Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PATOFISIOLOGI KEGAWATDARURATAN IBU DAN ANAK


(GASTRITIS DAN TYPOID)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. Isni Novita Sari P0 5140418 025


2. Putri Permata Sari P0 5140418 037
3. Shinta Lestari P0 5140418 047
4. Ulvin Nafiah P0 5140418 050
5. Uswatun Hasanah P0 5140418 051
6. Yulia Karlianty P0 5140418 056
7. Yunia Liansyi P0 5140418 058
8. Nyak Poppy Octavia P0 5140418 035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D4 KEBIDANAN ALIH JENJANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Patofisiologi
Kegawatdaruratan Ibu dan Anak”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Patofisiologi Kegawatdaruratan Ibu dan Anak di Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Bengkulu, Oktober 2019

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
A. Gastritis .......................................................................................................................... 6
B. Typoid ............................................................................................................................ 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 17
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifatakut dan kronik (Price dan Wilson,2012) Faktor yang dapat
menyebabkan kerusakan mukosa lambung yaitu produksi mukus yang terlalu sedikit dan
terlalu banyak asam yang diproduksi atau dikirimkan ke saluran cerna. Zat kimia maupun
makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus mengurangi produksinya, sehingga kadar mukus akan menurun dan
kadar HCl yang dihasilkan oleh sel parietal akan meningkat yang menyebabkan terjadinya
gastritis.
Banyaknya faktor yang dapat menyebabkan gastritis yang membuat angka
kejadian gastritis juga meningkat Budiana (2012), mengatakan bahwa gastritis ini tersebar
di seluruh dunia dan bahkan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 milyar. Pada negara yang
sedang berkembang infeksi diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar
dijumpai pada usia tua. Menurut World Health Organization (WHO) angka kematian di
dunia akibat kejadian gastritis di rawat inap yaitu 17-21% dari kasus yang ada pada tahun
2012. Di Amerika, kejadian gastritis dikatakan sekitar 22 % dari seluruh populasi dengan
insiden 1,1 kasus per 1000 penduduk per tahun. Dari segi usia, usia 20-30 tahun adalah
usia yang paling sering mengalami gastritis dan menyerang lebih banyak pada perempuan
dibandingkan pada laki- laki. Hal ini disebabkan karena kebiasaan pola makan yang
kurang baik dan mengkonsumsi makanan yang justru dapat menyebabkan iritasi pada
lambung.
Di Indonesia menurut WHO (2012) adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada
beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari
238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia tahun 2012,
merupakan salah satu penyakit dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di
rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%). Pada tahun 2004 penyakit
gastritis menempati urutan ke 9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di rumah sakit
seluruh Indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (yanmed DEPKES R Ihttp://bank data
depkes.go.id/data).
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi (Balentine, 2005). Kuman Salmonella Typhi ini terdapat di dalam

4
kotoran, urine manusia dan juga pada makanan dan minuman yang tercemar kuman yang
dibawa oleh lalat. Demam tifoid sangat erat kaitannya dengan kualitas kebersihan pribadi
dan sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh, kebersihan tempat-tempat umum yang
kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
Saat hamil, perubahan tubuh yang dalami kerap menimbulkan masalah atau
ketidaknyamanan.Ibu hamil harus menjaga kesehatan dengan baik agar tubuh tetap fit dan
janin dalam kandungan tetapah sehat. Menjaga kesehatan dengan baik selama kehamilan
merupakan hal yang penting karena ada berbagai macam penyakit yang mengintai, seperti
penyakit tipes. Penyakit yang disebabkan oleh ifeksi bakteri Salmonella typhi ini bisa ibu
alami saat hamil, dan bisa berdampak buruk terhadap kesehatan ibu dan janin dalam
kandungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gastritis?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya gastritis?
3. Apa patofisiologi terjadinya gastritis?
4. Apa saja tanda dan gejala atau manifestasi klinik gastritis?
5. Bagaimana penatalaksanaan gastritis dalam kehamilan, persalinan, dan nifas?
6. Apa yang dimaksud dengan demam typoid?
7. Apa saja penyebab terjadinya typoid?
8. Apa patofisiologi terjadinya typoid?
9. Apa saja tanda dan gejala typoid?
10. Bagaimana penatalaksanaan typoid dalam kehamilan, persalinan, dan nifas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan gastritis
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya gastritis
3. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya gastritis
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala gastritis
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gastritis
6. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan demam typoid
7. Untuk mengetahui penyebab terjadinya typoid
8. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya typoid
9. Untuk mengetahui tanda dan gejala typoid

5
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan typoid

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. GASTRITIS
1. Pengertian
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 127), gastritis adalah
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang
bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
lain. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel. Sedangkan,
menurut Lindseth dalam Prince (2005: 422), gastritis adalah suatu keadaan
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus,
atau lokal.
Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari gastritis dapat
hanya superficial atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung, dan
pada kasus-kasus yang berlangsung lama menyebabkan atropi mukosa lambung yang
hampir lengkap. Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi sangat akut dan berat,
dengan ekskoriasi ulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptik lambung
sendiri (Guyton, 2001).

2. Faktor – Faktor Penyebab


Lambung adalah salah satu organ pencernaan yang berfungsi untuk
mengolah makanan yang masuk sehingga dapat dicerna dan diserap oleh usus. Dalam
menjalankan tugasnya lambung menghasilkan zat-zat antara lain asam lambung dan
enzim-enzim pencernaan lainnya yang akan menguraikan makanan menjadi zat-zat
yang lebih mudah untuk diserap oleh dinding usus. Normalnya didalam lambung
terdapat keseimbangan antara asam lambung dan enzim pencernaan yang dihasilkan,
namun bila keseimbangan itu terganggu misalnya terdapat kelebihan kadar dari asam
lambung maka akan terjadi kerusakan pada dinding lambung yang disebut dengan
gastritis (FKUI,2001)
Kelebihan asam lambung disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur.
Kerusakan pada dinding lambung juga disebabkan oleh obat-obatan atau alkohol,
misalnya pada orang-orang yang sering mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin
(obat sakit kepala), obat reumatik atau jamu-jamuan dalam jangka lama. Secara alami

7
lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang
kecil, setelah 4- 6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah
banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu
jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka
asam yang menumpuk dalam lambung akan semakin banyak dan berlebih. Hal ini
dapat menyebabkan luka atau iritasi pada dinding lambung sehingga timbul rasa
perih. Makanan yang terlalu pedas atau asam tentu saja akan membuat luka lambung
terasa perih. (Mianoki,2013)
Beberapa faktor-faktor penyebab gastritis diantaranya :
a. Pola Makan
Menurut Yayuk Farida Baliwati (2004), terjadinya gastritis dapat
disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi
makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam
lambung meningkat.
b. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan
kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung
tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong
antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya
lambung (Okviani, 2011).
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang
penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda
pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga
timbul rasa nyeri (Ester, 2001).
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu
dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa
dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan
lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat
makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan
berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa
nyeri di seitar epigastrium (Baliwati, 2004).
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk
beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan

8
berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat
berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan
mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas
terbakar (Nadesul, 2005). Produksi asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh
pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut
secara refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat dan
memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong 2001).
c. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna,
dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.
Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan pedas (Okviani,
2011).
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem
pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan
muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila
kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu
selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada
lambung yang disebut dengan gastritis (Okviani, 2011).
Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok.
Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang
masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang banyak mengandung krim
atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena
lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan
lambat meneruskannya kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan
asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum
diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa
panas di ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).
d. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan makanan dalam
jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi
makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan

9
menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi besar dapat
menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding
lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka
pada lambung (Baliwati, 2004).
e. Kopi
Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai
jenis bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam
nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang
lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan
yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang bisa
mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein dan asam
chlorogenic.
Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology menemukan bahwa berbagai
faktor seperti keasaman, kafein atau kandungan mineral lain dalam kopi bisa
memicu tingginya asam lambung. Sehingga tidak ada komponen tunggal yang
harus bertanggung jawab (Anonim, 2011).
Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat
(otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu
tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa
segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein
dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan
aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon
gastrin yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi getah lambung
yang sangat asam dari bagian fundus lambung. Sekresi asam yang meningkat dapat
menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung (Okviani, 2011).
Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang yang sering
minum kopi adalah gastritis (peradangan pada lapisan lambung). Beberapa orang
yang memilliki gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung
biasanya disaranakan untuk menghindari atau membatasi minum kopi agar
kondisinya tidak bertambah parah (Warianto, 2011).
f. Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi
yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan
seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan ketidakmampuan

10
mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia,
yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Potter,
2005).
1) Stress Psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, misalnya
pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang
meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-
kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan
stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah
mengendalikannya secara efektif dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan
nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup (Friscaan,
2010).
2) Stress Fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluks
empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus serta
pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan
radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan ulkus peptik. Ketika tubuh
terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi
dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen
dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung (Anonim, 2010).
Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile (empedu)
adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini
diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian
saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot
sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu
mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan
benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan
peradangan dan gastritis.
g. Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang berbentuk
kurva dan batang. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan
peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar

11
populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian
dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak
sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi Helicobacter
pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika
tidak dilakukan perawatan. Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang diketahui
sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan penyebab tersering
terjadinya gastritis (Prince, 2005).

3. Patofisiologi
Patofisiologi gastritis dimulai dari infeksi atau inflamasi pada lapisan mukosa
lambung. Pada lapisan mukosa lambung terdapat kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung, dan enzim pepsin. Asam lambung bertugas memecah makanan, dan enzim
pepsin mencerna protein. Lapisan mukosa lambung diliputi oleh lapisan tebal mukus
yang melindunginya dari cairan asam lambung yang dapat melumerkan dan mengikis
jaringan lambung di dalamnya.
a. Inflamasi Mukosa
Ketika lapisan mukosa mengalami inflamasi, produksi asam lambung,
enzim pepsin, dan zat-zat pelindung lainnya menjadi berkurang. Awalnya, pada
fase akut, infeksi atau inflamasi yang terjadi adalah sub-klinik pada kebanyakan
penderita. Pada fase ini terjadi erosi superfisial, di mana permukaan mukosa
lambung menampakkan eritema dan edema. Umumnya, gastritis fase ini beronset
akut, dan cepat berakhir.
Inflamasi dapat menyeluruh (pan gastritis), atau sebagian lambung saja
(antral gastritis). Inflamasi dapat berupa nodul-nodul kecil, sebagai tanda akut atau
subakut gastritis, yang asal muasalnya belum jelas. Nodul inflamasi ini
diperkirakan merupakan gambaran erosi yang telah berepitelialisasi atau
menyembuh, namun masih mungkin terjadi edema.
b. Gastritis Reaktif
Gastritis yang disebabkan oleh zat-zat dari luar, seperti NSAID, atau
alkohol, akan menginflamasi bagian bawah lambung daerah kurvatura mayor, hal
ini dikarenakan oleh gaya gravitasi. Efek jangka panjang zat-zat erosif eksternal
tersebut akan menyebabkan fibrosis dan striktur pada lambung, menyebabkan

12
gastritis menjadi kronis. Namun, mekanisme terbesar terhadap inflamasi lambung
ini adalah penurunan sintesa prostaglandin.
Prostaglandin adalah zat kimia yang bertanggungjawab untuk
mempertahankan mekanisme proteksi mukosa terhadap efek erosif internal asam
lambung. Selanjutnya, kerusakan pada lapisan mukosa lambung akan memudahkan
seseorang yang menderita kondisi ini mengalami gastritis reaktif, atau gastropati
reaktif.
Gastritis reaktif dapat akut, kronik, erosif, dengan sedikit atau tidak terjadi
inflamasi. Pemicu terjadinya gastritis reaktif ini adalah obat NSAID
seperti ketoprofen, diklofena, ibuprofen; alkohol, kokain, paparan radiasi, refluks
empedu dari usus kecil kembali ke lambung, reaksi stress. Gastritis reaktif yang
terjadi sebagai reaksi terhadap stres disebut sebagai Gastritis stres.
c. Gastritis Akut
Gastritis fase akut dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastritis erosif
akut dan gastritis non-erosif.
1) Gastrtitis erosif akut
Gastritis erosif akut dapat muncul dalam tiga bentuk, yaitu gastritis erosif yang
masih superfisial, yang sudah lebih dalam menginvasi lapisan mukosa
lambung, dan erosi hemoragik akut dimana erosi sudah mencapai vaskularisasi
lambung sehingga terjadi perdarahan lambung.
2) Non-erosif, umumnya disebabkan oleh Helicobacter pylori
Gastritis non-erosif adalah gastritis fase akut yang terjadi dalam waktu yang
pendek, secara spontan organisme dapat dibasmi, infiltrat polimorfologis
teresolusi, dan gambaran mukosa gaster kembali normal. Hal ini terjadi pada
sebagian kecil orang-orang yang terkena infeksi tersebut, khususnya anak-
anak.
d. Gastritis Kronik
Dalam hal respon imun penderita gagal untuk mengatasi infeksi, maka
secara perlahan tapi pasti dalam jangka waktu 3-4 minggu akan terjadi
pembentukan dan akumulasi sel-sel inflamasi yang bersifat kronik. Keadaan ini
dapat menggantikan istilah gastritis netrofilik akut dengan gastritik kronik aktif,
yang umumnya disebabkan oleh Helicobacter pylori.
Gastritis kronik dapat berlanjut menjadi berbagai tipe yang hanya dapat
dibedakan secara histologis, yaitu:

13
1) Gastritis atrofik
2) Gastritis kronis aktif
3) Gastritis atrofik dengan stadium lanjut, berhubungan dengan
infeksi Helicobacter pylori kronik
4) Gastritis atrofik autoimun

4. Manifestasi Klinis
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah
merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan
saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disesuaikan dengan tanda-
tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam,
tanpa riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu (Suyono, 2001).
Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi,
ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual dan anoreksia) dan dapat
terjadi muntah, serta cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik, kolik dan diare
dapat terjadi jika makanan pengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi jika sudah mencapai
usus besar, pasien biasanya sembuh kira-kira dalam sehari meskipun nafsu makan
kurang atau menurun selama 2 sampai 3 hari (Ester, 2001).

5. Penatalaksanaan Gastritis
a. Penatalaksanaan Gastritis dalam kehamilan
1) Mengubah kebiasaan makan
Beberapa hal yang perlu diubah terkait dengan kebiasaan makan adalah:
a) Makanlah makanan dengan porsi kecil tetapi sering.
b) Makan secara perlahan, jangan terburu-buru.
c) Jangan langsung berbaring atau tidur setelah makan. Setidaknya harus
menunggu 2-3 jam setelah makan, jika ingin berbaring atau tidur. Beri waktu
pada lambung untuk memproses makanan yang baru saja di makan. Untuk
itu, tidak disarankan untuk makan malam mendekati waktu tidur.
d) Sebaiknya hindari cokelat dan mint karena kedua makanan ini dapat
membuat gangguan asam lambung menjadi tambah buruk. Cokelat dan mint
dapat membuat otot-otot pada esofagus (saluran yang menghubungkan
kerongkongan dan lambung) berelaksasi, sehingga asam lambung bisa naik
ke kerongkongan.

14
e) Hindari juga makanan pedas, asam, dan kopi. Makanan ini juga dapat
membuat gangguan asam lambung bertambah buruk pada beberapa orang.
Jika merasakan ketidaknyamanan setelah mengonsumsi makanan tersebut,
sebaiknya berhenti makan. Anda bisa memilih makanan lainnya yang tidak
memperburuk gangguan asam lambung.
f) Hindari minum terlalu banyak selama makan, ini akan membuat lambung
penuh sehingga Anda merasa tidak nyaman. Minum banyak air selama
kehamilan memang disarankan, tetapi pilih waktu yang tepat, jangan selama
Anda makan.
g) Cobalah untuk mengunyah permen karet setelah makan. Mengunyah permen
karet dapat membuat produksi air liur meningkat, sehingga dapat membantu
menetralisir asam yang naik ke kerongkongan.
2) Minum minuman yang memberi kehangatan
3) Tidur dengan posisi yang nyaman
Sebaiknya tidur dengan posisi bantal yang lebih tinggi dari biasanya. Posisi
kepala dan bagian tubuh atas yang lebih tinggi dari posisi lambung akan
membantu menjaga asam lambung agar tidak naik ke atas. Hal ini juga dapat
membantu kerja sistem pencernaan. Selain itu, Anda mungkin lebih nyaman
untuk tidur dalam posisi menghadap ke kiri. Tidur dengan posisi menghadap ke
kanan membuat posisi lambung Anda lebih tinggi daripada kerongkongan,
sehingga Anda dapat merasakan heartburn.
4) Jaga berat badan dalam rentang normal
Saat hamil, perlu untuk meningkatkan berat badan sebagai upaya dalam
mendukung kesehatan ibu dan bayi dalam kandungan. Namun, terlalu banyak
jumlah kenaikan berat badan saat hamil juga tidak baik. Berat badan yang
terlalu besar saat hamil memungkinkan ibu mengalami gangguan asam lambung
saat hamil, karena lambung tertekan oleh rahim yang besar. Untuk itu, harus
menjaga berat badan agar tetap dalam rentang normal saat hamil.
5) Memakai pakaian yang longgar
Saat hamil, pakailah pakaian yang longgar dan memberikan kenyamanan saat
memakainya. Memakai pakaian yang ketat (terutama pada bagian sekitar
pinggang dan perut) dapat menempatkan lebih banyak tekanan pada perut,
sehingga hal ini dapat memperburuk gangguan asam lambung.

15
6) Gunakan obat antasida
Kandungan magnesium atau kalsium dalam antasida mampu meringankan
ketidaknyamanan yang rasakan. Namun, sebaiknya hati-hati dalam memilih
antasida saat sedang hamil. Karena, antasida yang mengandung natrium
bikarbonat dapat menyebabkan retensi cairan atau pembengkakan. Juga,
sebaiknya hindari antasida yang mengandung aluminium karena dapat
menyebabkan sembelit dan bisa menyebabkan keracunan pada dosis tinggi.
Pilih obat antasida yang tidak mengandung tinggi natrium, aluminium, atau
aspirin.
7) Jangan merokok
Selain karena rokok berdampak buruk bagi kesehatan Anda dan bayi Anda saat
hamil, merokok juga dapat meningkatkan asam lambung Anda.

b. Penatalaksanaan Gastritis dalam Nifas


Ketika ibu hamil menderita penyakit gastritis maka saat menyusui juga bisa
mengalami keluhan yang sama. Gastritis menjadi kondisi yang akan menyebabkan
perut mulas, perih dan sangat tidak nyaman. Pada dasarnya gastritis membuat
lambung menghasilkan banyak asam yang kemudian bisa naik sampai ke
kerongkongan. Ini bisa menyebabkan ibu menyusui mual dan muntah berlebihan.
Bahkan ketika memberikan ASI maka tidak akan bisa berjalan dengan baik. Perut
ibu akan terasa perih dan sakit terutama ketika memberikan ASI dengan benar. Jika
sudah seperti ini maka dibutuhkan beberapa cara menyusui bayi yang tepat.
Mengingat ibu menyusui memiliki banyak pekerjaan termasuk merawat
bayi maka gastritis harus segera disembuhkan. Dibawah ini adalah beberapa
macam obat maag untuk ibu menyusui, termasuk obat medis dan alami.
a. Antasida
Antasida termasuk salah satu obat kimia yang bisa digunakan oleh ibu
menyusui dengan aman. Antasida bisa membantu mengatasi maag dengan cepat
termasuk mengendalikan asam lambung yang berlebihan. Obat juga bisa
mengurangi nyeri dan mual akibat lambung yang perih dan menghasilkan
banyak asam. Kandungan beberapa bahan kimia dalam antasida seperti kalsium
dan magnesium sangat aman untuk ibu dan bayi. Memang kedua jenis mineral
kimia ini bisa sampai ke ASI melalui aliran darah namun telah dinyatakan

16
sangat aman untuk ibu dan bayi. Namun ibu harus mencoba menggunakan
antasida dengan jumlah yang sesuai dosis dan resep dokter.
b. Sucralfate
Sucralfate adalah jenis obat untuk mengobati maag dan tukak lambung.
Namun obat ini juga digunakan untuk mengatasi tukak pada usus yang sering
menyebabkan luka atau sariawan usus. Obat akan bekerja untuk melindungi
bagian lambung dengan baik, termasuk mengatasi luka pada lambung, asam
berlebihan,kelebihan enzim dalam perut dan menghilangkan garam pada
empedu. Obat ini bisa sampai ke bayi lewat ASI namun jumlahnya masih
ditolerir sehingga sangat aman untuk ibu dan bayi. Ibu menyusui tidak boleh
minum obat ini hanya jika mengalami alergi terhadap bahan sucralfate. Jika ibu
khawatir memberikan ASI secara langsung, maka bisa memberikan ASI perah.
Penggunaan sukralfat pada kehamilan dikategorikan sebagai kategori B
oleh FDA. Penggunaan pada ibu menyusui sebaiknya dilakukan dengan hati-
hati walaupun sukralfat kemungkinan besar tidak atau sangat minimal
dikeluarkan melalui ASI.
Penggunaan pada Kehamilan Kategori B (FDA): Studi pada binatang
percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada
studi terkontrol pada wanita hamil
c. Hindari makanan pedas dan asam
Untuk mengobati penyakit maag sebenarnya tidak hanya dengan obat
kimia saja. Anda harus mencoba untuk mengendalikan gaya hidup yang lebih
baik. Pertama adalah dengan mencoba untuk menghindari semua makanan
pedas dan asam. Biasanya ibu menyusui sangat suka dengan makanan pedas
karena bisa meningkatkan nafsu makan. Untuk menghindari perkembangan
bakteri H pylori penyebab maag maka makanan pedas tidak boleh dikonsumsi.
Anda bisa mencoba untuk mengkonsumsi makanan lain yang sesuai nutrisi
untuk ibu menyusui.
d. Jangan minum kopi
Saat terkena maag maka ibu menyusui harus menghindari semua jenis
minuman yang mengandung kafein. Kafein bisa menyebabkan asam lambung
menjadi lebih tinggi. Kafein juga bisa menyebabkan perkembangan bakteri
dalam perut menjadi lebih besar sehingga memicu rasa mulas dan perih
berlebihan. Bahkan efek minuman yang mengandung kafein seperti kopin juga

17
sangat buruk untuk bayi. Kafein sama dengan rokok karena bisa terbawa ke
dalam darah sehingga bisa sampai ke ASI yang diminum oleh bayi.
e. Tukak Lambung karena Helicobacter pylori
Biasanya jarang ditemukan ketika hamil. Faktor resiko terjadinya adalah
merokok, alkohol, stress, dan riwayat terinfeksi bakteri Helicobacter pylori.
Apabila ditemukan adanya infeksi bakteri Helicobacter pylori, maka terapi
untuk mengatasi infeksi ini dapat dimulai setelah bayi lahir.

B. TYPOID
1. Pengertian
Typoid atau tipes adalah infeksi yang menyerang saluran cerna dan disebabkan
oleh bakteri salmonella typhi. Demam tifoid biasanya menular melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi bakteri.
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.
Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan
pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

2. Penyebab
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak
membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut
getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam
air, es, sampah dan debu.
Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 600 C) selama 15 – 20 menit,
pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi. Salmonella typhi mempunyai 3 macam
antigen, yaitu :
a. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.
Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin.
Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap
formaldehid.
b. Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari
kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap
formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.

18
c. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi
kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh
penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim
disebut aglutinin.

3. Patofisiologis
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. Bila respon
imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel
epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman
berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman
dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque
Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya
melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam
sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar
ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini
kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau
ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang
mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala
penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.

4. Tanda dan Gejala


Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding
dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa inkubasi
maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing dan tidak bersemangat.
Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris
remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsurangsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus

19
berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur
turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Ganguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat
terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah. Ibu terkadang
mengigau dan apatis bila suhu badan meninggi.
d. Sakit kepala hebat biasanya menyertai suhu yang meningkat, dan akan reda bila
suhu menurun.

5. Penatalaksanaan Typoid
a. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis klinis perlu ditunjang dengan hasil pemeriksaan
laboratorium.Pemeriksaan tambahan ini dapat dilakukan dengan dan tanpa biakan
kuman.
1) Darah tepi
Pada penderita demam tifoid didapatkan anemia normokromi normositik
yang terjadi akibat perdarahan usus atau supresi sumsum tulang. Terdapat
gambaran leukopeni, tetapi bisa juga normal atau meningkat. Kadang-kadang
didapatkan trombositopeni dan pada hitung jenis didapatkan aneosinofilia dan
limfositosis relatif. Leukopeni polimorfonuklear dengan limfositosis yang relatif
pada hari kesepuluh dari demam, menunjukkan arah diagnosis demam tifoid
menjadi jelas.
2) Uji serologis widal
Uji ini merupakan suatu metode serologik yang memeriksa antibodi
aglutinasi terhadap antigen somatik (O). Pemeriksaan yang positif adalah bila
terjadi reaksi aglutinasi. Untuk membuat diagnosis yang dibutuhkan adalah titer
zat anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai > 1/200 dan atau menunjukkan

20
kenaikan 4 kali, maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. Titer tersebut
mencapai puncaknya bersamaan dengan penyembuhan penderita. Uji serologis
ini mempunyai berbagai kelemahan baik sensitivitas maupun spesifisitasnya
yang rendah dan intepretasi yang sulit dilakukan. Namun, hasil uji widal yang
positif akan memperkuat dugaan pada penderita demam tifoid.
3) Isolasi kuman
Diagnosis pasti demam tifoid dilakukan dengan isolasi Salmonella
Typhi. Isolasi kuman ini dapat dilakukan dengan melakukan biakan dari
berbagai tempat dalam tubuh. Diagnosis dapat ditegakkan melalui isolasi kuman
dari darah. Pada dua minggu pertama sakit , kemungkinan mengisolasi kuman
dari darah pasien lebih besar dari pada minggu berikutnya. Biakan yang
dilakukan pada urin dan feses kemungkinan keberhasilan lebih kecil, karena
positif setelah terjadi septikemia sekunder. Sedangkan biakan spesimen yang
berasal dari aspirasi sumsum tulang mempunyai sensitivitas tertinggi, tetapi
prosedur ini sangat invasif sehingga tidak dipakai dalam praktek
seharihari.Selain itu dapat pula dilakukan biakan spesimen empedu yang diambil
dari duodenum dan memberikan hasil yang cukup baik.

b. Penatalaksanaan Typoid dalam Kehamilan.


Bila muncul gejala seperti tersebut di atas, segera bawa ke dokter untuk
mendapat penanganan yang tepat. Oleh dokter akan dilakukan tes darah, jika
hasilnya negatif padahal ibu menunjukkan gejala tifus, tes bisa diulang sambil
menunggu biakan kuman. Diagnosis tifus tidak bisa ditegakkan hanya dari
pemeriksaan fisik dan melihat gejalanya semata.
Ibu akan diminta untuk istirahat total dan hanya boleh mengonsumsi
makanan lunak. Dokter akan menilai apakah perlu dirawat di rumah sakit atau cukup
dirawat di rumah. Pada kondisi tertentu, misalnya tinjanya sudah disertai darah,
sebagai tanda awal telah terjadi perlukaan di usus, maka dokter akan meminta untuk
dirawat di RS. Tifus dimungkinkan untuk kambuh, supaya hal tersebut tidak terjadi,
selain menjaga kebersihan lingkungan, selalu cuci tangan dengan sabun sebelum
makan dan setelah BAB, bisa juga dilakukan vaksinasi.
Untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi pada ibu hamil, ada beberapa pilihan pengobatan yang biasanya dilakukan. Di
antaranya adalah:

21
1) Pemberian antibiotik
Antibiotik menjadi salah satu obat tipes yang pasti diresepkan. Biasanya
antibiotik utama yang diberikan untuk tipes atau demam tifoid adalah
kloramfenikol, ampisilin atau amoxicillin, dan trimetroprim-sulfametoxazole
(kotrimoksazol). Bila pemberian salah satu antibiotik ini dinilai tidak efektif
maka dapat diganti dengan antibiotik lain seperti ceftriaxone, cefotaxime, dan
kuinolon.
Namun, tidak semua antibiotik aman untuk ibu hamil.
Ampisilin, amoxicillin, dan ceftriaxone adalah jenis antibiotik yang biasanya
aman dikonsumsi untuk ibu hamil.
Sementara kloramfenikol termasuk antibiotik yang masih menimbulkan
pro dan kontra untuk ibu hamil di trimester ketiga yang sedang sakit tipes.
Pasalnya, obat ini bisa menyebabkan kelahiran prematur, sindrom bayi abu-abu,
dan kematian janin di dalam kandungan.
Sementara tiamfenikol tidak dianjurkan untuk dikonsumsi di trimester
pertama karena bisa menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga membuat
janin mengalami kecacatan selama kehamilan.
2) Bed rest
Selain memberikan antibiotik, dokter biasanya akan meminta ibu
untuk bed rest. Hal ini dilakukan agar ibu bisa beristirahat dengan cukup hingga
kondisi badan benar-benar pulih. Selain itu, bed rest juga membantu mencegah
perdarahan pada usus yang umumnya terjadi ketika tipes.
Ibu biasanya diminta untuk bed rest selama kurang lebih 7 hingga 14 hari,
tergantung seberapa parah kondisi masing-masing. Mobilisasi hanya boleh
dilakukan secara bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan ibu hamil.
3) Banyak minum air putih
Minum air putih sangat baik untuk kesehatan, terlebih saat sedang sakit.
Namun, usahakan untuk minum air yang direbus dengan matang sehingga sudah
tidak terdapat bakteri berbahaya di dalamnya. Selain itu, sebaiknya tidak minum
susu yang belum dipasteurisasi karena dikhawatirkan bakteri yang hidup di
dalamnya justru bisa memperparah kondisi ibu hamil.
4) Mengonsumsi makan makanan sehat
Agar tubuh pulih dengan sempurna, usahakan untuk makan makanan
sehat dengan gizi seimbang. Makanan dengan tekstur lunak memudahkan saluran

22
pencernaan untuk menyerapnya dan menghindari terjadinya perdarahan di saluran
cerna.
Hindari makanan dengan tekstur keras seperti daging berserat kasar,
gorengan, makanan asam, dan makanan berlemak. Selain itu, makanlah dalam
porsi sedikit tetapi sering. Hal ini dilakukan untuk meringankan kerja saluran
cerna agar tidak terlalu keras.

c. Penatalaksanaan Typoid dalam Nifas


1) Sakit Tipes saat Menyusui
Meski penyakit ini membuat ibu sakit, namun ibu tak perlu khawatir dan
jangan menghentikan pemberian ASI pada si kecil. Pasalnya, sampai saat ini
belum ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa penyakit tipes bisa ditularkan
melalui ASI. Jadi, tak masalah jika ibu menyusui saat tipes (tifus).
Justru, ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Air susu ibu mengandung
nutrisi yang dibutuhkan oleh si kecil. Bahkan, ASI juga mengandung antibodi
dari ibu yang dapat membuat si kecil kebal dari berbagai penyakit infeksi yang
mengintai.
Bayi yang baru lahir sebenarnya belum memiliki sistem kekebalan tubuh
sehingga ia sangat rentan terserang penyakit. Maka itu, ASI yang mengandung
antibodi ibu, dapat menjaga kesehatan dan mencegah penyakit menyerang si
kecil, termasuk penyakit tipes.
2) Meski tak menularkan, menyusui saat tipes bisa menguras tenaga ibu
Memang menyusui saat tipes tidak membahayakan kesehatan bayi,
namun hal yang paling mungkin terjadi adalah kondisi ibu yang melemah
sehingga lebih sulit memberikan ASI. Biasanya, penyakit infeksi seperti tipes ini
akan menimbulkan gejala seperti demam, pusing, hingga diare. Gejala-gejala
tersebut yang kemudian akan menghambat ibu memberikan ASI pada si kecil.
Apalagi jika ibu mengalami diare dan tidak ditangani dengan baik.
Diare yang dialami ibu dapat menurunkan jumlah produksi ASI karena
pada saat itu Anda akan mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) dan akhirnya
memengaruhi ASI. Maka dari itu, pastikan bahwa ketika Anda mengalami diare,
perbanyak asupan cairan dan segera periksakan ke dokter agar dapat ditangani
lebih lanjut.

23
Jangan lupa untuk mengosumsi banyak buah serta sayur yang
mengandung banyak vitamin dan mineral. Ketika diare, banyak mineral dan
vitamin yang hilang sehingga ibu harus segera menggantikannya, karena zat
nutrisi yang ibu dapatkan akan diberikan juga pada si kecil yang sedang
menyusu.

d. Penggunaan Antibiotik pada Demam Tifoid


Obat penyakit tipes pada umumnya adalah antibiotik serta rehidrasi atau
mengembalikan keseimbangan cairan pasien. Rehidrasi dapat dilakukan dengan
memberikan cairan Oralit secara oral atau dapat pula digunakan cairan infus secara
intravena hingga tercapai keseimbangan cairan pasien. Beberapa antibiotik dapat
digunakan sebagai obat penyakit tipes, diantaranya adalah ciprofloxacin,
ceftriaxone. cefotaxime, cefixime, ampisilin, kloramfenikol, trimethoprim-
sulfametoksazol, serta amoxicillin.
1) Ciprofloxacin adalah antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati tipes.
Obat ini tergolong antibiotika fluorokuinolon generasi kedua. Mekanisme
kerjanya adalah dengan cara menghambat pembentukan DNA sel bakteri,
sehingga pembelahan sel bakteri terganggu. Wanita hamil yang menderita tipes,
sebaiknya tidak menggunakan ciprofloxacin, oleh karena obat tipes ini
mempengaruhi perkembangan janin. Ciprofloxacin juga sebaiknya tidak
digunakan selama masa menyusui karena terdapat pada ASI. Anak-anak yang
terkena tipes juga tidak boleh menggunakan obat ini karena ciprofloxacin
menyebabkan kecacatan permanen pada sistem otot dan rangka anak. Sehingga
disimpulkan bahwa ciprofloxacin hanya boleh digunakan pada orang dewasa,
tidak sedang hamil atau menyusui.
2) Obat tipes lainnya adalah antibiotika sefalosporin generasi ketiga,

misalnya ceftriaxone dan cefotaxime. Obat ini digunakan secara


parenteral sebagai pilihan pertama untuk mengobati tipes. Untuk
pilihan obat per oral, dapat digunakan Cefixime. Obat tipes ini
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Wanita
hamil, menyusui, dan anak-anak dapat menggunakan ceftriaxone,
cefotaxime, dan cefixime sebagai obat tipes.

24
3) Amoxicillin dapat pula dijadikan alternatif antibiotika untuk penyakit

tipes, bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri.


Amoxicillin aman digunakan oleh wanita hamil, menyusui, dan anak-
anak. Selain amoxicillin, antibiotika alternatif lainnya adalah
kloramfenikol. Kloramfenikol membunuh bakteri tipes dengan cara
berikatan dengan subunit 50S pada ribosom, sehingga menghambat
sintesis protein bakteri. Namun wanita hamil dan menyusui sebaiknya
tidak menggunakan kloramfenikol sebagai obat tipes. Pada anak-anak
yang menderita tipes, kloramfenikol hanya digunakan sebagai
antibiotika alternatif.

6. Komplikasi
a. Meningkatkan resiko keguguran
Berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Obstetric Medicine terungkap
bahwa tipes saat hamil bisa meningkatkan risiko keguguran melahirkan bayi yang
juga mengalami demam tifoid.
b. Bayi lahir dengan berat rendah
Tipes saat hamil juga bisa meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat
rendah. Selain disebabkan karena tipes, bayi lahir dengan berat rendah juga dapat
disebabkan karena kondisi kesehatan lainnya seperti anemia, komplikasi selama
kehamilan, efek dari merokok saat hamil, dan infeksi tertentu seperti listeria dan
toxoplasmosis.
c. Meningkatkan risiko bayi lahir prematur
Meski perlu diteliti lebih lanjut, namun kabarnya sakit tipes saat hamil bisa
menyebakan bayi lahir prematur. Karena itulah, ibu disarankan untuk menjaga
kebersihan dengan baik agar risiko untuk terkena tipes saat hamil dapat
diminimalisir.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifatakut dan kronik (Price dan Wilson,2012) Faktor yang dapat
menyebabkan kerusakan mukosa lambung yaitu produksi mukus yang terlalu sedikit dan
terlalu banyak asam yang diproduksi atau dikirimkan ke saluran cerna.
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi (Balentine, 2005). Kuman Salmonella Typhi ini terdapat di dalam
kotoran, urine manusia dan juga pada makanan dan minuman yang tercemar kuman yang
dibawa oleh lalat. Demam tifoid sangat erat kaitannya dengan kualitas kebersihan pribadi
dan sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh, kebersihan tempat-tempat umum yang
kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat

B. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebgai kelompok
mengharapkan kritik dan saran. Selain penyakit ini juga sangat berbahaya bagi ibu hamil,
kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan tetap terjaga.

26
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Sarwono P. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo. Edisi Keempat. Jakarta. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo. 2010

Sudoyo, Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta. FKUI. 2009

WHO. Buku Saku. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Edisi Pertama. 2013

27

Anda mungkin juga menyukai