatkan prestasi siswa.
5. Untuk mengetahui apakah penggunaan bahasa yang sederhana dapat meningkatkan prestasi siswa.
Selain itu ada tujuan yang lebih penting dari penelitian ini yaitu untuk memenuhi syarat tugas
mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas ( IDIK 4008 )
1. Bagi Siswa.
2. Bagi Guru.
3. Stake Holder
Sebagai pemegang kebijaksaan langsung di sekolah, Kepala Sekolah menjadi paham bahwa sarana
dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan multak untuk dilengkapi.
Untuk itu kepala sekolah dapat mengalokasikan dana yang cukup, untuk pengadaan alat peraga atau
media yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran.
Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian masyarakat menjadi paham bahwa keberhasilan pendidikan, tidak hanya
tanggung jawab guru saja, namun dukungan dan kerjasama dari masyarakat yang baik merupakan salah
satu faktor pendukung yang tidak bisa diabaikan.
A. Kerangka Teori
1) Karakteristik Matematika
Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan teori-teori itu dibuat secara deduktif
berdasarkan pada unsur yang tidak didefinisikan, seperti aksioma-aksioma, sifat-sifat atau teori-teori
yang telah dibuktikan kebenarannya.
Sebagian besar dari bahan kajian matematika adalah berhitung yaitu bagian dari matematik yang
membahas bilangan operasinya beserta sifat-sifatnya. Bilangan ini diperkenalkan dengan pendekatan
urutan bilangan asli serta kumpulan benda konkret. Kemudian dibahas pula soal-soal cerita dan hitung
uang yang disesuaikan dengan pengenalan bilangan serta kenyataan-kenyataan dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Unit Geometri
Unit geometri mengutamakan pengenalan bangun datar dan bangun ruang. Bangun-bangun geometri
diperkenalkan melalui proses non formal, konkret dan diawali dengan bangun-bangun yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
3. Unit Pengukuran
Adapun konsep-konsep yang diperkenalkan dalam pengukuran mencakup pengukuran panjang, keliling,
luas, berat, volume, sudut dan waktu dengan satuan-satuan ukurannya. Selain itu di SD diperkenalkan
satuan ukuran jumlah (satuan banyak) seperti lusin, kodi dan gros.
2) Matematika Sekolah
Kebanyakan orang berfikir bahwa matematika adalah sebuah mata pelajaran yang penting tetapi hanya
sebagian yang memahami apa sebenarnya matematika itu. Untuk kebanyakan orang, mengatakan bahwa
matematika adalah kumpulan aturan yang harus dimengerti, perhitungan-perhitungan aritmatika,
persamaan aljabar yang abstrak dan bukti-bukti geometris dan lain sebagainya. Pandangan ini sangat
berbeda dengan pandangan terhadap matematika yang memberti arti objek-objek matematika seperti
data, bentuk perubahan atau pola.
Kalau dilihat dari tuntuan KTSP tentang pembelajaran matematika maka cara tersebut diatas jauh dari
tujuan yang diharapkan.Coba kita lihat dari standar isi dan standar kompetensi dan kompetensi dasar di
situ jelas jelah pada setiap langakh dijelaskan bahwa matematika menggunakan metode pemecahan
masalah dengan tujuan untuk meningkatkan daya fikir siswa yang kreatif. Akan tetapi kembali lagi kepada
persoalan tuntutan tadi.
Matematika adalah ilmu tentang pola dan urutan (Jhon A. Van De walle, 2006, 13) Difinisi ini menantang
pandangan masyarakat terhadap matematika sebagai ilmu yang didominasi oleh perhitungan. Ilmu
pengetahuan merupakan proses penggambaran sesuatu atau memberi arti tentang sesuatu. Memang
ilmu pengtahuan berawal dari soal tetapi pada suatu situasi. Meskipun mungkin kita tidak pernah
memikirkannya, matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang meilki pola keteraturan dan urutan yang
logis. Menemukan dan mengungkapkan keteraturan atau urutan ini dan kemudian memberikan arti
merupakan makna dari mengerjakan matematika.
3) Karakteristik Siswa SD
Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu kedewasaan
(maturation), pengalaman fisik (physical experience), penyalaman logika matematika (logical
mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan (equilibriun)
atau proses pengaturan sendiri (self-regulation ) Erikson mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar
tertarik terhadap pencapaian hasil belajar. Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap
kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan
antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan
kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri,
sehingga menghambat mereka dalam belajar. Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan
intelektual yang dilalui anak yaitu : (a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahap operasional usia 2-
6 tahun, (c) tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, (d) tahap operasional formal usia 11 atau
12 tahun ke atas.
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini
anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak
mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan
konservasi.
Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan
bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat
dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia
sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal
yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan.
Belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Seorang anak manusia membutuhkan waktu
yang lama untuk belajar sehingga menjadi manusia dewasa. Manusia selalu dan senantiasa belajar
bilamanapun dan dimanapun dia berada.
Menurut Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa, belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia
mengalami situasi tadi. Sedangkan menurut Morgan dalam buku introduction to Psychology (1978)
mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat
dipaparkan bahwa definisi belajar atau pengertian belajar secara umum, ciri-cirinya ialah perbuatan yang
menghasilkan perubahan yang menuju ke sesuatu yang lebih maju lagi dan perubahan itu didapat atas
dasar latihan-latihan yang sengaja, karena itu belajar tidak diketemukan hanya secara kebetulan saja.
matematika formal.
sekeliling.
5) Hasil Belajar
Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, dalam mengingat, dan dalam berpikir besar
pengaruhnya terhadap hasil belajarnya. Setiap jenis belajar mencakup jenis perilaku tertentu, misalnya
belajar informasi verbal secara psikologis berbeda dengan belajar kemahiran intelektual, berbeda juga
dengan bidang kognitif yang lain.
Menurut Gagne (dalam Noehi 1992), ada lima kategori hasil belajar, antara lain:
Dalam belajar informasi verbal seringkali individu memanfaatkan hasil dari belajar kemahiran intelektual
dan belajar kognitif. Denga bantuan dari kedua hasil dari jenis belajar lainnya seperti tersebut di atas,
maka hasil-hasil belajar yang telah dipunyai sebelumnya akan dihubungkan dengan hasil belajar yang
baru, sehingga akan diwujudkan sesuatu hasil yang bermakna.
Informasi verbal meliputi: cap-cap verbal, fakta dan data. Cap-cap verbal dipelajari bila individu
berhadapan dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya. Orang tuanya akan membantu
menyebutkan nama-nama tiap benda. Dari nama-nama yang merupakan konsep yang konkrit akan
dicapai individu itu. Sehingga dicapailah hasil yang lebih bermakna yaitu data dan fakta.
a) Persepsi
Yaitu kemampuan untuk mengadakan diskriminasi antara objek-objek, berdasarkan ciri-ciri fisik yang
berbeda-beda antara objek-objek itu.
b) Konsep
Yaitu kemampuan untuk mengadakan diskriminasi antara golongan-golongan objek dan sekaligus
mengadakan generalisasi dengan mengelompokkan objek-objek yang mempunyai satu atau lebih ciri
yang sama.
c) Kaidah
Yaitu kemampuan untuk menghubungkan beberapa konsep, sehingga terbentuk suatu pemahaman
baru yang mewakili kenyataan yang biasanya terjadi.
d) Prinsip
Yaitu kemampuan untuk menghubungkan beberapa kaidah, sehingga pemahaman yang lebih tinggi,
yang membantu memecahkan suatu problem atau masalah.
Gagne menyebut cognitive strategy sebgai cara menangani aktivitas belajar dan berpikir sendiri.
Kemampuan mengatur kegiatan kognitif pada diri sendiri, mempunyai aplikasi yang luas sekali. Makin
mampu seorang dalam hal ini, makin baik pula hasil pemikirannya.
Orang yang memiliki suatu ketrampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak jasmani
dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan
secara terpadu. Ketrampilan semacam ini disebut motorik, karena otot, urat dan persendian terlibat
secara langsung, sehingga ketrampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian.
Sikap merupakan kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih
bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memiliki sikap yang mantap mampu
untuk memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan.
Melalui pendidikan dalam keluarga dan sekolah, ditanamkan dan dikembangkan sikap terhadap banyak
hal. Di sekolah, terutama dikembangkan sikap-sikap yang berkaitan dengan kehidupan sekolah itu
sendiri, seperti disiplin, dan bekerja dengan jujur, juga diusahakan supaya berkembang sikap-sikap yang
dipandang penting dalam kehidupan masyarakat.
VIII. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
1. Lokasi
2. Waktu
3. Karakteristik Siswa
Jumlah siswa seluruhnya di SD Negeri Mokaha ada 159 anak. Sedangkan jumlah siswa kelas 5 ada 28
orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Tingkat kecerdasan siswa di kelas 5 ini
cenderung merata. Kemampuan berpikir rata-rata sedang atau biasa-biasa saja. Sebagian besar mereka
adalah anak-anak petani, hanya sebagian kecil yang orang tuanya pedagang, tingkat pendidikan mereka
pun sebagian besar masih rendah. Hal ini mempengaruhi kesadaran mereka akan pentingnya
pendidikan, terutama bagi anak-anak mereka. Perhatian pada anak dari segi kebersihan badan, pakaian,
maupun keberangkatan anak ke sekolah bisa dikatakan minim. Meskipun guru sudah berkali-kali
mengingatkan masih saja ada anak yang berangkat ke sekolah tanpa mengenakan sepatu. Baju seragam
yang dipakai lusuh hampir tidak pernah disetrika. Hal yang unik lagi, kalau musim panen bawang dan
kebetulan harganya tinggi, otomatis siswa yang tidak masuk jumlahnya melonjak dibandingkan hari-hari
biasanya. Alasan mereka membantu orang tuanya di sawah.
B. Deskripsi Per Siklus
1. Rencana
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebanyak dua siklus.
Agar nilai yang dicapai siswa meningkat dan membangkitkan semangat belajar yang tinggi, maka penulis
menyusun rencana perbaikan dengan tahapan sebagai berikut.
1. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran dengan menekankan pada masalah yang menjadi
perbaikan.
2. Diskusi dengan teman sejawat untuk menyusun lembar observasi yang akan digunakan untuk
mengamati proses perbaikan pembelajaran.
3. Pelaksanaan rencana perbaikan pembelajaran akan dilaksanakan melalui siklus berulang, dengan
maksud jika pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus pertama hasilnya belum menunjukan ada
peningkatan yang diharapkan, baik ditinjau dari proses pembelajaran maupun prestasi belajar yang
dicapai siswa, maka penulis menyusun rencana perbaikan berikutnya difokuskan pada kekurangan atau
kelemahan yang ditemukan pada siklus pertama, kemudian dilaksanakan pada siklus berikutnya,
sehingga mencapai tujuan perbaikan pembelajaran dan prestasi siswa yang diharapkan.
Rencana perbaikan pada pembelajaran matematika difokuskan pada penggunaan metode penugasan,
diskusi kelompok, dan Tanya jawab agar siswa memperoleh pengalaman nyata dari partisipasi aktifnya
dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan implikasi pandangan konstruktivisme yang menyatakan
bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa namun secara aktif
dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman nyata (Sutarno : 2007 :8.8)
2. Pelaksanaan
1. Menentukan materi pokok dan membuat rencana perbaikan pembelajaran siklus berdasarkan
refleksi.
Pengumpulan data penulis lakukan dengan bantuan teman sejawat sebagai observer, dan hasil observasi
serta hasil evaluasi/tes formatif diakhir pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada setiap siklus, diolah
dan didiskusikan dengan teman sejawat dan bimbingan dari supervisor.
Hasil evaluasi pra siklus menunjukkan dari 33 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60
hanya 10 siswa atau 33 % dan 18 anak atau 64,3 % belum tuntas.dengan rata-rata kelas hanya 53,39.
Pada siklus I rata-rata nilai naik menjadi 60 dan jumlah siswa yang tuntas 17 siswa atau 60,71 %
sedangkan 11 siswa atau 39,29 %belum mencapai KKM. Pada siklus II rata-rata nilainya 71,2 dan jumlah
siswa yang tuntas 26 siswa atau 92,85 % serta 2 siswa atau 7,15 % belum tuntas.
4. Refleksi
Pada proses pembelajaran matematika tentang perkalian, jumlah siswa yang tuntas belajar dan
rata-rata kelas masih sangat rendah. Dari 28 siswa hanya 10 anak atau 35,7 % yang tuntas belajar
mencapai KKM 60 sedangkan 18 anak atau 64,3 % belum tuntas. Aktivitas dan antusias siswa juga masih
rendah. Kelemahan-kelemahan ini penulis rasakan karena beberapa hal, diantaranya:
Untuk itu penulis meminta bantuan teman sejawat dan supervisor untuk menentukan langkah-langkah
dalam merencanakan perbaikan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Siklus I
Dengan melihat hasil tes formatif pada siklus I dapat diketahui adanya peningkatan pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran. Perolehan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 60, jumlah siswa yang
tuntas 17 anak atau 60,71%. Pada siklus I ini ada kecenderungan peningkatan dilihat dari data keaktifan
dan keterampilan siswa yang berhasil di kumpulkan dengan bantuan teman sejawat. Namun
keberhasilan yang dicapai siklus I ini belum bisa dikatakan maksimal. Masih banyak kelemahan yang
harus diperbaiki, antara lain penggunaan metode masih kurang variatif, panggunaan alat peraga kurang
optimal, dan perhatian guru kurang menyebar. Jumlah siswa yang belum tuntas belajar masih cukup
banyak yaitu 11 anak atau 39,29 %.
Bertolak dari hal-hal diatas, penulis mengadakan diskusi dengan teman sejawat dan meminta
bantuan/saran supervisor untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.
Siklus II
Pada pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran untuk siklus II, memperoleh hasil yang cukup
memuaskan. Tingkat penguasaan materi oleh siswa menunjukkan kenaikan yang siginifikan terlihat dari
rata-rata nilai yang mencapai 71,2. siswa yang tuntas belajar 26 anak atau 92,85 %. Meskipun masih ada
2 anak atau 7,15 % yang belum mencapai KKM, tetapi karena keterbatasan waktu, tenaga dan sarana,
maka perbaikan selanjutnya dilaksanakan secara individual pada kesempatan lain.
NO
KEGIATAN
APRIL
MEI
Perencanaan
X
X
Pengumpulan data
Observasi
X
4
Pelaksanaan Penelitian
Refleksi
6
Penyusunan hasil PTK
X. PERSONALIA PENELITIAN
NUPTK : 9241764665110043
Tempat / Tanggal Lahir : Tegal, 09 September 1986
Hidayat, T. dkk. 2004. Titian Mahir Matematika. Jakarta : Visindo Media Persada. Hal : 25-29
Marpaung, Y. dan Janet Manoy. 2004. Matematika untuk Sekolah Dasar kelas 5. Jakarta : Balai Pustaka.
Hal : 48-52.
Berbagi
Poskan Komentar
Beranda