Anda di halaman 1dari 22

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Siklus Umum Pembangkitan Energi Listrik pada PT PJB PLTU


Rembang
PLTU Rembang dirancang menggunakan bahan bakar utama batu bara
berkalori rendah dengan bantuan High Speed Diesel (HSD) sebagai bahan
bakar start up bersamaan dengan udara panas bertekanan. Panas hasil
pembakaran batubara dalam boiler digunakan untuk memanaskan air sampai
mendidih dan menghasilkan uap (steam). Uap (steam) yang dihasilkan
tersebut digunakan untuk memutar turbin uap. Turbin yang berputar telah
dikopel dengan generator untuk menghasilkan tenaga listrik. Siklus
pembangkitan energi listrik dapat digambarkan seperti Gambar 3.1:

Gambar 3.1 Siklus Pembangkitan Energi Listrik pada PLTU Rembang


(Ziang, 2014)

20
1. Siklus Air dan Uap
Siklus air dimulai pemompaan air laut oleh Sea Water Pump dan
dimasukkan ke Desalt Evaporation yang berfungsi untuk mengubah
menjadi air tawar dan ditampung dalam Feed Water Tank. Kemudian
dialirkan menuju Demin Plant untuk dijadikan air murni dan
menghilangkan kandungan mineral dan ditampung di Cool Condensate
Storage Tank, dan kemudian air murni tersebut bersatu dengan air
kondensat dalam hotwell. Setelah itu air mengalir dari hotwell menuju
Condensate Pump untuk dipompakan menuju LP heater (Low Pressure
Heater) yang berfungsi untuk meningkatkan temperatur air. Dari LP
heater, air memasuki Deaerator untuk diproses menghilangkan ion-ion
oksigen dan lainnya. Dapat pula dikatakan deaerator memiliki fungsi
untuk menghilangkan buble atau balon yang biasa terdapat pada
permukaan air. Agar proses pelepasan ini berlangsung sempurna,
temperatur air harus memenuhi suhu yang disyaratkan. Setelah pada
kondensor, air dipompakan oleh boiler feed pump (BFP) menuju boiler.
Air yang dipompakan harus memiliki tekanan tinggi sehingga dapat
menghasilkan uap yang bertekanan tinggi pula. Sebelum memasuki boiler
air mengalami beberapa proses pemanasan dengan alat high pressure
heater (HP heater). Setelah memasuki boiler dan terjadi proses
pemanasan, maka air akan berubah menjadi uap. Uap yang dihasilkan pada
proses awal ini memiliki kualitas yang rendah yaitu berupa uap jenuh yang
masih mengandung kadar air. Kadar air ini berbahaya bagi turbin karena
dapat menyebabkan sudu-sudu turbin terkikis. Untuk menghilangkan kadar
air pada uap jenuh dan merubahnya menjadi uap kering agar dapat
digunakan memutar turbin maka digunakan alat bernama superheater. Uap
yang telah keluar turbin akan didinginkan dengan kondensor sehingga
terjadi perubahan fasa dari uap menjadi air dan ditapung pada hotwell.

21
a. Sea water pump (Pompa desalinasi)
Sea water pump atau pompa desalinasi digunakan untuk
memompakan air laut dari hasil filtrasi yang kemudian menuju
chlorination plant dan akhirnya ke desalination plant. Chlorination
plant sendiri adalah tempat pengolahan air untuk menghilangkan biota-
biota laut dengan menambah zat chlorine, dimana zat chlorine tersebut
didapatkan dari hasil reaksi kimia dengan penambahan arus listrik.
Gambar 3.2 dibawah ini merupakan Sea Water Pump PLTU Rembang:

Gambar 3.2 Sea Water Pump PLTU Rembang (Ziang, 2014)

b. Desalination plant
Desalinationt plant adalah suatu tempat yang digunakan untuk
pengolahan air laut menjadi air tawar. Pada PLTU 1 Jawa Tengah
menggunakan proses multi effect distillation (MED) dan terdapat dua
unit. Masing-masing plant terdiri dari lima separate evaporator stage,
duafinal condenser, vaccum system, chemical dosing system (antiscale,
antifoam, acid/ caustic untuk cleaning system), dan peralatan untuk unit
pemanas. Air laut yang akan digunakan di MED plant harus ditreatment
terlebih dahulu di seawater treatment plant untuk menghilangkan
padatan dan kotoran. Air laut yang sudah dibersihkan kemudian
ditransfer ke MED plant dengan seawater pump. Di MED plant, air laut
didistribusikan ke dua unit desalination yang terdiri dari beberapa
tingkat dan masing-masing akan diuapkan. Dengan proses penguapan,
garam-garam yang terlarut akan tertinggal sehingga uap yang timbul

22
bebas dari garam. Uap air laut akan terkondensasikan di heat exchanger
menjadi raw water yang selanjutnya disimpan dalam raw water tank
dan didistribusikan ke WTP atau untuk kebutuhan lain di pembangkit
listrik. Air laut dengan kadar garam tinggi kemudian dibuang ke laut.
Media pemanas (steam) yang digunakan adalah medium pressure steam
yang berasal dari auxiliary boiler (pada saat start up) dan dari turbin
(pada saat normal operasi). Pada saat proses penguapan (evaporation)
air laut, beberapa solids atau padatan akan tertinggal pada permukaan
heat exchanger, dan dapat dihilangkan dengan proses acid cleaning.
Gambar 3.3 dibawah ini merupakan Desalination Plant PLTU
Rembang:

Gambar 3.3 Desalination Plant PLTU Rembang (Ziang, 2014)

c. Demin plant atau water treatment plant (WTP)


Water treatment plant (WTP) berfungsi untuk memenuhi kualitas
air pengisi boiler setelah dilalukan penyulingan oleh desalination plant.
Water treatment plant memiliki dua proses kerja yaitu inservice dan
regenerasi. Proses inservice adalah proses pemurnian/ demineralisasi
air suling desalt (raw water). Dimana raw water diberi dengan resin-
resin sehingga unsur anion akan diikat oleh resin anion dan unsur kation
akan diikat oleh unsur kation. Sehingga raw water yang dihasilkan akan
memiliki nilai conduct dibawah 1 ms/cm. Proses inservice akan
berhenti apabila sudah terjadi kejenuhan dimana nilai conduct mengenai

23
batas limit yaitu 1 ms/cm. Proses regenerasi adalah proses
mengembalikan/ mengaktifkan kondisi resin anion dan resin kation
yang telah jenuh akibat digunakan untuk proses pemurnian air. Adapun
untuk regenerasi resin anion menggunakan bahan kimia NaOH,
sedangkan untuk regenerasi resin kation digunakan bahan kimia HCl.
Gambar 3.4 dibawah ini merupakan Demin Plant atau Water Treatment
Plant PLTU Rembang:

Gambar 3.4 Demin Plant atau Water Treatment Plant PLTU Rembang
(Ziang, 2014)

d. Cool condensate storage tank dan Hotwell


Cool condensater storage tank merupakan tempat pencampuran
dari air hasil kondensasi dan mark up water yang berupa air dari water
treatment plant (air demin). Sedangkan hotwell adalah tempat
penampungan sementara dari air kondensasi. Gambar 3.5 dibawah ini
merupakan Cool Condensate Storage Tank PLTU Rembang:

24
Gambar 3.5 Cool Condensate Storage Tank PLTU Rembang (Ziang, 2014)

e. Circulating water pump


Circulating water pump (CWP) sebagai bagian dari sistem
pembangkitan pada PLTU berfungsi sebagai penyedia pasokan bagi air
pendingin pada kondensor. CWP pada PLTU Rembang terdiri dari dua
buah pompa (2 x 50%) untuk satu unit PLTU. Jadi total terdapat empat
buah pompa CWP pada PLTU 2 x 300 MW. Jenis dari pompa ini
menurut alirannya adalah tipe mixed flow. Aliran air dari pompa CWP
merupakan aliran sirkulasi dari laut dan kembali ke laut. Suplai air
diambil dari intake kanal yang kemudian dialirkan ke area CWP untuk
kemudian dipompa. Air laut yang sudah dipompa akan menyuplai
kondensor dan heat exchanger sebelumnya melewati (Sea Water
Booster Pump) yang kemudian alirannya kembali dialirkan ke laut.
Pompa CWP ini dilengkapi dengan peralatan pendukungnya berupa bar
screen, travelling screen, dan screen wash pump. Bar screen
merupakan penyaring awal dari aliran air laut terhadap adanya kotoran
terutama yang berdimensi besar. Setelah bar screen terdapat travelling
screen yang berfungsi untuk menyaring kotoran yang lebih kecil yang
tidak terjebak pada bar screen. Travelling screen terdiri dari motor
penggerak, yang dihubungkan dengan rantai untuk memutar travelling

25
screen. Travelling screen terdiri dari basket-basket dengan kawat mesh
yang berputar untuk menyaring sampah yang terbawa air laut. Sampah
yang menempel ini kemudian di semprot dengan spray air laut yang di
pompa oleh screen wash pump. Tekanan aliran screen wash pump
sebesar 7 Kg/cm2 untuk medorong sampah dari kawat saring ke saluran
buangan. Gambar 3.6 dibawah ini merupakan Circulating Water Pump
PLTU Rembang:

Gambar 3.6 Circulating Water Pump PLTU Rembang (Ziang, 2014)

f. Deaerator
Deaerator adalah alat yang digunakan untuk mengurangi atau
bahkan menghilangkan kadar gas O2 dari air pengisi. Deaerator juga
berfungsi sebagai pemanas kontak langsung dengan air pengisi. Karena
didalam deaerator uap dan air pengisi sama-sama disemprotkan
didalam dearator. Uap akan memisahkan gas dari air pengisi untuk
kemudian gas-gas tersebut bergerak dengan cepat kebagian atas
deaerator dan selanjutnya dibuang ke atmosfir. Uap yang digunakan
adalah uap yang berasal dari ekstraksi uap intermediet pressure turbin.
Gambar 3.7 dibawah ini merupakan dearator PLTU Rembang:

26
(a) (b)

(c)
Gambar 3.7 Deaerator (a) bagian bawah (b) bagian atas (c) skema deaerator
PLTU Rembang (Ziang, 2014)

g. Low Pressure Heater (LPH) dan High Pressure Heater (HPH)


Low Pessure Heater (LPH) adalah pemanas awal air pengisi
sebelum masuk ke deaerator. Media pemanasannya adalah uap yang
diambil dari low pressure turbine (LP turbine). Di PLTU Rembang
menggunakan 4 low pressure heater yaitu LPH 8, LPH 7,LPH 6, LPH
5. Sedangkan untuk high pressure heater adalah alat pemanas kedua air
pengisi boiler dari deaerator setelah LP heater . Prinsip kerja HPH sama
dengan LPH, yang membedakan adalah tekanan kerja yang digunakan.
Pada LPH uap yang digunakan berasal dari ekstraksi uap low pressure
turbine, sedangkan pada HPH uap yang digunakan berasal dari

27
ekstraksi uap high pressure turbine dan intermediet pressure turbine.
Pada PLTU Rembang terdapat tiga buah HPH dan disusun secara seri
berdasarkan aliran air untuk mengisi boiler. Gambar 3.8 dibawah ini
merupakan HPH dan LPH PLTU Rembang:

(a) (b)
Gambar 3.8 (a) High pressure heater (b) Low pressure heater PLTU Rembang
(Ziang, 2014)

h. Boiler
Boiler adalah alat yang digunakan untuk menguapkan air pengisi
sehingga terjadi perubahan fasa, dari fasa cair menjadi uap basah. Uap
basah yang dihasilkan akan mengalami pemanasan lanjut menjadi fasa
super heated (uap kering) dengan komponen boiler yang dinamakan
super heater. Fasa super heated tersebut yang digunakan untuk
memutar turbin. Jenis boiler yang digunakan pada PLTU Rembang
berjenis water in tube (air dalam pipa) dan memiliki 9 lantai, dengan
kapasitas uap yang dihasilkan maksimal 1025 ton/jam pada tiap unit
Boiler PLTU Rembang memiliki beberapa komponen yaitu economizer,
steam drum, superheater, dan reheater. Masing-masing komponen
tersebut memiliki fungsi yang berbeda dalam proses perubahan fasa
atau siklus uap dan air. Economizer berfungsi sebagai pemanas sebelum
memasuki steam drum, economizer terletak pada bagian boler paling

28
akhir sebelum ESP. Pada steam drum akan terjadi pemisahan fasa
antara uap basah dan air. Air yang belum menjadi uap akan turun dan
dipanaskan kembali dengan tube wall yang terletak pada furnance.
Sedangkan uap basah akan dipanaskan kembali oleh low temperatur
superheater, rear superheater, dan final superheater sehingga menjadi
uap kering. Uap kering tersebut memasuki high pressure turbine dan
uap keluaran high pressure turbine dipanaskan kembali oleh reheater,
dan menuju intermediet pressure turbine dan low termperatur turbine.
Berikut merupakan spesifikasi boiler yang tertera pada Tabel 3.1 dan
Gambar 3.9 yang merupakan boiler dari PLTU Rembang:

Tabel 3.1 Spesifikasi boiler


Spesifikasi Keterangan
Beban 300 MW
Main Steam Flow 837,7 ton/jam
Main Steam Pressure 16,1 MPa
Main Steam Temperature 539 oC
Reheat Pressure 3,4 MPa
Reheat Temperature 538,2 oC
Feed Water Temperature 280 oC
Coal Rate Max 170 ton/jam (B-MRC)
Burner system 20 Corner Burners
Boiler Efficiency 82,27 %

29
Gambar 3.9 Boiler pada PLTU Rembang (Ziang, 2014)

2. Siklus Batubara
Pada PLTU Rembang memiliki proses pengangkutan batubara
memiliki tiga proses utama, yaitu loading, direct unloading dan unloading
yang dijelaskan, sebagai berikut:
a. Proses unloading
Dalam proses unloading batubara dari kapal tongkang dibongkar
oleh ship unloader dan diangkut melalui belt conveyor menuju coal
yard. Dalam pengisian ke coal yard dapat dilakukan dengan dua alat
yaitu telescopic chutee atau stacker reclaim.
b. Proses loading
Proses loading ini merupakan proses pengisian batu bara ke coal
bunker. Proses ini juga memiliki dua cara, yaitu melalui stacker reclaim
atau reclaim hooper kemudian diangkut oleh belt conveyor ke coal
bunker.
c. Proses direct unloading
Proses direct unloading juga dapat disebut proses loading, hal ini
dikarenakan proses ini adalah proses pengisian batu bara ke coal
bunker. Pengisian langsung ini berasal dari tongkang yang dibongkar
oleh ship unloader dan langsung dibawa ke coal bunker melalui belt
conveyor. Proses ini dilakukan saat batubara pada coal bunker kritis.

30
3. Proses Pembakaran dan Fuel Gas System
Proses pembakaran dan flue gas system dimulai batubara keluar dari
coal pulverizer sampai sisa debu pembakaran keluar dari stack menuju
udara atmosfer. Pertama-tama Batubara yang ditampung pada coal bunker
keluar menuju coal feeder. Coal feeder berfungsi mengatur laju pemakaian
batubara sebelum digerus oleh pulverizer. Setelah digerus oleh pulverizer,
batubara yang berupa serbuk halus tersebut dibawa ke burner oleh primary
air melalui pipa-pipa primary air heater. Saat awal proses pembakaran,
batubara tidak langsung menjadi bahan bakar utama tetapi dipatik terlebih
dahulu menggunakan high speed disel (HSD) yang dikeluarkan melalui oil
gun. Pada pembakaran juga dibutuhkan udara pembakaran (secondary air)
yang berasal dari force draft fan dan ditampung sementara pada wind box.
Setelah proses pembakaran diatas 30% atau memiliki load 100MW, maka
HSD akan dimatikan mulai dari layer paling atas (layer E). Tiap proses
pematian oil gun HSD tiap layer, dilakukan penyalaan burner batubara
secara bersamaan dari layer yang paling bawah (layer A). Pada proses
pembakaran tersebut burner diarahkan pada sudut tertentu sehingga dapat
membentuk bola api (fire ball). Gambar 3.10 dibawah ini merupakan
Susunan Burner pada masing-masing Corner.

31
Gambar 3.10 Susunan Burner pada Masing-masing Corner (Ziang, 2014)

Sisa pembakaran batubara ada yang turun kebawah dinamakan bottom


ash, dan ada yang terbang mengikuti udara pembakaran disebut fly ash.
Fly ash memiliki kandungan yang dapat membahayakan kesehatan, maka
dari itu digunakan electrostatic precipitator untuk menangkap fly ash.
Setelah fly ash berkurang sekitar 98%, flue gas tersebut dibuang ke udara
atmosfer melalui stack atau chimney. Sedangkan untuk bottom ash yang
turun ke bawah diangkut menggunakan Submerger Scrapper Conveyor
dan ditampung dalam bottom ash cylo. Begitu juga dengan fly ash yang
telah disaring atau ditangkap menggunakan electrostatic precipitator akan
ditampung pada fly ash cylo dengan transfer menggunakan udara
kompresor.

32
4. Turbin
Turbin merupakan salah satu komponen utama dalam siklus
pembangkitan. Turbin berfungsi sebagai konversi energi termal pada uap
menjadi energi kinetik (gerak). Turbin memiliki cara kerja dengan
merubah energi termal uap menjadi kinetik dengan melewatkan uap
melalui nozzle, sehingga memiliki kecepatan tinggi. Uap tersebut
diarahkan ke sudu-sudu turbin sehingga menghasilkan putaran poros
turbin. Pada PLTU Rembang terdapat tiga jenis turbin yang terangkai
dalam satu sistem, yaitu High pressure turbine, intermediet pressure
turbine, dan low pressure turbine. Tabel 3.2 dan Gambar 3.11 merupakan
Spesifikasi Turbin PLTU Rembang dan Turbin pada PLTU Rembang

Tabel 3.2 Spesifikasi Turbin


Spesifikasi Keterangan
Model N300-16.7/537/537-8
Related power 300 MW
Main steam flow 927.8 t/h
Reheated steam flow 927.8 t/h
Heat consumption rate TGNHR 8023.45kJ/kWh
Rated steam temperature 538oC
Rated back pressure 8.7 kPa
Rated cooling water temperature 30oC
Rated rotating speed 3000 rpm
Max. feed water temperature 281.2oC

33
Gambar 3.11 Turbin pada PLTU Rembang (Ziang, 2014)

5. Kondensor
Kondensor adalah alat yang digunakan untuk mengondensasikan uap
(merubah uap menjadi cair) dari LP Turbine. Dalam kondensor, uap
melewati pipa-pipa kondensor yang berisi air laut (air dingin). Sehingga
akan terjadi penurunan temperatur dan uap akan menjadi air. Air laut
sebagai media pendingin, sehingga setelah digunakan untuk mendinginkan
uap air laut akan dibuang langsung ke laut. Air hasil pendinginan uap akan
dimasukkan kembali kedalam boiler (stream drum). Gambar 3.12 dibawah
ini merupakan kondensor pada PLTU Rembang:

Gambar 3.12 Kondensor pada PLTU Rembang (Ziang, 2014)

34
6. Boiler feed pump (BFP)
Boiler feed pump adalah jenis khusus dari pompa yang digunakan
untuk memompa air ke dalam steam drum melalui HPH. Pada PLTU
Rembang terdapat dua jenis BFP yaitu dengan penggerak turbin dua buah
dengan kapasitas 2x50% dan penggerak motor satu buah dengan kapasitas
30%. Pada saat awal penyalaan, semua BFP menyala sehingga total 130%
tetapi setelah sistem stabil maka yang bekerja hanyalah dengan penggerak
turbin atau 100%. Gambar 3.13 dibawah ini merupakan BFP PLTU
Rembang:

(a) (b)
Gambar 3.13 (a) Boiler Feed Pump Tipe Turbin (b) Boiler Feed Pump Tipe
Motor PLTU Rembang (Ziang, 2014)

7. Kelistrikan
Dalam PLTU Rembang, komponen untuk membangkitkan energi
listrik adalah generator. Setelah listrik keluar pada generator sebesar 20
KV akan dinaikkan tegangannya menjadi 150 KV oleh trafo dan
disalurkan ke gardu induk Pati dan gardu induk Rembang.
8. Generator
Generator merupakan mesin konversi energi elektro mekanik yang
berfungsi untuk mengubah energi mekanik dalam bentuk putaran poros
menjadi energi listrik.

35
3.2 Perawatan (Maintenance)
Secara umum pengertian perawatan itu sendiri dapat diartikan sebagai
kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan
mengadaan kegiatan pemeliharaan, perbaikan penyesuaian, maupun
penggantian sebagian peralatan yang diperlukan agar sarana fasilitas pada
kondisi yang diharapkan dan selalu dalam kondisi siap pakai.

1. Klasifikasi Perawatan
a. Preventive Maintenance
Preventive maintenance adalah salah satu komponen penting dalam aktivitas
perawatan. Preventive maintenance adalah aktivitas perawatan yang
dilakukan sebelum terjadinya kegagalan atau kerusakan pada sebuah sistem
atau komponen, dimana sebelumnya sudah dilakukan perencanaan dengan
pengawasan yang sistematik agar sistem atau komponen tersebut dapat
mempertahankan kapabilitas fungsionalnya.
b. Corrective Maintenance
Corrective maintenance merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan untuk
mengatasi kegagalan atau kerusakan yang ditemukan selama masa waktu
preventive maintenance. Pada umumnya, corrective maintenance bukanlah
aktivitas perawatan yang terjadwal, karena dilakukan setelah komponen
memngalami kerusakan dan bertujuan untuk mengembalikkan kehandalan
sebuah komponen ke kondisi semula.
c. Time Directed Maintenance
Time directed maintenance dapat dilakukan apabila variabel waktu dari
komponen atau sistem diketahui. Kebijakan perawatan yang sesuai untuk
diterapkan pada time directed maintenance adalah periodic maintenance dan
on-condition maintenance. Periodic maintenance adalah perawatan
pencegahan yang dilakukan secara terjadwal dan bertujuan untuk mengganti
sebuah komponen atau sistem berdasarkan interval waktu tertentu. On-
condition maintenance merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan
berdasarkan kebijakan operator.

36
d. Emergency Maintenance
Emergency maintenance merupakan perawatan yang dilakukan ketika terjadi
suatu kerusakan yang harus segera dilakukan perbaikan, disitulah letak
peranan dari emergency maintenance

2. Sistematika Perawatan
Sistematika perawatan adalah pemeliharaan yang terdiri dari dua tahapan
yaitu pemeliharaan terprogram dan pemeliharaan tak terprogram yang
digambar pada Gambar 3.35 dibawah ini:

PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN
TERPROGRAM TAK
TERPROGRAM

1. Pemeliharaan Pemeliharaan
Pencegahan Perbaikan (Darurat)

2. Pemeliharaan
Perbaikan

Gambar 3.35 Skema Sistematika Perawatan

3. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pemeliharaan


Supaya optimalisasi laba dapat tercapai melalui sistem pemeliharaan ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain sistem tersebut,
antara lain:

37
a. Ruang lingkup pekerjaan
Untuk tindakan yang tepat, pekerjaan yang dilakukan perlu diberi petunjuk
atau pengarahan yang lengkap dan jelas. Pengadaan gambar-gambar atau
skema dapat membantu dalam melakukan pekerjaan.
b. Lokasi pekerjaan
Lokasi pekerjaan yang tepat dimana tugas dilakukan, merupakan informasi
yang mempercepat pelaksanaan pekerjaan. Penunjukan lokasi akan mudah
dengan memberi kode tertentu, misalnya nomor gedung, nomor departemen
dll.
c. Prioritas pekerjaan
Prioritas pekerjaan harus dikontrol sehingga pekerjaan dilakukan sesuai
dengan urutan yang benar. Jika suatu mesin mempunyai peranan penting,
maka perlu memberi mesin tersebut prioritas utama.
d. Metode yang digunakan
“Membeli kemudian memasang” sangat berbeda artinya dengan “membuat
kemudian memasang”. Meskipun banyak pekerjaan bisa dilakukan dengan
berbagai cara, namun akan lebih baik jika penyelesaian pekerjaan tersebut
dilakukan dengan metode yang sesuai dengan keahlian yang dipunyai.
e. Kebutuhan material
Apabila ruang lingkup dan metode kerja yang digunakan telah ditentukan,
maka biasa diikuti dengan adanya kebutuhan material. Material yang
dibutuhkan ini harus selalu tersedia.
f. Kebutuhan keahlian
Keahlian yang dimiliki seorang pekerja akan memudahkan dia bekerja.
g. Kebutuhan tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan harus
ditentukan untuk setiap jenis keahlian. Hal ini berguna dalam ketetapan
pengawasannya.

38
4. Manfaat dan Kelemahan dari Sistem Pemeliharaan yang
Direncanakan
Sistem pemeliharaan terhadap peralatan/fasitas khususnya mesin akan
memberi manfaat yang besar bagi perusahaan antara lain:
a. Kesiapan fasilitas dalam kegiatan operasional lebih baik, karena
kerusakan yang terjadi pada peralatan bisa berkurang karena
adanya sistem perawatan yang baik dan teratur. Begitu juga untuk
pengadaan suku cadang yang dibutuhkan akan lebih terkontrol dan
akan selalu tersedia bilamana dibutuhkan.
b. Pelayanan yang sederhana dan teratur dapat mengurangi kemacetan
produksi, lebih cepat dan murah daripada memperbaiki kerusakkan yang
terjadi secara tiba-tiba.
c. Pengelolaan dan pelayanan perawatan yang terencana dapat menjaga
kesinambungan hasil industri dengan kualitas dan efisiensi yang tinggi.
d. Pemanfaatan tenaga kerja lebih besar dan efektif, dimana frekuensi
pekerjaan perawatan yang direncanakan dapat merata dalam setahunnya,
sehingga penumpukan tugas perawatan akan terkurangi dan pada akhirnya
cara kerja perawatan yang positif akan menciptakan suasana kerja yang penuh
dedikasi dan tanggung jawab.
Sedangkan kelemahan-kelemahan yang akan timbul dari kegiatan yang
direncanakan adalah seperti:
a. Adanya kerugian waktu karena tugas tambahan untuk melakukan
perawatan pada saat sistem ini diterapkan.
b. Perlu melakukan input data semua peralatan yang ada dalam suatu
database, untuk dicatat dan diolah dalam sistem untuk perencanaan
pemeliharaan yang akan datang.
c. Adanya biaya lebih yang dikeluarkan untuk mengatur perencanaan
perawatan pada sebuah perusahaan.

39
3.3 Computerized Maintenance Management System (CMMS)
Dikenal juga dengan Enterprise Asset Management (EAM) adalah suatu
paket software yang didesain untuk mendukung manajemen perawatan,
banyak digunakan untuk mengelola dan mengendalikan perawatan peralatan
di industri manufaktur dan jasa yang modern. Komputerisasi manajemen
pemeliharaan memungkinkan tersedianya semua informasi di semua bagian
yang terkait dengan fungsi pemeliharaan.

1. Fungsi CMMS
Untuk mempermudah dalam mengatur kegiatan dan informasi pemeliharaan
seperti pengaturan, perintah kerja, preventive maintenance, penyimpanan
catatan asset dan pembelian suku cadang alat.

2. Keuntungan CMMS
 Mengurangi biaya pemeliharaan
 Mengurangi down time
 Meningkatkan keamanan
 Meningkatkan liability tracking
 Analisa statistik yang lebih baik
 Inventory control yang lebih baik
 Meningkatkan porduktivitas pekerja
 Analisa history yang baik
 Meningkatkan ketersediaan plant
 Mengurangi breakdown
 Meningkatkan efisiensi
 Meningkatkan kepuasan konsumen

3. Contoh Aplikasi CMMS


1. Cwork
2. OCS Maisy

40
3. Maximo
4. 7I
5. JDE
6. SAP
7. MEX
8. Dan lain-lain,

4. Modul Umum Pada CMMS


 Perencanaan work order dan penjadwalan
 Kontrol inventaris pemeliharaan
 Modul untuk pembaharuan data dan pemeliharaan preventive
 Laporan Pemeliharaan

41

Anda mungkin juga menyukai