Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH GLOBALISASI

TERHADAP KEARIFAN LOKAL

KELAS : XII IPS 3


Di susun oleh :

LELA RIZKI WULANDARI

SMA N 1 Rumbia
Kabupaten Lampung Tengah
T.P 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya

karya Ilmiah yang berjudul Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan. Atas dukungan moral

dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada Ibu Siti Khayati selaku guru Sosiologi dan sekaligus

pembimbing penulis yang memberi tugas karya tulis ini serta banyak memberikan materi

pendukung, masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis.

Teman-teman yang memberi dukungan dan semangat sehingga karya ilmiah ini dapat

terselesaikan. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

Pembaca yang budiman. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belumlah sempurna. Oleh

karena itu, kritik, saran dan pendapat yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan

untuk penyempurnaan karya ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Rumbia, 05 Desember 2019

SYAHRIZAL RAZAQ

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………… 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan………………………..………… 4
1.4 Metode penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kearifan Lokal…………………………………………… 5
2.2 Definisi Globalisasi……………………………………..……….... 6
2.3 Macam-Macam Globalisasi ............................................................ 7
2.4 Pengaruh Globalisasi Terhadap Kearifan Lokal............................. 9
2.5 Cara Meredam Pengaruh Globalisasi Terhadap Kearifan Lokal ..... 10
BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia dengan berbagai suku bangsa mempunyai keanekaragaman kearifan
lokal, kearifan tradisional, dan budaya yang di dalamnya terkandung nilai-nilai etik dan
moral, serta norma-norma yang sangat mengedepankan pelestarian fungsi lingkungan.
Nilai-nilai tersebut menyatu dalam kehidupan masyarakat setempat, menjadi pedoman
dalam berperilaku dan berinteraksi dengan alam, memberi landasan yang kuat bagi
pengelolaan lingkungan hidup, menjadikan hubungan antara manusia dengan alam
menjadi lebih selaras dan harmoni sebagaimana di tunjukkan dalam pandangan
manusia pada fase pertama evolusi hubungan manusia dengan alam.
Pada saat itu kondisi alam dengan berbagai unsur sumberdayanya dapat
terpelihara dan terjaga keseimbangannya, sehingga alam benar-benar berfungsi
mendukung kehidupan manusia atau masyarakat di sekitarnya. Kearifan lokal yang
sebenarnya merupakan modal sosial tersebut, dalam perspektif pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan kiranya penting untuk digali, dikaji dan
ditempatkan pada posisi strategis untuk dikembangkan, menuju pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan kearah yang lebih baik.
Melihat argumen tersebut di atas, Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk
menjadi negara yang maju, adil, makmur, bermartabat dan beradab. Akan tetapi realita
yang terjadi hari ini, kearifan lokal tidak mampu mengaktualkan potensi yang dimiliki
Indonesia untuk menjadi negara yang maju, adil, makmur, bermartabat dan beradap.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor globalisasi.
Perkembangan yang paling menonjol dalam era globalisasi adalah globalisasi
informasi, demikian juga dalam bidang sosial seperti gaya busana, gaya bicara hingga
gaya hidup. Hal ini dapat dipicu dari adanya penunjang arus informasi global melalui
siaran televisi, akses internet yang begitu mudah baik, dapat menimbulkan rasa simpati
masyarakat namun bisa juga menimbulkan kesenjangan sosial.
Banyaknya nilai dan budaya masyarakat yang mengalami perubahan dengan cara
meniru atau menerapkannya modernisasi di segala bidang kehidupan, menyebabkan
karifan lokal yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat menjadi terkikis.
Misalanya terjadi perubahan ciri kehidupan masyarakat desa yang tadinya syarat
dengan nilai-nilai gotong royong menjadi individual.

1
Selain itu juga timbulnya sifat ingin serba mudah dan gampang (instant) pada diri
seseorang. Pada sebagian masyarakat, juga sudah banyak yang mengikuti nilai-nilai
budaya luar yang dapat terjadi dehumanisasi yaitu derajat manusia nantinya tidak
dihargai karena lebih banyak menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi.
Berpijak dari sinilah penulis tertarik untuk mempelajari, globalisasi dan kearifan
lokal dan kemudian dituangkan ke dalam suatu karya dalam bentuk makalah, dengan
judul “Pengaruh Globalisasi terhadap Kearifan Lokal”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas dan untuk lebih memfokuskan
penulisan makalah ini, maka rumusan masalah yang diangkat oleh penulis adalah
sebagai berikut :

1. Apa pengertian kearifan lokal?


2. Apa pengertian globalisasi?
3. Macam-macam Globalisasi?
4. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal?
5. Bagaimana cara meredam pengaruh negatif globalisasi?
1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian kearifan lokal;


2. Untuk mengetahui pengertian globalisasi;
3. Untuk mengetahui macam-macam globalisasi;
4. Untuk mengetahui pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal, dan
5. Untuk mencari solusi pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal.
Adapun kegunaan dari penulisan ini yaitu, diharapkan dengan penelitian ini
mampu memperkaya wawasan para pembaca makalah ini.

1.4 METODE PENELITIAN

Dalam proses penyusunannya makalah ini menggunakan metode study literature.


Yaitu dengan melakukan proses pencarian daftar bacaan dan pengumpulan dokumen,
dengan menggunakan media baca sebagai sumber data dan informasi. Metode ini
dipilih karena pada hakikatnya sesuai dengan kegiatan penyusunan dan penulisan yang
hendak dilakukan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI KEARIFAN LOKAL


Kearifan lokal (local wisdom) dalam dekade belakangan ini sangat banyak
diperbincangkan. Perbincangan tentang kearifan lokal sering dikaitkan dengan
masyarakat lokal dan dengan pengertian yang bervariasi.
Secara Etimologi Kearifan Lokal terdiri dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan
lokal (local). Lokal berarti setempat dan kearifan sama dengan kebijaksanaan. Dengan
kata lain maka kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-
nilai, pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya.
Menurut rumusan yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial kearifan lokal
diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan
yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Sistem pemenuhan kebutuhan mereka pasti meliputi seluruh unsur kehidupan,
agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan
komunikasi, serta kesenian. Pengertian lain namun senada tentang kearifan lokal juga
diungkapkan oleh Zulkarnain dan Febriamansyah berupa prinsip-prinsip dan cara-cara
tertentu yang dianut, dipahami, dan diaplikasikan oleh masyarakat lokal dalam
berinteraksi dan berinterelasi dengan lingkungannya dan ditransformasikan dalam
bentuk sistem nilai dan norma adat.
Dengan demikian kearifan lokal merupakan pandangan dan pengetahuan
tradisional yang menjadi acuan dalam berperilaku dan telah dipraktikkan secara turun-
temurun untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan dalam kehidupan suatu masyarakat.
Kearifan lokal berfungsi dan bermakna dalam masyarakat baik dalam
pelestarian sumber daya alam dan manusia, pemertahanan adat dan budaya, serta
bermanfaat untuk kehidupan.

3
2.2 DEFENISI GLOBALISASI

Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja
(working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah
yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Dan
Globalisasi juga merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai
bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara
nyata, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung
oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau
curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme
dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena
tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap
perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama.

Salah satu ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi


di dunia adalah Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi
saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional,
peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam
WTO (World Trade Organization).

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita
pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu.
Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita
turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang
ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan
ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter
Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

4
Sementara itu Erhard Eppler mengatakan bahwa globalisasi menyebabkan
kekuasaan pemerintah terbatas. Gerakan modal global adalah kekuatan yang membatasi
kekuasaan pemerintah untuk mengambil tindakan dan memaksanya untuk menganut
suatu kebijakan yang tidak tercantum dalam manifesto setiap partai politik. gerakan
modal global memaksa seluruh negara, tidak peduli siapa yang memerintah, untuk
terlibat dalam suatu persaingan menarik penanaman modal ke dalam negari.

2.3 MACAM-MACAM GLOBALISASI


1. Globalisasi Perekonomian
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses
kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia
menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan
batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan
seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara
lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
a) Globalisasi Produksi
b) Globalisasi pembiayaan
c) Globalisasi tenaga kerja
d) Globalisasi jaringan informasi
e) Globalisasi Perdagangan
Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi
sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional.
Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari
perekonomian global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia.
Dibawah ini ada beberapa kebijakan dan keburukan globalisasi ekonomi,
diantaranya:
a. kebijakan globalisasi ekonomi
· Produksi global dapat ditingkatkan
· Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu Negara
· Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
· Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
· Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
b. keburukan globalisasi ekonomi

5
· Menghambat pertumbuhan sektor industri
· Memperburuk neraca pembayaran
· Sektor keuangan semakin tidak stabil
· memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
2. Globalisasi Kebudayaan
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat,
termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-
nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga
masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan
aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-
aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku
seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang
bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang
adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu
keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat
semenjak lama.
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal
ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media
menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan
tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini
menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
a. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
b. Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses
suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
c. Berkembangnya turisme dan pariwisata.
d. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
e. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
f. Bertambah banyaknya event-event berskala global

2.4 PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KEARIFAN LOKAL

Suatu kenyataan yang sudah dinikmati manusia di era globalisasi adalah


kemakmuran, kemudahan dan kenyamanan. Namun demikian era yang serba mudah

6
dan nyaman menimbulkan pengaruh positif dan juga hal negatif yang akan mengancam
dan sulit untuk dihindari. Globalisasi menyebabkan segala aspek kehidupan
terpenaruhi, misalnya sistem ekonomi, budaya dan lingkungan hidup manusia.

Era globalisasi dalam hal ini perkambangan terkhnologi dan informasi memberi
andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan tekhnologi juga menjadi
indicator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan menjadi lebih cepat
apabila didukung oleh faktor kamajuan tekhnologi. Tekhnologi merupakan langkah
lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk perkembangan ekonomi. Makin cangggih
tekhnologi berarti makin tinggi efesiensi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Namun demikian kemajuan tekhnologi tidak hanya memberikan dampak-dampak


positif pada sistem ekonomi, dampak negatif juga muncul secara bersamaan. Hal ini
juga dapat menjurus kepada pemborosan sumber daya alam, meningkatkan kriminalitas
dan timbulnya berbagai masalah akibat semakin makmurnya dan sejahteranya ekonomi
suatu negara, sementara di daerah atau negara lain.

Selain dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak terhadap


sosial budaya masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong terjadinya
pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat.

Perkembangan tekhnologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring


remaja-remaja kita kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja kita
diakibatkan oleh gaya hidup yang kapitalis,materialistik dan individualistik. Selain itu
menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar vulgar yang bisa
diakses secara bebas semakin menambah deretan kerusakan remaja.

Hal tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam


masyarakat mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada
kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini, hampir
tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan batasan-batasan
yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.

Berikut dampak globalisasi terhadap kaarifan lokal:

a. Persegaran dan pergantian manusia;


b. Kebebasan terkekang;
c. Kepribadian terhimpit;
7
d. Obyektivitas manusia;
e. Mentalitas tekhnologi;
f. Krisis tekhnologi dan
g. Nilai etika dan moral ditinggalkan (bergeser).

2.5 CARA MEREDAM PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KEARIFAN


LOKAL

Dari uraian di halaman-halaman sebelumnya, maka jelas betapa besar pengaruh


globalisasi terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk kearifan lokal. Olehnya itu,
yang perlu kita pikirkan adalah cara-caya yang dapat dilakukan untuk meredam
pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal:

1. Rehumanisasi

Mengembalikan martabat manusia di era globalisasi sebaiknya


disesuaikan dengan kemampuan adaptasi populasi yang bersangkutan.
Perkembangan nilai-nilai agama, etika, hukum, dan kebijakan lebih lambat jika
dibandingkan dengan perkembangan informasi dan tekhnologi. Olehnya itu
masalah tersebut harus segera ditangani. Artinya lebih jauh manusia harus
dipandang secara utuh baik lahir maupun batin, sehingga pembangunan selalu
harus mengarah kepada terwujudnya peningkatan kesejahteraan manusia
seutuhnya antara lahiriah dan batinia. Apabila ini tidak diperhatikan maka laju
kehancuran peradaban manusia tidak akan dapat diimbangi oleh laju
rehumanisasi oleh karena semuanya pihak harus mengambil bagian dan
kontribusi positif.

2. Kemampuan Memilih

Dengan semakin banyaknya pilihan di era globalisasi,maka akibat yang


timbul adalah kesulitan dalam memilih. Pendidikan pada umumnya diarahkan
pada cara produksi bukan pada cara konsumsi. Ini menyebabkan nilai-nilai
kearifan lokal terkikis dan berefek pada menurunnya antara yang mungkin dan
yang terjadi, bahkan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan
mana yang buruk sudah sangat susah untuk dibedakan.

Segala yang teknis mungkin akan dikerjakan, tidak dipertentangkan dan


disaring berdasarkan nilai-nilai kamanusiaan. Artinya yang didukung oleh aspek
moral keagamaan, sosial, dan aspek-aspek yang terkait seharusnya menentukan
8
apa yang mungkin diteliti dan dikembangkan kemudian tidak dilakukan jika tidak
sesuai dengan kearifan lokal yang berlaku.

3. Revitalisasi
Perlunya upaya positif untuk mencegah distorsi biokultural yang
berkelanjutan. Pembuangunan akan menuju ke suatu kebudayaan baru di masa
depan, sehingga dipersiapkan persiapan-persiapan menyeluruh. Usaha-usaha
revitalisasi akan banyak dipengaruhi baik secara positif mauoun negatif oleh
faktor-faktor dalam maupun luar negeri.

BAB III
PENUTUP

9
Secara Etimologi Kearifan Lokal terdiri dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal
(local). Lokal berarti setempat dan kearifan sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain
maka kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-
pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi
belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition),
sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai
suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh
bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan
baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas
geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

10
 Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafat., Jurnal
Filsafat
 Departemen Sosial RI. (2006). MemberdayakanKearifan Lokal bagi Komunitas Adat
Terpencil
 Zulkarnain, A.Ag., & Febriamansyah, R. (2008).Kearifan Lokal dan Pemanfaatan
dan Pesisir., Jurnal Agribisnis Kerakyatan, 1
 Erhard, Eppler. (2009). Melindungi Negara dari Ancaman Neoliberal., Forumprees,
United kingdom.
 Tim Dosen UPT-MKU Unhas. (2009/2010)., Wawasan ipteks
 Yanto, Subari & Arifin Zainal. (2007/2008). Filsafat Ilmu (Pengantar Kuliah Umum
Di Perguruan tinggi)., Anugerah Mandiri, Makassar
 Harley David. (2009). Neoliberalism dan Restorasi Kelas Kapital., Resist Book,
Yogyakarta
 Pandur, Servas. (2011). Testimoni Antasari Azhar (Untuk Hukum dan Keadilan)., PT.
Laras Indra Semesta, Jakarta
 Shadr, Ayatullah Muhammad Baqir. (2013). Falsafatuna., Rausyan Fikr Institute,
Yogyakarta
 Muthahhari, Murtada. (2012). Masyarakat dan Sejarah., Rausyan Fikr Institute,
Yogyakarta
 Rakhmat, Jalaluddin.(1999). Rekayasa Sosial., Remaja Yosdakarya, Devisi Buku
Umum, Bandung.

11

Anda mungkin juga menyukai